Está en la página 1de 12

PROSES PEMISAHAN

ABSORPSI

Oleh :

1. Adias Faniansyah (1541420040)


2. Amanah Nur Permata (1541420044)
3. Aulia Rihhadatul’aisy.R (1541420037)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK KIMIA
2017

1
I. Pengertian Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya
fisik (absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (absorpsi
kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih
dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia
mengungguli absorpsi fisik.Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam
industri kimia dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan
penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam
cairannya.
II. Macam - Macam absoprsi
Menurut prosesnya absorpsi ada 2 macam yaitu:
a. Absorbsi fisik
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S
dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya
interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair.
b. Absorbsi kimia
Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi
dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari
absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik
amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk
mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa gas,
sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan.
Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping
penangkapan dinamik.

III. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi


a. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering
juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1) Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2) Selektif
3) Memiliki tekanan uap yang rendah

2
4) Tidak korosif.
5) Mempunyai viskositas yang rendah
6) Stabil secara termis.
7) Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas
yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium
hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk
gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
b. Absorbat

Dapat berupa zat padat elektrolit maupun non-elektrolit. Untuk zat elektrolit
absorpsinya besar,karena mudah mengion, sehingga antara molekul-molekulnya
saling tarik menarik, untuk zat non-elektrolit absorpsinya sangat kecil.
c. Konsentrasi

Makin tinggi konsentrasi larutan, kontak antara adsorben dan absorbat akan
makin besar, sehingga absorpsinya juga makin besar.

d. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, gaya absorpsi akan besar sebab
kemungkinan zat untuk diadsorpsi juga makin luas. Jadi, semakin halus suatu
adsorben, maka adsorpsinya makin besar.
e. Temperatur

Temperatur tinggi, molekul absorbat bergerak cepat, sehingga kemungkinan


menangkap atau mengabsorpsi molekul-molekul semakin sulit.

f. Kolom Absorpsi
Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben ini
antara lain, arang aktif, bentonit, dan zeolit.
1) Arang aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang
selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben
(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini

3
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan
aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.
Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia.
Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.
Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau
sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat
arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder
yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase
cair,berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna
dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu
dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Arang aktif diperoleh
dari serbuk serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang
mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. Arang aktif sebagai
penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat keras diameter
pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus, digunakan dalam rase gas,
berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis,pemisahan dan pemurnian
gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang
mempunyaibahan baku yang mempunyai struktur keras.

Gambar IV.1. Gambar Arang aktif dalam proses absorpsi

2) Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok
mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah serta mempunyai rumus
kimia sebagai berikut :
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali
adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-

4
pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit
tersebut dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri
kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi,
pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara,
pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia. Dalam keadaan normal
maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang
membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut dipanaskan selama
beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900˚C, maka kristal zeolit yang
bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit
tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit
mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat.
Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya
dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa
dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud
mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.

Gambar IV.2. Gambar Zeolit dalam proses absorpsi


3) Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam
dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung
tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral
industri dan lain-lain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan
kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth.
Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya
pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's
earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat
bentonit sebagai adsorben adalah :
1) mempunyai surface area yang besar (fisika)
2) bersifat asam yang padat (kimia)
3) bersifat penukar-ion (kimia)
4) bersifat katalis (kimia)

5
IV. Jenis – Jenis Kololm Absorpsi
Tipe kolom absorber digolongkan ke dalam beberapa bagian yang masing-
masing memiliki klasifikasi dan pemakaian yang berbeda pada operasinya.
Dimana pemakaian harus disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan. Operasi
perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower yang di desain untuk kotak dua
phase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 type utama yang metodenya digunakan
untuk menghasilkan kontak interphase.
a. Spray Tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar di mana phase gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan likuid di dalam spray nozzles. Berikut ini menunjukan
aliran phase di dalam spray tower, likuid masuk dalam spray dan jatuh karena gaya
gravitasi, serta kontak secara counter curent dengan aliran gas yang masuk. Untuk
ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed powder,
tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray turun dengan cepat.
Sedangkan kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar dengan
terjadinya sedikit penurunan, panda prakteknya ditemukan ketidakmungkinan
untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan interfase efektif berkurang
dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan secara luas.
Spray nozzles didesain untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan presure
drop besar maupun kecil, untuk aliran likuid yang mempunyai flow rate yang kecil,
maka cross area kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop fals
menentukan waktu kontak dan sirkulasinya. Disertai dengan influensasi mass
transfer antara dua phase dan harus kontak terus-menerus. Hambatan pada transfer
yaitu pada phase gas dikurangi dengan gerakan swirling dari falling likuid droplets.
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi
dimana dikontrol laju perpindahan masa secara normal pada phase gas.

Gambar V.1. Gambar Spray Tower pada Absorpsi

6
b. Bubble Tower
Di Bubble tower ini, gas terdispersi menjadi phase likuid di dalam fine bubble.
Small gas bubble menentukan luas area. Kontak perpindahan massa terjadi di dalam
bubble formation dan buble rise up melalui likuid. Arah aliran counter current
dimana gas terdispersi di bottom tower. Gerakan bubble mengurangi hambatan
likuid-phase. Bubble tower digunakan dengan sistem dimana pengontrol laju dari
perpindahan masa pada phase likuid yang absorbsinya adalah relatif phase
gas. Mekanisme dasar perpindahan massa terjadi di dalam bubble tower dan
demikian juga dengan aliran counter di dalam tank bubble batch dimana gas itu
terdispersi di dalam botom tank.

Gambar V.2. Gambar Spray Tower pada Absorpsi


c. Packed Tower

Packing yang digunakan pada packed tower adalah untuk memperbesar luas
permukaan kontak antara gas dan liquid. Keuntungan dari penggunaan Packed
Tower sebenarnya ada banyak, diantaranya sebagai berikut :

1) Presure drop aliran gas rendah.


2) Dapat lebih ekonomis di dalam operasi cairan korosif karena ditahan
untuk packing keramik.
3) Biaya column dapat lebih murah dari plate column pada ukuran diameter
yang sama.
4) Cairan hold up kecil.

7
Gambar V.3. Gambar Packed Tower pada Absorpsi

V. Aplikasi Absorpsi
Absorbsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari
suatu zat dengan cara merubah fasenya.
a. Pembuatan Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
yang berupa gas yang mempunyai suhu 182˚C didinginkan pada kondensor
hingga suhu 55˚C,dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada
tingkat I mengandunglarutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 –
40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air
pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan
formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact
dengan air proses.
Formaldehid merupakan bahan yang sering digunakan dalam industri kimia
sehingga produksi formaldehid berkembang pesat sejak sekade pertama abad 20.
Perkembangan ini salah satunya karena formaldehid dapat dibuat dengan proses
yang relatif sederhana dan dengan biaya yang relatif murah. Sifat–sifat yang
membuat formaldehid bernilai disebabkan oleh reaktifitas kimianya yang tinggi,
warna, kestabilan dan kemurniannya. Sebagian besar formaldehid digunakan dalam
industri adhesive sintesis, diantaranya adalah sebagai bahan baku utama untuk
produksi adhesive yang digunakan untuk plywood.
1) Persiapan bahan baku pembuatan formalin
Metanol cair dengan temperatur ± 30°C dipompa dari metanol tank dan
dipanaskan di preheater (MP) sampai temperatur 65°C lalu dimasukkan dalam
vaporizer (VP). Di dalam vaporizer terjadi perubahan fase dari cair menjadi gas
dengan suhu dalam vaporizer 65–75°C. Metanol gas dari vaporizer dipanaskan lagi
dengan super heater (SH) di bagian atas vaporizer sampai suhu 95°C dan langsung
dimasukkan ke mix gas (MG).
Udara dihisap melalui air filter (penyaring udara) dengan blower. Setelah

8
dipanaskan dengan pemanas udara sampai suhu ±110°C lalu dimasukkan ke dalam
mix gas (MG). Steam masuk melalui steam filter pada suhu 140 ˚C ke mix gas
(MG).
2) Proses Reaksi
Udara, steam dan metanol gas bercampur rata di mix gas pada suhu 140 ˚C
lalu masuk ke reaktor (RE) dengan melewati mix gas filter (MGF) untuk menjaga
agar tidak ada tetes-tetes cairan (kondensat) masuk ke reaktor. Pada saat start
operation, temperatur katalis dinaikkan oleh heater sebagai pemanas awal sampai
suhu 400–450°C, setelah itu heater dimatikan sehingga suhu katalis naik dengan
sendirinya sampai suhu operasi yang diinginkan karena adanya reaksi eksoterm. Di
dalam reaktor terjadi reaksi pembuatan gas formaldehid dengan bantuan katalis
perak pada suhu operasi 650–700°C. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Reaksi oksidasi metanol :
CH3OH + ½ O2  CH2O + H2O -37 kcal/mol
Dehidrogenasi metanol
CH3OH  CH2O + H2 +21 kcal/mol
Gas formaldehide yang terbentuk kemudian di-spray dengan larutan crude formalin
44% dengan temperature 80 oC untuk menurunkan suhu gas formaldehid sampai
dibawah 250 oC. Spray crude formalin ini juga dapat menyebabkan terjadinya
reaksi samping yaitu terbentuknya paraform dan asam format (formic acid). Reaksi
samping yang terjadi di dalam reaktor yaitu:

Reaksi pembentukan paraform (methylen glycol)


CH2O + H2O  HOCH2OH (methylen glycol)
atau polymer dapat ditulis :
n CH2O + H2O  HO(CH2O)n H
Reaksi pembentukan asam format (formic acid)
2 CH2O + H2O  HCOOH + CH3OH
(asam format) (methanol)

3) Proses Absorbsi
Gas formaldehide dari reaktor (RE) dialirkan ke bagian bawah packed tower
. Gas ini dikontakkan dengan larutan formalin 44% suhu 40 ˚C yang dialirkan dari
atas menara dengan bantuan distributor cairan agar larutan formalin yang
digunakan tersebar secara merata didalam packed tower dan membasahi seluruh
permukaan raschig ring sehingga penyerapan maksimal.
Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin cair masuk ke control tank (CT).
Sisa gas yang belum terserap di packed tower masuk ke dalam bubble cap tower
yang akan diserap oleh pure water dari atas menara. Sisa dari penyerapan itu yang

9
masih lolos nantinya dibakar di flare stack yang sebelumnya melewati demister.
Hasil penyerapan dari bubble cap tower masuk ke control tank (CT).
4) Proses pendinginan
Larutan crude formalin pada control tank (CT) temperaturnya ± 80°C, karena
temperaturnya masih relatif tinggi maka didinginkan lagi dengan dilewatkan cooler
(CO). Cooler yang digunakan yaitu frame and plate dengan temperatur keluar 40°C.
Selain itu agar formalin yang terbentuk sempurna, setelah melewati cooler larutan
tersebut masuk ke crude formalin filter (CF) baru masuk ke crude formalin tank .
Kadar formalin di crude formalin tank (T-03) sekitar 43-44%.
5) Proses pengenceran
Untuk memperoleh formalin dengan kondisi standar yang digunakan oleh
PT. PAI yaitu formalin dengan kadar 37,3% maka formalin dari crude formalin tank
diencerkan dengan menggunakan pure water di mixing tank setelah terbentuk
larutan formalin 37,3% disimpan dalam tangki penyimpanan.
Contoh Industri yang menerapkan proses absorbsi yaitu :
PT Arjuna Utama Kimia, yang mempunyai kapasitas produksi 23 ribu ton
formalin.
a. PT Pamolite Adhesive Industry, 36 ribu ton
b. PT Dofer Chemical, 60 ribu ton
c. PT Intan Wijaya Chemical Industry, 61.500 ton

b. Proses Pembuatan Asam Nitrat


Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2). Proses pembuatan asam nitrat
pada tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom
absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan
reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai
empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan
absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam
nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam
nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih
dari 200 ppm.
Aplikasi absorbsi lainnya seperti proses pembuatan urea,produksi ethanol,
minumanberkarbonasi, fire extinguisher,dry ice,supercritical carbon dioxide dan
masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri.
Selain itu absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari
fermentasi kotoran sapi. Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH
sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2sebagai akibat reaksi
dengan NaOH, makaperbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih
besar untuk konsentrasi CH4. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan
NaOH dapat dilukiskan sebagaiberikut:
CO2(g)+ NaOH(aq)→ NaHCO3(aq)

10
NaOH(aq)+ NaHCO3→Na2CO3(s)+ HO(l)+ CO2(g)+ 2NaOH(aq)→Na2CO3(s)+ H2O(l)
Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan
karena bikarbonat bereaksi dengan OH–membentuk CO32-.

11
VI. Daftar Pustaka

http://chemeng2301.blogspot.co.id/2013/05/absorpsi.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Spray_tower
https://hutanhujan.wordpress.com/2012/01/05/proses-pembuatan-formalin/
http://rumahdukasi.blogspot.co.id/2014/02/absorpsi-weted-wall.html
http://www.ilmukimia.org/2016/01/adsorpsi-dan-absorpsi.html

12

También podría gustarte