Está en la página 1de 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menua suatu proses yang wajar terjadi pada seluruh mahluk hidup tanpa kecuali.
Secara sederhana, proses ini sudah dimulai dari sejak awal kehidupan dalam bentuk
perubahan-perubahan fungsi sel dan atau organ sejalan dengan meningkatnya umur,
sehingga ada istilah penuaan kronologis dan penuaan biologis. Kecepatan perubahan
fungsi ini, yang sering dikenal sebagai perubahan biologis, berbeda-beda antara satu
individu dengan individu lainnya, bahkan antara sel yang satu dengan sel lainnya juga
(Klatz and Goldman, 2003).
Perubahan yang terjadi adalah proses kematian sel yang kemudian diikuti oleh
penggantian sel dengan yang baru. Tetapi pada batas tertentu, proses kematian dari sel
akan terus berlanjut sehingga terjadi penurunan fungsi organ yang bersangkutan
(Constantinides, 1994). Pada manusia, secara subklinik perubahan biologis ini sudah
dapat dideteksi pada usia kronologis 35 tahun, dan proses ini mulai tampak jelas secara
klinis pada usia 60 tahun keatas. Banyak teori yang dapat dipakai untuk menjelaskan
proses ini.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai
paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini
sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen
dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat
empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993),
kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di
dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Dalam
sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63
tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan
penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu
adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993
mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan
berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai

1
Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita
golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi
lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang
tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang
memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang
keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu
spesialisasi yang mulai berkembang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan biologis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami perubahan – perubahan biologis yang terjadi pada lansia
b. Mampu memahami tentang cara pendekatan perawatan lanjut usia pada gangguan
biologis
c. Mampu mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia dengan gangguan
biologis
d. Mampu memahami rencana tindakan keperawatan pada lansia dengan gangguan
biologis
e. Mampu memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lansia dengan
gangguan biologis

2
BAB II
TEORITIS

A. KONSEP TEORI LANSIA


1. Pengertian Lansia
(Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia
yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah
seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000)
sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia)
adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia
lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia
digolongkan menjadi 4, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides,
1994).

3
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.

2. Ciri-ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia,yaitu :
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada
lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika
memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada
mendengarkan pendapat orang lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan
atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
4
3. Perubahan- perubahan Biologis Yang Lazim Pada Lansia
a. Kehilangan Pendengaran
Kehilangan pendengaran terjadi secara bertahap, kehilangan konduktif dan
sensorineureal (perseptif) merupakan 2 tipe masalah pendengaran utama pada
lansia.
Akibat kehilangan pendengaran :
- Pasien lansia dapat tetap mendengar tekanan suara rendah, tetapi bila suara ini
dikelompokan dalam bentuk kata – kata, kemampuan untuk memahami dan
merasakan suara ini secara jelas mungkin hilang
- Lingkungan bising juga menghambat kemampuan untuk mendengar bunyi.
- Pendengaran Buruk
- Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres
beberapa intervensi keperawatan untuk pasien lansia dengan gangguan sistem
pendengaran diantaranya :
a) Berdiri dekat dan menghadap ke pasien
b) Menyentuh pasien untuk mendapat perhatian sebelum komunikasi (lingkungan
pribadi harus dilindungi)
c) Berbicara lebih keras dan lambat (bukan berteriak)
d) Berhenti lebih sering dari biasanya
e) Menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
f) Menggunakan kalimat singkat
g) Mengulang kesalah pengertian komunikasi dengen mengulang kata – kata
dengan menggunakan kata yang berbeda
h) Tidak berbalik atau jalan saat bicara
i) Membantu keluarga/sistem pendukung dengan teknik komunikasi
j) Mengurangi penolakan sosial (masalah sehubungan dengan kehilangan sistem
pendengaran)
k) Meyakinkan bahwa alat bantu dengar bekerja dengan tepat

b. Gangguan Penglihatan
Seperti sistem tubuh lain, mata dipengaruhi oleh proses penuaan. Perubahan
struktur dan fungsi terjadi dengan lambat dan bertahap. Persepsi penglihatan
bergantung pada integrasi sistem neurosensori dan struktur sesuai beda rentan
5
usia. Kemungkinan kehilangan fungsi penglihatan ini adalah karena lansia, proses
penuaan lensa menjadi kurang fleksibel dan tak mudah merubah ketajaman dari
kerja pemfokusan otot. Adaptasi terhadap gelap terang melambat sesuai dengan
melambatnya gerak pupil dan degenarsi rod. Selain perubahan normal pada
penglihatan, ada peningkatan insiden beberapa keadaan patologis sistem visual
sesuai dengan pertambahan usia-katarak-glaukoma-degenerasi makular sentil dan
retinopati diabetik.
Perubahan penglihatan :
1. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
5. Hilangny daya akomodasi
6. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
Diantara penyakit gangguan penglihatan lansia yang umum adalah :
a) Katarak
Katarak adalah pembentukan awan pada lensa mata yang bersih dan
transparan. Kondisi lensa ini membuat kurangnya kemampuan untuk
memfokuskan penglihatan pada retina. Pengkajian penglihatan penting karena
hampir 50 % pada 75-85 tahun lansia mengalami katarak.
b) Glaukoma
Pada keadaan ini terjadi peningkatan tekanan didalam mata
menyebabkan kerusakan sel saraf di retina. Tekanan yang terus menerus dapat
menimbulkan kebutaan. Usia berhubungan perubahan dalam kanal schlemm,
infeksi, cedera, pembengkakan katarak dan tumor merupakan faktor etiologi
pada glaukoma.
Intervensi gangguan penglihatan :
1) Memperkenalkan diri untuk pendekatan
2) Dekati pasien buta dari depan
3) Kaji pengaruh kehilangan penglihatan dan kemampuan pasien untuk
beradaptasi selama di rumah sakit dan setelah pulang.
4) Berikan semua pengobatan yang diprogramkan
6
5) Kaji tingkat ansietas karena peningkatan dapat meningkatkan dosis obat
pada pasien glaukoma
6) Waspadai efek obat yang ada pada obat mata
7) Berikan minyak pada mata bila kering

c. Perubahan Sensori Lain


Meskipun pendengaran dan penglihatan merupakan perubahan sensori yang
diteliti pada lansia, pasien – pasien juga dapat mengalami penurunan pada tiga
sensori lain. Sensori pengecap dilaporkan menurun sesuai pertambahan usia,
berhubungan penurunan kemampuan untuk mengecap beberapa substansi. Rasa
manis dan asin lebih dapat dideteksi sesuai pertambahan usia. Penurunan
penciuman dapat terjadi karena atropi organ olfaktori dan peningkatan
pertumbuhan rambut dirongga hidung. Hilangnya pengecap dan penciuman
mempengaruhi kemampuan lansia untuk mengidentifikasi makanan dan
membedakan bau – bauan.
Ambang raba bervariasi sesuai rangsangan bagian tubuh. Ada kehilangan
sensasi raba sesuai pertambahan usia, lansia dapat tidak merasakan efek dari
berbaring pada satu sisi dalam waktu yang lama, kunci imtervensi keperawatan
adalah untuk mengubah posisi lansia yang terimobilisasi.

d. Perubahan Tidur
Paling banyak terjadi dan paling serius hubungan antara lansia dan gangguan
tidur adalah apnea saat tidur. Ada bukti gangguan apnea saat tidur dan gangguan
sirkulasi, meliputi hipertensi, stroke dan angina pektoris dan juga hubungan apnea
tidur dan harapan hidup. Selain itu ada hubungan antara kebiasaan mendengkur,
stroke dan angina pektoris pada orang dewasa.
Proses penuaan normal dan terapi obat meningkatkan kerentanan lansia
mengalami insomnia. Pengobatan tergantung pada masalah. Perubahan perilaku
telah digunakan untuk masalah tidur, akan tetapi pengobatan konsevatif dapat
diberikan pada masalah tidur yang lebih berat, gerakan tidur periodik dan penyakit
demensia.

7
e. Perubahan Kulit
Perubahan kulit membuat beberapa pertimbangan bagi asuhan keperawatan.
Peningkatan permeabiilitas memungkinkan penetrasi zat kimia. Sehingga
perwatan harus juga menghindari pengobatan transdermal yang
berlebihan.pengikisan epidermis dan hilangnya jaringan bantalan dapat
menyebabkan mudah terjadi kemerahan dan terkelupas. Sehingga kulit menjdai
mudah lepas, penekanan dapat menyebabkan cedera lebih lanjut. Sesuai kondisi
ini, perawatan harus diberikan saat memindahkan pasien. Intervensi keperawatan
harus direncanakan untuk mengurangi penekanan saat merubah atau
memindahkan posisi pasien. Kejadian cedera atau kulit terkelupas harus dihindari.
Pertahankan pasien terselimuti untuk membantu pengaturan suhu tubuh, hal ini
perlu karena hilangnya lemak subkutan dan terganggunya mekanisme berkeringat
menurunkan kemampuan termogulasi pasien. Menurunnya lubrikasi pada kulit
meningkatkan kebutuhan untuk perhatian perawatan kulit. Penggunaan sabun
harus minimal dan pemberian minyak harus dilakukan.
Perubahan kulit yang terjadi pada Lansia :
1. Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak
2. Kulit mulai mengendur
3. Kulit kasar dan bersisik,
4. Mekanisme proteksi kulit menurun
 Produksi serum menurun
 Gangguan pigmentasi kulit
5. Kulit kepala dan rambut menipis
6. Rambut mulai beruban
7. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya
8. Turgor kulit tidak elastic lagi

f. Perubahan Kardiovaskuler
Proses penuaan pada jantung tidak ditunjukan oleh proses penuaan anatomik,
volume sekuncuo menurun dan denyut jantung istirahat meningkat, arteri
cenderung kehilangan elastisitas dan menjadi kurang lentur pada peningkatan
keluaran (aterosklerosis). Hal in dapat menyebabkan tekanan sistolik meningkat
dengan perubahan diastolik minimal bila ada. Penurunan pembuluh darah
memperngaruhi arteri besar dan kecil, sebagai akibat peningkatan volume intra
8
vaskuler dapat mendukung peningkatan substansial tekanan aorta. Pasien lansia
juga dapat mengalami penumpukan lebih besar di ekstremitas bawah sebab
berkurangnya masa otot dan berkurangnya aliran vena balik. Penumpukan cairan
ini dapat didistribusikan kembali dan dapat menyebabkan kelebihan beban pada
sistem kardiovaskular. Perawat harus waspada terhadap beban vaskular dan gagal
jantung kongestiof. Faktor lain untuk mempertimbangkan adalah perpindahan
cairan tiba – tiba ke ektremitas bawah dan penurunan volume cairan yang
disebabkan oleh tirah baring dapat menyebabkan sakit kepala hebat, peningkatan
kepala dengan perlahan, dan menggantung kaki sebelum memindahkan pasien ke
posisi duduk atau berdiri perlu untuk mencegah pingsan dan kemungkinan cedera
karena jatuh.

g. Peubahan Pernafasan
Penurunan ekspansi dan pleksibilitas struktur paru menyebabkan penurunan
pertukaran volume. Selain itu, silia hilang dan surfaktan berkurang dikantung
alveoli ; produksi mukosa dapat meningkat. Jumlah alveoli diperkirakan tetap
kecuali pada penyakit paru, lansia dengan sistem pernafasan sehat akan
mengalami sedikit kesulitan pernafasan saat melakukan aktivitas, ada
kemungkinan terjadi masalah pernafasan dalam berolahraga sehubungan dengan
penurunan pertukaran gas.
Pada beberapa pasien lansia perubahan yang berhubungan dengan penyakit
meningkat karena kerusakan paru akibat merokok, polusi lingkungan, atau infeksi,
ketidak normalan tulang seperti kiposis dapat juga menyebabkan retriksi
pernapasan, penurunan ekspansi toraks, meningkatnya sekreksi dan penurunan
jumlah silia menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi pernafasan, selain itu
penurunan respon imun pada lansia dapat menambah peningkatan kejadian infeksi
pernafasan.
Perhatian terhadap nutrisi, khususnya asupan kalori, protein dan cairan
diperlukan untuk menurunkan risiko infeksi, perubahan posisi yang sering juga
membantu membersihkan sekresi dari alat bantu napas dan perfusi paru.

h. Perubahan Ginjal
Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal
9
yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil dan nefron
menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus
berkurang akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine
menurun, proten uria.
Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat.
Vesika urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
Dan Atrofi vulva
Hilangnya glomelurus ginjal menyertai proses penuaan, kehilangan ini
bersamaan dengan penurunan perfusi jaringan menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomelurus (LFG), penurunan filtrasi menyebabkan penurunan
pembersihan substansi secara normal. Penigkatan nitrogen urea darah (NUD) atau
kreaatinin mengindikasikan luasnya penurunan LFG. Akan tetapi, kreatinin dari
pemecahan otot dapat terjadi lebih sedikit pada pasien muda dan dapat menutpi
peningkatan klirens (clearence) kreatinin. Orang lansia cenderung minum sedikit
sehingga memungkinkan untuk dehidrasi bila pembatasan cairan lama atau
diberikan obat dengan kerja diuretik. Pasien lansia dapat mengalami penurunan
rasa haus, perawat harus meyakinkan bahwa perawatan lansia memenuhi asupan
cairan yang adekuat baik peroral juga meyakinkan bahwa keseimbangan cairan
elektrolit stabil atau dipertahankan, kekacuan mental, disritmia, koma, dan
kematian dapat terjadi secara cepat pada lansia dengan keseimbangan elektrolit
yang tidak adekuat. Latihan kandung kemih, observasi terhadap distensi, dan
pengobatan adekuat merupakan tindakan keperawatan untuk membanru pasien
dengan mempertahankan kontinen. Bila inkontinen terjadi, pergantian linen yang
cepat dan perwatan kulit yang tepat dapat mengurangi ketidaknyamanan fisik dan
mental.
Bila pasien lansia mengalami inkontinensia atau retensi selama tinggal di unit
perwatan kritis, evaluasi program pengobatan untuk melihat apakah ada obat yang
mempengaruhi kontraktilitas kandung kemih atau tonus, bila kateter foley diberika
selama penyakit akut harus dilepas secepat mungkin bila indikasi pemasanngan
sudah tidak berlaku lagi (misalnya pengukuran per jam). Pelepasan dini mencegah
gangguan fungsi kandung kemih dan infeksi saluran kemih.

10
i. Perubahan Gastrointestinal
Sistem gastrointersinal mengalami beberapa perubahan sesuai proses penuaan.
Proses mekanik dan kimia pencernaan yang dimulai dari mulut dapat terganggu
misalnya :
1) karena kehilangan gigi menyebabkan menurunya asupan makanan
2) menurunnya sekresi saliva.
3) Banyak orang tua mengalami penurunan rasa pengecapan dan bau yang dapat
menyebabkan menurunnya asupan makanan.
4) Menjadi makin lambatnya peristaltik mempengaruhi proses menelan,
pengosongan lambung, dan pengeluaran usus besar.
5) Penurunan asam hidroklorida, enzim pencernaan dan empedu menambah
penurunan proses pencernaan makanan.
6) Penurunan faktor intrinsik pada beberapa orang tua menyebabkan penurunan
sintesis vitamin B12 dan dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
7) Penurunan mobilitas usus besar mungkin bukan yang menyebabkan konstipasi
pada orang tua aktif. Akan tetapi bila sementara tirah baring dan penurunan
pemasukan makanan dan cairan, pasien akan mengalami konstipasi dan infaksi.
8) Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)
9) Biasanya pada lansia nafsu makan berkurang

Penggunaan laksatip tergantung hasil pengkajian sat riwayat kesehatan


diambil, intervensi keperawatan untuk perubahan gastrointestinal dimulai
dengan pengambilan riwayat kesehatan secara hati – hati. Kebiasaan makan,
termasuk waktu dan frekuensi makan, penyiapan makanan, kebiasaan yang
dimakan, tidak toleran terhadap makanan, dan keutuhan rasa pengecap dan
bau harus dikaji. Penggunaan laksatif, enema, dan suplemen vitamin harus
diketahui, evaluasi terhadap gigi dan gusi membantu mengetahui seberapa
baik proses metanikal, pada perencaan keperawtan, perawt harus
mempertimbangkan bahwa tirah baring menurunkan peristaltik, dan kondisi
lain yang memperburuk motilitas. Pemasukan cairan adekuat, bulk pada
makanan, penggunaan laksatik alami (jeruk dan air hangat), dan latihan aktif
sesuai kondisi pasien memungkinkan mempertahankan pola yang normal
untuk depekasi.

11
j. Perubahan Muskuloskeletal
Pembatasan gerakan pada lansia dapat menyebabkan hilangnya kekuatan otot,
masa otot dapat hilang karena penurunan jumlah dan ukuran serat otot atau
mungkin karena peningkatan jaringan penghubung. Hal ini menyebabkan
kurangnya tegangan otot dan penurunan tekanan kontraksi, penurunan masa otot
dan hilangnya elastisitas menambah hilangnya kelenturan dan hilangnya
kekakuan.. Kehilangan berhubungan dengan berkurangnya beban tubuh. Puasa
yang dipaksakan pada pasien lansia dapat menyebabkan peningkatan hilangnya
otot karena katabilosme dan glukoneogenesis. Tirah baring yang lama
menyebabkan hilangnya mobilitas, kekuatan, dan energi pada pasien lansia.
Mempertahankan nutrisi, perubahan posisi dengan sering, latihan pasif dan aktif
sera turun dari tempat tidur sesuai kondisi adalah penting untuk mempertahankan
kekuatan, energi dan masa tulang. Bila pasien koma, atau mengalami kehilangan
fungsi yang berat posisi yang tepat dan posisi sendi dapat membantu mencegah
depormitas permanen.
Perubahan – perubahan yang terjadi :
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh karena Kurangnya latihan
olahraga, nutrisi buruk, dan malabsorbsi kalsium menyebabkan hilangnya masa
tulang
2) Lekas Capek / cepata lelah
3) Gerakan Lambat dan tidak lincah
4) Biasanya pada lansia mengalami kekakuan otot , nyeri, keterbatasan gerak dan
terganggunya aktivitas sehari- hari
5) Penurunan kekuatan

k. Perubahan Endokrin
Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalamsekresi hormon tertentu
sehingga berakibat pada sistem saraf.Hormon dalam tubuh berperan dalam
mengorganisasi organ-organ tubuh melaksanakan tugasnya dan menyeimbangkan
fungsi tubuh apabila terjadi gangguan dalamtubuh. Pengeluaran hormon diatur
oleh hipotalamus danhipotalamus juga merespon tingkat hormon tubuh
sebagaipanduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia, hipotalamuskehilangan
kemampuan dalam pengaturan dan sebagai reseptoryang mendeteksi hormon
individu menjadi kurang sensitif.Oleh karena itu, pada lansia banyak hormon yang
12
tidak dapatdapat disekresi dan mengalami penurunan keefektivitasan.Penerunan
kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol dihasilkan
dari kelenjar adrenal(terletak di ginjal) dan kortisol bertanggung jawab untuk
stres.Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yangmeningkat
dengan usia. Jika kerusakan kortisol hipotalamus,maka seiring waktu hipotalamus
akan mengalami kerusakan. Kerusakan ini kemudian dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon sebagai hipotalamus kehilangankemampuan untuk
mengendalikan sistem.
Tidak ada perubahan bermakna terjadi pada produksi hormon selama proses
penuaan kecuali hormon reproduksi wanita. Sehingga dengan pengecualian ini,
perubahan sirkulasi hormon menunjukan proses penyakit atau gangguan respon
obat. Diabetes melitus sering terjadi pada hubungannya dengan penyakit akut,
trauma atau pembedahan. Organ akhir yang cedera karena diabetes melitus adalah
faktor untuk stroke, infark miokard, penurunan fungsi ginjal dan penyakit vaskular
perifer. Pada kenyataannya NIDDM dapat didianosa pada saat pasien datang
dengan stroke atau IMA. Oleh karena itu penting untuk membedakan gangguan
toleransi glukosa karena proses penuaan, peningkatan glukosa darah karena
penyakit akut dan proses penyakit diabetes. Umunya lansia mengalami NIDDM.
Meskipun mereka mengalami peningkatan gula darah secara ekstrem, mereka
jarang mengalami ketoasidosis. Kenyataannya, koma pada kelompok umur ini
sering terjadi karena hiperglikemi hiperosmolar dan non ketotik (NHNK).
Menangani status ini memerlukan keseimbangan hidrasi dan reduksi cepat gula
darah tanpa edema otak berat dan kematian. Perawat unit kritis harus waspada
bahwa koma NHNK dapat ditimbulkan oleh penyakit akut atau pembedahan.
Perubahan yg terjadi :
1. Produksi hampir semua hormon menurun,
2. pada wanita terjadi menopause karena menurunnya produksi hormone
progesterone & Esterogen sehingga mengakibatkan berhentinya menstruasi .
3. Berkurangnya produksi Hormon pertumbuhan mengakibatkan pada lansia
cenderung pendek dan mengecil dan kelihatan bungkuk.
4. Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.

13
Intervensi keperawatan untuk pasien diabetes meliputi :
1. Observasi masalah kulit sehubungan dengan penurunan sirkulasi perifer dan
neuropati.
2. Seleksi makan untuk membantu memperbaiki peningkatan glukosa darah
3. Awas dehidrasi, yang peningkatan resiko koma hiperosmotik
4. Kaji cedera organ akhir seperti gangguan ginjal dan masalah absorpsi dapat
menentukan terapi obat.
Kondisi tiroid mungkin sulit didiagnosa karena mereka menunjukan status
penyakit lain, akan tetapi bila diagnosa dibuat, penyakit tiroid pada lansia selalu
siap dikoreksi dengan pengobatan. Mewaspadai adanya gejala penyakit tiroid pada
lansia menyebabkan perawat ruang klinis mengenali respon obat selanjutya yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan endokrin. Depresi, agitasi dan penurunan berat
badan juga diidentifikasikan sebagai gejala disfungsi tiroid. Koreksi
ketidakseimbangan hormon tiroid dapat membantu pasien kembali ke status
kesehatan dasar. Pengenalan dini gejala yang berhubungan dengan disfungsi
endokrin dan intervensi menyebabkan diagnosa akurat dan memampukan perawat
mengantisipasi dan merencanakan perawatan mencegah komplikasi.

4. Asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan gangguan biologis


a. Pengkajian
1) Kaji tingkat kesadaran pasien.
2) Kaji tanda-tanda perubahan fisik pasien : tonus otot, penurunan sirkulasi
,perubahan Tanda-tanda vital ( TTV), gangguan sensoris dan perubahan
tingkat kesadaran.
3) Kaji kondisi nutrisi pasien : penampilan umum, berat badan, kekuatan dan
ketebalan otot, nilai Hb dan kondisi konjungtiva.
4) Kaji status cairan pasien : volume output cairan ( urine, muntah, diare,
keringat ), kondisi membrane mukosa dan turgor kulit.
5) Kaji rasa aman dan nyaman pasien : rasa nyeri, personal hygiene
6) kaji perubahan psikologis pasien: menurunnya proses intelektual, seperti
menurunnya kemampuan untuk mengingat informasi, tidak dapat berfikir
jernih, dan sulit mengambil keputusan; meningkatnya sensitivitas ( mudah
tersinggung, mudah marah, mudah sedih), menurunnya kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas dan tugas dalam mengadaptasi masalah.
14
b. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam
penatalaksanaan untuk menanggulangi gangguan biologis pada lansia:
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum,
penyempitan jalan napas
2) Ketidakefektifan pola napas b.d. edema paru, bronkokontriksi.
3) Gangguan pertukaran gas b.d. kerusakan alveolus.
4) Inkontinensia alvi/urine b.d. menurunnya fungsi fisiologis otot-otot sfingter
karena penuaan.
5) Kelebihan volume cairan b.d. kerusakan fungsi ginjal.
6) Defisit volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebihan karena diare.
7) Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan,
distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
8) Konstipasi b.d. imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
9) Kerusakan mobilitas fisik b.d. nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan beban
berat badan, deformitas skeletal.
10) Gangguan citra tubuh b.d. perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
11) Kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi/tirah baring yang lama.
12) Risiko cidera b.d. rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang.
13) Defisit perawatan diri b.d. kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
14) Gangguan pola tidur b.d. nyeri, fibrosistis.
15) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan pengobatan akibat
kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
16) Ansietas b.d. kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
perawatan pascaoperatif, pemberian obat.
17) Risiko cidera b.d. kerusakan penglihatan, kesulitan keseimbangan.
18) Nyeri b.d. trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah.
19) Peningkatan kadar gula darah b.d. kerusakan insulin.
20) Risiko tinggi infeksi b.d. perawatan luka gangren yang tidak adekuat.
21) Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan suplai darah ke daerah perifer.
22) Gangguan pola seksual b.d. nyeri, kelemahan, sulit mengatur posisi, dan
kurang adekuat lubrikasi.
15
23) Ketidakberdayaan b.d. perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit.

c. Rencana Keperawatan
Berikut ini adalah contoh rencana keperawatan yang bisa diberikan untuk
beberapa diganosa keperawatan di atas:
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum, penyempitan
jalan napas
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas
klien efektif dengan kriteria hasil:
a) Klien menyatakan perasaan lega.
b) Keluarnya sputum/sekret.
c) Klien mampu melakukan batuk efektif dan menyatakan strategi untuk
menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana Keperawatan:
a) Bina Hubungan Saling Percaya
R/ Terjadi keterbukaan antara perawat, pasien, serta keluarganya.
b) Jelaskan pasien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di saluran pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana teraupetik.
c) Ajarkan pasien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
d) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
e) Auskultasi paru sebelum dan sesudah pasien batuk
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk pasien
f) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah
bau mulut.
g) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi.
R/Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi
perbaikan kondisi pasien atas pengembangan parunya.
16
2) Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan, distensi
jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
atau terkontrol dengan kriteria hasil:
a) Klien menyatakan perasaan nyaman.
b) Klien menunjukkan raut wajah lega.
c) Klien menyatakan skala nyeri berkurang
Rencana Keperawatan:
a) Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta catat lokasi dan intensitas, faktor-
faktor yang mempercepat, dan respon rasa sakit nonverbal.
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
efektivitas program.
b) Berikan matras/kasur keras, bantal. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
R/ Matras yang empuk/lembut, bantal yang besar akan menjaga
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
nyeri.
c) Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
R/ Pada penyakit yang berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan
untuk membatasi nyeri atau cidera.
d) Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan
trokanter, bebat atau brace.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri/kerusakan pada sendi.
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan hilang mobilitas/fungsi sendi.
h) Anjurkan klien untuk sering merubah posisi. Bantu klien untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, serta hindari
gerakan yang menyentak.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pasa sendi.
i) Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk
kompres sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
17
R/ Meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit, dan
menghilangkan kekakuan pada pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
j) Berikan masase yang lembut.
R/ Meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.
k) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misal relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis
diri, dan pengendalian napas.
R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
l) Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai dengan jadwal aktivitas klien.
R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
m) Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai
dengan petunjuk
R/ Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme, memudahkan
untuk ikut serta dalam terapi.

3) Risiko cidera b.d. rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak
mengalami fraktur baru dengan kriteria hasil:
a) Mempertahankan postur tubuh yang bagus.
b) Mempergunakan mekanika tubuh yang baik.
c) Mengonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D.
d) Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan.
e) Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari.
f) Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah.
g) Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman
Rencana Keperawatan:
a) Bina hubungan saling percaya.
R/ Terjadi keterbukaan antara perawat, pasien, serta keluarganya.
b) Dorong klien untuk latihan memperkuat otot, mencegah atrofi, dan
menghambat demineralisasi tulang progresif.

18
R/ Latihan fisik setiap hari, misal: berjalan kaki, olahraga ringan dapat
menjaga kekuatan dan kepadatan tulang.
c) Latihan isometrik, untuk memperkuat otot batang tubuh.
R/ Terapi diperlukan untuk mempertahankan fungsi otot.
d) Jelaskan kepada klien pentingnya menghindari membungkuk mendadak,
melenggok, dan mengangkat beban lama.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pasa sendi.
n) Berikan informasi bahwa aktivitas di luar rumah penting untuk memperbaiki
kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.
R/ Vitamin D dapat membantu tulang untuk mengabsorbsi kalsium yang
berguna untuk menjaga kepadatan tulang.

B. PENYAKIT GOUT
1. Definisi
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan
defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner &Suddarth. 2001;1810).
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang
nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas pergelangan dan
kaki bagian tengah. (Markie, Carrie. 2005)

2. Klasifikasi
a. Gout primer, meningkatnya produksi asam urat akibat pecahan purin yang disintesis
dalam jumlah yang berlebihan didalam hati. Merupakan akibat langsung dari
pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekresi asam
urat yaitu hiperurisemia karena gangguan metabolisme purin atau gangguan ekresi
asam urat urin karena sebab genetik. Salah satu sebabnya karena kelainan genetik
yang dapat diidentifikasi, adanya kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine
phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle
pyrophosphate ), kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya 1 % saja
b. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan pemecahan purin
menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat. Contohnya pada pasien leukemia
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekresi asam urat
19
yang berkurang akibar proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu. merupakan
hasil berbagai penyakit yang penyebabnya jelas diketahui akan menyebabkan
hiperurisemia karena produksi yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat di
urin

3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,gangguan ginjal
yang akan menyebabkan : Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
3. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat seperti : aspirin,
diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,aseta zolamid dan etambutol.

4. Manifestasi klinis
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan pembengkakan pada sendi
yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering terkena adalah persendian kecil pada
basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki,
lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita gout dapat
menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya bertahan berjam-jam sampai
seharian, dengan atau tanpa pengobatan. Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout
akan timbul lebih sering dan lebih lama.
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis,tofi dan batu ginjal. Yang penting diketahui
bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang menimbulkan rasa sakit
adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Pengendapannya
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-
daerah telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti
1 dan sebagainya.
Gejala umum gangguan Gout meliputi:
1. Nyeri tulang sendi
20
2. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
3. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
4. Peningkatan suhu tubuh.

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequate akan menghasilkan
akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga
mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan
iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi. Hiperurecemia merupakan hasil :

1. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purin abnormal.


2. Menurunnya ekskresi asam urat
3. Kombinasi keduanya

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,maka asam urat
tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektiv diseluruh tubuh, penumpukan ini
disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.

Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat tapi
tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan
hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.

A. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu 19 mg/dl. normalnya pada
pria 3,4-7,0 mg/dl dan pada wanita 2,4-6,0 mg/dl.
2. Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu cairan
berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Pemeriksaan ureua dan kratinin
a. kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
b. kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl

21
B. Komplikasi
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang
meradang. Tofi adalah timbunan Kristal monosodium urat disekitar persendian seperti
ditulang rawan sendi, synovial, bursa atau tendon.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia, terjadii akibat dari
pengendapan Kristal asm urat dalam tubulus ginjaln bisa berbentuk mikrotofi yang
menyumbat dan merusak glomerulus.
c. Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukn massa keras seperti batu didalam ginjal, bias menyebabkan nyeri,
pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-
garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat,sistin dan mineral
struvit (campuran magnesium, ammonium, fosfat)
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
e. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
f. Batu ginjal (kencing batu) serta gagal ginjal.

C. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


a. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg(pemberian oral), Colchicine
1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazon, Indomethacin.
2. istirahatkan (imobilisasi pasien)
3. Kompres dingin
4. Diet rendah purin
5. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
6. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang
7. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri daninflamasi.
8. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan
9. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam
urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien
dengan gagal ginjal)
22
10. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone(Anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol
100 mg2 kali/hari.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu banyak bergerak
2. Berikan kompres dingin atau kompres hangat
3. Diet rendah purin
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS


(DENGAN PENYAKIT GOUT) PADA Ny. A DI WISMA RATULANGI BPLU
SENJA CERAH MANADO

Kasus:
Seorang wanita lansia tinggal di panti werda bernama Ny.A umur 65 tahun
mengeluh rasa nyeri pada lutut kananya sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
sampai ke tungkai kaki kanan bawah serta bengkak dan terasa panas, akibatnya klien
sulit berjalan. Klien mengatakan tidak merasakan demam, klien juga menyangkal
pusing, sesak nafas, nyeri pada perut. Menurut Ny.A keluhan ini dirasakannya sejak 3
bulan yang lalu, ia sering mendapat serangan nyeri di lutut kanan, biasanya jika
mendapat serangan Ny.A hanya beristirahat sambil mengusap - usap daerah yang
sakit sampai keluhan berkurang, klien tidak terlalu memperdulikan tentang
penyakitnya karena selama 3 bulan ini gejala tersebut sering hilang dengan sendirinya
tanpa pengobatan, namun saat serangan terakhir ini keluhaan tidak berkurang.
Sehingga klien mau untuk diperiksa. Dari hasil pemeriksaan klinis diketahui asam
urat klien 12 mg/dl, TD 130/90 mmHg, RR 21x/m, SB 37˚C , N 72x/m .

A. PENGKAJIAN
I. Data biografi
Nama : Ny. A
Alamat : Paniki bawah
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : janda
Tingkat pendidikan : tamat SD
Lama tinggal dipanti : < 1 tahun
Sumber pendapatan :-
Keluarga yang dapat di hubungi : anak

24
II. Riwayat kesehatan
a. Keluhan yang dirasakan : rasa nyeri pada lutut kanan sampai ketungkai
b. Keluhan yang dirasakan 3 bulan terakhir : rasa panas
c. Penyakit saat ini : nyeri sendi
d. Kejadian penyakit tiga bula terakhir : nyeri sendi

III. Status Fisiologis


Postur tulang belakang klien : tegap
Tanda-tanda vital
Suhu : 37°C
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 72x/m
Respirasi : 21x/m
Berat badan : 51 kg
Tinggi badan : 157 cm
Kadar Asam Urat : 12 mg dl

IV. Pengkajian Head To Toe


1. Kepala
Kebersihan kepala : kotor
Kerontokan rambut : ya
Keluhan : tidak ada
2. Mata
Konjungtiva : anemis
Sclera : ikteris
Strabismus : tidak
Penglihatan : jelas
Peradangan : tidak
Keluhan :tidak ada
3. Hidung
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak ada
Penciuman : bagus

25
4. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : kurang baik
Mukosa : kering
Peradangan/stomatitis : tidak
Gigi geligi : tidak ompong
Kesulitan mengunyah : tidak
Kesulitan menelan : tidak
5. Telinga
Kebersiahan : bersih
Peradangan : tidak ada
Pendengaran : bagus
Keluhan lain : tidak ada
6. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
JVD : tidak
Kaku kuduk : tidak
7. Dada
Bentuk dada : normal chest
Retraksi : tidak
Wheezing : tidak
Ronchi : tidak
Suara jantung tambahan : tidak ada
Ictus cordis :-
8. Abdomen
Bentuk : normal
Nyeri tekan : tidak ada
Kembung : tidak
Supel : tidak
Bising usus : ada ,frekuansi 18x/m
9. Genetalia
Kebersihan : baik
Hemoroid : tidak
Hernia : tidak ada
10. Ekstremitas
26
Kekuatan otot : skala 5
Postur tubuh : tegap
Deformitas : tidak
Tremor : tidak
Edema kaki : ya
Penggunaan alat bantu : tidak

Refleks
Kanan Kiri
+ +
Biceps
+ +
Triceps
+ +
Knee
_ +
Achiles

11. Integument
Kebersihan :kuran baik
Warna : sawo matang
Kelembaban : kering
Gangguan pada kulit : tidak ada

V. Pengkajian keseimbangan untuk lansia(tinneti,ME,dan Ginter,SF,1998)


1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
a. Bangun dari kursi
Klien bangun dari tempat duduk dengan satu kali gerakan, tetapi
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan, dan bergerak ke bagian
sisi depan kursi terlebih dahulu.
b. Duduk ke kursi
Sebelum duduk ,klien memegang bagian sisi kursi
c. Perputaran leher
Klien memegang obyek untuk dukungan, klien tidak vertigo/pusing
d. Gerakan menggapai sesuatu
Memegang sesuatu untuk dukungan,dan tidak mampu berdiri pada
ujung-ujung jari kaki

27
e. Membungkuk
Klien tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil
dari lalntai,mendorong badanya keatas untuk berdiri lagi dan perlu
usaha-usaha multiple untuk bangun.
2. Komponen gaya berjalan
a. Meminta klien untuk berjalanpada tempat yang telah di tentukan
Klien tidak memegang obyek unuk dukungan
b. Ketinggian langkah kaki
< 2 inchi
c. Koninuitas langkah kaki
setelah langkah-langkah awal, klien tidak konsisten memulai
memngangkat satu kaki.
d. Kesimetrisan langkah
Panjang langkah yang tidak sama.langka kaki kiri lebih panjang dari
langka kaki kanan.
e. Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Berjalan dengan garis lurus
f. Berbalik
Klien berhenti sebelum berbalik.
VI. Pengkajian psikososial
a. Hubungan dengan orang laindalam wisma :
Klain mampu berinteraksi
b. Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:
Mampu berinteraksi
c. Kebiasaan lansia berinteraksi kewisma lainnya dalam panti : jarang
d. Stabilitas emosi
Stabil : karena kien tampak tenang dan hubungan dengan lansia
lainnya baik
e. Motivasi penghuni panti : kemauan sendiri
f. Frekuensi kunjungan keluarga : 1 kali/bulan

1. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah ibu mengalami susah tidur.? : tidak
28
b. Ada masalah atau banyak fikiran.? : tidak
c. Apakah murung murung atau menangis sendiri.? : tidak
d. Apakah ibu sering was-was.? : tidak

2. Pengukuran tingkat depresi


No pertanyaan
1. Apakah ibu sekarang ini merasa puas dengan ya
kehidupannya.?
2. Apakah ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau tidak
kesenangan akhir-akhir ini.?
3. Apakah ibu sering merasa hampa /kosong dalam hidup tidak
ini.?
4. Apakah ibu sering merasa bosan.? tidak
5. Apakah ibu merasa mempunyai harapan yang baik di masa ya
depan.?
6. Apakah ibu mempunyai pikiran jelek yang mengganggu tidak
terus menerus.?
7. Apakah ibu mempunyai semangat yang baik setiap saat ya

8. Apakah ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tidak
pada anda.?
9. Apakah ibu merasa bahagia sebagian besar waktu.? ya

10. Apakah ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa-apa.? tidak

11. Apakah ibu sering merasa resah dan gelisa.? tidak

12. Apakah ibu lebih senang tinggal diruma dari pada keluar tidak
dan mengerjakan sesuat.?
13. Apakah ibu sering merasa khawatir tentang masa depan.? tidak

14. Apakah ibu akhir-akhir ini sering pelupa.? Ya


15. Apakah ibu berfikir bahwa hidup ibu sekarang ini ya
menyenangkan.?
16. Apakah ibu sering merasa sedih dan putus asa.? tidak

17. Apakah ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini.? tidak

18. Apakah ibu sering merasa khawatir tentang masa lalu.? tidak

19. Apakah ibu merasa hidup ini menggembirakan.? ya

20. Apakah sulit bagi ibu untuk memulai kegiatan yang baru.? tidak

21. Apakah ibu merasa penuh semangat.? ya

22. Apakah ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan.? tidak

29
23. Apakah ibu berfikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya tidak
dari pada ibu.?
24. Apakah ibu sering mara karena ha-hal sepele.? tidak

25. Apakah ibu sering merasa ingin menangis.? tidak

26. Apakah ibu sulit berkonsentrasi Ya


27. Apakah ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagi ya
hari.?
28. Apakah ibu tidak suka berkumpul di pertemuan social.? tidak

29. Apakah mudah bagi ibu membuat suatu keputusan.? ya

30. Apakah piliran ibu masi mudah dalam memikirkan sesuatu Tidak
seperti dulu.?
Skor : 3 = tidak depresi

3. Tingkat kerusakan intelektual


Benar Salah Nomor Pertanyaan
 1 Tangal berapa sekarang.?
 2 Hari apa sekarang.?
 3 Apa nama tempat ini.?
 4 Dimana alamat anda.?
 5 Berapa umur anda.?
 6 Kapan anda lahir.?
 7 Siapa presiden Indonesia.?
 8 Siapa presiden sebelumnya.?
 9 Siapa nama ibu anda.?
 10 Kurani 3 dari 20 dan tetap mengurangi 3 dari setiap
angka baru secara menurun.
JUMLAH : 10 Fungsi intelektual kerusakan ringan

4. Identifikasi aspek kognitif


Mini metal state examination (MMSE), Folstein MF, 1975
Skor Skor Orientasi
maksimum manula
5 5 Senin, 20 – 09 – 2014, musim kemarau
5 5 Di panti jl. Mapanget, manado, prof.sulut
Registrasi
3 3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah
benda, 1 detik untuk tiap benda.( bola, kursi,
sepatu)
Jumlah percobaan : 1 kali
Atensi dan kalkulasi
5 4 Klien menghitung berturut-turut dengan selang
7 mulai 100 kebawah 100, 93, 86, 79, 72, 65.
Mengingat kembali (Recall)
3 3 Menanyakan kembali 3 benda yang telah di

30
sebutkan
(bola, Kursi, sepatu)
Bahasa
9 8 1. Apakah nama benda-benda ini.?(pulpen dan
buku)
2. Ulanglah kalimat berikut:” jika tidak dan
atau aku “
3. Laksanakan 3 buah perintah ini:” pegangla
selembar kertas dengan tangan
kananmu,,lipat kertas itu pada pertengahan
dan letakkan di lantai”
4. Bacalah dan laksanakan perintah berikut: “
PEJAMKAN MATA ANDA”
5. Tulislah sebuah kalimat. Anak saya 1 dan
suami saya suda meninggal.
6. Tirulah gambar ini

Jumlah 28 Normal

VII. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan


Kebiasaan merokok : tidak merokok
1. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali sehari
Jumlah makanan yang di habiskan : 1 porsi
Makanan tambahan : kadang-kadang di
habiskan
b. Pola pemenuhan cairan
Frekuensi minum : > 7 gelas sehari
Jenis minuman : air putih dan the
c. Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur : 6-8 jam
Gangguan tidur berupa :-
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : keterampilan
d. Pola eliminasi BAB
Frekuensi BAB : teratur
Konsistensi : lembek

31
Gangguan BAB : tidak ada

e. Pola BAK
Frekuensi BAK : ±4 kali sehari
Warna urine : kuning
Gangguan BAK : tidak ada
f. Pola aktivitas
Kegiatan produktif lansia yang sering di lakukan : keterampilan
tangan
g. Pola pemenuhan kebersihan diri
Mandi : 1 kali sehari
Memakai sabun : ya
Sikat gigi : 1 kali sehari
Penggunaan pasta gigi : ya
Kebiasaan berganti pakaian bersih : 1 kali sehari
2. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari
No Aktivitas Nilai
Bantuan Mandiri
1 Makan 10
2 Berpindah dari kursih roda ketempat tidur dan 5
sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur
3 Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur 5
dan menggosok gigi
4 Aktivitas toilet 5
5 Mandi 5
6 Berjalan dijalan yang datar 10
7 Naik turun tangga 8
8 Berpakain termasuk mengenakan sepatu 8
9 Mengontrol defekasi 8
10 Mengontrol berkemih 10
Jumlah 89
Ket : skor : 74 = ketergantungan sedang
VIII. Pengkajian lingkungan
1. Pemukiman
Luas bangunan : tidak di kaji
Bentuk bangunan : asrama
Jenis bangunan : permanen
Atap bangunan : seng

32
Lantai : keramik
Kebersihan lantai : baik
Ventilasi : 15 % luas lantai
Pencahayaan : baik
Pengaturan peralatan perabot : baik
Kelengkapan alay RT : lengkap
2. Sanitasi
Penyediaan air bersih (MCK) : PDAM
Penyediaan air minum : beli (aqua)
Pengelolaan jamban : bersama
Jenis jamban : leher angsa
Jarak dengan sumber air : > 10 m
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : lancer
Petugas sampah : dikelolah dinas
Polusi udara : tidak ada
Pengelolaan binatang pengerat : ya, dengan alat
3. Fasilitas
Peternakan : tidak
Perikanan : tidak
Sarana olah raga : ada, lapangan
Taman : ada , luas tidak dikaji
Ruang pertemuan : ada , luas tidak dikaji
Sarana hiburan : ada
Sarana ibada : ada, mesjid
4. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
System keamanan linkungan :ada
Penganan kebakaran : ada
Penanggulangan bencana : ada
b. Transportasi
Kondisi jalan masuk panti : rata
Jenis transportasi yang dimiliki : mobil dengan jumlah 2 buah
c. Komunikasi
Sarana komunikasi : ada
33
Jenis komunikasi yang di gunakan : telephon
Cara penyebarab informasi : langsung

Analisa data
N0 Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds : klien mengatakan Nyeri Akut
Rasa nyeri pada lutut Hiperaturasi asam urat
kanan sampai ke tungkai.
Nyeri dirasakan sejak 2 Penimbunan kristal monoatrium
hari yang lalu di sendi
Do :
klien melindungi sisi yang Terbentuknya thopi
sakit, meringis.
Nyeri pada daerah lutut Nyeri
kanan.
P :Nyeri bertambah
berat saat bergerak
Q :Klien mengatakan
nyeri seperti tertusuk
jarum didaerah kaki
kanan
S : skala 7 (0-10)
T : Durasi sewaktu
waktu, dan nyeri
sedikit hilang dengan
tirah baring.

2 Ds : klien mengatakan sulit Penimbunan kristal monoatrium Gangguan


untuk berjalan. di sendi mobilitas fisik
Do : klien tamapk sulit
berjalan Terbentuknya thopi
Klien tampak kesakitan

34
saat berjalan Nyeri
Aktivitas dibantu sebagian
Terjadi pad sendi kaki

Deformitas pada kaki

Hambatan mobilitas fisik


3 Ds : Klien mengatakan Kurang
tidak mengerti tentang Penimbunan kristal monoatrium pengetahuan
penyakitnya di sendi
klien mengatakan saat
sakit kambuh klien tidak gout
memeriksakannya.
Kurangnya paparaninformasi
Do : klien selalu bertanya
tentang penyakitnya.
Defist pengetahuan

4 Ds : klien mengatakan Nyeri Defisit perawatan


tidak bisa mandi karena diri:
sakit lutut Terjadi pada sendi kaki mandi/hygiene
Klien mengatakan karena
sakit klien menjadi malas Deformitas pada kaki
mandi
Do : klien tidak mampu Hambatan mobilitas fisik

mandi
Rambut dan kulit kepela Penurunan kemampuan

terlihat kotor perawatan diri

Kulit kusam dan tampak


kotor

35
B. Prioritas diagnose keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan Terbentuknya thopi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
4. Defisit perawatan diri: mandi/hygiene berhubungan dengan penurunan
kemampuan merawat diri

36
C. Intervensi keperawatan
Dx.
No. Tujuan & KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah 1. Kaji keluhan nyeri, 1) Membantu dalam
nyaman : dilakukan catat lokasi dan mengendalikan
Nyeri tindakan intensitas (skala 0- kebutuhan manajemen
berhubungan keperawatan 10). nyeri dan keefektifan
dengan selama 3x24 2. Berikan posisi yang program
Terbentuknya jam,diharapkan nyaman, sendi yang 2) Bantalan yang
thopi nyeri klien nyeri (kaki) empuk/lembut akan
berkurang. diistirahatkan dan mencegah pemeliharaan
KH : diberikan bantalan kesejajaran tubuh yang
nyeri berkurang 3. Berikan kompres tepat dan menempatkan
dari skala 7 hangat atau kompres stress pada sendi yang
menjadi skala 4 dingin sakit.
atau 3 4. Berikan masase yang 3) Pemberian kompres
pasien tampak lembut dapat memberikan efek
rileks 5. Anjurkan klien untuk vasodilatasi dan
sering mengubah keduanya mempunyai
posisi tidur efek membantu
6. Anjurkan klien untuk pengeluaran endorfin
minum 2 liter air atau dan dapat menghambat
lebih setiap hari impuls-impuls nyeri
7. Anjurkan lansia 4) Meningkatkan relaksasi,
untuk mengurangi memberikan kontrol dan
konsumsi makanan mungkin meningkatkan
yang tinggi purin kemampuan koping.
5) Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan
kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan
atau rasa sakit pada

37
sendi.
6) membantu pembuangan
asam urat, dan
meminimalkan
pengendapan urat dalam
saluran kemih
7) Purin merupakan
senyawa yang akan
dirombak menjadi asam
urat dalam tubuh
2. Gangguan Setelah 1. Pertahankan istirahat 1) Istirahat yang sistemik
mobilitas fisik dilakukan tirah baring/duduk selama eksaserbasi akut
berhubungan tindakan jika diperlukan. 2) seluruh fase penyakit
dengan nyeri keperawatan 2. Jadwalkan aktifitas yang penting untuk
persendian selama 3x24 untuk memberikan mencegah kelelahan,
jam, periode istirahat yang mempertahankan
diharapkan terus menerus dan kekuatan. Dan
tidak hambatan tidur malam hari mengurangi pergerakan
mobilitas fisik yang tidak terganggu pada sendi yang sakit
teratasi, 3. Ajarkan kepada klien 3) Menghindari cedera
KH : untuk malakukan akibat kecelakaan atau
Klien dapat ambulasi dengan jatuh
berjalan secara bantuan misal dengan 4) ROM aktif dapat
bertahap, tanpa menggunakan membantu dalam
mengalami tongkat dan berikan mempertahankan /
kesulitan lingkungan yang meningkatkan kekuatan
aman misalnya lantai dan kelenturan otot,
jangan sampai licin. mempertahankan fungsi
4. Monitor untuk latihan cardiorespirasi, dan
ROM aktif pasien . mencegah kontraktur
dan kekuatan sendi
3. Kurang Setelah 1. bina hubungan saling 1) menciptakan kerja sama
pengetahuan dilakukan percaya dengan klien

38
berhubungan tindakan 2. kaji pengetahuan 2) mengetahui tentang
dengan keperawatan klien tentang pengetahuan dan
kurangnya selama 3x24 penyakit gout menentukan intervensi
paparan jam,diharapkan 3. jelaska pada klien 3) agar klien menjadi lebih
informasi klien dapat tentang pengertian, memahami tentang
mengerti penyebab, dan tanda- penyakitnya
tentang gejala 4) untuk memastikan klien
penyakitnya 4. menanyakan kembali memahami penjelasan
KH : pada klien tentang perawat
pasien dapat penyebab , pengertian 5) meningkatkan rasa
menjelaskan , dan tanda-gejala percaya diri klien
pengertia 5. member pujian
penyakit asam terhadap kemampuan
urat, penyebab klien memahami
serta tanda dan materi yang di
gejalanya diskusikan

4 Defisit Setelah 1. bina hubungan saling 1) gar klien percaya dan


perawatan diri: dilakukan percaya mau melakukan segala
mandi/hygiene tindakan 2. diskusikan bersama proses perawatan diri
berhubungan perawatan klien pentingnya 2) agar klien dapat
dengan selama 3x24 kebersihan diri membedakan keadaan
penurunan jam diharapkan dengan cara bersih dan yang tidak
kemampuan klien menjelaskan bersih
merawat diri termotivasi pengertian bersih dan 3) lansia biasanya sudah
untuk mandi tanda-tanda bersih mengalami penurunan
KH : 3. ingatkan klien untuk daya ingat, sehingga
Klien mandi 2 memelihara harus selalu diingatkan
kali sehari kebersihan diri 4) agar kebersihan diri
seperti mandi 2 kali klien terpenuhi
sehari pagi dan sore meskipun dalam kedaan
4. bantu klien untuk sakit
mandi

39
D. Implementasi
Hari ke 1
No Hari/tgl Dx.keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Kamis, 03 Gangguan rasa 1. mengkaji keluhan nyeri, mencatat lokasi dan intensitas (skala 0-10). 08.30
oktober nyaman : Nyeri Hasil: S: klien mengatakan
2018 berhubungan P : nyeri bertambah saat berjalan masih merasa nyeri
dengan Q :klien mengatakan nyeri seperti tertusuk jarum pada lutut kanan
terbentuknya thopi R : nyeri didaerah kaki kanan sampai ke tungkai.
S : skala 7 (0-10)
T : Durasi sewaktu waktu O: klien tampak
2. memberikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan meringis
diberikan bantalan.(09.00) Skala nyeri 7
Hasil: S klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya seperti itu.
O : Klien tampak tenang dan nyaman A: masalah belum
3. memberikan kompres hangat atau kompres dingin.09.10 teratasi
Hasil: Klien telah dikompres, klien mengatakan nyeri berkurang saat dikompres
4. memberikan masase yang lembut.10.00 P:lanjutkan intervensi
Hasil: massase pada daerah lutut (1-10)
5. menganjurkan klien untuk sering mengubah posisi tidur
Hasil : Klien mau melakukan perubahan posisi tidur

40
6. Menganjurkan klien untuk minum 2 liter air atau lebih setiap hari
Hasil : klien mau mengikuti apa yang dianjurkan
7. Klien diberikan makanan rendah purin.
Hasil: seperti nasi dan ikan laut
2 kamis, 03 Gangguan 1. Mempertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. (08.00)
oktober mobilitas fisik Hasil: klien dalam posis istirahat tirah baring S: Pasien mengatakan
2018 berhubungan 2. Menjadwalkan aktifitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus masih sulit untuk
dengan nyeri dan tidur malam hari yang tidak terganggu. (08.30) berjalan, Bagian
persendian Hasil : aktivitas terjadwal dan aktivitas dikurangi lututnya masi terasa
3. Mengajarkan kepada klien untuk melakukan ambulasi dengan bantuan misal akit.
dengan menggunakan tongkat dan berikan lingkungan yang aman misalnya lantai
jangan sampai licin. (08. 45) O: Klien tamapk sulit
Hasil : klien mengerti apa yang diajarkan berjalan, Klien tampak
4. meonitor untuk latihan ROM aktif pasien . kesakitan saat berjalan
Hasil : Klien masih sulit menggerkan kakiknya sendiri
A: Masalah belum
teratasi

P: lanjutkan intervensi
(1-4)

41
3 Kamis , 03 kurang 1. Membina hubungan saling percaya (08.00)
oktober pengetahuan Hasil : klien percaya pada perawat S: Klien mengatakan
2018 berhubungan 2. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit gout (08.30) sudah cukup
dengan kurangnya Hasil : klien tidak tahu tentang penyakit gout memahami tentang
paparan informasi 3. Menjelaskan pada klien tentang pengertian, penyebab, dan tanda-gejala 08.40 penyakitnya
Hasil : Klien mendengarkan tentang penjelesan perawat.
4. Menanyakan kembali pada klien tentang penyebab , pengertian , dan tanda-gejala. O: klien tampak
(09.30) mengerti
Hasil : klien bisa menjelaskan kembali tentang pengertian, penyebab, dan tanda-
gejala, namun belum secara detail. A: masalah teratasi
5. Memberi pujian terhadap kemampuan klien memahami materi yang di diskusikan sebaguan
Hasil : Klien tersenyum P: Pertahankan
Intervensi ( Ingatkan
tentang penyebab dan
tanda gejala dari gout)
4 Kamis , 03 Defisit perawatan 1. Membina hubungan saling percaya (08.00)
oktober diri: mandi/hygiene Hasil : klien percaya dengan perawat S : Klien mengatakan
2018 berhubungan 2. Berdiskusi bersama klien menjelaskan pengertian bersih dan tanda-tanda bersih masih malas mandi
dengan penurunan (09.00) Jika lututnya masih
kemampuan Hasil : klien tampak antusias menerima penjelasan sakit
merawat diri 3. Mengingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi 2 kali sehari

42
pagi dan sore (09.15) O : Klien masih
Hasil : Klien memahami belum mau mandi jika
4. Memotivasi klien untuk mandi 2 kali sehari pagi dan sore 09.30 dan 15.00 tidak dipantau karena
Hasil : Klien tidak mau mandi karena lututnya masih sakit lututnya masih sakit

A : masalah belum
teratasi

P : lanjutkan
intervensi (1-4)

Implementasi Hari ke 2
No Hari/tgl Dx.keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Jumat , 04 Gangguan rasa 1. Mengkaji keluhan nyeri,men catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). (08.30_
oktober nyaman : Nyeri Hasil: S: Klien mengatakan
2018 berhubungan P : nyeri bertambah saat berjalan nyeri berkurang pada
dengan Q :klien mengatakan nyeri seperti tertusuk jarum lutut kanan.
terbentuknya thopi R : nyeri didaerah kaki kanan
S : skala 5 (0-10) O: Klien tampak
T : Durasi sewaktu waktu sedikit rileks
2. Memberikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan Skala nyeri 5

43
diberikan bantalan.09.00 A: masalah belum
Hasil: S : klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya seperti itu. teratasi
O : Klien tampak tenang dan nyaman
3. Memberikan kompres hangat atau kompres dingin (09.10) P:lanjutkan intervensi
Hasil: Klien telah dikompres, klien mengatakan nyeri berkurang saat dikompres (1-10)
4. Mengajarkan klien untuk sering mengubah posisi tidur. (09.00)
Hasil: S : Klien mengatakan iya.
O : klien tampak memahami, posisi tidur klien sering dirubah
5. Memberikan masase yang lembut.(10.00)
Hasil: massase pada daerah lutut
6. menganjurkan klien untuk minum 2 liter air atau lebih setiap hari
Hasil : klien mau mengikuti apa yang dianjurkan
7. klien diberikan makanan rendah purin.
Hasil: klien makan nasi dan sayur sup
2 Jumat , 04 Gangguan 1. Mempertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan S: Klien mengatakan
oktober mobilitas fisik Hasil: klien dalam posis istirahat tirah baring masih sedikit sulit
2018 berhubungan 2. Menjadwal aktifitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan untuk berjalan.
dengan nyeri tidur malam hari yang tidak terganggu. (08.30)
persendian 3. Mengajarkan kepada klien untuk melakukan ambulasi dengan bantuan misal O: Klien tamapk sulit
dengan menggunakan tongkat dan berikan lingkungan yang aman misalnya lantai berjalan, Klien masih
jangan sampai licin.(08. 45) tampak sedikit

44
Hasil : klien mengerti apa yang diajarkan. Lantai tidak licin kesakitan saat berjalan
4. meonitor untuk latihan ROM aktif pasien .
Hasil : Klien masih merasakan sakit saat menggerakan lututnya A: Masalah belum
teratasi

P: lanjutkan intervensi
(1-4)
3 Jumat , 04 kurang 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit gout (08.30) S: Klien sudah
oktober pengetahuan Hasil : klien sudah mengerti tentang penyakit gout mengerti tentang
2018 berhubungan 2. Menjelaskan pada klien tentang pengertian, penyebab, dan tanda-gejala 08.40 penyakitnya
dengan kurangnya Hasil : Klien mendengarkan tentang penjelesan perawat.
paparan informasi 3. Menanyakan kembali pada klien tentang penyebab , pengertian , dan tanda-gejala. O: Klien sudah
(09.30) mampu menjelaskan
Hasil : klien bisa menjelaskan kembali tentang hanya pengertian, dan tanda- pengertian ,gejala
gejala. penyakitnya dan
4. Member pujian terhadap kemampuan klien memahami materi yang di diskusikan penyebab gout
Hasil : klien tampak senang mendengar pujian dari perawat
A: masalah teratasi
P:-
4 Jumat , 04 Defisit perawatan 1. Berdiskusi bersama klien menjelaskan pengertian bersih dan tanda-tanda bersih S : klien mengatakan
oktober diri: mandi/hygiene (09.00) masih mau mandi tapi

45
2018 berhubungan Hasil : klien tampak antusias menerima penjelasan dibantu perawat
dengan penurunan 2. Mengingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi 2 kali sehari
kemampuan pagi dan sore 09.15 O : klien mau mandi,
merawat diri Hasil : klien telah diingatkan hanya 1 kali sehari
3. membantu klien untuk mandi 2 kali sehari pagi 09.30 dan sore 15.00
Hasil : Klien hanya mandi pagi dengan bantuan perawat A : masalah belum
teratasi

P : lanjutkan
intervensi (1-4)

Implementasi Hari ke 3
No Hari/tgl Dx.keperawatan Implementasi Evaluasi
1 sabtu, 05 Gangguan rasa 1. Mengkaji keluhan nyeri mencatat lokasi dan intensitas (skala 0-10). (08.30_ S: klien mengatakan
oktober 2018 nyaman : Nyeri Hasil: skala nyeri 3 nyeri terasa berkurang
berhubungan 2. Memberikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan pada lutut kanan.
dengan diberikan bantalan.09.00 O: klien tampak rileks
terbentuknya thopi Hasil: S : klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya seperti itu. Skala nyeri 3
O : Klien tampak tenang dan nyaman A: masalah teratasi
3. Memberikan kompres hangat atau kompres dingin (09.10) P: petahankan
Hasil: Klien telah dikompres, klien mengatakan nyeri berkurang intervensi (1-10)

46
4. Menganjurkan klien untuk sering mengubah posisi tidur. (09.00)
Hasil : klien tampak memahami, posisi tidur klien sering dirubah
5. Memberikan masase yang lembut.(10.00)
Hasil: massase pada daerah lutut
6. menganjurkan klien untuk minum 2 liter air atau lebih setiap hari
Hasil : klien mau mengikuti apa yang dianjurkan
7. klien diberikan makanan rendah purin.
Hasil: seperti nasi sayur sup
2 Sabtu , 05 Gangguan 1. Mempertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan S: Klien mengatakan
oktober 2018 mobilitas fisik Hasil: klien dalam posis istirahat tirah baring dapat berjalan.
berhubungan 2. Menjadwal aktifitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan O: klien tampak bisa
dengan nyeri tidur malam hari yang tidak terganggu. (08.30) berjalan
persendian 3. Mengajarkan kepada klien untuk melakukan ambulasi dengan bantuan misal A:masalah teratasi
dengan menggunakan tongkat dan berikan lingkungan yang aman misalnya lantai P: pertahankan
jangan sampai licin.(08. 45) intervensi (1-4)
Hasil : klien mengerti apa yang diajarkan. Lantai tidak licin
4. meonitor untuk latihan ROM aktif pasien .
Hasil : Klien sudah mampu menggerkan lututnya sendiri walaupun harus perlahan
- lahan

47
4 Sabtu , 05 Defisit perawatan 1. Berdiskusi bersama klien menjelaskan pengertian bersih dan tanda-tanda bersih S : Klien mengatakan
oktober 2018 diri: mandi/hygiene (09.00) sudah ingin mandi
berhubungan Hasil : klien tampak antusias menerima penjelasan karena nyeri lututnya
dengan penurunan 2. Mengingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi 2 kali sehari sudah berkurang
kemampuan pagi dan sore 09.15 O : klien mau mandi 2
merawat diri Hasil : klien telah diingatkan kali sehari, pagidan
3. membantu klien untuk mandi 2 kali sehari pagi dan sore 09.30 dan 15.00 sore
Hasil : Klien mau mandi pagi dan sore dengan bantuan perawat A : masalah teratasi
P : pertahankan
intervensi (1-4)

48
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa proes menua merupakan suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Sehingga dpat terjadi penurunan fungsi organ dan
terjadi Perubahan –perubahan biologis pada lansia, salah satunya gangguan pada sendi.
Seperti pada kasus diatas terjadi pada lansia ny. A yang mengalami gejala-gejala seperti
nyeri pada lutut, nyeri dirasakan sampai ke tungkai kaki kanan bawah serta bengkak dan
terasa panas, akibatnya klien sulit berjalan dan beraktivitas. Gejala-gejala tersebut muncul
karens adanya deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan
metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan
keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada
lansia dengan gangguan biologis dengan penyakit gout, pendokumentasian harus jelas
dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.

49
DAFTAR PUSTAKA

htmlhttp://arekareks14b.blogspot.com/2013/04/askep-lansia-gg-biologis-kel3s1-3b.html

http://chazchizrektif.blogspot.com/2013/04/teori-biologik-proses-penuaan.html

Czeresna. H, dkk, Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri, Edisi pertama, Bagian
Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, 2000

R. Boedhi Darmojo, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 2, , FKUI, 1999

Marilyn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, 1999

50

También podría gustarte