Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
SKRIPSI
Oleh:
SRI SUPRAPTO
D1A1 11 188
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pertanian sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Agribisnis
Oleh:
SRI SUPRAPTO
D1A1 11 188
ii
PERNYATAAN
YANG BERLAKU.
SRI SUPRAPTO
NIM. D1A1 11 188
iii
iv
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
This study aims to determine the pattern of marketing channels, the amount
of marketing margin on each marketing channel and the level of efficiency of
clove marketing in sub district Ladongi, Regency eastern Kolaka. This research
was conducted from October to Novemberl 2016. Determination of sample of
farmer was done by simple random sampling amounted to 40 families Pepper
farmers, while the perpetrators of marketing institutions conducted by snowball
sampling consisting of 8 families of village collectors, and 1 large traders. Data
analysis used is descriptive analysis, marketing margin analysis and marketing
efficiency analysis.
The results showed that there are two patterns of clove marketing channel in
sub district Ladongi. Margin on marketing channel I is greater than margin on
marketing channel II,ie each of Rp 35,000, - / Kg and Rp 8.300, - / Kg. The high
margin on marketing channel I,due to the length of clove marketing channel
patterns and the high marketing costs incurred in marketing cloves to the hand of
consumers.The analysis shows that the percentage of farmer's share of the two
clove marketing channels in sub district Ladongi runs efficiently, and is shown by
Farmer's Share above 50%, ie channel I of 65%, and marketing channel II sebesr
72%.
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Salim dan ibunda Diida
serta kepada istri tercinta Helni pratiwi, atas perhatian ,do’a,dukungan moral dan
material yang diberikan selama in. Dan juga penulis mengucapkan terima kasih
dan penghormatan kepada Dr.Ir. Idrus Salam, M.Si sebagai pembimbing I dan ibu
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
tujukan kepada:
viii
Marliani, Wa Ode Marsene, Muhammad Asran, Asriani, Ni Kadek Supyani,
Uyun Suastin Shaleh, Mirwan Efendi, Dewi Prananti Fitriana, AndriIfandi, Adriyani,
Tamsir Tawakal, Hariana, Steven Pratama Latuanda, Dyyah Resky Nurdin, Ismawati
Ma'mun, Junita, Siti Aisah, Winda Eky Agistia, Kartina, Dian Muktianti, Dahar,
Muh. ZulFatnah Ode, Kholifa Turrohma, Reza Rusaldi, Amin Rahardjo dan lain-lain
5. Semua pihak yang membantu selama kuliah ataupun saat menulis skripsi,
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah turut membantu do’a,
tenaga dan materi, saya ucapkan terimakasih. Akhirnya, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan pahala yang berlipat ganda kepada semua pihak yang
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah .......................................................... 41
A.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ...................................... 41
A.2. Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim .................................. 41
A.3. Keadaan Penduduk ............................................................... 43
A.4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sosial .................................. 44
A.5. Keadaan Pertanian ................................................................ 46
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................ 47
B.1. Identitas Responden Petani .................................................. 47
B.1.1. Umur .......................................................................... 47
B.1.2. Tingkat Pendidikan Formal ....................................... 49
B.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ................................... 50
B.1.4. Pengalaman Berusahatani Lada................................. 51
B.1.5. Luas Lahan ................................................................ 52
B.2. Identitas Responden Pedagang ............................................. 54
B.3. Pedagang dan Saluran Pemasaran ........................................ 56
B.3.1. Pedagang ................................................................... 56
B.3.2. Saluran Pemasaran ..................................................... 57
B.4. Volume Pembelian dan Volume Penjualan Lada ................ 60
B.5. Margin Pemasaran Lada ...................................................... 62
B.5.1. Margin Pemasaran Lada Pada Saluran I .................... 62
B.5.2. Margin Pemasaran Lada Pada Saluran II................... 64
B.6. Efisiensi Pemasaran .............................................................. 65
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
12. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani
Lada di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur
Tahun 2016 ...................................................................................... 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya
tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, kondisi alam yang
memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang
cukup tinggi. Hal itu dikarenakan Indonesia terletak di daerah tropis dan di sekitar
garis khatulistiwa.
Salah satu sub sektor dari pertanian yang baik untuk dikembangkan di
negara karena komoditi perkebunan sebagai komoditi ekspor dan impor sehingga
tahun 2012 – 2015. Kontribusi sub sektor perkebunan menempati urutan ketiga
setelah tanaman pangan dan perikanan dari tahun 2013 – 2015. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 – 2015 dapat dilihat pada Tabel
1
2
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara,
Tahun 2013 - 2015(juta rupiah)
.
Lapangan Usaha Tahun
Pertanian
2013 2014 2015
1. Tanaman bahan makanan 18.349.696 22.162.656 26.361.982
2. Tanaman perkebunan 6.999.511 8.010.895 8.536.112
3. Peternakan 4.102.245 5.129.595 5.695.564
4. Kehutanan 539.393 597.363 679.613
5. Perikanan 9.926.568 9.578.176 10.654.291
Total 39.917.413 45.478.685 51.927.562
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2015
Tenggara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2015, persentase
areal dan produksi lada perkebunan rakyat (PR) di Provinsi Sualawesi Tenggara
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Lada Perkebunan Rakyat (PR) di Provinsi
Sulawesi Tenggara, Tahun 2011 – 2015
Tabel 2 menunjukan luas areal dan produksi lada tiap tahunnya meningkat,
dapat dilihat luas areal lada yakni 62,712 Ha dan produksi rata-rata yakni
memerlukan modal yang cukup besar untuk biaya investasi dan tidak semua
usahanya. Selain itu petani harus mempertimbangkan dan menerima risiko yang
nantinya akan timbul, karena tanaman lada membutuhkan waktu tiga tahun yaitu
sampai tahun keempat untuk memasuki usia produktif agar tanaman baru bisa
dipanen, sehingga petani baru bisa mendapat keuntungan setelah memasuki tahun
keempat. Setelah memasuki usia produktif yaitu tahun ke empat, petani baru bisa
mendapatkan hasil dari produksi pertanaman. Luas areal dan produksi perkebunan
setelah komoditi kakao, yakni luas lahan tanaman 2014adalah 927,10 Ha dengan
produksi tahun laporan yakni 69.301 Kg dan kakao merupakan tanaman tahunan
dengan luas lahan terluas yakni tanaman 2014 adalah 69.042,81 Ha dengan
merupakan harga lada ditingkat petani dan harga ditingkat pedagang pengumpul
membawa keberuntungan yang baik dibandingkan tahun 2015 yang hanya dibawa
Rp100.000/Kg.
Penurunan harga yang dratis ini, dipicu oleh permintaan pasar dan
hanya sampai pada pedagang pengumpul di desa. Hal ini di karenakan kurangnya
kecamatan Ladongi.
Kolaka Timur.
B. Rumusan Masalah
Kolaka Timur?.
Timur?
Kolaka Timur?
C. Tujuan Penelitian
Kolaka Timur
Kolaka Timur
D. Manfaat Penelitian
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.
8
A. Landasan Teori
A.1 Lada
Sekitar 600 – 2.000 spesies di antaranya tersebar di daerah tropis. Dari jumlah
1. Deskripsi Tumbuhan
Tanaman ini berasal dari Ghats-Malabar India dan di negara asalnya terdapat tidak
kurang dari 600 jenis varietas, sementara itu di Indonesia terdapat tidak kurang
antara lain: Jambi, Lampung, Bulok Belantung, Muntok atau Bangka. Di alam
sendiri mungkin sudah terjadi evaluasi perkayaan plasma nutfah lada sebagai
akibat mutasi alami yang mungkin saja dapat timbul dalam upaya penyesuaian
4. Ketinggian air tanah relatif dalam (air tanah 0,5 M di bawah tanah) sedangkan
Buah merupakan produksi pokok daripada hasil tanaman lada. Buah lada
1. Bentuk dan warna buah: buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit
buah yang lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan
yang tua berwarna kuning. Dan apabila buah sudah masak berwarna merah,
berlendir dengan rasa manis. Maka buah lada disukai burungburung berkicau.
Sesudah dikeringkan lada itu berwarna hitam. Kedudukan buah: buah lada
merupakan buah duduk, yang melekat pada malai. Besar kulit dan bijinya 4-6
mm. Sedangkan besarnya biji 3-4 mm. Berat 100 biji kurang lebih 38 gr atau
2. Kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit luar),
3. Di dalam kulit, terdapat biji-biji yang merupakan produk dari lada, biji-biji ini
juga mempunyai lapisan kulit yang keras (Sutarno dan Andoko, 2005).
2. Sistematika Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Spesies : Piper nigrum L.
(Wikipedia, 2016)
3. Kandungan Kimia
kavisina.
10
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak
ini disebut juga minyak menguap (volatile oil), minyak eteris (ethereal oil), atau
minyak esensial (essential oil). Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri
menjadi lebih gelap karena oksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus
terlindung dari pengaruh cahaya, diisi penuh, ditutup rapat serta disimpan di
di dalam rambut kelenjar (pada suku Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada
suku Coniferae).
pemakan daun. Sebaliknya minyak atsiri dapat berfungsi sebagai penarik serangga
guna membantu proses penyerbukan dan sebagai cadangan makanan (Gunawan &
Mulyani, 2004).
jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak (Ketaren, 1985). Minyak
atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk
dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O), serta beberapa
persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S)
11
Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan
yaitu:
(C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri
sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren) dan sesquiterpen (3 unit
isopren).
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan
peroksid. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan
tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Golongan hidrokarbon
Timur dan Sulawesi Selatan. Penggunaan lada selama ini baik dalam maupun luar
sebagai bumbu masakan. Penggunaan lada lainnya adalah untuk industri farmasi
perspektif tanaman lada terhadap ekonomi daerah maupun nasional sangat besar.
Di samping sebagai sumber devisa, juga sebagai penyedia lapangan kerja dan
masih cukup cerah. Prospek suatu komoditas akan ditentukan oleh mekanisme
permintaan dan penawaran pada tahun-tahun yang akan datang (Oktarina, 2009).
prospek lada berdasarkan proyeksi permintaan dan penawaran akan terjadi trend
permintaan sebesar 5,44% yang terbagi atas trend konsumsi 2% dan trend ekspor
3,44%, sedangkan trend penawaran hanya 4,69%. Trend permintaan yang lebih
akan datang jumlah permintaan lada akan melebihi persediaan karena konsumsi
Pada tahun 2004, produksi lada Indonesia mencapai 94.371 ton atau
menduduki urutan kedua dunia setelah Vietnam dengan produksi 105.00 ton
2004). Di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual
tersendiri karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama
Muntok white pepper untuk lada putih dan Lampong black pepper untuk lada
Sebaliknya setiap tahun selalu meningkat, seiring dengan kenaikan kurs dolar
harga yang cukup tinggi ini merupakan salah satu bukti nyata bahwa agribisnis
A.3 Pasar
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,
mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah
pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama
dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
menarik, harga terjangkau dan serba instan. Pasar ini memiliki penjualan barang-
secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir. Sembilan bahan pokok atau
1. Beras
2. Gula pasir
3. Minyak goreng dan margarin
4. Daging sapi dan ayam
5. Telur ayam
6. Susu
7. Jagung
8. Minyak tanah
9. Garam beriodium (Wikipedia, 2016).
meningkat. Pada saat ini pasar tradisional yang lokasinya berdekatan dengan
pasar tradisional yang umumnya pelaku usaha mikro dan dapat mematikan usaha
Sudah banyak kios di pasar tradisional yang harus tutup karena sulit
bersaing dengan pasar modern. Dari data Asosiasi Pedagang Pasar tradisional
seluruh Indonesia (APPSI) pada tahun 2005 seperti dikutip website Kementerian
Koperasi dan UKM mengatakan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional harus
tutup usaha setiap tahunnya. Jumlah ini kemungkinan terus bertambah seiring
kehadiran pasar modern yang semakin meningkat. (Indra, 2007) Indonesia adalah
sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya
15
secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk
(Ekapribadi. W, 2007).
pangsa pasar modern telah mencapai lebih 30 persen melonjak tajam dalam
sepuluh tahun terakhir ini. Hal ini menyebabkan berkurangnya pangsa pasar
kontribusi pasar tradisional sebesar 69,9 persen , turun dari tahun sebelumnya
yaitu 73,7 persen (2003), 74,8 persen (2002), 75,2 persen (2001), dan 78,1 persen
Apalagi pasar tradisional mengalami kekurangan sarana dan prasarana serta para
oleh pasar modern yang jumlahnya tumbuh mencapai 31,4 persen. Departemen
menjadi tempat berkumpulnya 12,6 juta pedagang. Survei AC Nielsen pada tahun
2004 juga menyebutkan pangsa pasar-pasar modern yang terdiri dari hypermarket,
A.4 Pemasaran
kelompok untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep
Semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang
yang di minta, sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka semakin
banyak barang yang diminta. Sedangkan teori penawaran semakin tinggi harga
suatu barang makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual,
sebaliknya semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah yang
ditawarkan. (Nuraini, 2001) Pasar awalnya mengacu pada suatu geografis tempat
transaksi berlangsung.
dilakukan tanpa melalui kontak langsung antara penjual dan pembeli. Dengan
teknologi informasi ini dilakukan transaksi antar kota, antar negara bahkan antar
lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasaran tidak baik, mungkin disebabkan
karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu
panjang atau ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini
suatu aktivitas yang penting yang dispesialisasi dan dilaksanakan dalam bidang
Pemasaran hasil produksi merupakan salah satu faktor yang sangat penting.
menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu,
terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dengan cara melaksanakan fungsi-
produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha
atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan
belikan lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : - Lembaga yang
tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti agen perantara, makelar (broker,
selling broker dan buying broker). - Lembaga yang memiliki dan menguasai
tengkulak, eksportir dan importir. - Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan
dipasarkan. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini lebih lanjut dapat
dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian. Pedagang
pengumpul, jual komoditi yang dibeli tengkulak dari petani biasanya relatif lebih
dari tengkulak.
pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini harus
pedagang besar cukup jauh dan membutuhkan waktu lama, maka pada saat
mentah ataupun bahan baku untuk proses produksi selanjutnya. - Agen penjualan,
pengecer. Agen penjualan ini biasanya membeli komoditi yang dimiliki pedagang
dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer.
dengan konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu
proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi yang
lembaga pemasaran pada rantai pemasaran sebelumnya. Sehingga saat ini kita
jumpai adanya diversifikasi usaha dari produsen atau pedagang besar menjadi
komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk
jaringan pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini
arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir ini disebut
dengan syarat, organisasinya teratur (pembeli dan penjual bebas dalam perlakuan),
tidak boleh ada persetujuan sebelumnya antar pembeli dan penjual, barang yang
pembeli dan penjual cukup besar. - Pasar Monopoli atau Pasar Tidak Bebas terjadi
bila pasar seluruhnya dikuasai oleh satu penjual atau satu badan usaha, sehingga
terjadi politik harga dimana harga ditentukan sesuka hati oleh si penjual tunggal
tersebut.
Pasar Kurang Bebas terletak antara pasar bebas dan monopoli, pasar ini
sifatnya dikuasai oleh satu produsen besar dan beberapa produsen kecil, dan
kebijakan harga ditentukan oleh produsen besar, sedangkan yang kecil hanya
mengikuti.
22
barang yang berbeda kualitasnya, bentuknya ada dua yaitu persaingan bebas dan
terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang
bila dibandingkan dengan pemasaran produk industri. Hal ini disebabkan karena
tempat usahatani yang terpencar-pencar dan jumlah hasil yang dijual sedikit,
Sudiyono (2002), lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan
berlainan satu dengan yang lainnya. Saluran pemasaran suatu barang dapat
berubah dan berbeda, tergantung pada keadaan daerah, waktu dan kemajuan
dengan petani, ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon
pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengepul ini harus
besar.
yang dimiliki pedagang dengan jumlah banyak dengan harga yang relatif
konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu proses
dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir. Dari arus yang dilalui tersebut,
dapat terlihat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat. Saluran pemasaran juga
dapat berbentuk sederhana dan dapat pula berbentuk rumit. Tejaningrum (1984)
Produsen Konsumen
rantai pemasaran, ada yang berbentu sederhana dan ada pula yang berbentuk
kompleks. Mata rantai yang sederhana dan kompleks akan mempengaruhi jumlah
pelaku lembaga pemasaran yang terlibat. Hal ini juga berlaku bagi pemasaran
saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian tergantung
1. Jarak antara produsen dan konsumen, semakin jauh jarak tersebut maka
pemasarannya.
3. Skala produksi, bila produksi yang dihasilkan berskala kecil keuntungan yang
4. Modal, semakin besar modal yang dimiliki maka saluran distribusi pemasaran
antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani.
Sedangkan margin pemasaran bila ditinjau dari sudut pandang biaya pemasaran
Keterangan :
M : Margin pemasaran
Cij : Biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga
pemasaran ke-j
j : Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-j
m : Jumlah jenis biaya pemasaran
n : Jumlah lembaga pemasaran (Sudiyono, 2001)
selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima
produsen. Margin ini akan akan diterima oleh lembaga niaga yang terlibat dalam
proses tersebut. Makin panjang tataniaga (semakin banyak lembaga yang terlibat)
yang dilakukan dari usahatani, mulai dari tingkat produsen sampai pada tingkat
konsumen, sehingga akan terbentuk dua macam harga, yaitu harga pada tingkat
produsen dan harga pada tingkat konsumen. Selisih antara kedua harga tersebut
harga suatu barang yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen,
yang terdiri dari biaya untuk menyalurkan/ memasarkan dan keuntungan lembaga
pemasaran. Atau margin adalah perbedaan harga pada suatu tingkat pasar dari
harga yang dibayar dengan harga yang diterima. Margin pemasaran termasuk
27
semua ongkos yang menggerakkan produk tersebut mulai dari pintu gerbang
petani sampai di tangan konsumen akhir. Lebih lanjut, margin pemasaran untuk
komoditi lainnya.
pemasaran. Menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) dalam Wulandari (2008), ada
tiga cara yang biasa dipakai untuk menghitung margin pemasaran, yaitu:
pemasaran.
pembelian dan volume barang dagangan dari tiap lembaga pemasaran yang
Pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dari nilai
perlumelihat sudut pandang dari pengusaha dan sudut pandang sosial (Hanafiah
apabila :
dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan
penghasilan atau imbalan yang sesuai dengan fungsi masing-masing. Adil bagi
2002).
apabila :
c. Output dan input sama-sama mengalami kenaikan, tetapi laju kenaikan output
dan harga produk, serta sejauhmana dia dapat merangsang produksi produk
B. Penelitian Terdahulu
Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan presentase bagian harga yang
diterima petani (Farmer’s Share) dari empat saluran tersebut berjalan secara
efisien (di atas 50%), dengan nilai presentase masing-masing 82,54% untuk
Saluran I, 82,52% untuk Saluran II, 80,82% untuk saluran III, dan 86,49% untuk
saluran IV.
Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku (Studi Kasus di Desa Luhu).
Luhu, yaitu:
31
Cengkeh kering dari tahun 2011-2013 dengan harga jual Rp.120.000, Rp.110.000
dan Rp.115.000 per kg. Keuntungan pemasaran berada pada setiap lembaga
Konsumen (Industri)
I sebesar Rp. 35.000/kg dan margin pada saluran II sebesar Rp. 25.000/kg. Selain
sebesar 82% untuk saluran I dan 75% untuk saluran II, yang menunjukkan kedua
dan juga efisiensi pemasaran. Dengan demikian penelitian di atas dapat dijadikan
C. Kerangka Pikir
adalah petani lada dan pedagang lada yang menanam dan menyalurkan lada di
tanpa pemasaran, produk yang dihasilkan tidak akan memberikan manfaat optimal
pengaruh perubahan harga pada tiap lembaga pemasaran perlu dikaji lebih dalam.
memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang
33
lebih lanjut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : pedagang lada, yaitu lembaga
pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, pedagang lada ini
melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak
pembelian. Pedagang pengumpul, jual komoditi yang dibeli pedagang lada dari
pemasaran, maka jumlah komoditi yang ada pada pedagang pengumpul ini harus
pedagang besar cukup jauh dan membutuhkan waktu lama, maka pada saat
pemasaran lainnya.
produsen dan ditingkat konsumen akhir semakin tinggi. untuk itu, sebagai saluran
memperkecil biaya dan terciptanya harga jual yang dalam batas kemampuan daya
beli konsumen. Semakin tinggi harga yang diterima oleh produsen, semakin
Petani Lada
Pedagang Lada
Biaya Pemasaran
1. Biaya TK
2. BiayaTransportasi
3. Biaya Karung
Efisiensi Pemasaran
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani lada yang berjumlah
200 orang. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple Random
Sampling) yaitu dengan mengambil 20% dari jumlah populasi, yaitu 40 orang
petani.Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2002), bahwa apabila subyeknya
lebih dari 100 orang dan sama (homogen) dapat diambil sampel 20% - 25%.
Sampel untuk pedagang dilakukan secara Snowball Sampling atau sampel bola
salju (Miles, dan Huberman, 1992), yang mana penentuan sampel pedagang lada
yang berdasarkan informasi dari petani lada, kepada siapa mereka menjual hasil
produknya dan terus pada tingkat selanjutnya dimana produk tersebut dipasarkan
Sampel Pertama
A
Pilihan A
B C
Pilihan B Pilihan C
D E F G H I
Pilihan E Pilihan H
J K L M N O
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan
disediakan.
2. Data sekunder, yaitu data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data
dari Kantor Kecamatan Ladongi dan instansi terkait serta sumber referensi
D. TeknikPengumpulan Data
disiapkan.
E. Variabel Penelitian
F. Analisis Data
deskriptif.
3. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran atau bagian harga yang diterima oleh
Keterangan:
Fs: Farmer's Share atau persentase harga yang diterima oleh petani (%)
M : Margin pemasaran lada (Rp/Kg)
He : Harga jual ditingkat pedagang (Rp/Kg)
Dengan kriteria:
Fs ≤ 50%, maka saluran pemasaran belum efisien
Fs > 50%, maka saluran pemasaran sudah efisien
lembaga pemasaran.
G. Konsep Operasional
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan operasional sebagai
berikut:
2. Umur adalah usia responden yang dihitung sejak lahir sampai dengan
(tahun).
6. Pedagang besar adalah pedagang atau pengusaha yang membeli lada dari
7. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli lada dari petani lada di
8. Konsumen adalah orang yang menggunakan produk (lada) atau jasa yang
10. Harga penjualan adalah harga lada yang dijual oleh petani dan lembaga
11. Harga pembelian adalah harga beli lada oleh pedagang dan atau lembaga
pemasaran lainnya(Rp/Kg).
12. Volume pembelian adalah banyaknya lada yang di beli oleh pedagang lada
(Kg).
13. Volume penjualan adalah banyaknya lada yang di jual oleh petani atau
14. Saluran pemasaran adalah jalur yang dilalui oleh responden dalam
15. Margin pemasaran adalah perbedaan harga lada yang dibayarkan oleh
bagian harga yang tinggi bagi petani lada (%) dan keuntungan yang tinggi
berikut:
Konawe Selatan
atas tiga belas wilayah desa/ kelurahan, yang meliputi : Desa Gunung Jaya, Desa
dua bentuk yaitu datar sekitar 33.052 hektar atau 50,60 persen dan 32.268 hektar
berbeda antara satu desa/ kelurahan dengan desa/ kelurahan lainnya, baik dari segi
terdiri atas tanah Organosol, Alluvial, Meditern, Latosol, Podzolik Merah Kuning,
dengan tekstur tanah halus seluas 40.300 ha, dan tekstur tanah sedang seluas
dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau terjadi antara
Bulan Mei dan Oktober, dimana hal ini disebabkan angin Timur yang bertiup dari
Australia tidak mengandung banyak air. Sebaliknya musim penghujan terjadi pada
Bulan November dan Maret, yang disebabkan oleh angin Barat yang bertiup dari
Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air. Khusus pada
Bulan April arah angin dan curah hujan tidak menentu, sehingga pada bulan ini
dikenal sebagai musim pancaroba. Adapun rata-rata suhu pada wilayah kecamatan
komoditas lada dapat tumbuh dengan baik pada kondisi suhu berkisar 25oC-
penting untuk diketahui, terutama bagi ketersediaan sarana dan prasarana sosial
umur. Berdasarkan umur, penduduk pada dasarnya dibedakan atas dua kriteria
yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Manfaat dari pengelompokan
penduduk menurut umur adalah untuk mengetahui jumlah tenaga kerja, jumlah
Ladongi lebih besar dari pada jumlah penduduk perempuan. Selain itu diketahui
usia produktif yaitu sebesar 10.582 jiwa atau 58,74 persen sedangkan sisanya
sebesar 41,26 persen penduduk tergolong pada kelompok usia tidak produktif
yang terdiri atas 5.608 jiwa usia 0-14 tahun atau 31,13 persen dan 1.824
44
jiwa usia >54 tahun atau 10,13 persen. Persentase antara penduduk produktif dan
Kecamatan Ladongi dapat terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan produktif
cara berpikir dan tingkat respon terhadap sesuatu. Seseorang dengan usia
tahun ke atas juga masih mampu terlibat dalam usahatani lada di Kecamatan
Ladongi.
sarana pendidikan, sarana kesehatan dan keluarga berencana, dan sarana agama.
meliputi 3 unit puskesmas, 1 unit puskesmas pembantu, 1 unit puskesmas plus dan
untuk kawasan pemukiman, jalan dan lahan pertanian. Adapun luas penggunaan
lahan untuk pertanian khususnya pada subsektor perkebunan yang menjadi salah
satu mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ladongi dapat dilihat pada Tabel 7.
oleh masyarakat Kecamatan Ladongi pada tahun 2015 berada pada komoditi
kakao yaitu 9.109,7 hektar dengan produksi sebesar 244,6 ton. Adapun
urutan ke- empat dengan luas lahan sebesar 153 hektar dengan produksi 244,60
ton. Besarnya luas lahan yang disediakan untuk jenis tanaman perkebunan ini,
dapat disebabkan oleh potensi/ peluang terutama berkaitan dengan harga yang
sebagainya. Hal ini ditujukan semata dalam rangka perolehan dalam peningkatan
Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah komoditi lada yang
B.1.1 Umur
Umur merupakan usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai saat
umumnya seorang yang relatif muda lebih dinamis dalam bertindak, mempunyai
kemampuan fisik yang kuat dan mempunyai keberanian dalam mengambil suatu
usahataninya. Dengan demikian petani yang berumur muda lebih produktif dan
cepat berkembang dibanding dengan petani yang berumur tua. Soeharjo dan
Hasil penelitian pada Tabel 8, menunjukkan petani responden yang berada pada
kategori produktif sebesar 92,50 persen, sedangkan petani yang responden berada
pada kategori non produktif sebesar 7,50 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
pada prestasi kerja dalam hal ini kemampuan fisik, pengalaman dan
49
satu rumah dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit
keluarga yang telah berusia produktif. Selain sebagai tenaga kerja, dalam
pada kategori non produktif, maka semakin besar jumlah tanggungan keluarga
berarti semakin besar pula usaha yang dilakukan oleh seorang responden dalam
anggota keluarga kecil yaitu berkisar 2-4 orang sedangkan anggota keluarga >4
responden lebih dominan pada kategori keluarga besar yaitu sebanyak 26 orang
petani dalam memaksimalkan usahatani lada yang dilakukannya, baik dari teknik
pemasaran lada, petani akan cenderung untuk memilih harga yang lebih tinggi
responden dalam melakukan usaha dan bekerja maka akan terampil dalam
52
menentukan sikap kearah berusaha yang lebih baik dan menguntungkan di masa
yang akan datang. Soeharjo dan Patong (1984) membagi pengalaman berusaha
kedalam tiga kategori, yaitu apabila dalam menggeluti usahanya kurang dari 5
berada pada kategori cukup berpengalaman (5-10 tahun) dan berpengalaman (>10
dengan teknik budidayanya dan lain sebagainya, terutama waktu yang tepat dalam
Luas lahan yang dimiliki oleh petani merupakan salah satu faktor produksi
yang penting dalam melakukan suatu usahatani, karena luas lahan garapan turut
53
yaitu : luas lahan garapan sempit (< 0,5Ha), luas lahan garapan sedang (0,5–2,00
Ha) dan luas lahan garapan luas (>2,00 Ha). Luas lahan garapan yang digunakan
Tabel 12. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Lada di
Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2016
Luas Lahan Jumlah Persen
No.
(Ha) (orang) (%)
1. < 0,5 10 25,00
2. 0,5 – 2,0 30 75,00
3. > 2,0 0 0,00
Jumlah 40 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016
lahan usahatani dengan kategori sedang (0,5 ha – 2,0 ha) adalah 75,00% atau
memiliki luas lahan dengan kategori sempit (<0,5 ha). Luas lahan petani
responden yang berada pada kategori sedang ini ditunjukkan pula dengan luas
lahan rata-rata yaitu sebesar 0,70 ha, dimana luas atau sempitnya lahan garapan
ini akan berpengaruh terhadap produksi lada dan hal tersebut dapat dilihat pada
jumlah produksi lada yang dihasilkan dan dijual pada lembaga pemasaran, baik
lada berdasarkan volume penjualan lada pada lembaga pemasaran yaitu sebesar
5.476 kg atau berdasarkan luas lahan yaitu sebesar 196,38 kg per hektarnya.
54
yang penting dalam kegiatan pemasaran lada yakni dalam hal menstabilkan dan
Kolaka Timur yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan pengalaman berdagang
orang, yang terdiri atas 8 pedagang pengumpul desa dan 1 pedagang besar.
Sembilan responden pedagang lada tersebut berada pada usia produktif (100%),
sehingga responden pedagang lada dapat dikatakan mampu bekerja dengan baik
karena didukung dengan mental yang kuat dalam melaksanakan peran sebagai
keluarganya.
lada, yaitu sebanyak 5 orang (55,56%) yang terdiri dari 4 pedagang pengumpul
bahwa pedagang telah mampu membaca dan mengikuti kondisi pasar, serta
56
B.3.1 Pedagang
baik. Pedagang memperlancar penyaluran lada dari produsen dalam hal ini petani
Pedagang pengumpul desa mengambil langsung lada dari petani lada yang
Kecamatan Ladongi.
motor. Dalam satu kali pembelian, pedagang pengumpul desa dapat membeli lada
hingga 100 kg. Pada umumnya cara pembayaran dilakukan secara langsung
memberikan uang muka sebesar 50% dari harga pembelian, yang kemudian sisa
2. Pedagang Besar
desa,namun ada kalanya pedagang besar juga membeli lada langsung dari petani
57
lada. Pedagang besar dalam membeli lada telah berlangganan pada petani dan
pedagang pengumpul desa yang berada di Kecamatan Ladongi. Dalam satu kali
besar melakukan pembelian kepada petani dan pedagang pengumpul desa hingga
seluruh lada yang terkumpul dipasarkan/ dijual ke konsumen (industri) baik yang
ada di Makassar hingga daerah Surabaya melalui jalur laut. Setiap satu kali
pasar karena membeli lada dari petani maupun pedagang pengumpul, fungsi fisik
dilakukan pedagang besar saat mengambil lada sedangkan untuk fungsi fasilitas
dapat diketahui pola saluran pemasaran lada yang terjadi di Kecamatan Ladongi
Petani Lada
Pedagang Besar
Industri
(Makassar dan Surabaya)
Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka pada tahun 2016 tidak melibatkan banyak
pedagang. Adapun pola pemasaran yang terjadi terdiri atas dua, yang diuraikan
sebagai berikut:
1. Pola Pemasaran I
kemudian dari pedagang pengumpul desa dijual kembali ke pedagang besar dan
pengumpul desa karena telah terbiasa dan sifatnya sangat praktis, dalam hal ini
tidak memerlukan waktu yang lama, tidak membutuhkan biaya, dan petani
dikunjungi oleh pedagang untuk menjual lada yang dihasilkannya. Di samping itu,
sebagian dari petani memiliki hubungan emosional yang cukup erat dalam artian
59
antara pedagang pengumpul desa dan petani lada masih tetangga ataupun
desa untuk membeli lada, yang kemudian pedagang besar mendistribusikan lada
2. Pola Pemasaran II
pedagang besar. Alasan petani menjual langsung ke pedagang besar karena harga
yang ditawarkan oleh pedagang besar lebih tinggi dibandingkan dengan harga
pada tingkat pedagang pengumpul desa. Namun jumlah petani yang menerapkan
faktor kebiasaan, di samping itu juga terdapat asumsi bahwa harga yang
ditawarkan antara pedagang besar tidak jauh berbeda dengan harga yang
terbantahkan apabila jumlah produksi lada yang akan dijual adalah besar, maka
akan terlihat jauh perbedaan penerimaan yang dapat diperoleh petani. Setelah
pedagang besar memperoleh lada dari petani lada dan juga dari pengumpul desa,
maka lada di distribusikan ke industri yang ada daerah Makassar dan wilayah
Surabaya.
Tabel 14. Jumlah dan Presentase Petani Lada Berdasarkan Pola Saluran
Pemasaran di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur Tahun
2016
Jumlah Petani Persen
No. Jenis Saluran
(Jiwa) (%)
1. Saluran Pemasaran I 30 75,00
2. Saluran Pemasaran II 10 25,00
Jumlah 40 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016
Ladongi terdiri atas dua pola saluran pemasaran, dimana petani lada cenderung
sisanya sebanyak 10 petani lada (25%) menggunakan saluran pemasaran II. Selain
yang telah disebutkan di atas bahwa alasan petani lada memilih pola saluran
pemasaran I disebabkan oleh faktor kekerabatan, dan asumsi harga, juga terdapat
alasan faktor sosial yang dimana petani lada berupaya agar pedagang pengumpul
Salah satu indikator keberhasilan petani dan pedagang lada juga dapat dilihat dari
volume pembelian lada dan volume penjualan lada dalam periode tertentu. Hasil
yang lebih banyak diperoleh petani maupun pedagang dapat menutupi biaya-biaya
berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah produksi lada yang
mampu dihasilkan oleh tiap petani responden, dimana setiap produksi lada yang
tersebut lebih disebabkan oleh perbedaan luas lahan dan perawatan yang
lada dipengaruhi oleh besarnya kecilnya skala usaha dari pedagang itu sendiri.
Semakin besar modal yang dimiliki pedagang maka semakin besar pula volume
pembelian dan volume penjualan yang akan dilakukan. Di samping itu, besar
kecilnya volume pembelian dan penjualan pada tingkat pedagang juga disebabkan
oleh besar kecilnya petani dalam menyediakan komoditi lada dan kemampuan
Lebih jelasnya mengenai volume pembelian dan volume penjualan lada pada
Tabel 15. Volume Pembelian dan Volume Penjualan Lada pada Setiap Pedagang
di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2016
Volume Volume Persen
Presentase
No. Pedagang Pembelian Penjualan (%)
(%)
(Kg) (Kg)
1. Pedagang Pengumpul
Desa 550 9,91 550 9,91
2. Pedagang Besar 5.000 90,09 5.000 90,09
Jumlah 5.550 100,00 5.550 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016
Ladongi dilakukan oleh pedagang pengumpul desa dan pedagang besar dengan
volume pembelian sama dengan volume penjualan. Hal ini disebabkan setiap
volume lada seteleh dibeli tidak lagi dilakukan proses sortasi/pemilahan baik oleh
pedagang kecil ataupun pedagang besar, dan proses sortasi dilakukan oleh petani
dan pedagang pada saat transaksi jual-beli pertama kalinya serta pedagang hanya
bertindak sebagai agen pemasaran (distributor) lada yang menjual kembali lada
62
dilakukan oleh pedagang besar yakni sebesar 5.000 kg setiap penjualan lada
(90,09%). Volume pembelian lada tidak dilakukan satu kali oleh pedagang besar
terakhir oleh pedagang besar pada saat penelitian adalah 5.000 kg walaupun
volume penjualan mampu menembus lebih dari 10.000 kg setiap kali penjualan.
Adapun total volume pembelian dan penjualan lada oleh seluruh pedagang
pengumpul desa dalam setiap kali pengangkutan adalah sebesar 550 kg atau
yang ada di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur dalam setiap kali
konsumen dengan yang diterima petani. Besar kecilnya margin pemasaran lada
melalui dua saluran pemasaran dengan melibatkan pedagang pengumpul desa dan
pedagang besar.
Pada saluran pemasaran I, lada yang berasal dari produsen dalam hal ini
petani lada di Kecamatan Ladongi dibeli oleh pedagang pengumpul desa yang
63
besar lada dijual ke industri sebagai konsumen akhir saluran pemasaran. Adapun
Tabel 16. Biaya dan Margin Pemasaran Lada Pada Saluran Pemasaran I di
Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2016
Persen
No. Uraian Rp/Kg
(%)
1. Petani
Harga Jual 81.700 100,00
2. Pedagang Pengumpul Desa
a. Harga beli 81.700 90,78
b. Biaya pemasaran
1. Transportasi 180 0,20
2. Tenaga Kerja 1.625 1,80
3. Karung 140 0,16
c. Jumlah biaya pemasaran 1.945 2,16
d. Keuntungan pemasaran 6.355 7,06
e. Harga jual 90.000 100,00
f. Margin Pemasaran 8.300 9,22
3. Pedagang Besar
a. Harga beli 90.000 72,00
b. Biaya pemasaran
1. Transportasi 5.000 4,00
2. Tenaga Kerja 800 0,64
3. Karung 140 0,11
c. Jumlah biaya pemasaran 5.940 4,75
d. Keuntungan Pemasaran 29.060 23,25
e. Harga jual 125.000 100,00
f. Margin Pemasaran 35.000 28,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016
pengumpul desa, berupa biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan biaya karung
pemasaran pada pedagang besar yang juga berupa biaya transportasi, biaya tenaga
kerja dan biaya karung adalah sebesar Rp.5.940/kg atau 4,75%. Petani lada
64
dikarenan lada yang dihasilkan oleh petani dibeli oleh pedagang di tempat petani.
Selain biaya pemasaran, terdapat faktor harga dimana harga beli pedagang
pengumpul desa pada petani lada adalah rata-rata sebesar Rp 81.700/kg, harga beli
sedangkan harga jual dari pedagang besar kepada industri sebagai konsumen akhir
adalah sebesar Rp 125.000/kg. Selisih yang besar antara harga yang dibeli oleh
pedagang besar dengan harga yang dijual disebabkan perhitungan profit yang
dilakukan oleh pedagang besar terhadap biaya yang harus dikeluarkan pedagang
termasuk biaya dalam mendistribusikan lada antar wilayah bahkan antar pula
hingga ke konsumen.
9,22% sedangkan margin pemasaran pada tingkat pedagang besar adalah sebesar
Pada saluran pemasaran II, lada yang berasal dari produsen dalam hal ini
petani lada di Kecamatan Ladongi dibeli langsung oleh pedagang besar, yang
kemudian melalui pedagang besar lada dijual ke industri sebagai konsumen akhir
pemasaran II ini mengakibatkan harga yang diterima oleh petani lada jauh lebih
besar. Adapun biaya dan margin pemasarannya dapat dilihat pada Tabel 17.
65
Tabel 17. Biaya dan Margin Pemasaran Lada Pada Saluran Pemasaran II di
Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2016
Persen
No. Uraian Rp/Kg
(%)
1. Petani
Harga Jual 90.000 100,00
2. Pedagang Besar
a. Harga beli 90.000 72,00
b. Biaya pemasaran
1. Transportasi 5.000 4,00
2. Tenaga Kerja 800 0,64
3. Karung 140 0,11
c. Jumlah biaya pemasaran 5.940 4,75
d. Keuntungan Pemasaran 29.060 23,25
e. Harga jual 125.000 100,00
f. Margin Pemasaran 35.000 28,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016
pedagang besar berupa biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan biaya karung
dengan jumlah biaya sebesar Rp.5.940/kg atau 4,75%, sedangkan petani lada tidak
harga, dimana harga beli lada pedagang besar pada tingkat petani lada adalah
sebesar Rp.125.000/kg. Selisih harga dan biaya pemasaran ini akan menghasilkan
margin pemasaran, dimana margin pemasaran pada tingkat pedagang besar adalah
sebesar Rp.35.000/kg.
Besarnya presentase bagian harga yang diterima petani lada dari seluruh
pemasaran. Bila bagian harga yang diterima petani ≤ 50%, maka saluran
pemasaran lada belum efisien dan sebaliknya jika bagian harga yang diterima
66
petani lada > 50%, maka saluran pemasaran lada telah efisien. Lebih jelasnya
mengenai besarnya presentase bagian harga yang diterima petani lada pada kedua
Tabel 18. Besarnya Presentase Bagian Harga yang Diterima Petani (Farmer’s
Share) Melalui Penjualan Lada Pada Setiap Saluran Pemasaran di
Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2016
Persen
No. Jenis Saluran
(%)
1. Saluran Pemasaran I 65
Petani Lada Pedagang Pengumpul Desa Pedagang
Besar Konsumen (Industri)
2. Saluran Pemasaran II 72
Petani Lada Pedagang Besar Konsumen (Industri)
Sumber: Data Primer Setelah Diolah Tahun 2016
dan saluran pemasaran II telah menunjukan tingkat efisien, dimana persen bagian
harga yang diterima responden petani yang melalui Saluran Pemasaran I adalah
sebesar 65%, sedangkan presentase harga yang diterima oleh petani lada melalui
lada antara saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II disebabkan oleh faktor
harga dan biaya pemasaran. Harga merupakan salah satu faktor yang sangat
biaya yang akan dikeluarkan dalam pemasaran juga sangat menentukan saluran
pemasaran mana yang akan dipilih oleh petani dan pedagang lada, karena pada
prinsipnya seorang petani dan pedagang akan berusaha sedemikian rupa untuk
pemasaran oleh karena pendeknya saluran pemasaran yang dilalui lada hingga ke
67
tangan konsumen, serta besarnya harga jual lada pada saluran pemasaran
menyebabkan presentase bagian harga yang diterima oleh petani lada pada saluran
pemasaran II jauh lebih besar dibandingkan presentase bagian harga yang diterima
oleh petani lada pada saluran pemasaran I. Hal ini sesuai dengan pendapat
presentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan yang diterima oleh
Penentuan saluran pemasaran yang akan dipilih oleh petani dan pedagang
faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, petani dan pedagang lada juga
danlebih mudah serta relatif cepat dalam memperoleh imbalan dana dari hasil
merupakan kebijakan yang diambil oleh petani dan pedagang itu sendiri.
68
A. Kesimpulan
Makassar)
3. Presentase bagian harga yang diterima oleh petani (farmer’s share) pada
saluran pemasaran I dan II berada di atas 50%, yakni masing-masing 65% dan
B. Saran
1. Sebaiknya petani memperhatikan fungsi pasar, yang meliputi fungsi fisik dan
II, karena pada saluran tersebut presentase harga yang akan diterima oleh
bagi tani lada dengan membuatkan KUD yang siap membeli semua hasil
panen lada dari petani, sehingga petani tidak dirugikan dari banyaknya
DAFTAR PUSTAKA
BPS Sulawesi Tenggara. 2016. Kecamatan Ladongi dalam Angka 2016. Kendari
Gunawan, Didi, dan Mulyani Sri. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Idrus, I. B., Sukmawati, M., dan Indrayani N. 2015. Analisis Marjin Pemasaran,
Efisiensi Pemasaran dan Keuntungan Pada Tataniaga Cengkeh Kabupaten
Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku (Studi Kasus di Desa Luhu). Jurnal
Riset Edisi III UNIBOS. Makassar.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. PT. Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta.
Naoval, M. 2010. Analisis Saluran dan Margin Pemasaran Biji Kakao di Desa
Andomesinggo Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Skripsi S1
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.
Oktarina, Yetty. 2009. Analisis Usahatani dan Pemasaran Lada (Piper nisrum L.)
di Desa Tanjung Durian Kec. Buay Pemaca Kabupaten OKU Selatan. Jurnal
Agronobis, Vol 1. No. 2.
Pada Tahun 2006 penulis lulus dari SDN 1 Ladongi, pada Tahun 2009
penulis lulus dari SMP N 1 Ladongi, pada Tahun 2011 penulis lulus dari SMAN 1
Ladongi dan pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa progam studi
Jumlah Jumlah
Pengalaman
Usia Tingkat Tanggungan Tenaga
No Nama Responden JK Berdagang
(Tahun) Pendidikan Keluarga Kerja
(Tahun)
(Orang) (Orang)
A. Pedagang Pengumpul Desa
1. Made Ariana L 39 SMA 4 9 1
2. I Wayan Darma L 43 SMP 6 12 1
3. Sulaeman Asbar L 42 SMP 3 12 1
4. Gusti Made Gurtayasa L 45 SMA 6 8 1
5. Muliani P 42 SMA 5 15 1
6. Nyoman Gede L 40 SMA 2 6 1
7. Mulyadi Ahmad L 37 SMA 3 7 1
8. Lina P 47 SLTA 5 20 1
B. Pedagang Besar
1. Hj. Murni P 45 S1 5 10 4
Jumlah - 380 - 39 99 12
Rata-Rata - 42 - 4 11 1
78
B. Pedagang Besar
Volume Volume
Harga Beli Harga Jual Margin Pemasaran
No Resp. Pembelian Penjualan
(Rp) (Rp) (Rp/Kg)
(kg) (kg)
1 5.000 5.000 90.000 125.000 35.000
Lampiran 8. Biaya Pemasaran Lada di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur, Tahun 2016
A. Pedagang Pengumpul Desa
Volume Transportasi Tenaga Kerja Karung Total Biaya
Transportasi Tenaga Karung Total Biaya
No Resp. Penjualan per Volume per Volume per Volume per Volume
(Rp) Kerja (Rp) (Rp) (Rp)
(Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
1 100 18.000 180 100.000 1.000 14.000 140 132.000 1.320
2 50 9.000 180 100.000 2.000 7.000 140 116.000 2.320
3 50 9.000 180 100.000 2.000 7.000 140 116.000 2.320
4 50 9.000 180 100.000 2.000 7.000 140 116.000 2.320
5 50 9.000 180 100.000 2.000 7.000 140 116.000 2.320
6 50 9.000 180 100.000 2.000 7.000 140 116.000 2.320
7 100 18.000 180 100.000 1.000 14.000 140 132.000 1.320
8 100 18.000 180 100.000 1.000 14.000 140 132.000 1.320
Jumlah 550 99.000 1.440 800.000 13.000 77.000 1.120 976.000 15.560
Rata-Rata 68,75 12.375 180 100.000 1.625 9.625 140 122.000 1.945
B. Pedagang Besar
Volume Transportasi Tenaga Kerja Karung Total Biaya
Transportasi Tenaga Karung Total Biaya
No Resp. Penjualan per Volume per Volume per Volume per Volume
(Rp) Kerja (Rp) (Rp) (Rp)
(Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
1 5.000 25.000.000 5.000 4.000.000 800 700.000 140 29.700.000 5.940
Jumlah 5.000 25.000.000 5.000 4.000.000 800 700.000 140 29.700.000 5.940
Rata-Rata 5.000 25.000.000 5.000 4.000.000 800 700.000 140 29.700.000 5.940
81
82
Penyelesaian
1. Biaya Pemasaran
a. Transportasi = Rp 99.000
𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡𝑎𝑠𝑖
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 99.000
= 550 𝐾𝑔
= Rp 180 /Kg
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 892.650
= 550 𝑘𝑔
= Rp 1.625 /Kg
550
c. Karung =50 𝑘𝑔/𝑘𝑎𝑟𝑢𝑛𝑔 = 11 𝑘𝑎𝑟𝑢𝑛𝑔
11× 𝑅𝑝 7000
= 550 𝐾𝑔
𝑅𝑝 77.000
= 550 𝐾𝑔
= Rp 140/Kg
2. Jumlahbiayapemasaran : Rp1.945/Kg
3. Margin Pemasaran
𝑀 = 𝐻𝑒 − 𝐻𝑝
83
𝑀 = 𝑅𝑝 90.000/𝐾𝑔 − 𝑅𝑝 81.700/𝐾𝑔
𝑀 = 𝑅𝑝 8.300/𝐾𝑔
4. Keuntungan Pemasaran
𝜋 =𝑀−𝐵
𝜋 = 𝑅𝑝8.300/𝑘𝑔 − 𝑅𝑝1.945/𝑘𝑔
𝜋 = 𝑅𝑝 6.355/𝑘𝑔
PB (Pedagang Besar)
1. Biaya Pemasaran
a. Transportasi= Rp 25.000.000
𝑇𝑟𝑎𝑛𝑝𝑜𝑟𝑡𝑎𝑠𝑖
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 25.000.000
= 5.000 𝐾𝑔
= Rp 500 /Kg
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 4.000.000
= 5.000 kg
= Rp 800/Kg
5.000 𝑘𝑔
c. Karung =50 kg/karung = 100 karung
𝐾𝑎𝑟𝑢𝑛𝑔×𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑢𝑛𝑔
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 700.00
= 5.000 𝐾𝑔
= Rp 140/Kg
84
3. Margin Pemasaran
𝑀 = 𝑅𝑝 125.000/𝐾𝑔 − 𝑅𝑝 90.000/𝐾𝑔
𝑀 = 𝑅𝑝 35.000/𝐾𝑔
4. Keuntungan Pemasaran
𝜋 =𝑀−𝐵
𝜋 = 𝑅𝑝 35.000/𝐾𝑔– 𝑅𝑝 5.940/𝐾𝑔
𝜋 = 𝑅𝑝 29.060/𝐾𝑔
1. Biaya Pemasaran
d. Transportasi= Rp 25.000.000
𝑇𝑟𝑎𝑛𝑝𝑜𝑟𝑡𝑎𝑠𝑖
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 25.000.000
= 5.000 𝐾𝑔
= Rp 500 /Kg
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 4.000.000
= 5.000 kg
= Rp 800/Kg
85
5.000 𝑘𝑔
f. Karung =50 kg/karung = 100 karung
𝐾𝑎𝑟𝑢𝑛𝑔×𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑢𝑛𝑔
= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑅𝑝 700.00
= 5.000 𝐾𝑔
= Rp 140/Kg
3. Margin Pemasaran
𝑀 = 𝑅𝑝 125.000/𝐾𝑔 − 𝑅𝑝 90.000/𝐾𝑔
𝑀 = 𝑅𝑝 35.000/𝐾𝑔
4. Keuntungan Pemasaran
𝜋 =𝑀−𝐵
𝜋 = 𝑅𝑝 35.000/𝐾𝑔– 𝑅𝑝 5.940/𝐾𝑔
𝜋 = 𝑅𝑝 29.060/𝐾𝑔
pemasaran I adalah
𝑀
𝐹𝑆 = 1 − ⌊ ⌋ × 100%
𝐻𝑒
𝑅𝑝 43.300/𝐾𝑔
𝐹𝑆 = 1 − ⌊ ⌋ × 100%
𝑅𝑝 125.000/𝑘𝑔
𝐹𝑆 = (1 − 0,35) × 100%
𝐹𝑆 = (0,65) × 100%
𝐹𝑆 = 65%
87
pemasaran II adalah:
𝑀
𝐹𝑆 = 1 − ⌊ ⌋ × 100%
𝐻𝑒
𝑅𝑝 35.000/𝐾𝑔
𝐹𝑆 = 1 − ⌊ ⌋ × 100%
𝑅𝑝 125.000/𝑘𝑔
𝐹𝑆 = (1 − 0,28) × 100%
𝐹𝑆 = (0,72) × 100%
𝐹𝑆 = 72%
88