Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAGIAN B
KELOMPOK 4 :
MERRY C. [232012192]
Kasus................................................................................................................14
1
ANCAMAN DAN KEPATUHAN
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi.
Ancaman-ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
3. Acaman advokasi
4. Ancaman kedekatan
5. Ancaman intimidasi
Sifat dan signifikasi ancaman sangat beragam tergantung dari sifat dan jenis jasa
professional yang diberikan kepada pihak-pihak dibawah ini :
1. Kepentingan keuangan pada klien atau kepemilikan bersama dengan klien atas suatu
kepentingan keuangan
2. Ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan jasa profesioanl yang diperoleh
dari suatu klien
6. Imbalan jasa profesional yang bersifat kontinjen yang terkait dengan perikatan
asuransi
2
7. Pinjaman yang diberikan kepada atau diperoleh dari klien asuransi maupun direksi
atau pejabat
d. Anggota tim asuransi sedang menjabat atau belum lama ini menjabat sebagai direksi
atau pejabat klien
e. Anggota tim asuransi sedang dipekerjakan atau belum lama ini pernah dipekerjakan
oleh klien pada suatu kedudukan yang mempunyai pengaruh langsung dan signifikan
atas hal pokok dari perikatan
f. Pemberian jasa professional kepada klien asuransi yang dapat mempengaruhi hal
pokok dari perikatan asuransi
a. Mempromosikan saham suatu entitas yang efeknya tercatat di bursa yang merupakan
klien audit laporan keuangan
b. Memberikan nasihat hokum kepada klien asuransi dalam litigasi atau perselisihan
dengan pihak ketiga
a. Anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
dekat dari direktur atau pejabat klien
3
b. Anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga langsung atau anggota keluarga
dekat dari karyawan klien yang memiliki jabatan yang berpangruh langsung dan
signifikan terhadap hal pokok dari perikatan
c. Mantan rekan KAP atau jaringan KAP yang menjadi direktur, pejabat, atau karyawan
klien dengan kedudukan yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap hal
pokok dari perikatan
d. Anggota tim perikatan menerima hadiah atau perlakuan istimewa dari klien kecuali
nilainya secara jelas tidak signifikan
e. Hubungan yang telah berlangsung lama antara pejabat senior KAP atau jaringan KAP
dengan klien asuransi
Setiap praktisi harus selalu waspada terhadap situasi dan ancaman khusus tersebut,
baik dalam hubungan professional maupun hubungan bisnisnya
Pencegahan pada tingkat institusi dalam lingkungan kerja mencakup antara lain :
b. Kepemimpinan KAP atau jaringan KAP yang memastikan terjaganya tindakan untuk
melindungi kepentingan public oleh anggota tim asuransi
4
c. Kebijakan dan prosedur untuk menerapkan dan memantau pengendalian mutu
perikatan
h. Kebijakan dan prosedur untuk memantau dan mengelola ketergantungan KAP atau
jaringan KAP terhadap jumlah imbalan jasa profesional yang diperoleh dari suatu
klien
i. Penggunaan rekan dan tim perikatan dengan lini pelaporan yang terpisah dalam
pemberian jasa professional selain jasa asuransi kepada klien asuransi
j. Kebijakan dan prosedur yang melarang personil yang bukan merupakan anggota tim
perikatan untuk mempengaruhi hasil pekerjaan perikatan
k. Komunikasi yang tepat waktu mengenai kebijakan dan prosedur kepada seluruh rekan
dan staf KAP atau jaringan KAP serta pelatihan dan pendidikan yang memadahi atas
kebijakan dan prosedur tersebut
5
m. Pemberitahuan kepada seluruh rekan dan staf KAP atau jaringan KAP mengenai
klien-klien asuransi dan entitas yang terkait dengannya dan mewajibkan seluruh rekan
dan staf KAP atau jaringan KAP tersebut untuk menjaga indenpendensinya terhadap
klien asuransi dan entutas yang terkait tersebut
o. Kebijakan dan prosedur yang mendorong dan memotivasi staf untuk berkomunikasi
dengan pejabat senior KAP atau jaringan KAP mengenai setiap isu yang terkait
dengan kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang menjadi perhatiannya.
Pencegahan pada tingkat perikatan dalam lingkungan kerja yang dapat dilakukan oleh
praktisi antara lain :
1. Melibatkan praktisi lainnya untuk menelaah pekerjaan yang sudah dilakukan atau
memberikan saran yang diperlukan.
2. Konsultasi dengan pihak ketiga yang independen (komisaris independen, organisasi
profesi, atau praktisi lainnya).
3. Mendiskusikan isu-isu etika profesi dengan pejabat klien yanng bertanggung jawab
atas tata kelola perusahaan.
4. Menyampaikan kepada pejabat klien yang bertanggung jawab atas tata kelola
perusahaan mengenai sifat dan besaran imbalan jasa profesional yang dikenakan.
5. Melibatkan KAP atau Jaringan KAP lain untuk mengerjakan kembali suatu bagian
dari perikatan.
6. Merotasi personil senior tim asuransi.
Pencegahan dalam sistem dan prosedur yang diterapkan oleh klien antara lain :
1. Pihak dalam organisasi klian menyetujui penunjukkan KAP atau Jaringan KAP.
2. Klien memiliki karyawan yang kompeten, dalam hal pengalaman dan senioritas,
dalam pengambilan keputusan manajemen.
3. Untuk dapat memastikan terciptanya pemilihan yang objektif atas perikatan, klien
menerapkan prosedur internal.
6
Klien memiliki struktur tata kelola perusahaan yang memastikan terciptanya
pengawasan dan komunikasi yang memadai sehubungan dengan jasa profesional yang
diberikan KAP atau Jaringan KAP.
A. Penerimaan Klien
a) Memperoleh pemahaman yang baik tentang klien, pemilik, manajer, serta pihak-pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola dan kegiatan bisnis perusahaan, atau
b) Memastikan adanya komitmen dari klien untuk meningkatkan praktik tata kelola
perusahaan dan pengendalian internalnya.
Praktisi wajib melakukan penolakan jika terdapat ancaman-ancaman yang tidak dapat
dihilangkan atau dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima. Penerimaan suatu klien
harus ditelaah secara berkala untuk perikatan yang berulang.
B. Penerimaan Perikatan
Praktisi wajib mempertimbangkan setiap ancaman atas kepatuhan pada prinsip dasar
etika profesi yang mungkin terjadi sebelum melakukan penerimaan perikatan. Setiap
ancaman tersebut harus dievaluasi sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan pencegahan
yang tepat dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang
dapat diterima.
7
Pencegahan tersebut antara lain :
Praktisi wajib mengevaluasi keandalan dari saran atau pekerjaan tenaga ahli jika
dalam melaksanakan perikatannya ia menggunakan saran atau pekerjaan tersebut.
Seorang praktisi yang ditunjuk untuk menggantikan praktisi lain atau seorang praktisi
yang sedang mempertimbangkan untuk mengikuti tender perikatan dari calon klien yang
sedang dalam perikatan dengan praktisi lain harus menentukan ada tidaknya alasan
profesional untuk tidak menerima perikatan tersebut, yaitu adanya hal-hal yang dapat
mengancam kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Dalam melakukan evaluasi signifikansi dari ancaman yang ada, praktisi pengganti
dapat berkomunikasi langsung dengan praktisi pendahulu untuk memperoleh pemahaman
mengenai latar belakang penggantian praktisi tersebut dengan tujuan agar praktisi pengganti
dapat menentukan tepat tidaknya menerima perikatan tersebut.
Prinsip kerahasiaan harus dijaga oleh praktisi pendahulu, lingkup informasi yang
dapat dan harus dikomunikasikan antara praktisi pengganti dan praktisi pendahulu ditentukan
oleh sifat perikatan dan juga hal-hal berikut :
8
Dari evaluasi signifikasi ancaman yang mungkin muncul, praktisi pengganti wajib
menentukan tindakan pencegahan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut
ke tingkat yang dapat diterima. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
Praktisi pengganti wajib menolak perikatan jika terdapat ancaman yang tidak dapat
dihilangkan atau dikurangi hingga tingkat yang dapat diterima, kecuali jika praktisi pengganti
memiliki keyakinan penuh untuk dapat memperoleh informasi untuk dapat mengevaluasi
ancaman tersebut dengan cara lain.
BENTURAN KEPENTINGAN
9
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh praktisi tergantung oleh penyebab dari
benturan kepentingan itu sendiri. Umumnya, pencegahan tersebut dapat berupa :
1. Memberitahukan klien mengenai setiap kepentingan atau kegiatan bisnis KAP atau
Jaringan KAP yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, dan memperoleh
persetujuan dari klien untuk melanjutkan hubungan dengan klien berdasarkan kondisi
tersebut, atau
2. Memberitahukan semua pihak yang relevan yang teridentifikasi mengenai pemberian
jasa profesional oleh Praktisi kepada dua atau lebih klien yang kepentingannya saling
berbenturan dari klien-klien tersebut untuk melanjutkan hubungan dengan mereka
berdasarkan kondisi tersebut, atau
3. Memberitahukan klien mengenai pemberian jasa profesional oleh Praktisi secara tidak
eksklusif untuk suatu klien, dan memperoleh persetujuan dari klien untuk bertindak
demikian.
Praktisi wajib menolak atau mengundurkan diri dari perikatan apabila teridentifikasi
benturan kepentingan yang menyebabkan ancaman terhadap prinsip dasar etika profesi yang
tidak dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang dapat diterima.
PENDAPAT KEDUA
Ancaman terhadap prinsip dasar etika profesi juga dapat terjadi ketika Praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi, auditing,
pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu untuk kepentingan
pihak-pihak selain klien. Pada keadaan ini setiap Praktisi wajib mengevaluasi signifikasi
setiap ancaman dan Praktisi wajib mempertimbangkan dan menerapkan tindakan pencegahan
yang tepat untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat
diterima. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
10
Praktisi yang diminta untuk memberikan pendapat kedua harus mempertimbangkan
seluruh fakta dan kondisi untuk menentukan tepat tidaknya pendapat kedua diberikan apabila
entitas yang meminta pendapat tidak memberikan persetujuannya kepada Praktisi yang
memberikan pendapat kedua untuk melakukan komunikasi dengan Praktisi yang memberikan
pendapat pertama.
Praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai
dalam melakukan negosiasinya. Usulan yang diberikan Praktisi mengenai imbalan jasa
profesionalnya lebih rendah bukanlah pelanggaran terhadap kode etik profesi, namun jumlah
imbalan jasa profesional juga dapat memungkinkan terciptanya ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip dasar kode etik profesi. Faktor yang dapat memungkinkan timbulnya ancaman
adalah besarnya imbalan jasa profesional yang diusulkan, dan juga jenis dan lingkup jasa
profesional yang diberikan.
Untuk dapat menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat
diterima, tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Imbalan jasa profesional yang bersifat kontinjen juga dapat memungkinkan terjadinya
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Berikut merupakan faktor yang
mempengaruhi signifikansi ancaman tersebut :
1. Sifat perikatan.
2. Rentang besaran imbalan jasa profesional yang dimungkinkan.
3. Dasar penetapan besaran imbalan jasa profesional.
4. Ada tidaknya penelaah hasil pekerjaan oleh pihak ketiga yang independen.
11
1. Perjanjian tertulis dengan klien yang dibuat di muka mengenai dasar penentuan
imbalan jasa profesional.
2. Pengungkapan kepada pihak pengguna hasil pekerjaan Praktisi mengenai dasar
penentuan imbalan jasa profesional.
3. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu.
4. Penelaah oleh pihak ketiga yang objektif terhadap hasil pekerjaan Praktisi.
Dalam situasi tertentu, Praktisi dapat menerima imbalan jasa profesional rujukan atau
komisi yang terkait dengan diterimanya suatu perikatan. Seorang Praktisi dapat membayar
juga imbalan jasa profesional rujukan untuk mendapatkan klien atau perikatan.
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi juga dapat muncul
ketika Praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran lainnya.
Setiap Praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya.
Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan hal-hal berikut :
Penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya oleh seorang Praktisi dapat
menimbulkan ancaman kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi. Ancaman dapat
muncur tergantung dari sifat pemberian tersebut. Apabila tidak ada unsur pengaruh
pengambilan keputusan atau pemberian informasi, maka Praktisi dapat menyimpulkan tidak
adanya ancaman yang signifikan dari pemberian tersebut. Apabila terdapat unsur tersebut
sehingga menyebabkan ancaman yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang
dapat diterima, maka Praktisi tidak diperbolehkan untuk menerima pemberian tersebut.
12
PENYIMPANAN ASET MILIK KLIEN
1. Menyimpan aset tersebut secara terpisah dari aset KAP atau Jaringan KAP atau aset
pribadinya.
2. Menggunakan aset tersebut hanya untuk tujuan yang telah ditetapkan.
3. Setiap saat mempertanggungjawabkan aset tersebut kepada individu yang berhak atas
aset tersebut, termasuk seluruh penghasilan, dividen, atau keuntungan yang dihasilkan
dari aset tersebut.
4. Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan
penyimpanan dan pertannggungjawaban aset tersebut.
13
Kasus Sembilan KAP
Jakarta, 19 April 2001, Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank
yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada
wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari
sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak
melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya
mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan
kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI
& R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata
lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara
kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga
memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu
dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan
mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak
perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan
dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif
meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW
mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu
tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan
bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan
dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar
kode etik profesi akuntan.
14
Analisis
Dari kasus tersebut, terdapat kecurangan dari perikatan yang dilakukan KAP dan
kliennya. Pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan oleh ke-9 KAP tersebut tidak
berdasarkan standar audit yang berlaku. Dengan adanya kolusi yang dilakukan ke-9 KAP
tersebut dan adanya penilaian yang memihak, ke-9 KAP tersebut telah melakukan
pelanggaran prinsip dasar etika profesi.
Kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi dapat terancam dalam berbagai situasi.
Dalam kasus ini, situasi yang dapat menimbulkan ancaman bagi Praktisi mungkin saja
dikarenakan oleh ancaman kepentingan pribadi (adanya jumlah imbalan jasa oleh klien,
adanya hubungan bisnis yang erat), ancaman telaah pribadi (keterlibatan Praktisi dalam
penyusunan data untuk menghasilkan catatan yang akan menjadi hal pokok dari perikatan),
dan atau ancaman intimidasi (ancaman pemutusan perikatan, ancaman penggantian tim
perikatan, ancaman litigasi).
Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa Praktisi-Praktisi pada perikatan tersebut
tidak dapat melakukan tugasnya dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman yang
memungkinkan adanya pelanggaran prinsip dasar kode etik profesional. Praktisi juga tidak
mampu melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghilangkan ataupun mengurangi
ancaman ke tingkat yang dapat diterima. Sebaliknya Praktisi melakukan tindakan kolusi
dengan kliennya sehingga merugikan banyak pihak, baik KAP, Klien dan juga publik.
15