Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
A. Pengertian/ Definisi
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan
anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah
jantung. Prosedur yang tersering mencakup angiolasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri
koroner, dan perbaikan dan penggantian katup jantung yang rusak. Prosedur ini telah
didiskusikan pada kelainan yang berhubungan-angina dan masalah katup. Sedangkan bedah
jantung terbagi menjadi 2 macam, antara lain :
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung
dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
g. Fisioterapi
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila sudah
ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural
drinase).
2) Perawatan setelah di ICU/di Ruangan. Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan
terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke
dua pasca bedah. Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
· Elektrolit thrombosis.
· Ureum
· Gula darah.
· Thoraks foto
· EKG 12 lead.
Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Obat – obatan
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan
mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan
vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk
mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-
tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa
bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering.
Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan
pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama
untuk mencegah luka terbuka.
Fisioterapi
Setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah retensi sputum
yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di
tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi,
dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.
ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH JANTUNG
1) Pengkajian
Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang Intensive Care Unit. Segera
setelah pasien tiba di ICU, perawat harus segera melakukan pengkajian meliputi semua
sistem organ untuk menentukan status pascaoperasi dibandingkan dengan preoperasi dan
mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan.
a). Status Kardiovaskular; Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan
vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk gelombang
pada tekanan darah invasive, curah jantung dan cardiac index, drainase rongga dada,
fungsi pacemaker.
b). Status Respirasi; Pengkajian terhadap status respirasi bertujuan untuk mengetahui secara
dini tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Perawat mengkaji status
respirasi pasien selama operasi, ukuran endotrakeal tube, masalah yang dihadapi selama
intubasi, lama penggunaan alat mesin jantung paru. Selanjutnya kaji gerakan dada, suara
nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, Mode, PEEP),
kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen, analisa gas darah.
c). Status Neurologi; Tingkat responsifitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, reflex,
gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
d). Status Pembuluh darah perifer; Denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir,
cuping telinga, suhu kulit, edema.
e). Fungsi Ginjal; Haluaran urine, berat jenis urine, dan osmolalitas
f). Status Cairan dan elektrolit; Haluaran semua selang drainase, parameter curah jantung, dan
indikasi ketidakseimbangan elektrolit.
g). Nyeri; Sifat, jenis, lokasi, respon terhadap analgesic
h). Status Gastrointestinal; Auskultasi bisisng usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat palpasi.
i). Status Alat yang Dipakai; Kepatenan alat dan pipa untuk menentukan baik atau tidak
kondisinya meliputi, pipa endotrakeal, ventilator, monitor saturasi, kateter arteri paru,
infuse intravena, pacemaker, sistem drainase dan urine.
Selanjutnya jika pasien sudah sadar dan mengalami perkembangan yang baik, perawat harus
mengembangkan pengkajian terhadap status psikologis dan emosional pasien, kebutuhan
keluarga, dan risiko akan komplikasi.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d Trauma saraf intraoperasi
b. Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas miokard sekunder terhadap faktor
sementara (Bedah dinding ventrikuler)
a. Pola nafas tidak efektif b.d ketidakadekuatan ventikulasi
b. Perubahan krisis peran b.d krisis situasi (peran tergantung)/proses penyembuhan
3) Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Dx 1
Nyeri akut b.d Trauma saraf intraoperasi
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil:
Menyatakan nyeri hilang.
Menunjukkan postur tubuh rileks.
Kemampuan istirahat/tidur cukup.
Membedakan ketidaknyamanan bedah dari angina/nyeri jantung pra operasi.
1.] Intervensi : Dorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas nyeri rentang skala
sampai 10. Tanyakan pasien bagaimana membandingkan dengan nyeri pada operasi dengan
nyeri dada.
Rasional : Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual. Penting
untuk pasien membedakan nyeri insisi dari tipe lain nyeri dada, contoh angina
2.] Intervensi : Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan tidur
Rasional : Pertunjuk non verbal ini dapat mengidentifikasikan adanya atau derajat nyeri
yang dialami.
3.] Intervensi : Pantau tanda – tanda vital
Rasional : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri, meskipun respon brakikadi
dapat terjadi pada penyakit jantung berat. Tekanan darah mungkin meningkat karena
ketidaknyamanan insisi tapi dapat menurun atau tidak stabil bila terjadi nyeri dada berat
kerusakan dan atau miokardia.
4.] Intervensi : Berikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung, perubah posisi ), bantu
aktivitas perawatan diri dan dorong aktivitas senggang sesuai indikasi.
Rasional : Dapat meninggkatkan relaksasi dan perhatian tak langsung dan menurunkan
frekuensi atau kebutuhan dosis analgesic
5.] Intervensi : Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh proksifene dan asetaminofen
(darvoset-N), asetaminofen dan oksikodon (Tylox)
Rasional : Biasanya diberikan untuk control nyeri adekuat dan menurunkan tegangan otot,
yang memperbaiki kenyamanan pasien dan meningkatkan penyembuhan.
Dx 2
Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas miokard sekunder terhadap faktor
sementara (Bedah dinding ventrikuler).
Tujuan: Mengembalikan curah jantung untuk menjaga/mencapai gaya hidup yang diinginkan
Kriteria Evaluasi:
· Parameter hemodinamik dalam batas normal
· Drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama kurang dari 300 ml/jam
· Tanda-tanda vital stabil
· Nyeri terbatas pada luka operasi
· EKG negative terhadap perubahan iskemik
1]. Intervensi : Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan td, khususnya mencatat
hipotesis waspada terhadap batas sistolik/diastolic khusus pada pasien.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, disritmia, gagal jantung/syok.
2]. Intervensi : Catat suhu kulit/warna dan kualitas/kesamaan nadi perifer.
Rasional : Kulit hangat/merah muda, dan nadi kuat adalah indicator umum curah jantung
adekuat.
3]. Intervensi : Pantau program aktifitas. Catat respon pasien, tanda vital
sebulum/selama/setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
Rasional : Merangsang sirkulasi/tonur kardiovaskuler dan meningkatkan rasa sehat.
Kemajuan aktifitas tergantung toleransi jantung.
4] intervensi : Berikan O2 tambahan sesuai indikasid.
Rasional : Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat dalam
memperbaiki iskemia jantung dan disritmia jantung.
Dx 3
Pola nafas tidak efektif b.d ketidakadekuatan ventikulasi
Tujuan : Inefektif pola nafas tidak terjadi.
Kriteri hasil : Pasien menunjukan pola nafas adekuat.
1]. Intervensi : Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau ketidak
simetrisan gerakan dada.
Rasional : Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu
sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
2]. Intervensi : Liat kulit dan membrane mukosa untuk adanya sianosis.
Rasional : Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga atau keabu-abuan umum menunjukkan kondisi
hipoksia sehubungan dengan gagal jantung atau komplikasi paru.
3]. Intervensi : Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan contoh
adanya dipsnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal.
Rasional : Respon pasien bervariasi kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri,
takut, demam, penurunan volume sirkulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret,
hipoksia, atau distensi gaster.
4]. Intervensi : Tekankan menahan dada dengan bantal selama nafas dalam atau batuk.
Rasional : Menurunkan tegangan pada insisi, menuingkatkan ekspansi paru, dan
meningkatkan upaya upaya batuk efektif.
5]. Kolaborasi : Berikan tambahan oksigen dengan kanul atau masker, sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya
pada adanya penurunan atau gangguan ventilasi.
Dx 4
Perubahan krisis peran b.d krisis situasi (peran tergantung)/proses
Penyembuhan
1]. Intervensi : Kaji peran pasien dalam hubungan keluarga idetifikasi masalah tentang
disfungsi peran atau gangguan, contoh : penyembuhan, transisi sehat sakit.
Rasional : Membantu mengetahui tanggung jawab pasien bagaimana efek penyakit terhadap
peran ini. Peran tergantung pasien menimbulkan cemas dan masalah tentang bagaimana pasien
akan mampu menangani tanggung jawab peran biasanya.
2]. Intervensi : Kaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat ancaman terhadap diri atau
hidup.
Rasional : Informasi memberikan dasar untuk identifikasi atau perencanaan perawatan
individual.
3]. Intervensi : Bantu pasien atau orang terdekat mengembangkan strategi untuk menerima
perubahan, contoh : pembagian tanggung jawab untuk anggota keluarga lain atau teman atau
tetangga: menerima bantuan sementara (perawatan rumah atau petugas kebun) ; selidiki adanya
bantuan finansial.
Rasional : Perencanaan untuk perubahan yang dapat terjadi atau meningkatkan rasa control
dan mnyeselsaikan tanpa kehilangan harga diri.
4]. Intervensi : Pertahankan prilaku positif terhadap pasien, berikan kesempatan untuk pasien
melakukan latihan control sebanyak mungkin.
Rasional : Membantu pasien menerima perubahan yang terjadi dan mulai menyadari control
terhadap diri sendiri.
4) Implementasi
Dx 1;
1) Mendorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas nyeri rentang skala sampai 10.
Tanyakan pasien bagaimana membandingkan dengan nyeri pada operasi dengan nyeri dada.
2) Mengobservasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan tidur
3) Memantau tanda – tanda vital
4) Memberikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung, perubah posisi ), bantu aktivitas
perawatan diri dan dorong aktivitas senggang sesuai indikasi.
5) Mengkolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh proksifene dan asetaminofen (darvoset-
N), asetaminofen dan oksikodon (Tylox)
Dx 2
1) Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan td, khususnya mencatat hipotesis
waspada terhadap batas sistolik/diastolic khusus pada pasien.
2) Mencatat suhu kulit/warna dan kualitas/kesamaan nadi perifer.
3) Memantau program aktifitas. Catat respon pasien, tanda vital sebulum/selama/setelah
aktivitas, terjadinya disritmia.
4) Memberikan O2 tambahan sesuai indikasid.
Dx 3
1) Mengobservasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau ketidak simetrisan
gerakan dada.
2) Melihat kulit dan membrane mukosa untuk adanya sianosis.
3) Mengevaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan contoh adanya
dipsnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal.
4) Menekankan menahan dada dengan bantal selama nafas dalam atau batuk.
5) Kolaborasi : Memberikan tambahan oksigen dengan kanul atau masker, sesuai indikasi.
Dx 4
1) Mengkaji peran pasien dalam hubungan keluarga idetifikasi masalah tentang disfungsi peran
atau gangguan, contoh : penyembuhan, transisi sehat sakit.
2) Mengkaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat ancaman terhadap diri atau hidup.
3) Membantu pasien atau orang terdekat mengembangkan strategi untuk menerima perubahan,
contoh : pembagian tanggung jawab untuk anggota keluarga lain atau teman atau tetangga:
menerima bantuan sementara (perawatan rumah atau petugas kebun) ; selidiki adanya bantuan
finansial.
4) Mempertahankan prilaku positif terhadap pasien, berikan kesempatan untuk pasien
melakukan latihan control sebanyak mungkin.
5) Evaluasi
Hasil yang Diharapkan :
a). Tercapainya curah jantung yang adekuat
b). Terpeliharanya pertukaran gas yang adekuat
c). Terpeliharanva keseimbangan cairan dan elekirolit
d). Hilangnya gejala penginderaan yang berlebihan, kembali terorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu
e). Hilangnya nyeri
f). Terpeliharanya perfusi jaringan yang adekuat
g). Tercapainya istirahat yang adekuat
h). Terpeliharanya perfusi ginjal yang adekuat
i). Terpeliharanya suhu tubuh normal
DAFTAR PUSTAKA