Está en la página 1de 23

Artikel Umum: Hepatitis A

Hepatitis A adalah peradangan (iritasi dan pembengkakan) pada hati disebabkan oleh virus
hepatitis A. Virus ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang
yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang
tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.

Tidak seperti hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan
jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang melemahkan dan sebagian kecil
menjadi hepatitis fulminan (gagal hati akut), berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi.

Hepatitis A terjadi secara sporadis dan dalam epidemi di seluruh dunia, dengan kecenderungan
untuk kambuh secara siklik. Setiap tahun ada sekitar 1,4 juta diperkirakan kasus hepatitis A di
seluruh dunia (WHO, 2012).

Penyebab, kejadian, dan faktor risiko

Virus Hepatitis A kebanyakan ditemukan dalam tinja dan darah dari orang yang terinfeksi sekitar
15 – 45 hari sebelum gejala terjadi dan selama minggu pertama sakit.

Hal – hal yang dapat menjadi risiko terjangkit hepatitis A:

1. Mengkonsumsi makanan atau air yang telah terkontaminasi oleh kotoran (tinja) yang
mengandung virus hepatitis A (buah-buahan, sayuran, kerang, es, dan air adalah sumber
umum dari virus hepatitis A).
2. Terjadi kontak dengan tinja atau darah seseorang yang telah terjangkit.
3. Penderita hepatitis A yang tidak mencuci tangan dengan benar setelah pergi ke kamar
mandi dan menyentuh benda-benda lain atau makanan.

Siapapun yang belum divaksinisasi atau belum terjangkit Hepatitis A memiliki resiko yang
tinggi. Di daerah di mana virus tersebar luas (endemisitas tinggi), infeksi hepatitis A kebanyakan
terjadi pada anak usia dini. Sedangkan faktor risikonya meliputi orang yang:

1. Bepergian ke daerah dengan tingkat infeksi virus hepatitis A tinggi


2. Memiliki kesadaran menjaga kebersihan tubuh yang rendah
3. Tinggal dengan pasien yang terserang Virus Hepatitis A
4. Melakukan aktivitas oral/anal seks

Gejala

Gejala biasanya akan muncul 2 – 6 minggu setelah terkena virus hepatitis A. Gejalanya dapat
berupa demam, malaise, kehilangan nafsu makan, diare, mual, ketidaknyamanan perut, urin
berwarna gelap dan jaundice (kuning pada kulit dan putih mata). Tidak semua orang yang
terinfeksi akan memiliki semua gejala. Gejala yang muncul antara lain:

Gejala Angka Kejadian (%)

Kuning 40-80

BAK berwarna seperti the 68-94

Mudah lelah 52-91

Malas makan 42-90

Nyeri / rasa tidak nyaman pada abdomen 37-65

BAB berwarna dempul 52-58

Mual dan muntah 16-87


Demam atau menggigil 32-73

Sakit kepala 26-73

Nyeri persendian 11-40

Nyeri otot 15-52

Diare 16-25

Nyeri tenggorokan 0-20

Tanda dan gejala yang muncul pada anak-anak lebih ringan dan
bahkan tidak bergejala, jika dibandingkan dengan orang dewasa. Tanda dan gejala pada orang
dewasa dapat bertahan selama 2 hingga 8 minggu.

Tanda dan tes

Virus Hepatitis A merupakan virus RNA (bandingkan dengan manusia yang tersusun atas DNA).

RNA ini dapat dideteksi pada cairan tubuh dan feses,


sehingga dibutuhkan darah dan feses dari pasien untuk menegakkan diagnosis infeksi virus
Hepatitis A. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin menemukan bahwa anda
memiliki hati yang membesar dan melunak. Tes darah dapat menunjukkan:

1. Peningkatan jumlah antibodi IgM dan IgG terhadap hepatitis A (IgM biasanya positif
sebelum IgG).
2. Peningkatan enzim hati (tes fungsi hati), terutama tingkat enzim transaminase.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A. Istirahat dianjurkan ketika gejala makin parah.
Pengobatan difokuskan pada perbaikan nutrisi dan cairan tubuh yang hilang. Masa pengobatan
biasanya memakan waktu beberapa minggu atau beberapa bulan. Dengan harapan tidak terdapat
virus yang tersisa dalam tubuh setelah infeksi telah hilang.

Komplikasi

Biasanya tidak ada komplikasi. Namun, satu dari seribu kasus Hepatitis A dapat menjadi
hepatitis fulminan, yang dapat menyebabkan kematian.

Pencegahan

Sanitasi lingkungan yang baik, keamanan pangan, dan imunisasi adalah cara yang paling efektif
untuk mencegah hepatitis A. Oleh karena itu untuk mengurangi resiko penyebaran virus, dapat
dilakukan dengan cara:

1. Selalu cuci tangan dengan bersih setelah menggunakan toilet dan setelah anda kontak
dengan darah, kotoran, atau cairan tubuh orang yang terinfeksi.
2. Hindari makanan dan minuman yang tak terjaga kebersihannya, terutama produk dari
susu.
3. Hindari daging mentah atau yang kurang matang.
4. Jangan membeli makanan dari PKL yang kebersihannya tak terjaga.
5. Melakukan vaksinasi hepatitis A (hepatitis B bila perlu) jika belum ada antibodi terhadap
Hepatitis A.
6. Memasak air sampai mendidih adalah metode terbaik untuk menghilangkan virus
Hepatits A.
7. Makanan siap saji agar segera dimakan langsung.
Vaksinasi

Pencegahan dilakukan menggunakan vaksinasi Hepatitis A atau pun Imunoglobulin. Vaksinasi


diberikan kepada orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi virus hepatitis A, sebelum
terinfeksi virus hepatitis A. Selain itu, vaksinasi ini juga disarankan bagi pasien dengan infeksi
hepatitis lain, seperti hepatitis B dan C. Vaksin Hepatitis A di Indonesia tersedia dalam dua
merk. Keduanya diberikan dengan disuntikkan ke dalam otot, sebanyak 2 kali, dengan selang
waktu 6-18 bulan. Efek proteksi vaksin ini pada suntikan pertama dapat mencapai 1 tahun,
namun efek proteksi permanen dapat tercapai pada suntikan kedua. Tidak diperlukan booster di
kemudian hari apabila telah menyelesaikan vaksinasi sebanyak 2 kali ini.

Imunoglobulin diberikan apabila seseorang belum mendapatkan vaksinasi hepatitis A, namun


berada dalam kondisi yang rentan terinfeksi hepatitis A. Imunoglobulin diberikan juga melalui
suntikan pada otot, diberikan minimal 2 minggu sebelum berada dalam kondisi yang rentan
tersebut, dan memberikan proteksi selama 3-6 bulan. Berbeda dengan vaksinasi,
immunoglobulin merupakan imunasisi pasif. Imunoglobulin ini juga dapat diberikan kepada
seseorang yang alergi terhadap vaksinasi.

Efek samping dari vaksinasi maupun imunoglobulin pada umumnya adalah nyeri pada tempat
penyuntikan dan sakit kepala. Efek samping yang lebih berat jarang terjadi, berupa reaksi
anafilaksis. Konsultasikan dengan dokter anda, apabila anda termasuk orang yang memiliki
resiko tinggi untuk mengalami infeksi virus hepatitis A.

Sumber:
1. Anonim. Hepatitis A. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001323/.
Diakses tanggal 22 Januari 2013.
2. Anonim. Hepatitis A. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs328/en/. Diakses
tanggal 22 Januari 2013.
3. Anonim. Hepatitis A information for the public.
http://www.cdc.gov/hepatitis/A/aFAQ.htm. Diakses tanggal 22 Januari 2013.
4. Sanityoso, A. Hepatitis virus akut. Buku ajar ilmu penyakit dalam. InternaPublishing:
Jakarta. 2010. Halaman 645-52.
5. October 1, 2013 ARTICLE, July - December 2013

6. Artikel Umum: Hepatitis E

FAKTA:

- Insiden Hepatitis E secara keseluruhan yaitu berkisar 1% hingga 5% dan lebih tinggi
pada pada kelompok dewasa (3%-30%) daripada kelompok anak-anak (0,2%-10%) (i)
- Perbandingan kasus hepatitis E pada laki-laki dan perempuan yaitu 1:1 hingga 1:4 (i)
- Case Fatality Rate (CFR) hepatitis E adalah 1-3% dan akan meningkat apabila diderita
pada saat kehamilan khususnya pada trisemester ketiga, yaitu 15-25%. (ii)

PENGERTIAN

Apa yang dimaksud Hepatitis E?

Hepatitis E adalah salah satu jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis E.
Penyakit ini dapat sembuh tanpa pengobatan dan tidak memiliki manifestasi karier atau
kronik, tetapi memiliki angka mortalitas yang tinggi, khususnyA pada ibu hamil. (ii)

PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO


Apa sajakah penyebab dan faktor resiko Hepatitis E?
Pada umumnya Hepatitis E terjadi karena penularan virus hepatitis E melalui air minum
yang telah terkontaminasi. Transmisi virus Hepatitis E juga dapat terjadi melalui
konsumsi makanan yang berasal dari hewan yang telah terinfeksi virus Hepatitis E (iii).
Di Jepang, infeksi virus hepatitis E ditularkan melalui konsumsi daging mentah atau
daging rusa dan daging babi hutan yang kurang matang. Selain itu, study di Amerika
menunjukkan prevalensi adanya anti-HEV tertinggi terdapat pada populasi laki-laki
homoseksual (15,9%), pengguna IDU (23,0%) serta pendonor darah (21,3%) (iv)

GEJALA

Bagaimana gejala dan tanda dari Hepatitis E?


Virus Hepatitis E memiliki masa inkubasi 15-60 hari (rata-rata 40 hari). Keadaan
hepatitis virus akut dibagi dalam 3 stadium klinis, yaitu:
-Fase prodormal
Fase ini terjadi 1-10 hari dengan gejala yang tidak spesifik seperti malaise, kelelahan,
demam, diare, nausea dan muntah.
- Fase ikterik
Pada fase ikterik umumnya terjadi peningkatan kadar bilirubin dan enzim transaminase.
- Fase konvalesens
Selama fase kovalesens, penurunan berat badan segera terkoreksi, tetapi rasa lelah akan
terus terjadi selama beberapa bulan.(ii)

TES DAN PENGOBATAN

Pemeriksaan apakah untuk mendiagnosis Hepatitis E?


Pemeriksaan laboratoris dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis, yaitu meliputi
pemeriksaan: serum transaminase, bilirubin, serologis, dengan metode ELISA seperti
antibodi, IgG dan IgM anti HEV serta PCR dari serum dan kotoran untuk mendeteksi
adanya RNA hepatitis E, selain itu dapat pula digunakan “immunofluorescent antibody
blocking assays” untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen HEV di serum dan
sel hati. (i)
Bagaimanakah pengobatan Hepatitis E?

Belum ada pengobatan yang tepat dan menyembuhkan penyakit hepatitis akut,
pengobatan hanya bersifat supportif. Pencegahan adalah pendekatan yang paling efektif
terhadap penyakit ini. (iii)

PENCEGAHAN

Bagaimanakah tindakan pencegahan terjadinya Hepatitis E?


Pencegahan hepatitis E khususnya di daerah endemik dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan pasokan makanan, minuman serta sanitasi lingkungan. Selain itu penggunaan
vaksin juga dapat mencegah penularan Hepatitis E (i)

Referensi

(i) Feldman, Friedman, dan Brandit .2010. Sleisenger dan Fordtrans’s. Gastrointestinal
and Liver Disease. Pathophysiology/ Diagnosis/ Manajemen. Ninth Edition. Canada:
Saunders Elsevier.
(ii) Sulaiman, Akbar, Lesmana dan Noer. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta:
Jayabadi
(iii) WHO. n.d. Hepatitis E. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs280/en/ diakses
pada tanggal 20 September 2013
(iv) Dooley, Lok, Burroughs dan Heathcote. 2011. Sherlock Diseases of The Liver and
Biliary System. 12th Edition. Singapore: Willey-Blackwell

February 12, 2013 ARTICLE, January - June 2013


Artikel Umum: Hepatitis B

Fakta:

 Diperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia pernah terpajan virus ini dan 350-400 juta
orang diantaranya merupakan pengidap hepatitis B. Sekitar 600.000 orang meninggal
setiap tahun akibat hepatitis B akut maupun kronis[i].
 Di Indonesia, angka pengidap hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0-
20.3%, dengan proporsi pengidap di luar Pulau Jawa lebih tinggi daripada di Pulau
Jawa[ii].
 Secara genotip, virus hepatitis B (HBV) di Indonesia kebanyakan merupakan virus
dengan genotip B (66%), diikuti oleh C (26%), D (7%) dan A (0.8%) [iii].

______________________________________________________________________________
_______

Pengertian

Apa itu Hepatitis B?

Hepatitis B adalah penyakit peradangan hati akibat infeksi virus Hepatitis B. Perjalanan infeksi
Hepatitis B dapat berupa “akut” atau “kronis”, dan dapat menyebabkan komplikasi hati kronis
seperti sirosis dan kanker hati yang dapat menyebabkan risiko tinggi kematian.

· Infeksi akut virus Hepatitis B adalah penyakit jangka pendek yang terjadi dalam 6 bulan
pertama setelah seseorang terkena virus Hepatitis B. Infeksi akut dapat menjadi infeksi kronis.
· Infeksi kronis virus Hepatitis B adalah penyakit jangka panjang yang terjadi ketika virus
Hepatitis B menetap dalam tubuh seseorang dan dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker
hati hingga menyebabkan kematian[iv].

Mekanisme Penularan

Berapa besar kemungkinan bahwa Hepatitis B akut akan menjadi kronis?

Kemungkinannya tergantung pada saat usia berapa


seseorang menjadi terinfeksi. Usia bayi sangat tinggi kemungkinannya Hepatitis B akut
berkembang menjadi kronis, yaitu sekitar 90% dari total bayi yang terinfeksi HBV. Risiko
semakin turun jika usia makin tua. Sekitar 25% -50% dari anak-anak berusia antara 1 – 5 tahun
yang terinfeksi HBV akan juga beresiko menjadi kronis. Risiko semakin turun menjadi 6% -10%
ketika seseorang terinfeksi yang berusia lebih dari 5 tahun. Di seluruh dunia, kebanyakan orang
dengan Hepatitis B kronis terinfeksi pada saat lahir atau pada anak usia dini. Di samping itu
sebesar 25% orang akan meninggal untuk orang dewasa yang telah terinfeksi HBV kronik sejak
anak – anak. Sedangkan untuk pasien yang terinfeksi hepatitis B saat dewasa 90% pasien akan
pulih kembali dan virus akan hilang selama rentang waktu 6 bulan[v].

Bagaimana Hepatitis B menyebar?

Hepatitis B menyebar melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya terinfeksi virus Hepatitis
B memasuki tubuh orang yang tidak terinfeksi. Virus Hepatitis B dapat menular melalui kegiatan
seperti:

 Kelahiran (menyebar dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya)


 Aktivitas seks dengan pasangan yang terinfeksi
 Berbagi barang seperti pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang terinfeksi
 Kontak langsung dengan darah atau luka terbuka dari orang yang terinfeksi
 Paparan darah dari jarum suntik dan peralatan tajam lainnya
 Orang yang menggunakan tindikan dan tatoo yang dibuat oleh peralatan yang tidak steril.
 Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama bertahun – tahun.

Namun, Virus hepatitis B tidak ditularkan melalui kegiatan seperti berbagi peralatan makan,
menyusui, memeluk, mencium, memegang tangan, batuk, atau bersin.

Siapa yang beresiko untuk terkena Hepatitis B?

1. Pengguna narkoba / obat suntik.


2. Penerima donor darah.
3. Orang yang menggunakan tindikan dan tatoo yang dibuat oleh peralatan yang tidak steril.
4. Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama bertahun – tahun.
5. Petugas kesehatan yang terluka akibat jarum suntik.
6. Pasien yang mengidap HIV.

Berapa lama virus Hepatitis B bertahan hidup di luar tubuh?

Virus hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya 7 hari. Selama waktu itu, virus
tetap aktif dan dapat menyebabkan infeksi jika memasuki tubuh orang yang tidak terinfeksi.

Jika terkena Hepatitis B di masa lalu kemudian sembuh, apakah dapat tertular kembali?

Tidak, setelah sembuh dari Hepatitis B, tubuh pasien akan mengembangkan antibodi yang
melindungi tubuh dari virus HBV. Antibodi adalah zat yang terdapat dalam darah yang
diproduksi oleh tubuh sebagai respon terhadap virus. Antibodi melindungi tubuh dari penyakit
dengan menempel pada virus dan menghancurkannya. Namun untuk beberapa orang, terutama
mereka yang terinfeksi pada usia dini, mereka tetap terinfeksi seumur hidup karena virus tidak
akan hilang dari tubuh mereka[vi].

Gejala & Efek

Apa saja gejala dari Hepatitis B?


Kebanyakan orang tidak mengalami gejala apapun selama fase infeksi akut. Namun, untuk
beberapa orang dengan hepatitis B akut memiliki gejala yang mulai terlihat setelah masa
inkubasi selama 3 minggu hingga 6 bulan. Gejalanya dapat berupa menguningnya kulit dan mata
(jaundice), urin gelap, kelelahan ekstrim, mual, muntah, dan nyeri perut, yang dapat berlangsung
selama beberapa minggu hingga 6 bulan.

Apakah mungkin ada penderita Hepatitis B yang tidak tahu tentang penyakitnya?

Ya, sebagian besar orang yang terinfeksi virus Hepatitis B namun tidak tahu kalau mereka
terinfeksi karena mereka tidak merasa sakit atau menderita gejalanya.

Dapatkah seseorang menyebarkan Hepatitis B tanpa gejala?

Ya, seseorang dengan Hepatitis B meskipun tidak memiliki gejala, namun dapat menyebarkan
virus ke orang lain.

Apa dampak kronis dari Hepatitis B?

Penderita hepatitis B kronis mungkin tidak memiliki gejala, meskipun kerusakan hati bertahap
mungkin terjadi. Seiring waktu, beberapa orang mungkin mengalami gejala kerusakan hati
kronis, sirosis hati dan kanker hati[vii].

Rangkaian pemeriksaan

Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?

Antigen adalah substansi yang terdapat pada permukaan virus yang


menyebabkan sistem kekebalan tubuh seseorang untuk mengenali dan menanggapinya. Ketika
tubuh terkena antigen, tubuh memandangnya sebagai bahan asing dan mengambil langkah untuk
menetralisir antigen dengan memproduksi antibodi. Antibodi adalah zat yang terdapat dalam
darah yang diproduksi tubuh sebagai respon terhadap virus. Antibodi melindungi tubuh dari
penyakit dengan melampirkan virus dan menghancurkannya.

Apakah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi Hepatitis B?

Ada beberapa rangkaian pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa hepatitis B


diantaranya adalah:

 Pemeriksaan HBsAg, tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya HBV dalam darah. Hasil
yang positif berarti: seseorang telah terinfeksi virus Hepatitis B baik akut ataupun kronis
dan dapat menularkan virus kepada orang lain. Sedangkan jika pemeriksaan negatif
berarti: seseorang tidak memiliki virus Hepatitis B dalam darahnya. Jika HBsAg menetap
selama > 6 bulan maka infeksi dinyatakan kronis.
 Pemeriksaan anti-HBs, tujuannya untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh
sebagai respon terhadap antigen pada virus Hepatitis B. Jika pemeriksaan positif berarti:
seseorang telah dilindungi atau kebal dari virus Hepatitis B karena telah divaksinasi atau
ia telah sembuh dari infeksi akut (dan tidak bisa Hepatitis B lagi).
 Pemeriksaan anti-HBc, tujuannya untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh
sebagai respons terhadap bagian dari virus Hepatitis B yang disebut antigen inti. Hasil
dari pemeriksaan ini seringkali tergantung pada hasil dari dua pemeriksaan lainnya ,
pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg. Pemeriksaan positif berarti: seseorang saat ini
terinfeksi dengan virus Hepatitis B atau pernah terinfeksi sebelumnya.
 Pemeriksaan IgM anti-HBc, tujuan pemeriksaan yaitu untuk mendeteksi infeksi akut.
Pemeriksaan positif berarti: seseorang telah terinfeksi virus Hepatitis B dalam 6 bulan
terakhir.
 Pemeriksaan HBeAg, tujuannya untuk mendeteksi protein (HBeAg) yang ditemukan
dalam darah selama infeksi virus Hepatitis B aktif. Pemeriksaan positif berarti: seseorang
memiliki virus tingkat (level) tinggi dalam darahnya dan dapat dengan mudah
menyebarkan virus ke orang lain. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau
efektivitas pengobatan untuk Hepatitis B kronis.
 Pemeriksaan HBeAb atau anti-HBe, Tujuan untuk mendeteksi antibodi (HBeAb atau
anti-HBe) yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap Hepatitis B antigen “e”.
Pemeriksaan positif berarti: seseorang terinfeksi virus Hepatitis B kronis tetapi berada
pada risiko rendah untuk terkena masalah penyakit hati karena rendahnya tingkat virus
Hepatitis B dalam darah.
 Pemeriksaan HBV-DNA, bertujuan untuk mendeteksi seberapa besar HBV DNA dalam
darah dan hasil replikasinya pada urin seseorang. Pemeriksaan positif berarti: virus ini
berkembang biak di dalam tubuh seseorang dan dapat menularkan virus kepada orang
lain. Jika seseorang memiliki Hepatitis B infeksi virus kronis, kehadiran DNA virus
berarti bahwa seseorang mengalami peningkatan risiko untuk kerusakan hati.
Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau efektivitas terapi obat untuk infeksi
Virus Hepatitis B kronis serta dapat menjadi dasar perhitungan dimulainya
pengobatan.[viii]

Pengobatan

Bagaimanakah mekanisme pengobatan Hepatitis B?

Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis akut B. Perawatan ditujukan untuk menjaga
kenyamanan dan keseimbangan gizi yang memadai, banyak istirahat di tempat tidur, makan
makanan sehat, dan minum banyak cairan sebagai penggantian cairan yang hilang akibat muntah
dan diare.

Untuk beberapa pasien dengan hepatitis kronis, di Indonesia


terdapat dua jenis strategi pengobatan hepatitis B, yaitu terapi dengan durasi terbatas atau
terapi jangka panjang. Terapi dengan analog nukleos(t)ida dapat diberikan seumur hidup atau
hanya dalam waktu terbatas, sementara interferon hanya diberikan dalam waktu terbatas
mengingat beratnya efek samping pengobatan. Sampai saat ini belum bisa diputuskan
pilihan terapi mana yang paling unggul untuk semua pasien. Pemilihan strategi terapi yang
digunakan harus disesuaikan dengan kondisi individu tiap pasien. Tenofovir atau entecavir
adalah obat yang dinilai paling efektif untuk digunakan, namun mengingat tingginya biaya dan
ketersediaan obat, lamivudin, telbivudin, dan adefovir juga tetap dapat digunakan di Indonesia.
Obat-obat tersebut dapat menurunkan atau menghapus hepatitis B dari darah dan mengurangi
risiko sirosis dan kanker hati. Pasien dengan hepatitis kronis harus menghindari alkohol dan
harus selalu memeriksa dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat atau suplemen herbal
tambahan[ix].

Pencegahan

Bagaimanakah mekanisme pencegahan Hepatitis B?

Cara terbaik untuk mencegah Hepatitis B adalah dengan menggunakan vaksin. Vaksin Hepatitis
B yang aman dan efektif dan biasanya diberikan 3-4 kali selama 6 bulan. Vaksin hepatitis B
immuneglobulin (HBIG) dapat membantu mencegah infeksi hepatitis B jika diberikan dalam
waktu 24 jam setelah pajanan.

Siapakah yang harus segera mendapatkan vaksin Hepatitis B?

Semua anak-anak dan remaja berusia di bawah 18 tahun yang sebelumnya tidak divaksinasi,
harus menerima vaksin segera. Orang-orang di kelompok risiko tinggi juga harus divaksinasi dan
diberikan konseling mengenai perilaku pencegahan terhadap Hepatitis B, kelompok yang
berisiko tinggi yaitu:

 Orang dengan perilaku seksual yang berisiko tinggi.


 Keluarga atau orang yang hidup serumah dengan orang terinfeksi.
 Pengguna obat suntik.
 Donor dan recipient darah.
 Orang dengan pekerjaan berisiko tinggi dari infeksi virus hepatitis B, contohnya petugas
kesehatan.
 Berwisata ke negara dengan tingkat tinggi hepatitis B..

Perilaku pencegahan dapat dilakukan dengan cara:

 Menghindari kontak seksual dengan orang yang memiliki akut atau kronis hepatitis B.
 Menghindari tatoo dan tindikan.
 Menghindari berbagi barang pribadi, seperti pisau cukur atau sikat gigi dengan orang
yang terinfeksi.
 Untuk pasien agar menutup luka yang terbuka agar darah tidak kontak dengan orang
lain.
 Pasien tidak diperbolehkan mendonorkan darah, organ, ataupun sperma.

[i] WHO, “Hepatitis B” http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/ diakses pada


tanggal 6 Februari 2013.

[ii] PPHI, Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia, PPHI, Jakarta, 2012,
hlm. 1
Artikel Umum: Hepatitis C

Fakta:

 Sekitar 150 juta orang secara kronis terinfeksi virus hepatitis C dan berpotensi
mengakibatkan sirosis dan kanker hati, dan lebih dari 350.000 orang meninggal setiap
tahun dari hepatitis C yang berhubungan dengan penyakit hati [i].
 Penderita hepatitis B dan C diperkirakan sebanyak 25 juta orang di Indonesia, sebanyak
50% di antaranya berkembang menjadi kronis dan 10% lainnya berkembang menjadi
kanker hati [ii].
 Saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis C, namun, penelitian pada penyakit ini masih
terus berlangsung [iii].

______________________________________________________________________________
_______

Pengertian

Apakah hepatitis?

“Hepatitis” berarti (inflamasi) peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh infeksi bakteri
dan virus.

Apa perbedaan antara Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C dan?

Hepatitis A, Hepatitis B, dan Hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan oleh tiga virus
yang berbeda. Meskipun dapat menyebabkan gejala yang sama, virus – virus tersebut memiliki
modus transmisi dan kerusakan pada hati yang berbeda. Hepatitis A hanya muncul sebagai
infeksi akut dan tidak menjadi kronis. Penderita Hepatitis A biasanya membaik tanpa
pengobatan. Hepatitis B dan Hepatitis C juga dapat muncul sebagai infeksi akut, tetapi bagi
beberapa kasus, virus tetap tinggal dalam tubuh, sehingga menjadi kronis.

Mekanisme Penularan

Bagaimana mekanisme transmisi penularannya?

Hepatitis C biasanya menyebar ketika darah dari orang yang terinfeksi Virus Hepatitis C (HCV)
memasuki tubuh seseorang yang tidak terinfeksi. Hal ini dapat terjadi pada kegiatan – kegiatan
seperti:

1. Menggunakan jarum suntik atau alat injeksi lainnya yang terkontaminasi HCV.

2. Menerima transfusi darah yang terkontaminasi.


3. Dilahirkan dari ibu yang telah terinfeksi HCV.
4. Hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau
berbagi barang pribadi yang telah terkontaminasi, tetapi ini jarang terjadi.
5. Hepatitis C tidak ditularkan melalui air susu atau melalui kontak biasa seperti memeluk,
menyentuh, dan berbagi makanan atau minuman dengan orang yang terinfeksi.
6. Pengguna narkoba / obat suntik.
7. Penerima donor darah.
8. Orang yang menggunakan tindikan dan tatoo yang dibuat oleh peralatan yang tidak steril.
9. Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama bertahun – tahun.
10. Petugas kesehatan yang terluka akibat jarum suntik.
11. Pasien yang mengidap HIV.

Siapa yang beresiko untuk terkena Hepatitis C?

1. Pengguna narkoba / obat suntik.


2. Penerima donor darah.
3. Orang yang menggunakan tindikan dan tatoo yang dibuat oleh peralatan yang tidak steril.
4. Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama bertahun – tahun.
5. Petugas kesehatan yang terluka akibat jarum suntik.
6. Pasien yang mengidap HIV.

Berapa lama virus Hepatitis C bertahan hidup di luar tubuh?

Virus Hepatitis C dapat bertahan hidup di luar tubuh setidaknya selama 16 jam, namun tidak
lebih dari 4 hari pada suhu kamar.

Berapa risiko seorang wanita hamil menularkan Hepatitis C ke bayinya?

Hepatitis C jarang ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Sekitar 4 dari setiap 100 bayi
yang lahir dari ibu dengan hepatitis C terinfeksi virus. Namun, risiko menjadi lebih besar jika ibu
juga terinfeksi HIV [iv].

Mungkinkah seseorang tertular Hepatitis C dari gigitan nyamuk atau serangga lainnya?

Berdasarkan penelitian, virus hepatitis C belum terbukti dapat ditularkan oleh nyamuk atau
serangga lainnya hingga saat ini.

Gejala & Efek

Apa saja gejala dan akibat yang ditimbulkan dari Hepatitis C?

Masa inkubasi Hepatitis C adalah 2 minggu sampai 6 bulan. Setelah infeksi awal, sekitar 80%
penderita tidak menunjukkan gejala apapun. Penderita dengan gejala akut akan menunjukkan
demam, kelelahan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, sakit perut, urin gelap, tinja berwarna
abu-abu, nyeri sendi dan Jaundice (menguningnya kulit dan bagian putih mata).
Apakah mungkin ada penderita Hepatitis C yang tidak tahu tentang penyakitnya?

Ya, sebagian besar orang yang terinfeksi virus Hepatitis C namun tidak tahu kalau mereka
terinfeksi karena mereka tidak merasa sakit atau menderita gejalanya.

Dapatkah seseorang menyebarkan Hepatitis C tanpa gejala?

Ya, seseorang dengan Hepatitis C meskipun tidak memiliki gejala, namun dapat menyebarkan
virus ke orang lain.

Apa efek jangka panjang dari Hepatitis C?

Dari setiap 100 orang yang terinfeksi virus Hepatitis C, ada sekitar:

1. 75-85 orang akan berkembang menjadi infeksi kronis.


2. 60-70 orang akan terus berkembang menjadi penyakit hati kronis.
3. 5-20 orang akan terus berkembang menjadi sirosis hati selama periode 20-30 tahun.
4. 1-5 orang akan meninggal akibat sirosis atau kanker hati [v].

Rangkaian tes

Apakah tes yang digunakan untuk mendeteksi Hepatitis C?

Rangkaian tes yang digunakan umunya adalah tes


EIA untuk mengukur antibodi Hepatitis C, tes HCV RNA hepatitis untuk mengukur level virus
& genotip virus, dan biopsi hati untuk mengukur tingkat keparahan akibat Hepatitis. Biasanya,
tes pertama pasien akan mendapatkan tes skrining yang akan menunjukkan apakah dia telah
mengembangkan antibodi terhadap virus Hepatitis C atau tidak. (Antibodi adalah suatu zat
terdapat dalam darah yang diproduksi oleh tubuh sebagai respon terhadap suatu virus). Jika hasil
tes antibodi positif berarti bahwa seseorang telah terkena virus pada suatu waktu, kemudian
dokter kemungkinan besar akan melakukan tes kedua untuk mengkonfirmasi apakah virus masih
ada dalam aliran darah atau tidak. Jika terdapat virus maka maka tes genetik akan dilakukan
untuk memeriksa tipe genotip HCV. Ada 6 tipe genotip, penanganan pada tiap – tiap tipe
berbeda satu dengan yang lain. Umumnya genotip yang ada pada penderita adalah:

1. Tipe genotip 1, genotip ini lebih sulit untuk ditangani & membutuhkan waktu pengobatan
yang panjang yaitu 1 tahun, umumnya terdapat pada orang Indonesia.
2. Tipe genotip 2 dan 3 membutuhkan waktu pengobatan relatif singkat yaitu 6 bulan.

Pengobatan

Bagaimanakah mekanisme pengobatan Hepatitis C?

Tujuan pengobatan HCV adalah untuk menghilangkan virus dari darah dan mengurangi risiko
sirosis dan kanker hati akibat infeksi jangka panjang HCV.

Banyak pasien dengan hepatitis C membaik dengan menggunakan terapi anti viral. Obat antiviral
yang paling umum adalah kombinasi dari pegylated interferon alfa dan ribavirin. Sebagian besar
pasien menerima suntikan pegylated interferon alfa per mingguan, sedangkan Ribavirin diminum
dua kali sehari. Pengobatan dilakukan selama 24 – 48 minggu. Efek samping yang ditimbulkan
Ribavirin yaitu dapat menyebabkan cacat lahir. Oleh karena itu penderita perempuan & istri
penderita Hepatitis C harus menghindari hamil selama 6 bulan setelah pengobatan.

Telaprevir dan boceprevir adalah obat baru yang dapat digunakan untuk pasien dengan HCV
genotipe 1. Obat-obat ini memiliki sejumlah efek samping, dan pasien harus diawasi dengan
ketat.

Orang dengan hepatitis C juga harus:

1. Berhati-hatilah untuk tidak mengkonsumsi vitamin, suplemen gizi, tanpa terlebih dahulu
mendiskusikannya dengan dokter.
2. Hindari zat-zat yang beracun untuk hati, termasuk alkohol. Bahkan sejumlah
besar alkohol dapat mempercepat perkembangan hepatitis C, serta mengurangi
efektivitas pengobatan.
3. Melakukan vaksinasi terhadap hepatitis A dan B.

Pencegahan

Bagaimanakah mekanisme pencegahan Hepatitis C?

Pencegahan primer

1. Tidak ada vaksin untuk hepatitis C. Risiko infeksi dapat dikurangi dengan:
2. Menghindari suntikan yang tidak perlu dan tidak aman;
3. Menghindari pengumpulan dan pembuangan limbah benda tajam yang tidak aman;
4. Tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan berbagi peralatan suntik;
5. Tidak melakukan seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis C;
6. Tidak berbagi barang pribadi yang tajam yang mungkin terkontaminasi dengan darah
yang terinfeksi;
7. Menghindari tato, tindikan dan akupunktur yang dilakukan dengan peralatan yang
terkontaminasi.

Pencegahan sekunder dan tersier

1. Bagi orang yang terinfeksi dengan virus hepatitis C, direkomendasikan agar:


2. Mendapatkan pendidikan dan konseling tentang pilihan untuk perawatan dan pengobatan;
3. Mendapatkan imunisasi dengan vaksin hepatitis A dan B untuk mencegah koinfeksi dari
virus hepatitis untuk melindungi hati mereka;
4. Mendapatkan manajemen medis secara dini dan tepat termasuk terapi antiviral jika
sesuai, dan
5. Melakukan pemantauan secara berkala untuk diagnosis awal penyakit hati kronis.
[i] WHO: “Hepatitis C” http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs164/en/ diakses pada
tanggal 4 Februari 2013

[ii] Menurut dr. Mohammad Subuh, MPPM, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian
Kesehatan RI, Kementrian Kesehatan

También podría gustarte