Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Hepatitis A adalah peradangan (iritasi dan pembengkakan) pada hati disebabkan oleh virus
hepatitis A. Virus ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang
yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang
tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.
Tidak seperti hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan
jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang melemahkan dan sebagian kecil
menjadi hepatitis fulminan (gagal hati akut), berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi.
Hepatitis A terjadi secara sporadis dan dalam epidemi di seluruh dunia, dengan kecenderungan
untuk kambuh secara siklik. Setiap tahun ada sekitar 1,4 juta diperkirakan kasus hepatitis A di
seluruh dunia (WHO, 2012).
Virus Hepatitis A kebanyakan ditemukan dalam tinja dan darah dari orang yang terinfeksi sekitar
15 – 45 hari sebelum gejala terjadi dan selama minggu pertama sakit.
1. Mengkonsumsi makanan atau air yang telah terkontaminasi oleh kotoran (tinja) yang
mengandung virus hepatitis A (buah-buahan, sayuran, kerang, es, dan air adalah sumber
umum dari virus hepatitis A).
2. Terjadi kontak dengan tinja atau darah seseorang yang telah terjangkit.
3. Penderita hepatitis A yang tidak mencuci tangan dengan benar setelah pergi ke kamar
mandi dan menyentuh benda-benda lain atau makanan.
Siapapun yang belum divaksinisasi atau belum terjangkit Hepatitis A memiliki resiko yang
tinggi. Di daerah di mana virus tersebar luas (endemisitas tinggi), infeksi hepatitis A kebanyakan
terjadi pada anak usia dini. Sedangkan faktor risikonya meliputi orang yang:
Gejala
Gejala biasanya akan muncul 2 – 6 minggu setelah terkena virus hepatitis A. Gejalanya dapat
berupa demam, malaise, kehilangan nafsu makan, diare, mual, ketidaknyamanan perut, urin
berwarna gelap dan jaundice (kuning pada kulit dan putih mata). Tidak semua orang yang
terinfeksi akan memiliki semua gejala. Gejala yang muncul antara lain:
Kuning 40-80
Diare 16-25
Tanda dan gejala yang muncul pada anak-anak lebih ringan dan
bahkan tidak bergejala, jika dibandingkan dengan orang dewasa. Tanda dan gejala pada orang
dewasa dapat bertahan selama 2 hingga 8 minggu.
Virus Hepatitis A merupakan virus RNA (bandingkan dengan manusia yang tersusun atas DNA).
1. Peningkatan jumlah antibodi IgM dan IgG terhadap hepatitis A (IgM biasanya positif
sebelum IgG).
2. Peningkatan enzim hati (tes fungsi hati), terutama tingkat enzim transaminase.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A. Istirahat dianjurkan ketika gejala makin parah.
Pengobatan difokuskan pada perbaikan nutrisi dan cairan tubuh yang hilang. Masa pengobatan
biasanya memakan waktu beberapa minggu atau beberapa bulan. Dengan harapan tidak terdapat
virus yang tersisa dalam tubuh setelah infeksi telah hilang.
Komplikasi
Biasanya tidak ada komplikasi. Namun, satu dari seribu kasus Hepatitis A dapat menjadi
hepatitis fulminan, yang dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan
Sanitasi lingkungan yang baik, keamanan pangan, dan imunisasi adalah cara yang paling efektif
untuk mencegah hepatitis A. Oleh karena itu untuk mengurangi resiko penyebaran virus, dapat
dilakukan dengan cara:
1. Selalu cuci tangan dengan bersih setelah menggunakan toilet dan setelah anda kontak
dengan darah, kotoran, atau cairan tubuh orang yang terinfeksi.
2. Hindari makanan dan minuman yang tak terjaga kebersihannya, terutama produk dari
susu.
3. Hindari daging mentah atau yang kurang matang.
4. Jangan membeli makanan dari PKL yang kebersihannya tak terjaga.
5. Melakukan vaksinasi hepatitis A (hepatitis B bila perlu) jika belum ada antibodi terhadap
Hepatitis A.
6. Memasak air sampai mendidih adalah metode terbaik untuk menghilangkan virus
Hepatits A.
7. Makanan siap saji agar segera dimakan langsung.
Vaksinasi
Efek samping dari vaksinasi maupun imunoglobulin pada umumnya adalah nyeri pada tempat
penyuntikan dan sakit kepala. Efek samping yang lebih berat jarang terjadi, berupa reaksi
anafilaksis. Konsultasikan dengan dokter anda, apabila anda termasuk orang yang memiliki
resiko tinggi untuk mengalami infeksi virus hepatitis A.
Sumber:
1. Anonim. Hepatitis A. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001323/.
Diakses tanggal 22 Januari 2013.
2. Anonim. Hepatitis A. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs328/en/. Diakses
tanggal 22 Januari 2013.
3. Anonim. Hepatitis A information for the public.
http://www.cdc.gov/hepatitis/A/aFAQ.htm. Diakses tanggal 22 Januari 2013.
4. Sanityoso, A. Hepatitis virus akut. Buku ajar ilmu penyakit dalam. InternaPublishing:
Jakarta. 2010. Halaman 645-52.
5. October 1, 2013 ARTICLE, July - December 2013
FAKTA:
- Insiden Hepatitis E secara keseluruhan yaitu berkisar 1% hingga 5% dan lebih tinggi
pada pada kelompok dewasa (3%-30%) daripada kelompok anak-anak (0,2%-10%) (i)
- Perbandingan kasus hepatitis E pada laki-laki dan perempuan yaitu 1:1 hingga 1:4 (i)
- Case Fatality Rate (CFR) hepatitis E adalah 1-3% dan akan meningkat apabila diderita
pada saat kehamilan khususnya pada trisemester ketiga, yaitu 15-25%. (ii)
PENGERTIAN
Hepatitis E adalah salah satu jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis E.
Penyakit ini dapat sembuh tanpa pengobatan dan tidak memiliki manifestasi karier atau
kronik, tetapi memiliki angka mortalitas yang tinggi, khususnyA pada ibu hamil. (ii)
GEJALA
Belum ada pengobatan yang tepat dan menyembuhkan penyakit hepatitis akut,
pengobatan hanya bersifat supportif. Pencegahan adalah pendekatan yang paling efektif
terhadap penyakit ini. (iii)
PENCEGAHAN
Referensi
(i) Feldman, Friedman, dan Brandit .2010. Sleisenger dan Fordtrans’s. Gastrointestinal
and Liver Disease. Pathophysiology/ Diagnosis/ Manajemen. Ninth Edition. Canada:
Saunders Elsevier.
(ii) Sulaiman, Akbar, Lesmana dan Noer. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta:
Jayabadi
(iii) WHO. n.d. Hepatitis E. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs280/en/ diakses
pada tanggal 20 September 2013
(iv) Dooley, Lok, Burroughs dan Heathcote. 2011. Sherlock Diseases of The Liver and
Biliary System. 12th Edition. Singapore: Willey-Blackwell
Fakta:
Diperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia pernah terpajan virus ini dan 350-400 juta
orang diantaranya merupakan pengidap hepatitis B. Sekitar 600.000 orang meninggal
setiap tahun akibat hepatitis B akut maupun kronis[i].
Di Indonesia, angka pengidap hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0-
20.3%, dengan proporsi pengidap di luar Pulau Jawa lebih tinggi daripada di Pulau
Jawa[ii].
Secara genotip, virus hepatitis B (HBV) di Indonesia kebanyakan merupakan virus
dengan genotip B (66%), diikuti oleh C (26%), D (7%) dan A (0.8%) [iii].
______________________________________________________________________________
_______
Pengertian
Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati akibat infeksi virus Hepatitis B. Perjalanan infeksi
Hepatitis B dapat berupa “akut” atau “kronis”, dan dapat menyebabkan komplikasi hati kronis
seperti sirosis dan kanker hati yang dapat menyebabkan risiko tinggi kematian.
· Infeksi akut virus Hepatitis B adalah penyakit jangka pendek yang terjadi dalam 6 bulan
pertama setelah seseorang terkena virus Hepatitis B. Infeksi akut dapat menjadi infeksi kronis.
· Infeksi kronis virus Hepatitis B adalah penyakit jangka panjang yang terjadi ketika virus
Hepatitis B menetap dalam tubuh seseorang dan dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker
hati hingga menyebabkan kematian[iv].
Mekanisme Penularan
Hepatitis B menyebar melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya terinfeksi virus Hepatitis
B memasuki tubuh orang yang tidak terinfeksi. Virus Hepatitis B dapat menular melalui kegiatan
seperti:
Namun, Virus hepatitis B tidak ditularkan melalui kegiatan seperti berbagi peralatan makan,
menyusui, memeluk, mencium, memegang tangan, batuk, atau bersin.
Virus hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya 7 hari. Selama waktu itu, virus
tetap aktif dan dapat menyebabkan infeksi jika memasuki tubuh orang yang tidak terinfeksi.
Jika terkena Hepatitis B di masa lalu kemudian sembuh, apakah dapat tertular kembali?
Tidak, setelah sembuh dari Hepatitis B, tubuh pasien akan mengembangkan antibodi yang
melindungi tubuh dari virus HBV. Antibodi adalah zat yang terdapat dalam darah yang
diproduksi oleh tubuh sebagai respon terhadap virus. Antibodi melindungi tubuh dari penyakit
dengan menempel pada virus dan menghancurkannya. Namun untuk beberapa orang, terutama
mereka yang terinfeksi pada usia dini, mereka tetap terinfeksi seumur hidup karena virus tidak
akan hilang dari tubuh mereka[vi].
Apakah mungkin ada penderita Hepatitis B yang tidak tahu tentang penyakitnya?
Ya, sebagian besar orang yang terinfeksi virus Hepatitis B namun tidak tahu kalau mereka
terinfeksi karena mereka tidak merasa sakit atau menderita gejalanya.
Ya, seseorang dengan Hepatitis B meskipun tidak memiliki gejala, namun dapat menyebarkan
virus ke orang lain.
Penderita hepatitis B kronis mungkin tidak memiliki gejala, meskipun kerusakan hati bertahap
mungkin terjadi. Seiring waktu, beberapa orang mungkin mengalami gejala kerusakan hati
kronis, sirosis hati dan kanker hati[vii].
Rangkaian pemeriksaan
Pemeriksaan HBsAg, tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya HBV dalam darah. Hasil
yang positif berarti: seseorang telah terinfeksi virus Hepatitis B baik akut ataupun kronis
dan dapat menularkan virus kepada orang lain. Sedangkan jika pemeriksaan negatif
berarti: seseorang tidak memiliki virus Hepatitis B dalam darahnya. Jika HBsAg menetap
selama > 6 bulan maka infeksi dinyatakan kronis.
Pemeriksaan anti-HBs, tujuannya untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh
sebagai respon terhadap antigen pada virus Hepatitis B. Jika pemeriksaan positif berarti:
seseorang telah dilindungi atau kebal dari virus Hepatitis B karena telah divaksinasi atau
ia telah sembuh dari infeksi akut (dan tidak bisa Hepatitis B lagi).
Pemeriksaan anti-HBc, tujuannya untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh
sebagai respons terhadap bagian dari virus Hepatitis B yang disebut antigen inti. Hasil
dari pemeriksaan ini seringkali tergantung pada hasil dari dua pemeriksaan lainnya ,
pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg. Pemeriksaan positif berarti: seseorang saat ini
terinfeksi dengan virus Hepatitis B atau pernah terinfeksi sebelumnya.
Pemeriksaan IgM anti-HBc, tujuan pemeriksaan yaitu untuk mendeteksi infeksi akut.
Pemeriksaan positif berarti: seseorang telah terinfeksi virus Hepatitis B dalam 6 bulan
terakhir.
Pemeriksaan HBeAg, tujuannya untuk mendeteksi protein (HBeAg) yang ditemukan
dalam darah selama infeksi virus Hepatitis B aktif. Pemeriksaan positif berarti: seseorang
memiliki virus tingkat (level) tinggi dalam darahnya dan dapat dengan mudah
menyebarkan virus ke orang lain. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau
efektivitas pengobatan untuk Hepatitis B kronis.
Pemeriksaan HBeAb atau anti-HBe, Tujuan untuk mendeteksi antibodi (HBeAb atau
anti-HBe) yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap Hepatitis B antigen “e”.
Pemeriksaan positif berarti: seseorang terinfeksi virus Hepatitis B kronis tetapi berada
pada risiko rendah untuk terkena masalah penyakit hati karena rendahnya tingkat virus
Hepatitis B dalam darah.
Pemeriksaan HBV-DNA, bertujuan untuk mendeteksi seberapa besar HBV DNA dalam
darah dan hasil replikasinya pada urin seseorang. Pemeriksaan positif berarti: virus ini
berkembang biak di dalam tubuh seseorang dan dapat menularkan virus kepada orang
lain. Jika seseorang memiliki Hepatitis B infeksi virus kronis, kehadiran DNA virus
berarti bahwa seseorang mengalami peningkatan risiko untuk kerusakan hati.
Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau efektivitas terapi obat untuk infeksi
Virus Hepatitis B kronis serta dapat menjadi dasar perhitungan dimulainya
pengobatan.[viii]
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis akut B. Perawatan ditujukan untuk menjaga
kenyamanan dan keseimbangan gizi yang memadai, banyak istirahat di tempat tidur, makan
makanan sehat, dan minum banyak cairan sebagai penggantian cairan yang hilang akibat muntah
dan diare.
Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah Hepatitis B adalah dengan menggunakan vaksin. Vaksin Hepatitis
B yang aman dan efektif dan biasanya diberikan 3-4 kali selama 6 bulan. Vaksin hepatitis B
immuneglobulin (HBIG) dapat membantu mencegah infeksi hepatitis B jika diberikan dalam
waktu 24 jam setelah pajanan.
Semua anak-anak dan remaja berusia di bawah 18 tahun yang sebelumnya tidak divaksinasi,
harus menerima vaksin segera. Orang-orang di kelompok risiko tinggi juga harus divaksinasi dan
diberikan konseling mengenai perilaku pencegahan terhadap Hepatitis B, kelompok yang
berisiko tinggi yaitu:
Menghindari kontak seksual dengan orang yang memiliki akut atau kronis hepatitis B.
Menghindari tatoo dan tindikan.
Menghindari berbagi barang pribadi, seperti pisau cukur atau sikat gigi dengan orang
yang terinfeksi.
Untuk pasien agar menutup luka yang terbuka agar darah tidak kontak dengan orang
lain.
Pasien tidak diperbolehkan mendonorkan darah, organ, ataupun sperma.
[ii] PPHI, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia, PPHI, Jakarta, 2012,
hlm. 1
Artikel Umum: Hepatitis C
Fakta:
Sekitar 150 juta orang secara kronis terinfeksi virus hepatitis C dan berpotensi
mengakibatkan sirosis dan kanker hati, dan lebih dari 350.000 orang meninggal setiap
tahun dari hepatitis C yang berhubungan dengan penyakit hati [i].
Penderita hepatitis B dan C diperkirakan sebanyak 25 juta orang di Indonesia, sebanyak
50% di antaranya berkembang menjadi kronis dan 10% lainnya berkembang menjadi
kanker hati [ii].
Saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis C, namun, penelitian pada penyakit ini masih
terus berlangsung [iii].
______________________________________________________________________________
_______
Pengertian
Apakah hepatitis?
“Hepatitis” berarti (inflamasi) peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh infeksi bakteri
dan virus.
Hepatitis A, Hepatitis B, dan Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan oleh tiga virus
yang berbeda. Meskipun dapat menyebabkan gejala yang sama, virus – virus tersebut memiliki
modus transmisi dan kerusakan pada hati yang berbeda. Hepatitis A hanya muncul sebagai
infeksi akut dan tidak menjadi kronis. Penderita Hepatitis A biasanya membaik tanpa
pengobatan. Hepatitis B dan Hepatitis C juga dapat muncul sebagai infeksi akut, tetapi bagi
beberapa kasus, virus tetap tinggal dalam tubuh, sehingga menjadi kronis.
Mekanisme Penularan
Hepatitis C biasanya menyebar ketika darah dari orang yang terinfeksi Virus Hepatitis C (HCV)
memasuki tubuh seseorang yang tidak terinfeksi. Hal ini dapat terjadi pada kegiatan – kegiatan
seperti:
1. Menggunakan jarum suntik atau alat injeksi lainnya yang terkontaminasi HCV.
Virus Hepatitis C dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 16 jam, namun tidak
lebih dari 4 hari pada suhu kamar.
Hepatitis C jarang ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Sekitar 4 dari setiap 100 bayi
yang lahir dari ibu dengan hepatitis C terinfeksi virus. Namun, risiko menjadi lebih besar jika ibu
juga terinfeksi HIV [iv].
Mungkinkah seseorang tertular Hepatitis C dari gigitan nyamuk atau serangga lainnya?
Berdasarkan penelitian, virus hepatitis C belum terbukti dapat ditularkan oleh nyamuk atau
serangga lainnya hingga saat ini.
Masa inkubasi Hepatitis C adalah 2 minggu sampai 6 bulan. Setelah infeksi awal, sekitar 80%
penderita tidak menunjukkan gejala apapun. Penderita dengan gejala akut akan menunjukkan
demam, kelelahan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, sakit perut, urin gelap, tinja berwarna
abu-abu, nyeri sendi dan Jaundice (menguningnya kulit dan bagian putih mata).
Apakah mungkin ada penderita Hepatitis C yang tidak tahu tentang penyakitnya?
Ya, sebagian besar orang yang terinfeksi virus Hepatitis C namun tidak tahu kalau mereka
terinfeksi karena mereka tidak merasa sakit atau menderita gejalanya.
Ya, seseorang dengan Hepatitis C meskipun tidak memiliki gejala, namun dapat menyebarkan
virus ke orang lain.
Dari setiap 100 orang yang terinfeksi virus Hepatitis C, ada sekitar:
Rangkaian tes
1. Tipe genotip 1, genotip ini lebih sulit untuk ditangani & membutuhkan waktu pengobatan
yang panjang yaitu 1 tahun, umumnya terdapat pada orang Indonesia.
2. Tipe genotip 2 dan 3 membutuhkan waktu pengobatan relatif singkat yaitu 6 bulan.
Pengobatan
Tujuan pengobatan HCV adalah untuk menghilangkan virus dari darah dan mengurangi risiko
sirosis dan kanker hati akibat infeksi jangka panjang HCV.
Banyak pasien dengan hepatitis C membaik dengan menggunakan terapi anti viral. Obat antiviral
yang paling umum adalah kombinasi dari pegylated interferon alfa dan ribavirin. Sebagian besar
pasien menerima suntikan pegylated interferon alfa per mingguan, sedangkan Ribavirin diminum
dua kali sehari. Pengobatan dilakukan selama 24 – 48 minggu. Efek samping yang ditimbulkan
Ribavirin yaitu dapat menyebabkan cacat lahir. Oleh karena itu penderita perempuan & istri
penderita Hepatitis C harus menghindari hamil selama 6 bulan setelah pengobatan.
Telaprevir dan boceprevir adalah obat baru yang dapat digunakan untuk pasien dengan HCV
genotipe 1. Obat-obat ini memiliki sejumlah efek samping, dan pasien harus diawasi dengan
ketat.
1. Berhati-hatilah untuk tidak mengkonsumsi vitamin, suplemen gizi, tanpa terlebih dahulu
mendiskusikannya dengan dokter.
2. Hindari zat-zat yang beracun untuk hati, termasuk alkohol. Bahkan sejumlah
besar alkohol dapat mempercepat perkembangan hepatitis C, serta mengurangi
efektivitas pengobatan.
3. Melakukan vaksinasi terhadap hepatitis A dan B.
Pencegahan
Pencegahan primer
1. Tidak ada vaksin untuk hepatitis C. Risiko infeksi dapat dikurangi dengan:
2. Menghindari suntikan yang tidak perlu dan tidak aman;
3. Menghindari pengumpulan dan pembuangan limbah benda tajam yang tidak aman;
4. Tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan berbagi peralatan suntik;
5. Tidak melakukan seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis C;
6. Tidak berbagi barang pribadi yang tajam yang mungkin terkontaminasi dengan darah
yang terinfeksi;
7. Menghindari tato, tindikan dan akupunktur yang dilakukan dengan peralatan yang
terkontaminasi.
[ii] Menurut dr. Mohammad Subuh, MPPM, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian
Kesehatan RI, Kementrian Kesehatan