Está en la página 1de 5

Dampak Positif Dari Pembangunan Pelabuhan

a) Pelabuhan laut dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi dan sebaliknya


pembangunan ekonomi dapat pula mempengaruhi peningkatan aktivitas pelabuhan
(UNCTAD dan Ditjen Perhubungan Laut, 2000).
b) Hal-hal yang terukur seperti pajak-pajak, deviden dan retribusi.
c) yang tidak terukur adalah kesempatan kerja dan tumbuhnya usaha-usaha di sekitar
pelabuhan, sebagai efek ganda kegiatan ke pelabuhan yang akan memberikan nilai tambah
ekonomi pada daerah sekitar pelabuhan.
d) aspek sosial. Dalam aspek sosial ini, pelabuhan dapat dijadikan sebagai transportasi
perairan dan juga dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat sekitar pelabuhan, misal
dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai hal yang berhubungan dengan
kegiatan masyarakat yang akan mereka lakukan di lingkup pelabuhan tersebut.

Dampak Negative Dari Pembangunan Pelabuhan


1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan
Kawasan pesisir berupa kawasan lahan basah berhutan mangrove, pantai berpasir, atau
pantai berbatu. Pembangunan pelabuhan dikawasan tersebut, akan menimbulkan perubahan
fungsi dan tata guna lahan yang mengakibatkan perubahan bentang alam. Pada awalnya,
kawasan tersebut berfungsi sebagai cathmen area baik untuk air hujan maupun air pasang,
namun setelah ada pembangunan pelabuhan, seperti kegiatan pembukaan lahan, pemotongan
dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi, serta pemadatan tanah, akan mengubah lahan
fungsi tersebut. Sehingga air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, sehingga
meningkatkan volume air limpasan (run off) dan meningkatkan terjadinya potensi genangan
dan mengubah pola genangan. Selain itu, pelabuhan mengambil air bawah tanah secara besar-
besaran dan tidak terkontrol untuk dijual ke kapal-kapal yang bersandar. Kegiatan tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan tanah, yang akhirnya menyebabkan banjir rob di wilayah
sekitar pelabuhan dan juga timbulnya keresahan dan pandangan negatif masyarakat sekitar.
Dampak lain yang terjadi dari perubahan fungsi dan tata guna lahan adalah terjadinya
perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk. Semisal, pada awalnya wilayah
tersebut merupakan wilayah pertanian garam. Setelah adanya pelabuhan, para penduduk
beralih menjadi pekerja di pelabuhan. Otomatis, pendapatan mereka juga berubah. gangguan
terhadap aktivitas nelayan, peningkatan kepadatan lalu lintas pelayaran maupun lalu lintas di
sekitar wilayah pelabuhan.
2. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Penurunan kualitas udara dapat disebabkan oleh peningkatan debu akibat kegiatan
konstruksi dan kegiatan operasional loading off loading di pelabuhan. Udara pelabuhan
menjadi kotor dan berimbas pada kesehatan masyarakat pelabuhan. Peningkatan kebisingan
pada kegiatan pelabuhan terutama berasal dari kegiatan alat konstruksi, pengangkutan
material, pemancangan dan pembangunan terminal danloading offloading di pelabuhan, yang
mengganggu ketenangan di permukiman sekitar pelabuhan.
3. Penurunan Kualitas Air Laut dan Kualitas Air Permukaan
Penurunan kualitas air laut dikarenakan adanya peningkatan kekeruhan dan penigkatan
pencemaran air laut. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan konstruksi pada pembangunan
pelabuhan, terutama pada tahap pengerukan (capital dredging) dan pembuangan material
keruk. Kegiatan tersebut akan memengaruhi kualitas air laut dan kualitas air permukaan (jika
pembangunan pelabuhan terletak di sekitar sungai) dengan adanya peningkatan pencemaran
terutama yang dihasilkan dari discharge air limbah domestik dan non domestik (air balast, tank
cleaning dan bahan kimia yang digunakan untuk perawatan kapal), kegiatan operasional
loading-offloading di pelabuhan serta korosi pada kapal. Hal ini juga berdampak pada
kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air yang tercemar maupun mengkonsumsi ikan
yang hidup di perairan pelabuhan.

4. Perubahan Pola Arus Laut, Gelombang dan Garis Pantai


Kegiatan pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya akan memengaruhi terjadinya
perubahan kedalaman laut, pola arus laut dan gelombang mengakibatkan dampak turunan
yaitu adanya perubahan pola sedimentasi yang dapat mengakibatkan abrasi dan akresi
(perubahan garis pantai). Jika bagian struktur pelabuhan menonjol ke arah laut, maka mungkin
terjadi erosi pada garis pantai disekitarnya akibat transpor sediment sejajar pantai yang
terganggu. Dampak ini merupakan isu yang paling penting dalam setiap pembangunan di
wilayah pesisir, sehingga dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan harus dilakukan
secara berkesinambungan.
5. Gangguan Terhadap Biota Perairan
Kegiatan pembukaan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik
fasilitas pelabuhan dapat mengganggu biota yang ada di lahan basah seperti mangrove,
jenis crustacea, larva-larva ikan dan biota perairan lainnya seperti terumbu karang dan padang
lamun. Gangguan terhadap biota perairan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung disebabkan oleh kegiatan pengerukan dan pembangunan, sedangkan secara
tidak langsung merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air laut akibat operasional
pelabuhan.

6. Tanah
Perubahan ini dapat terjadi karena kegiatan pernbukaan lahan, pengangkutan bahan, d1l.
Dalam tahap operastonal, pencemaran tanah akan semakin meningkat terutama disebabkan
oleh pernbuangan limbah baik padat maupun cair.
6. Sanitasi

a. Penyediaan air minum


Penyediaan air minum adalah upaya pemenuhan kebutuhan air minum di daerah pelabuhan,
dengan cara menampung air minum dari PDAM ke dalam bak penampungan/tandon/ storage
tankuntuk kemudian disupplay melalui hydrandan perpipaan menuju kapal, perkantoran dan
keperluan lain dalam kegiatan di daerah pelabuhan. Dilakukan pengawasan fasilitas dan
sanitasinya oleh petugas dari pihak pengelola yaitu PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II.

b. Pengamanan makanan dan minuman


Penyediaan tempat penyediaan makanan dan minuman dilakukan oleh pengelola pelabuhan
berupa bangunan Kantin/ Restoran/ Warung yang kemudian diserahkan kepada pihak ketiga
(swasta) melalui perjanjian kontrak. Tujuan upaya ini untuk melindungi makanan dan
minuman melalui kegiatan pengawasan pada peryaratan teknis yaitu: Mutu bahan/ makanan
dan prosedur pengelolaan mulai dari tahap; pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku,
pengolahan makanan, penyajian dan pengangkutan makanan, tujuannya menghindarkan
kemungkinan tercemar bahan-bahan kontaminan. Dilanjutkan dengan pengawasan
persyaratan teknis lainnya seperti: Tempat pengolahan, alat-alat/ prasarana pengolahan dan
pengelola makanan (food handlers). Pengawasan dilakukan kapada seluruh tempat
penyediaan makanan dan minuman seperti Kantin/ Restoran/ Warung yang menyediakan
makanan dan minuman dan berada di daerah pelabuhan.
c. Hygiene sanitasi bangunan/ gedung

Bangunan/ gedung dibangun dan diperuntukan untuk menunjang kelancaran aktifitas


pelabuhan dan merupakan tempat-tempat umum yang keberadaanya harus selalu dipantau
baik untuk pemeliharaan fisiknya maupun kondisi sanitasinya, dimana fasilitas ini merupakan
faktor risiko timbul dan penularan penyakit. Sehingga harus dilakukan pengawasan oleh
instansi terkait dalam upaya mengawasi kondisi sanitasi, melalui pemeriksaan komponen atau
bagian-bagian bangunan serta fasilitas pendukungnya yang berada di pelabuhan dari
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan.

d. Sanitasi kapal

Kapal adalah peralatan angkutan yang terbuat dari besi atau kayu yang dipergunakan untuk
mengangkut barang atau orang. Kapal merupakan bagian dari komponen pelabuhan yang
sangat penting peranannya dalam mendukung aktifitas dan keberadaan pelabuhan. Sebagai
alat transportasi, kapal merupakan faktor risiko strategis sebagai media transmisi penyebaran
penyakit antar daerah atau negara. Untuk itu harus dilakukan pengelolaan dan pengawasan
kondisi sanitasinya, dilakukan pengawasan pada semua bagian dalam kapal melalui
pemeriksaan fisik di lapangan termasuk pengawasan keberadaan binatang pengerat (tikus)
dan serangga penular penyakit lainnya. Dilakukan pengambilan sampel makanan dan
minuman untuk pemeriksaan secara biologis dan kimia di laboratorium.

e. Pengendalian pencemaran

Pengendalian pencemaran adalah pengawasan yang diarahkan pada sumber atau media
dimana awal proses pencemaran terjadi. Sumber pencemaran di pelabuhan berupa limbah
padat dan cair. Sumber pencemaran dari limbah padat berupa sampah terdiri dari sampah
domestik (domestic waste), sampah komersil (commercial waste) dan sampahsampah yang
berasal dari gedung perkantoran. Sumber sampah berasal perkantoran, TPM dan jasa boga,
kapal, gudang, bengkel, area parkir, lapangan container, terminal penumpang dan WCberupa
kotoran manusia (tinja).

Sumber pencemaran dari limbah cair terjadi dari kegiatan seperti:

1) WC (urine), urinoir, wastafel,


2) Pengolahan makanan, minuman dari kapal,
3) Kegiatan-kegiatan kebersihan, air hujan, pertamanan, dan air balast kapal yang
dibuang ke sungai/ laut.Begitu juga air limbah yang berasal dari kapal berupa
buangan air balast mempunyai kecenderungan sangat tinggi untuk dibuang ke sungai/
laut dan menimbulkan pencemaran lingkungan.

f. Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit


Pengendalian vektor dan binatang penular penyakit adalah upaya yang dilakukan oleh
petugas sanitasi melalui pengamatan dan pengendalian. Tujuannya untuk menurunkan
populasi atau melenyapkan vektor binatang penular penyakit melalui pengamatan dan
pemberantasan penyakit yang ditularkan oleh vektor dan binatang penular penyakit di daerah
pelabuhan.

También podría gustarte