Está en la página 1de 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN

EKTOPIK TERGANGGU ( KET )

DISUSUN :

SA’ADAH ( E 520183565)
SITI MUSTAINAH ( E 520183566)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KELAS RSI PATI
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
2018
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah Keperawatan Maternitas
tentang asuhan keperawatan kehamilan ektopik terganggu, Selesainya penyusunan
ini berkat bantuan dari berbagai pihak
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik
yang positif demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pati, 14 April 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS


1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Klasifikasi
1.4 Patofisiologi
1.5 Tanda dan gejala
1.6 Pemeriksaan Diagnostik
BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
2. 1. Pengkajian
2 2. Diagnosa keperawatan
2. 3. Intervensi keperawatan
2. 4. Implementasi keperawatan
2 5. Evaluasi keperawatan
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun
uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul,
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin
dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektropik terganggu.
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya kehamilan etropik terganggu

3. Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya kehamilan


ektropik.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
yunani, toops yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “ berada
diluar tempat yang semestinya” apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan
ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik, sebagian besar terjadi kehamilan ektopik berlokasi di tuba,
jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri,
tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus ( Sarwono
Prawiroharjo,2005 ).
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi
selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen.
Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET) merujuk pada keadaan di mana timbul
gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang
menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.

B. Etiologi.

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu:
1.Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:
 Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan
mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong
buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
 Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis,
atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan
lumen
 Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
 Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
 Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia
 Penggunaan IUD

2. Faktor Fungsional
 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal
 Refluks menstruasi
 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
4. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

C. Klasifikasi

Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya


mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain :

1. Tuba falopi

a. Pars-intersistisialis

b. Isthmus

c. Ampula

d. Infudibulum

e. Fimbrae

2. Uterus

a. Kanalis servikalis

b. Divertikulum

c. Kornu

d. Tanduk rudimenter

3. Ovarium

4. Intraligamenter

5. Abdominal

a. Primer

b. Sekunder

6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus

D. Patofisiologi

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi


tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot
melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai
darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi
interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi
kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang
disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan
mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat
tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi
akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun
berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium
menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya
bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.

Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk


berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan
terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan
ektopik adalah: 1) hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi, 2) abortus ke dalam
lumen tuba, dan 3) ruptur dinding tuba.

Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris,
sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus
tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan
akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah
mola kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan
mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di
kavum Douglas dan membentuk hematokel retrouterina.

Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal, karena
pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars
interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada
di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars
interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa. Perdarahan yang terjadi
pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal karena suplai darah berasal
dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah
kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan yang melibatkan
kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan. Ruptur, baik
pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi
secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan
vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus
selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat
berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba
akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan
ligamen.

D. Tanda dan gejala

Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.

3. Abdomen dan pelvis yang lunak.

4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.

5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.

6. Kolaps dan kelelahan

7. pucat

8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.

10. Gangguan kencing

Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan


peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.

11. Pembesaran uterus

Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-


hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan
dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.

12. Nyeri pada toucher

Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavum douglasi (nyeri
digoyang)
13. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan
kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
14. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.

Gejala:
1. Nyeri

Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan
ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau
tersebar.

2. Perdarahan:

Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan


dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke
abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak.
Biasanya terjadi pada 75% kasu.
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki
berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka
tidak menyadari bahwa mereka hamil

E. Pemeriksaan diagnostic

a. Laboratorium
 pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada
tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak
mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
 Sel darah putih sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya
leukositosis.
 Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukan pemeriksaan β-hCG
positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human
chorionicgonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
b. Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu
membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :

1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi


2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ;
dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit
10 ml dilakukan penghisapan
5. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada
kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
6. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
7. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
c. Pemeriksaan ultrosonografi (USG )
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seseorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di
rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.

F. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi pada


kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan salpingektomi. Pada
kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di
tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari tindakan
pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada
obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi)
atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar
kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit
kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi
pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

Operasi Laparoskopik : Salfingostomi


Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG
rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik

Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :


1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :


1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

G. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan
perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah
besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. Pengkajian
1. Anamnesa dan gejala klinis
 Riwayat terlambat haid
 Gejala dan tanda kehamilan muda
 Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
 terdapat aminore
 adanya nyeri mendadak disertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan/ kiri bawah
 berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaa fisik
 Inspeksi :
 Mulut : bibir pucat
 Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
 Abdomen : pembesaran abdomen
 Genitalia : terdapat perdarahan pervaginam
 Ekstermitas : dingin
 Palpasi :
 Abdomen : uterus teraba, lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
 Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol
 Auskultasi :
 Abdomen : bising usus ( + ), DJJ( - )
 Perkusi :
 Ekstermitas : reflek patella +/+
 Pemeriksaan fisik umum :
 Pasien tampak anemsis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
 Daerah ujung (ekstermitas) dingin
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdommen akut yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri nyeri lepas dinding abdomen.
 Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan bebas
darah, nyeri saat perabaan.
 Pemeriksaan khusus :
 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
 Kavum douglas menonjol dan nyeri
 Mungkin terasa tumor disamping uterus
 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan
 Pemeriksaan ginekologis : serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uteris kanan dan kiri
B. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan
intraperitonial.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
C. Intervensi keperawatan
a. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implementasi sebagai efek tindakan pembedahan
Kriteria hasil :
Ibu menunjukan kkestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan yang buktikan oleh
tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta
frekuensi berat jenis urine adekuat.
Rencana intervensi
1. Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga
Rasional
Pasien dan keluarga lebih kooperatif
Rencana intervensi
2. Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini
Rasional
Pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan
Rencana intervensi
3. Observasi TTV dan observasi tanda akut abdomen
Rasional
Paraameter deteksi dini adanya komplikasi yang terjadi
Rencana intervensi
4. Pantau input dan output cairan
Rasional
Untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
Rencana intervensi
5. Pemeriksaan kadar HB
Rasional
Mengetahui kadar HB klien dengan perdarahan.
Rencana intervensi
6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut
Rasional
Melaksanakan fungsi independent
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Kriteria hasil :
Menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya : tanda-tanda vital stabil,
membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine
adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.
Tindakan intervensi
1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku
Rasional
Memberikan informasi tentang derajat / adekuat perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan intervensi.
2. Cacat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi.
Rasional
Vasokontruksi menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan
rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas
berlebihan.
3. Kolaborasi dengan tim medis yang lain, awasi pemeriksaan lab :
Misalnya HB/HT
Rasional
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau terhadap terapi.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan
intraperitonial.
Kriteria hasil :
Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas
normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
Rencana intervensi
Mandiri :
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus hemoragi atau
nyeri tekan abdomen
Rasional
Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatosa karena
kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture
kehamilan ektopik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi
saat tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2. Kaji stress psikologi ibu/ pasangan dan respons emosional terhadap kejadian
Rasional
Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena
syndrome ketegangan, ketakutan dan nyeri
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri
intruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya; napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.
Rasional
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya mereduksi
ketidaknyamanan.
Kolaborasi
4. Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obatan praoperative bila prosedur
pembedahan diindikasikan.
Rasional
Meningkatkan kenyamanan menurunkan komplikasi pembedahan
5. Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi
Rasional
Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri
d. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau
tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan :
Ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dengan istilah
sederhana mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
Rencana intervensi
1. Menjelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragia
Rasional
Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan konsep pikiran ibu mengenai
prosedur yang akan dilakukan, dan menurunkan setres yang berhubungan
dengan prosedur yang diberikan.
2. Memberikan kesempatan bagi ibu untuk mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan kesalah konsep
Rasional
Memberikan klarifikasi dari konsep yang salah, identifikasi masalah-masalah dan
kesempatan untuk memulai mengembangkan keterampilan penyesuaian
( kooping )
3. Diskusikan kemungkinan implikasi jangka pendek pada ibu atau janin dari
keadaan pendarahan.
Rasional
Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan
harapan realita dan kerjasama dan aturan dan tindakan.
4. Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan
evaluasi dan tindakan tambahan.
Rasional
Ibu dengan kehamilan ektropik dapat memahami kesulitan mempertahankan
setelah pengangkatan tuba/ ovarium yang sakit.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan
bukan atas petunjuk data kesehatan lain. Tindakan kolaborasi tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh keputusan bersama seperti dokter atau
petugas kesehatan yang lain.
E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan ektropik terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun
uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul,
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin
dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia
yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ida Chandranita Manuaba, dkk. (2009). Kesehatan reproduksi Wanita. Jakarta.
EGC
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

También podría gustarte