Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
KELOMPOK 4
”CUSHING SINDROM”
2018
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1. ADISTY FERIANI
3. ATIKA SURI
4. DELVI SUSANTI
5. FADHILLAH ELKHUSNA
6. FEBRI MUTIA
8. LARASATI AKJULIMA
9. MONICA AULIANDA
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas anugerah dan
petunjuk serta hidayah-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan meskipun memiliki banyak sekali
kekurangan.
Tentunya masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan di dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena keterbatasan ilmu dan referensi yang kami jadikan sebagai acuan untuk menyusun
makalah ini ataupun karena hal – hal lain. Namun, karena adanya niat untuk belajar, maka dengan
antusias dan semangat yang tinggi, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan kita semua umumnya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini, serta kepada teman – teman yang telah memberikan dukungannya yang
sangat berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
1. KATA PENGANTAR i
2. DAFTAR ISI ii
3. BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
4. BAB II PEMBAHASAN 2
A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT CUSHING SYNDROM 3
2.1 Pengertian 3
2.2 Anatomi Fisiologi 3
2.3 Etiologi 4
2.4 Klasifikasi 4
2.5 Manifestasi Klinik 5
2.6 Komplikasi 6
2.7 Patofisiologi 6
2.8 WOC 7
2.9 Pemeriksaan Diagnostik 7
2.10 Penatalaksanaan 7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CUSHING SYNDROM 8
2.11 Pengkajian 8
2.12 Diagnosa Keperawatan 9
2.13 Intervensi 10
5. BAB III PENUTUP 11
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali
mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit ini disebabkan ketika kelenjar adrenal
pada tubuh terlalu banyak memproduksi hormone menambah tantangan bagi tenaga
kesehatan dans emakin meresahkan masyarakat. Masyarakat merupakan sasaran utama bagi
tim kesehatan, Keresahan masyarakat adalah keresahan tim kesehatan. Berdasarkan
penelitian dan survei terhadap rumah sakit di Indonesia tentang penyakit cushing sindrom
pada tahun 2000-2001, hasil menyebutkan bahwa kejadian cushing sindrom terjadi pada 200
orang dewasa berusia antara 20-30 tahun. Pada kelompok usia 20-30 tahun, resiko terkena
cushing sindrom mencapai 10%.
Dalam penelitian secara global didapat hasil sedikitnya 1 dari tiap 5 rang populasi dunia
berkemungkinan terkena kelainan ini tanpa membedakan jenis kelamin. Namun sumber lain
mengatakan resiko kejadian antara wanita dan pria untuk sindrom cushing adalah 5:1
berhubungan dengan tumor adrenal atau pituitary. Disini peran perawat terhadap pasien
dengan cushing sindrom meliputi beberapa upaya yang terdiri dari: upaya promotif yaitu
upaya peningkatan pengetahuan tentang pencegahan dan cara pengobatan cushing sindrom
melalui pendidikan dan pelatihan petugas pelayanan kesehatan mengenai cara pngobatan,
penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan gaya
hidup sehat dan peningkatan gizi. Upaya preventif adalah upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit cushing sindrom yang meliputi pencegahan
primer dan pencegahan sekunder.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami pengertian cushing sindrom
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi cushing sindrom
3. Mengetahui dan memahami etiologi cushing sindrom
4. Mengetahui dan memahami klasifikasi cushing sindrom
12
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis cushing sindrom
6. Mengetahui dan memahami komplikasi cushing sindrom
7. Mengetahui dan memahami patofisiologi cushing sindrom
8. Mengetahui dan memahami WOC cushing sindrom
9. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik cushing sindrom
10. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan cushing sindrom
11. Mengetahui dan memahami pengkajian pada klien cushing sindrom
12. Mengetahui dan memahami diagnosa keperawatan cushing sindrom
13. Mengetahui dan memahami intervensi cushing sindrom
32
BAB II
PEMBAHASAN
2. Anatomi Fisiologi
Kelenjar adrenal terletak didalam tubuh, disisi anteriorsuperior (depan-atas) ginjal. Kelenjar
terletak sejajar dengan tulang punggung toraks ke 12 dan mendapatkan suplai darah dari
arteri ardenalis. Kelenjar suprarenalis atau adrenal jumlah nya ada 2, terdapat pada bagian
atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 Gram.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam .
2. Mengatur atau mempengaruhi metabolism lemak, hidrat arang dan protein.
3. Mempengaruhi aktivitas jaringan limfoid
Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian, yaitu medulla adrenal dan korteks adrenal. Korteks
adrenal adalah bagian dari kelenjar adrenal yang dapat mensintesis kolesterol dan
mengambilnya dari sirkulasi yang dibagi dalam 3 lpisan zona, yaitu :
Kelenjar adrenal terdiri dari sepasang, berbentuk pyramid, terletak di bagian atas ginja,
bagian luar atau korteks padat dan merrupakan kira-kira 80% berat adrenal normal dan
menghasilkan steroid.
34
Ada tiga lapisan penting steroid yang telah diisolasi dari korteks adrenal, yaitu :
a. Kortisol (hidrokortison) disekresi setiap hari umumnya berasal dari zona vasikulata
(lapisan tengah), dan zona retikularis (lapisan dalam)
b. Dehidroepiandrosteron (DHEA) disekresi oleh lapisan yang sama dan kira-kira dalam
jumlah yang sama dengan kortisol
c. Aldosteron disekresi oleh zona glomerulossa (lapisan luar) yang juga memproduksi
beberapa jenis kortikosteroid lain dan sedikit plasma dan estrogen.
(hamdan-hariawan-fkp13.web.unair.ac.id/asuhan keperawatan pada pasien cushing
syndrome, diakses tanggal 11 maret 2016)
3. Etiologi
Penyebab sindrom ushing meliputi;
Kelebihan hormone hipofisis anterior (kortikotropin)
Sekresi kortikotropin yang bersifat otonom dan ektopik oleh tumor diluar kelenjar
hipofisis (biasanya bersifat malignan. Kerap kali berupa karsinoma oat cell pada paru-
paru)
Pemberia kortikosteroid yang berlebihan, termasuk pemakaian yang lama.
(Kowalak,2011)
4. Klasifikasi
Sindrom cushing dapat dibagi dlam 2 jenis:
a. Tergantung ACTH
Hiperfungssi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH
kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oeh
Harvey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit
cushing.
b. Tak tergantung ACTH
Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat bukti-bukti
histology hyperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas apakah
kikroadenoma maupun hyperplasia timbal balik akibat gangguan pelepasan CRH
(kortikotropin realising hormone) oleh neuro hipotalamus. (Sylvia A.Price;
Patofisiologi. Hal 1091)
Berdasarkan penyebabnya sindrm cushing dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:
45
a. Penyakit cushing (cushing disease), ditemukan pada kira-kira 80% sel-sel basofil
menunjukkan degranulasi (crooke’s change) sekunder terhadap glukortiroid
berlebihan. Teradi hiperplasi bilateral korteks adrenal.
b. Tumor adrenal, dijumpai pada kira-kira 14%. Biasanya adenoma kecil, tunggal dan
jinak, dapat berubah menjadi karsinoma yang mengeluarkan kortikosteroid.
c. ACTH ektopik, salah satu sindrom cushing yang disebabkan Karena produk etopik,
yaitu ACTH oleh tumor malligna non endokrin biasa dalam bentuk cat-brochial
karsinoma. Gejalanya klinis ditandai penyakit yang cepat menjadi berat, penurunan
BB dan edema serta pigmentasi.
d. Alkoholisme, ini dapat menyebabkan sindrom cushing sementara.
5. Manifestasi Klinis
Sebagaimana gangguan endokrin yang lain, sindrom cushing menimbulkan perubahan
pada banyak system tubuh. Tanda dan gejalanya bergantung pada derajat dan durasi
hiperkotisolisme, ada tidaknya kelebihan androgen, dan efek tambahan yang berkaitan
dengan tumor (karsinoma adrenal atau sindrom kortikotropin ektopik). Efek klinis yang
spesifik bervariasi menurut system yang terkena dan meliputi:
Diabetes mellitus disertai penurunan toleransi glukosa, hipergllikemia puasa, dan
glukosuria akibat resistensi insulin yang diinduksi oleh kortisol serta peningkatan
gukoneogenesis dalam hati (system endokrin dan metabolk)
Kelemahan otot akibat hipokalemia atau penurunan masa otot akibat peningkatan
katabolisme;fraktur patologis akibat penurunan ionisasi mineral tulang, osteopenia,
osteoporosis, dan retaksi pertumbuhan skeletal pada anak-anak (system
muskuloskletal)
Striae berwarna ungu (striae lividae); plethora fasialis (edema dan distensi pembuluh
darah); akne; bantalan lemak di atas os klavikula, di daerah tengkuk (buffalo hump),
pada muka (moon face) dan di seluruh batang tubuh (obesitas trunkal) dengan
lengan serta tungkai yang kurus; pembentukan parut yang sedikit atau tidak ada;
kesembuhan luka yang buruk akibat penurunan masa kolagen dan kelemahan
56
jaringan tubuh; ekimosis spontan; hiperpigmentasi; infeksi jamur kulit
(kulit)
Ulkus peptikum akibat peningkatan sekresi asam lambung serta pepsin dan
penurunan produksi mukus lambung, nyeri abdomen, peningkatan selera makan,
kenaikan berat badan (GI)
Iritabilitas dan ketidakstabilan emosi yang berkisar dari perilaku euforia hingga
depresi atau psikosis; insomnia akibat peranan kortisol dalam neurotransmisi;sakit
kepala system saraf pusat [SSP])
Hipertensi akibat retensi natrium dan retensi sekunder cairan; gagal jantung;
hipertrofi ventrikel kiri;kelemahan kapiler akibat kehilangan protein yang
menyebabkan perdarahan serta ekimosis; edema pergelangan kaki (system
kardiovaskuler)
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi akibat penurunan produksi limfosit dan
supresi pembentukan antibody; penurunan resistensi terhadap stress; supresi
respon inflamasi yang menyamarkan bahan infeksi yang berat (sistem imunologi)
Retensi cairan , peningkatan ekskresi kalium, pembentukan batu ureter akibat
peningkatan demineralisasi tulang dengan disertai hiperkalsiuria (system renal dan
urologi)
Peningkatan produksi androgen dengan hipertrofi klitoris, virilisme ringan,
hirsutisme, dan amenore atau oligomenore pada wanita; disfungsi seksual;
penurunan libido; impotensi (sistem reproduksi)
(Kowalak,2011)
6. Komplikasi
Komplikasi sindrom cushing meliputi:
Osteoporosis
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
Hirsutisme
Batu ureter
Metastasis tumor malignan
(Kowalak,2011)
7. Patofisiologi
67
Sindrom cushing disebabkan oleh pajanan lama pada obat-obat glukokortikoid yang
berlebihan. Sindrom cushing dapat bersifat eksogen dan terjadi karena pemberian
glukokortikois atau kortikotrofin yang lama, atau bersifat endogen, akibat peningkatan
sekresi kortisol atau kortikotrofin. Kelebihan kortisol akan menimbulkan efek anti inflamasi
dan katabolisme protein srta lemak perifer yang berlebihan untuk mendukung produksi
gukosa oleh hati. Mekanisme tersebut dapat bergantung kortikotrofin (kenaikan kadar
kortikotrofin pasma menstimulasi korteks adrenal untuk menghasilkan kortisol secara
berlebihan) atau tidak bergantung kortikotrofin (kortisol yang berlebihan diproduksi oleh
korteks adrenal atau diberikan secara eksogen). Kortisol yang berlebihan akan menekan
poros hipotalamus –hipofisis-adrenal dan juga ditemukan pada tumor yang menyekresi
kortikotrofin secara ektopik. (Nelson, 2000)
8
7
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Peningkatan kemih 17-hydroxycorticoids dan 17-ketogenicsteroid
b. Kadar kortisol yang berlebihan plasma
c. Plasma ACTH meningkat
d. Penekanan deksametason test, mungkin dengan pengukuran ekskresi kortisol urin
untuk memeriksa :
Unsuppressed tingkat kortisol dalam menyebabkan sindrom cushing oleh
tumor adrenal
Ditekan tingkat kortisol pada penyakit cushing disebabkan oleh tumor hipofisis
e. CT-Scan dan Ultrasonografi menemukan tumor
f. Pemeriksaan elektro kardiografi : untuk menentukan adanya hipertensi
g. Pemeriksaan darah lengkap, eosinofil menurun
(Kowalak,2011)
9. Penatalaksanaan
Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber
ACTH adalah hipofisis /ektopik.
a. Jika dijumpai tumor hipofisis. sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida.
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka
sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis
c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti
pemberian kortisol dosis fisiologik.
d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita
karsinoma /terapi pembedahan.
e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mensekresikan
kortisol
(Sylvia A. Price; Patofisiologi Edisi 4 hal 1093)
99
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CUSHING SINDROM
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Adanya memar pada kulit, pasien mengeluh lemah terjadi kenaikan berat badan
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar pada kulit
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam jangka
waktu yang lama
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom
f. Pemeriksaan fisik
System pernafasan
- Inspeksi : pernafasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat
retraksi interkostae hidung, pergerakan dada simetris
- Palpasi : vocal premilies teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : suara sonor
- Auskultas : terdapat bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan, ronchi dan weezhing
System kardiovaskuler
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 4-5 midklavikula
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : S1 dan S2 terdengar tunggal
System pencernaan
- Mulut : mukosa bibir kering
- Tenggorokan : tidak dapat pembesaran kelenjar tyroid
- Limfe : tidak ada pembesaran vena jugularis
- Abdomen
I : Simetris tidak ada benjolan
P : Tidak terdapat nyeri tekan
P : Suara redup
10
10
A : Tidak terdapat bising usus
System eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
System persarafan
Composmentis (4-5-6)
System integument/ekstremitas
- Kulit : adanya perubahan warna kulit, berminyak, jerawat
System musculoskeletal
- Tulang : terjadi osteoporosis
- Otot : terjadi kelemahan
Nutrisi
Peingkatan rasa haus, nafsu makan
Seksualitas
Wanita : perubahan menstruasi, cirri-ciri seksualitas sekuder, libido
Laki-laki : perubahan libido, cirri-ciri seksualitas
Pengetahuan
Diagnostik test pengobatan
(hamdan-hariawan-fkp13.web.unair.ac.id/asuhan keperawatan pada pasien
cushing syndrome, diakses tanggal 11 maret 2016)
2. Diagnose keperawatan
a. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan matriks tulang menurun dan osteoporosis
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
c. Gangguan citra rubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
d. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan suasana hati, mudah
tersinggung dan depresi
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan system kekebalan tubuh
g. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada mukosa lambung
h. Intoleran aktivitas berhubungan dengan perubahan katabolisme protein dan
kelemahan
(Amin & Hardhi, 2013)
10
11
3. Intervensi keperawatan
12
- Suhu jaringan DBN (1/3) 1. Anjurkan pasien untuk
12
13
terbuka (tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis Acces Maintenance
3 Gangguan citra rubuh Gambaran diri Peningkatan gambaran diri
berhubungan dengan - Gambaran diri internal (1/3) - Kaji secara verbal dan nonverbal
perubahan penampilan fisik - Menggambarkan efek bagian respon klien terhadap tubuhnya
tubuh (1/3) - Monitor frekuensi mengkritik dirinya
- Penyesuaian perubahan fungsi - Jelaskan tentang pengobatan,
tubuh (1/3) preawatan kemajauan dan prognosis
- Penyesuaian perubahan penyakit
setatus kesehatan (1/3) - Dorong klien mengungkanpan
- Penyesuaian perubahan fungsi perasaannya
tubuh terhadap cidera (1/3) - Identifikasi arti pengurangan melalui
alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu lain
dalam kelompok kecil
4
Perubahan proses pikir
berhubungan dengan
perubahan suasana hati,
mudah tersinggung dan
depresi
5 Keseimbangan elektrolit Pemantauan elektrolit
Kelebihan volume cairan
asam dan basa dengan 1. Pantau tingkat serum elektrolit
berhubungan dengan
indikator : 2. Pantau keseimbangan asam basa
kelebihan natrium
a. Nadi (60-100 kali per menit) 3. Catat kekuatan otot
b. Irama jantung reguler 4. Pantau tanda dan gejala hiperkalemia,
c. Natrium serum (135-153 mEq/L) bradikardi, takikardi, dan kelemahan
d. Kalium serum (8,1-10,4 mg/dl) 5. Pantau tanda dan gejala depresi
e. Kreatinin (0,6-1,1 mg/dl) pernafasan
f. Kekuatan otot baik 6. Monitor warna urin
g. gatal – gatal tidak ditemukan 7. Berikan dialisi sesuai respon klien
Manajemen Cairan
14
13
1. Hitung haluaran
2. Pertahankan intake yang adekuat
3. Pasang kateter urine
4. Monitor status hidrasi (seperti
tambahan mukosa)
5. Monitor TTV
6. Berikan terapi IV
7. Timbang berat badan
8. Monitor status nutrisi
9. Memberikan hypnotherapy dan
penkes tentang pembatasan cairan
6 Resiko tinggi infeksi Status Imun Kontrol infeksi
berhubungan dengan - Tidak adanya infeksi berulang Aktivitas :
penurunan system (1/3) 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
kekebalan tubuh - Tidak adanya tumor (1/3) pasien lain
15
- Hal – hal yang mutlak dalam 11. Tingkatkan intake nutrisi
menghitung sel darah putih nilai 12. Berikan terapi antibiotik bilaperlu
– nilai dalam batas normal (1/3) Proteksi terhadap infeksi
- Diferensial dalam menghitung Aktivitas :
`14
sel darah putih dan nilai – nilai 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
dalam batas normal (1/3) sistemik dan lokal
16
- Berpartisipasi dalam skrining
untuk mengidentifikasi resiko
(1/3)
- Mendapatkan imunitas yang
sesuai (1/3)
15
- Menggunakan yankes sesuai
kebutuhan (1/3)
- Menggunakan sistem dukungan
pribadi untuk mengontrol
resiko (1/3)
- Menggunakan sumber
komunitas untuk mengontrol
risiko (1/3)
- Mengenal perubahan status
kesehatan (1/3)
- Pantau perubahan status
kesehatan (1/3)
7 Nyeri berhubungan dengan Nyeri : Respons Simpang Manajemen kesakitan
perlukaan pada mukosa Psikologis Aktivitas :
lambung - Proses Pemikiran Lambat (1/3) 1. Lakukan pengakajian nyeri secara
- Pelemahan ingatan (1/3) komprehensif termasuk lokasi,
17
- Keputusasaan (1/3) ketidakefektifan kontrol nyeri masa
18
Nyeri : Efek Pengganggu 24. Tentukan analgesik pilihan, rute
- Kehilangan hubungan pemberian, dan dosis optimal
Interpersonal (1/3) 25. Pilih rute pemberian secara IV, IM,
(1/3) teratur
17
- Permainan yang 26. Monitor vitalsign sebelum dan
19
- Persentase tubuh yang
dipengaruhi (1/3)
- Merintih dan Menangis (1/3)
- Lama episode nyeri (1/3)
- Ekspresi oral ketika nyeri (1/3)
- Ekspresi wajah ketika
18 nyeri
(1/3)
- Posisi tubuh melindungi (1/3)
- Gelisah (1/3)
- Kekuatan otot (1/3)
- Perubahan frekuensi nafas
(1/3)
- Perubahan frekuensi nadi (1/3)
- Perubahan tekanan darah (1/3)
- Perubahan ukuran pupil (1/3)
- Keringat (1/3)
- Hilang nafsu makan (1/3)
8 Perpindahan sendi : Aktif Terapi Latihan : Ambulasi
Intoleran aktivitas
- Rahang (1/3) 1. Monitoring tanda vital
berhubungan dengan
- Leher (1/3) sebelum/sesudah latihan dan lihat
perubahan katabolisme
- Jari kanan (1/3) respon pasien saat latihan
protein dan kelemahan
- Jari kiri(1/3) 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
20
- Lutut kanan (1/3) 6. Latih pasien dalam pemenuhan
21
- Administrasi pengobatan yang
benar (1/3)
- Pengobatan yang benar (1/3)
- Mengatur pengobatan yang
benar (1/3)
- Mencari kebutuhan
20 tes di labor
(1/3)
Perpindahan Penampilan
- Berpindah dari tempat tidur ke
kursi (1/3)
- Berpindah dari kursi ke tempat
tidur (1/3)
- Berpindah dari kursi ke kursi
(1/3)
- Berpindah dari kursi roda ke
kendaraan (1/3)
- Berpindah dari kendaraan ke
kursi roda (1/3)
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali
mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit ini disebabkan ketika kelenjar adrenal
pada tubuh terlalu banyak memproduksi hormone menambah tantangan bagi tenaga
kesehatan dans emakin meresahkan masyarakat. Masyarakat merupakan sasaran utama bagi
tim kesehatan, Keresahan masyarakat adalah keresahan tim kesehatan. Berdasarkan
penelitian dan survei terhadap rumah sakit di Indonesia tentang penyakit cushing sindrom
pada tahun 2000-2001, hasil menyebutkan bahwa kejadian cushing sindrom terjadi pada 200
orang dewasa berusia antara 20-30 tahun. Pada kelompok usia 20-30 tahun, resiko terkena
cushing sindrom mencapai 10%.
Dalam penelitian secara global didapat hasil sedikitnya 1 dari tiap 5 rang populasi dunia
berkemungkinan terkena kelainan ini tanpa membedakan jenis kelamin. Namun sumber lain
mengatakan resiko kejadian antara wanita dan pria untuk sindrom cushing adalah 5:1
berhubungan dengan tumor adrenal atau pituitary. Disini peran perawat terhadap pasien
dengan cushing sindrom meliputi beberapa upaya yang terdiri dari: upaya promotif yaitu
upaya peningkatan pengetahuan tentang pencegahan dan cara pengobatan cushing sindrom
melalui pendidikan dan pelatihan petugas pelayanan kesehatan mengenai cara pngobatan,
penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan gaya
hidup sehat dan peningkatan gizi. Upaya preventif adalah upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit cushing sindrom yang meliputi pencegahan
primer dan pencegahan sekunder.
23
DAFTAR PUSTAKA
24