Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
2. Peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit yaitu sebagai
berikut :
a. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan
dan SOP yang telah ditetapkan.
b. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya.
c. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak
diharapkan (KTD).
d. Serta mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga.
e. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan.
f. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang
diberikan.
g. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
Selain itu, perawat juga berperan untuk memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang kemungkinan terjadinya resiko, melaporkan terjadinya KTD,
meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional lainnya,
berperan aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan kualitas
pelayanan dan membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety (Choo,
2010). Dalam melaksanakan setiap peran setiap perawat juga harus menerapkan
prinsip Sasaran Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals) yaitu :
1) Ketepatan Identifikasi Pasien
2) Peningkatan Komunikasi Efektif
3) Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
4) Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG KESELAMATAN PASIEN
2) Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.Disinfektan yang tidak
berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan
antiseptik.Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk
membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak
karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok
mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis. Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga
desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.Untuk
mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan
diatas.Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila
permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
C. Macam-Macam Sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik
dan kimiawi :
1) Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
2) Sterilisasi secara fisik
3) Sterilisasi dengan Cara Kimia
D. Macam-macam Desinfeksi
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut
dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses
disinfeksi. Macam-macam desinfektan yang digunakan :
1) Alkohol
2) Aldehida
3) Biguanid
4) Senyawa halogen.
5) Fenol
6) Klorsilenol
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit.
1. Cuci tangan
2. Gunakan hand scoon cuci
3. Kumpulkan peralatan kain yang akan disterilisasi
4. Pisahkan berdasarkan fungsi dan pisahkan antara kain yang infecsious dan
noninfecsious masukkan ke dalam ember.
5. Rendam kain dengan dengan lisol 2-3 % atau dengan klorin tunggu hingga 2 jam atau
rendam dalam 24 jam untuk peralatan kain yang digunakan oleh pasien dengan
penyakit menular.
6. Sikat atau kucek bagian yang bernoda
7. Setelah selesai, kain diperas
8. Masukkan kedalam autoclave dengan suhu 1200C dengan waktu 20-30 menit
9. Buka tutup autoclave agar sisa uap keluar
10. Buang hand scoon ke tempat sampah medis
11. Cuci tangan
CARA DESINFEKSI
Menurut prosesnya :
A. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit .
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan
cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler
atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa
infeksi akan terjadi.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara
umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang
dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien
berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
B. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor
yang mempengaruhi, Proses tersebut melibatkan beberapa unsur diantaranya :
1. Reservoir
Merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan, maupun tanah.
2. Jalan Masuk
Merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan
dari berbagai kuman, seperti saluran pencernaan, pernapasan, pencernaan,
kulit dan lain-lain.
3. Inang (host)
Merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat
didukung oleh ketahanan kuman.
4. Jalan Keluar
Merupakan tempat keluarnya mikroorganisme dari reservoir, seperti
sistem pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.
5. Jalur Penyebaran
Merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman
mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara dan lain-lain.
Selain faktor- faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi,
tingkat stress pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.
E. Pencegahan Infeksi
Prinsip Pencegahan infeksi
1) Beberapa definisi dalam pencegahan infeksi, antara lain adalah :
a. Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
b. Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan
infeksi. Tujuannya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah
mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar
alat-alat kesehatan dapat digunakan dengan aman.
c. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda
(peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi
darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan
dekontaminasi terhadap benda - benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi
darah atau cairan tubuh.
d. Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati.
e. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau
penggunaan desinfektan kimia.
f. Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran,
darah, dan bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang
sejumlah besar mikro organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang
menyentuh kulit atau menangani benda tersebut (proses ini terdiri dari
pencucian dengan sabun atau deterjen dan air, pembilasan dengan air bersih
dan pengeringan secara seksama).
g. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora
bakteri pada benda-benda mati atau instrument.
A. Pengertian monitoring
Monitoring dalam (bahasa Indonesia: pemantauan). Monitoring adalah
aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat
dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan dalam memberikan informasi
tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang
diselesaikan berulang dari waktu ke waktu,. Monitoring diperlukan agar
kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan
perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Adapun tujuan monitoring sebagai berikut :
a. Menjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan
tujuan dan sasaran.
b. Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko
yang lebih besar.
c. Melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil
monitoring mengharuskan untuk itu.
B. Pengertian evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.
Yang mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah,
rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa
monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data dasar
untuk dilakukan analisis.
Adapun tujuan monitoring sebagai berikut :
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran
d. Mengukur dampak suatu kebijakan
e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan
f. Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang
D. Pelaporan insiden
Pelaporan insiden bertujuan untuk :
1. Mencegah kejadian Berulang kembali
2. Dibuat suatu system pelaporan insiden di rumah sakit meliputi
kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan
yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.
3. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah tejadi, potensial
ataupun nyaris terjadi.
4. Yang membuat laporan semua staff RS yang pertama menemukan
kejadian dan terlibat dalam kejadian.
5. Identifikasi Risiko :
a. Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
b. System Analisa
a. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di rumah sakit, wajib segera ditindak
lanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak atau akibat yang tidak
diharapkan.
b. Setelah ditindaklanjuti, segera dibuat laporan insidennya dengan mengisi formullir
laporan insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung. (paling lambat 2 x
24 jam);jangan menunda laporan.
c. Setelah mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor. (atasan
langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen : supervisor/kepala bagian/Instalasi/
Departemen/unit, ketua komite medis, ketau K. SMF).
d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
e. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut :
1. Grade biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung waktu maksimal 1
minggu.
2. Grade hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung waktu maksimal 2
minggu.
3. Grade kuning: investigasi komprehensif/ analisa akar masalah/RCA oleh Tim
KPRS, waktu Maksimal 45 hari.
4. Grade merah : investigasi komprehensif/analisa akar masalah/RCA oleh tim
KPRS waktu Maksimal 45 hari.
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke TIM KP di RS
g. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
regrading
h. Untuk grade kuning/merah, Tim KPRS akan melakukan Analisa Akar Masalah/Root
cause Analysis /RCA
i. Setelah melakukan RCA,Tim KPRS akan membuat laporan dan rekomendasi untuk
perbaikan serta “pembelajaran” berupa : petunjuk /”Safety alert” untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
k. Rekomendasi untuk “perbaikan dan pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait
l. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing – masing
m. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KP RS
I. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna
yaitu: biru, hijau, kuning dan merah. Warna Bands akan menentukan
investigasi yang akan dilakukan
1. Bands Biru dan Hijau : Investigasi sederhana
2. Bands Kuning dan Merah : Investigasi Komprehensif/ RCA
A. Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga
organisme mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal (uniseluler)
maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata
telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat
seluler.
B. Perkembangbiakan Mikroorganisme
1) Perkembangbiakan Aseksual
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual
yang paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual atau vegetatif.
Reproduksi aseksual tidak melibatkan pertukaran bahan genetik sehingga tidak terjadi
variasi genetik, suatu kerugian karena organisme tersebut menjadi terbatas
kemampuannya dalam berespon dan beradaptasi terhadap tekanan lingkungan.
Macam-macam perkembangbiakan aseksual adalah sebagai berikut :
a. Pembelahan biner (binary fission), yakni satu sel induk membelah menjadi
dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak membentuk dua sel anak lagi
dan seterusnya. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah
pembelahan biner suatu proses aseksual sederhana berupa pembelahan suatu
sel bakteri menjadi dua sel anak yang secara genetis identik. Kecepatan
pembelahan biner bergantung pada spesies yang bersangkutan dan keadaan
lingkungan. Dalam kondisi ideal (Mis. Bangsal rumah sakit yang hangat dan
lembab), basil negatif-gram tipikal misalnya E.coli akan membelah diri setiap
20 menit. Kuman lain, misalnya M. tuberculosis, membelah dengan sangat
lambat. Hasil uji laboratorium untul E.coli tersedia dalam 24 jam, tapi
diagnosis pasti tuberculosis mungkin belum selesai setelah beberapa minggu.
Namun pengobatan untuk tuberculosis dapat dimulai berdasarkan temuan
klinis uji lain, misalnya uji kulit, radiografi, dan adanya BTA di spesimen
sputum.
b. Pembelahan ganda (multiple fission), yakni satu sel induk membelah menjadi
lebih dari dua sel anak.
c. Perkuncupan (budding), yakni pembentukan kuncup dimana tiap kuncup akan
membesar seperti induknya. Kemudian tumbuh kuncup baru dan seterusnya,
sehingga akhirnya akan membentuk semacam mata rantai.
d. Pembelahan tunas, yakni kombinasi antara pertunasan dan pembelahan.
Biasanya terjadi pada khamir, misalnya Saccharomyces cerevisiae. Sel induk
akan membentuk tunas. Jika ukuran tunas hampir sama besar dengan inangnya
inti sel induk membelah menjadi dua dan terbentuk dinding penyekat. Sel anak
lalu melepaskan diri dari induk atau menempel pada induknya dan membentuk
tunas baru.
e. Pembentukan spora atau sporulasi adalah perkembangbiakan dengan
pembentukan spora. Spora ini terbagi menjadi dua, yakni spora aseksual
(reproduksi vegetatif) dan spora seksual (reproduksi generatif).
2) Perkembangbiakan Seksual
Perkembangbiakan secara seksual, umumnya terjadi pada jamur dan mikro alga serta
secara terbatas terjadi pada bakteri dapat terjadi secara :
a. Oogami, bila sel betina berbentuk telur.
b. Anisogami, bila sel betina lebih besar daripada sel jantan.
c. Isogami, bila sel jantan dan betina mempunyai bentuk yang sama.
3) Perkembangbiakan Virus
Perkembangbiakan virus mempunyai arti yang penting, agar mengetahui
bagaimana virus masuk dan ke luar dari sel, bagaimana virus bisa mematikan atau
mentransformasi sel. Adapun tahap-tahap replikasi virus adalah sebagai berikut :
a. Adsorpsi, merupakan tahap penempelan (attachment) virus pada dinding sel
inang. Virus menempelkan sisi tempel atau reseptor site ke dinding sel bakteri.
b. Penetrasi sel inang. Setelah reseptor site, bagian ini kemudian mengeluarkan
enzim untuk membuka dinding sel bakteri. Molekul asam nukleat (RNA dan
DNA) virus bergerak ke luar melalui pipa ekor dan masuk ke dalam
sitoplasma sel melalui dinding sel yang terbuka tersebut. Pada virus telanjang,
proses penyusupan ini terjadi dengan cara fagositosis virion (viropexis),
sedangkan pada virus berselubung dapat terjadi dengan cara fusi yang diikuti
masuknya nukleokapsid ke sitoplasma.
c. Eklipase. Asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk
membentuk bagian-bagian tubuh virus terbentuk, seperti protein, asam
nukleat, dan kapsid. Bahan yang digunakan berasal dari protein, enzim, dan
asam nukleatsel bakteri.
d. Pembentukan virus (bakteriofage) baru. Setelah bagian-bagian tubuh virus
terbentuk, maka pada fase ini bagian-bagian itu akan digabungkan untuk
menjadi virus yang baru. Dari 1 sel bakteri akan dihasilkan 100-300 virus
baru.
e. Pemecahan sel inang. Akhir dari siklus adalah pecahnya sel bakteri. Di dalam
sel bakteri terbentuk enzim lisoenzim yang mampu melarutkan ikatan kimia
dinding sel bakteri. Setelah dinding sel pecah maka keluarlah virus-virus baru
itu dan selanjutnya mencari sel bakteri lainnya.
4) Cara Penularan Mikroorganisme
a) Bakteri
Pada banyak kasus bakteri keluar dari tubuh melalui rute masuk, tetapi
terdapat pengecualian. Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia.
Dalam perkembangannya bakteri membutuhkan makanan, udara yang lembab,
dan pada temperatur yang tepat. Contoh : Eccerecia Coli, Staphylococcus dan
Diphtheria bacilus. Bakteri penyebab gastroenteritis memperoleh akses melalui
mulut dan keluar dari tinja sehingga dikatakan menyebar melalui rute fekal-oral.
Mikroorganisme disebarkan dari satu individu ke individu berikutnya melalui
kontak langsung dan tidak langsung. Penyebaran juga dapat terjadi melalui udara,
makanan, air yang tercemar, dan melalui serangga.
b) Virus
Organisme hidup yang paling kecil adalah virus. Ada beberapa virus yang
tidak bisa dilihat, walaupun sudah menggunakan mikroskop. Biasanya virus ini
menyebar lewat media air dan makanan. Sebagai contoh, virus hepatitis.
Sedangkan virus polio, menyebar lewat makanan atau susu.
JENIS, SIKLUS HIDUP, CARA KEMBANGBIAK, DAN CARA PENULARAN
ORGANISME PARASIT
A. Pengertian Parasitologi
Parasit adalah organisme yang hidupnya tergantung pada organisme lain yang
dikenal sebagai induk semang atau hospes.
Parasit adalah organisme hidup yang mendapatkan makanan dari organisme
hidup yang lain dan hidupnya tergantung pada organisme tersebut.
Parasit adalah organisme yang mendapatkan makanan dan menggantungkan
hidupnya pada hospes atau induk semangnya.
Parasitisme adalah hubungan timbal balik antara dua organisme, organisme
yang satu mendapat keuntungan sedangkan organisme yang lain mendapat kerugian.
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang
semua organisme parasit.
Parasit sudah dikenal sejak zaman Aristoteles(384-322SM) dan Hipocrates
(460-377SM). Redi (1626-1698) asal Itali menemukan larva didalam daging yang
kemudian berkembang menjadi lalat -- mengembangkan ilmu parasit.
B. Penggolongan Parasit
Berdasarkan cara hidupnya, parasit terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Ektoparasit (ectozoa)
Yaitu parasit yang hidup di luar tubuh hospes atau liang-liang kulit
yang masih mempunyai hubungan dengan dunia luar. Misal : di kulit, rambut,
rongga telinga luar. Contoh nyamuk dan lalat.
2. Endoparasit (entozoa)
Yaitu parasit yang hidup di dalam tubuh hospes. Misal : di dalam
darah, rongga tubuh, usus, dan organ tubuh lainnya. Contoh di dalam hati :
Fasciola hepatica (sapi).
Berdasarkan sifatnya, parasit terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Parasit Fakultatif
Parasit fakultatif adalah organisme yang sebenarnya organisme hidup
bebas, tetapi karena kondisi tertentu mengharuskan organisme tersebut hidup
sebagai parasit sehingga sifat hidup keparasitannya tidak mutlak. Contoh :
lalat-lalat Sarcophaga, Chrysomyia, Caeophara, dan lain-lain.
Stadium larvanya normal hidup di dalam kotoran ternak, tetapi karena
tidak ada kotoran ternak terpaksa lalat bertelur didalam tubuh yang luka
sehingga waktu menetas larva menimbulkan miasis yang dijumpai pada sela-
sela teracak, bagian kuku atau telinga luar.
2. Parasit Obligat
Parasit obligat adalah semua organisme yang hidupnya berada di
dalam tubuh inang, dan akan mati bila berada di luar inang. Contoh : semua
organisme patogen.
3. Parasit Insidentil
Parasit insidentil atau parasit sporadis adalah suatu parasit yang karena
sesuatu sebab berada pada hospes yang tidak sewajarnya. Contoh :
Gongylonema scutum, cacing nematoda pada mulut sapi---mulut manusia.
4. Parasit Eratika
Parasit eratika adalah parasit yang terdapat pada hospes yang wajar
tetapi lokasinya pada daerah yang tidak sewajarnya. Contoh : Ascaris
lumbricoides, nematoda duodenum manusia dan babi---akibat
kelaparan/gerakan antiperistaltik dinding usus---masuk ke lambung atau
kantung empedu.
5. Parasit Spuriosa
Adalah parasit yang masuk ke dalam tubuh hospes tanpa menimbulkan
keluhan/penyakit pada hospes dan keluar dari tubuh hospes tanpa perubahan
apapun. Terjadi saat diagnose pascamati, misal sebelum mati anjing makan
feses sapi mengandung telur cacing Moniezia expansa.
B. Pencegahan Infeksi
Dimasa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan
kesehatan adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pascabedah masih merupakan
masalah di beberapa negara, di tambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired
immuno Deficiency syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum di temukan
obatnya. Saat ini, perhatian utama di tujukan untuk mengurangi risiko perpindahan
penyakit, tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan
kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan
dan merawat ruang bedah.