Está en la página 1de 13

AHLAK PADA DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

A. Pengertian Ahlak

Dalam kamus bahasa indonesia , kata Ahlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata Ahlak
terambil dari bahasa arab ” Ahlaaq” yang biasa diartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Namun
kata seperti itu tidk di temukan di dalam Al- Quran.

Menurut imam Al – ghazali Ahlak ialah karakter yang menetap kuat di jiwa. Ia merupakan sumber
tindakan yang muncul secara alamiah tanpa pemikiran dan perenungan.

Kunci Ahlak yang baik ialah keserasia, keseimbangan, dan kesejajaran, empat daya di dalam jiwa yaitu daya
pengetahuan, daya amarah, daya sahwat, atau hasrat, dan daya keseimbangan dalam tiga daya tersebut. Jika
keseimbangan pada daya daya itu terjaga dengan baik di dalam diri , seseorang layak di sebut punya
keutamaan ( dzu fadilah ).

1. Akhlak kepada Allah

1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah
Allah.
2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan
dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman
hati.
3. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran
Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu
berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam
aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima
keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong ; suatu
perilaku yang tidak disukai Allah.
4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan
hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh
dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah.

2. Akhlak kepada sesama manusia

a) Akhlak kepada diri sendiri

1. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan
penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
2. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda,
kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan
dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain

.
b) Akhlak kepada ibu bapak
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat
baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan
mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut,
mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi
berusaha.

c) Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang
diungkapkan dalam bentuk komuniksai.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota
keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir
wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena
itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di antara
anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan
hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan
menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan
pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan
bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

d) Akhlak kepada lingkungan

Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa arab akhlaq, bentuk jamak kata
khuluq atau al-khuluq, yang secara etimologis berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.
Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan baik, maupun buruk.
Selama ini, masalah akhlak ini hanya sering terfokus terhadap hubungan antar manusia saja. Padahal,
akhlak terhadap lingkungan juga sangatlah penting. Kita lihat sekarang ini banyak sekali tingkah laku
manusia yang tidak mempedulikan lingkungan sekitarnya, misalnya dengan menebang hutan,
mengubah area hutan menjadi area pemukiman, yang akan mengakibatkan pemanasan global karena
hutan yang bisa digunakan untuk mengolah kadar karbondioksida di alam ini sudah mulai tiada. Dalam
kasus ini, kita harus mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya memikirkan
kepentingan diri kita sendiri saja tapi merusak lingkungan.

Saat ini, alam sudah sangatlah kritis. Namun, setidaknya saat ini sudah mulai bermunculan aksi-aksi
untuk melakukan penghijauan kembali karena saat ini pemanasan global pengaruhnya sudah sangat
terasa. Setidaknya, dengan peringatan dari Allah ini, manusia di muka bumi telah sadar dan lebih
memperhatikan lingkungan hidupnya lagi. Karena pada awalnya, manusia diciptakan oleh Allah
tujuannya adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi, yang tentunya juga harus dapat melestarikan
bumi ini. Memang suatu saat nanti kiamat pun akan terjadi. Namun jika manusia terus bersikap
merusak lingkungan seperti ini, tentunya kiamat itu sendiri akan menjadi lebih cepat karena ulah
manusia itu sendiri. Setidaknya kita sebagai seorang muslim, dapat melestarikan lingkungan karena
tentunya kita telah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.

Jadi intinya, kita sebagai umat Islam harus sadar untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup,
menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan
oleh Allah untuk kepentingan manusia, dan juga kita harus sayang kepada sesama makhluk hidup..

CERAMAH TENTANG AKHLAKUL KARIMAH

Alhamdulillahiladzi hadza nalihadza wama kunna linahtadiya laula anhadzanalloh, laqodja


adrusulurobbina bilhaq wanudzu antil kumuljannatu uritstumuha bimakuntum ta’malun. Asyhadu alla
ilahailalloh waasyhadu anna muhammadarosulullahi sollallohualaihi wasalam, wa’ala alihi
waasyhabihi amma ba’dhu. Bonjour buenos dias!!
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kita bisa berkumpul di ruangan ini dengan sehat dan sentosa, shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada second love kita Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarganya, para
sahabatnya dan pengikutnya sampai hari akhir. Kepada dewan juri yang terhormat dan teman- teman
yang saya sayangi dan saya banggakan. Ijinkanlah pada kesempatan yang singkat ini saya berbagi ilmu
kepada anda semua yaitu tentang “akhlaqul karimah”.
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan Akhlaqul karimah?
Menurut pengertian dalam bahasa, Akhlaq adalah tabi’at, kebiasaan, atau perangai. Di dalam akhlaq
ada dua macam yaitu ada akhlaq mahmudah (terpuji) dan mazmumah (tercela). Tentu yang dimaksud
akhlaqul karimah tidak lain adalah akhlaq mahmudah. Seperti yang difirmankan oleh Allah S.W.T
dalam Al-qur’an surat Al Qalam ayat 4 :

‫وإنك لعلى خلق عظيم‬

Artinya : Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung.
Dari firman Allah tersebut dapat kita simpulkan bahwa kita sepantasnya menjadikan Nabi Muhammad
sebagai panutan karena akhlaqnya yang sangat terpuji. Sebagai contoh pada zaman rasulullah dulu, ada
orang buta dipinggir jalan yang hobi sekali menjelek- jelekkan nabi muhammad. Tapi, Nabi malah
sering sekali memberikan makanan bahkan menyuapi si buta tersebut sampai nabi muhammad
wafat.kemudian sahabat nabi "Abu bakar" bertanya pada Aisyah, "Hei Aisyah amalan apa yang biasa
dikerjakan oleh Nabi tetapi yang belum aku ketahui?". Aisyah pun menjawab, "Nabi sering memberi
makanan pada orang buta yang ada di pinggir jalan". Tanpa pikir panjang, Abu bakar segera menemui
orang buta tersebut sambil membawa makanan. Abu bakar juga menyuapkan makanan pada si buta
tersebut, tapi si buta malah memuntahkannya. Dia berkata,"Apakah kamu orang yang biasa
menyuapiku?". "Tidak, Aku adalah sahabatnya" jawab Abu bakar. Ternyata teman- teman, sebelum
Nabi menyuapkan makanan kepada si buta, nabi mengunyah makanan tersebut lebih dahulu sehingga si
buta tidak kesulitan menelannya.Masya Allah! begitulah kemurnian hati rasul kita sehingga bisa
membuat si buta kagum dan menyesali perbuatannya serta mau masuk islam. Memang dalam
kehidupan sehari-hari akhlaqul karimah sangat penting karena dapat menentukan kehormatan
seseorang. Mari kita pikirkan sejenak! Bagaimana sih kita memperlakukan tetangga kita yang ketahuan
mencuri ataupun membunuh? Saya yakin pasti mereka diasingkan, juga banyak orang yang mengejek
atau mungkin malah tidak ada yang mau berteman dengan orang tersebut karena sudah tidak respect
dengan orang tersebut. Sehingga, jika kita ingin dihargai maupun dihormati dalam pergaulan kita harus
menjaga akhlaq kita. Bukan hanya di dunia saja, bahkan di akhirat akhlaqul karimah juga sangat
penting. Berdasarkan sabda nabi Muhammad S.A.W di dalam hadits yang diriwatkan Abu Daud yang
berbunyi :

‫ما من شيئ اثقل فى الميزان من حسن الخلق‬

Artinya : Tidak ada yang lebih berat di timbangan amal daripada budi pekerti yang terpuji.
Bukan dalam pergaulan atau dimasyarakat saja, kepada orangtua/ orang yang lebih tua kita harus bisa
berakhlaq yang baik. Sebelum saya menerangkan akhlaqul Karimah terhadap Orangtua marilah kita
bersama-sama menyanyikan sebuah lagu
Wiwit aku isih bayi
Wong tua sing ngopeni
Nganti tumeka saiki
Katon oleh gemati
Mangkat sekolah disangoni
Sandang pangan wis mesti
Mula aku wajib bekti
Bangun turut ngajeni

Coba kita renungkan bersama bagaimana perjuangan kedua orangtua kita dari
melahirkan,membesarkan, dan mendidik kita hingga orang tua kita kembali kepangkuan Allah S.W.T.
Maka pantas sekali jika Dalam hadits nabi berbunyi :

‫رضى هللا فى رضى الوالدين‬


Artinya : Ridho Allah tergantung ridho orang tua.
Menurut hadits diatas dijelaskan bahwa jika anak tidak dapat patuh dengan orangtua, maka anak
tersebut kehilangan ridho dari Allah. Islam menempatkan kedua orangtua ke dalam posisi yang sangat
mulia. Dua emas gunung Uhud dibanding pengorbanan orangtua kita maka lebih berat pengorbanan
orangtua kita. Subhanallah!. Mereka memang orang yang paling berjasa kepada kita. Betul tidak? Maka
sepantasnya kita harus berbakti kepada keduanya, melaksanakan perintah asal tidak menyimpang dari
syariat, berbuat baik, berkata lembut serta tidak menyakiti hati keduanya. Bagaimana yang sudah
meninggal? Yaitu dengan cara menyolatkan jenazahnya, menyambung tali silaturahmi dengan sahabat-
sahabatnya serta mendoakannnya. Di dalam surat Bani israil ayat 24 diterangkan bahwa :

‫رب اغفرلى ولوالدي وارحمهما كما ربيانى صغيرا‬

Artinya : Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana
mereka menyayangiku sewaktuku masih kecil.
Menurut ayat diatas diterangkan bahwa di akhirat nanti yang dapat menolong orangtua kita dari jurang
neraka hanyalah dengan do’a dari anak yang sholeh. Semoga kita termasuk di dalamnya. Allohumma
Aminn

Demikianlah tausiah yang bisa saya sampaikan. Semoga dari tausiah ini bisa menyadarkan hati kita
untuk senantiasa menjaga akhlaq kita terutama kepada orangtua kita. Amin ya robbal alaminn.
Jika ada jarum yang patah
Jangan disimpan di almari
Jika ada kata-kata yang salah
Mohon dimaafkan sepenuh hati

Alhamdulillahi jaza kumullahu khoiro. Mercie dan Akhirukalam

Akhlaqul Karimah
Oleh : Muhammad Zuhri

Apa yang di sebut akhlaqul karimah atau budi pekerti luhur bukanlah sopan santun,
unggah ungguh atau basa-basi sebagaimana sering dituntut oleh generasi tua
terhadap generasi muda, dimana setiap etnis telah mewarisi caranya sendiri dari
leluhur mereka.
Hadist Nabi SAW: "Aku telah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" dan
sabda Tuhan ynag di tujukan kepada Muhammad SAW: "Sesungguhnya engkau
benar-benar memiliki akhlak yang luhur, menunjukkan bahwa ajaran Islam telah
memiliki kriteria tersendiri tentang akhlak yang mulia.
Sesuai dengan sifat ajaran Islam yang universal, maka tawaran tersebut pastilah
akan memberikan alternatif terhadap dualisme moral yang ada (Moral barat adan
moral timur) yang akan menjadi kendala bagi terwujudnya Umatan wahidatan (
masyarakat global) di kelak kemudian hari.
Menurut pandangan Islam seseorang bisa di sebut berakhlak luhur manakala dia
berada dalam kondisi yang seimbang. Artinya pribadi tersebut telah sanggup berdiri
diantara Allah dan semestanya, di antara yang idel dan real, atau di antara dimensi
keharusan dan dimensi kenyataan.
"Demikianlah telah Kami jadikan kamu suatu umat yang seimbang, supaya
kamu menjadi saksi atas manusia dan Rosul (mewakili Allah) menjadi saksi
atas kalian.(Al-Baqoroh : 143)
Bila kita renungkan dan berani bersifat jujur, kita pasti akan sampai pada kesimpulan
bahwa kondisi mampu berdiri d tengah-tengah antara dua hal yang tak dapat di
pertemukan merupakan satu-satunya kondisi yang memiliki kemungkinan. Namun
resikonya ia dibebani oleh dua tanggung jawab sekaligus, yaitu tanggung jawab ke
atas dan tanggung jawab ke bawah.
Ketika pribadi yang demikian menghadap kepada Allah, ia bertanggung jawab untuk
menyampakan tuntutan dan harapan umat manusia kepadaNya. Dan ketika ia
berhadapan dengan manusia ia bertanggung jawab menyampaikan pesan dan
perintah Allah kepada mereka. Maka sekaligus ia akan menjadi wakil Allah di depan
manusia dan menjadi wakil umat manusia di depan Allah.
Itulah kondisi pribadi Rasulullah SAW yang telah kita sepakati sebagai Uswatun
Khasanah (fugur teladan yang akurat). Betapa besar dan beratnya tanggung jawab
umat Muhammad SAW (umat setelah rosululloh SAW hadir) dapatlah kita
bayangkan.
Apakah di dalam berdo'a dan shalat-shalat kita di depan Allah kita telah benar-benar
membawa harapan umat, dan didalam pergaulan kita dengan sesama manusia telah
menyampaikan pesan dan perintah Allah sebagai mana mestinya, atau belum .
Kalau belum berarti kita belum menyandang akhlaqul karimah.
Sekarjalak, Desember 1996.

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Alhamdulillah. Hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih.


Allahumma shalli wa sallim 'ala nabiyyina Muhammad.

Segala puji bagi Allah Ta'ala atas segala nikmat yang Dia berikan kepada kita semua. Terutama nikmat
sehat dan waktu luang sehingga kita dapat menghadiri shalat zuhur berjama'ah di mushalla kantor kita
ini yang dilanjutkan dengan kultum singkat tentang akhlak.

Semoga shalawat dan salam tercurah bagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kerabat dan
sahabatnya, dan siapa saja yang setia kepada sunnah beliau hingga akhir zaman.

Amma ba'du.

Jamaah shalat zuhur yang semoga dirahmati Allah, sesungguh Allah mengutus rasul-Nya Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Dan juga Allah
mengutus beliau sebagai penyempurna akhlak.

Rasulullah bersabda, "innamaa bu'its-tu li-utammima makaarimal akhlaaq" yang artinya


"sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
(HR. Ahmad)

Pada kultum kali ini, saya akan menguraikan dengan singkat tiga poin utama, yaitu:

Poin pertama adalah pengertian akhlak yang mulia, poin selanjutnya adalah pembagian akhlak
berdasarkan pengertian tadi, dan poin terakhir adalah contoh akhlak mulia yang diajarkan oleh tauladan
kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Sekarang kita akan sama-sama mendengarkan tentang definisi dari akhlak yang mulia.
Dari berbagai definisi yang diuraikan oleh 'ulama, maka semuanya bermuara pada arti di bawah ini.

Akhlakul karimah (akhlak yang mulia) adalah berbuat kebaikan kepada orang lain, menjauhi segala
sesuatu yang membuat orang lain sakit, dan menahan diri ketika disakiti (2)
Selanjutnya, setelah mengetahui pengertian akhlak yang mulia, maka akhlak yang baik itu terbagi
menjadi tiga cakupan yaitu:

Melakukan kebaikan kepada orang lain, yang kedua adalah menghindari segala sesuatu yang menyakiti
orang lain, dan yang ketiga adalah menahan diri kita ketika disakiti oleh orang lain.

Maksud dari menahan diri adalah tidak membalas keburukan orang lain dengan keburukan serupa.

Para hadirin, jamaah shalat zuhur yang berbahagia. Kita masuk pada poin terakhir, yaitu contoh-contoh
akhlak yang baik yang diajarkan oleh tauladan kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Seperti yang sama-sama sudah kita dengar pada kajian tentang akhlak, bahwa banyak sekali ayat dalam
Al-Quran dan hadits nabi yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak yang baik, ganjaran yang besar
kepada orang yang berakhlak mulia, contoh-contoh akhlak yang mulia baik akhlak kepada orang tua,
akhlak kepada saudara, akhlak kepada tetangga, akhlak kepada hewan, dan seterusnya.

Pada kesempatan yang sangat singkat ini, saya akan membacakan satu hadits nabi tentang bagaimana
berhubungan yang baik dengan sesama manusia.

Saya akan bacakan secara makna yang kurang lebih sebagai berikut:

Haqqul muslim 'alal muslim sittun, yang maknanya kurang lebih hak muslim atas muslim lainnya ada
enam perkara.

Yang pertama:
idza laqiitahu fasallim 'alaih, apabila bertemu maka berilah salam kepadanya

Yang kedua:
wa idza da'aa ka fa ajibhu, apabila dia mengundangmu maka penuhilah

Yang ketiga:
wa idza istanshahaka fansah hu, apabila dia minta nasehat kepadamu maka nasehatilah dia

Yang keempat:
wa idza 'athasa fahamidallah fasyamithu, jika dia bersin maka setelah dia mengucapkan Alhamdulillah,
maka hendaknya mendoakannya dengan doa "yarhamukallah"

Yang kelima:
wa idza maridha fa'ud hu, apabila ia sakit maka jenguklah ia

Yang keenam:
wa idza maata fattabi'hu, apabila ia wafat maka ikutilah (urus) jenazahnya

Hadits yang saya bacakan tadi adalah riwayat Imam Muslim.

Betapa indahnya akhlak yang diajarkan Rasulullah. Akhlak bagaimana berhubungan baik dengan
sesama manusia, baik selama ia hidup sampai ia meninggal dunia. Semuanya diajarkan dalam Islam.

Setelah mendengar hadits tadi, semoga mulai saat ini kita dapat mengamalkan akhlak mulia.

Terakhir, saya akan ulang pelajaran yang sudah disampaikan tadi agar lebih hafal dan dapat
mengamalkannya, yaitu: mengucapkan salam jika bertemu dengan muslim lainnya baik dikenal
maupun tidak dikenal, memenuhi undangan teman/kerabat/saudara kita jika kita diundang, menasehati
teman/kerabat.saudara jika mereka minta nasehat, mendoakan mereka "yarhamukallah" jika mereka
bersin dan mengucapkan "Alhamdulillah", menjenguk mereka apabila mereka sakit, dan terakhir
mengurus jenazah mereka apabila mereka wafat mendahului kita.

Itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat buat dunia dan akhirat kita.
Maafkan bila ada kata-kata yang kurang berkenan.

Wassallallahu 'ala nabiyyina Muhammad


Walhamdulillahirabbil 'alamin.

Wabillahit taufiq

Wassalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh

Aa Gym : Syarat Memiliki Akhlak Baik

Suatu saat rasulullah ditanya, “Mengapa engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?”
Rasul Menjawab, “Innama Buitsu Liutamimma Makarimal Akhlak, Sesungguhnya aku diutus ke dunia
hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”.

Jadi semua perjuangan dan pengorbanan rasul untuk kesempurnaan akhlak.

Ingin tahu siapa kah yang paling benar pemahaman dan pengamalan islamnya? Dialah orang yang
memiliki akhlakul karimah, akhlak yang baik. Jangan dilihat dari sedikit banyak ilmu dan amalannya
saja, tapi dari akhlaknya.

Ingin tahu siapa yang paling kokoh imannya? Yang paling kokoh imannya adalah orang yang memiliki
akhlak yang baik.

Siapa yang ibadahnya paling bagus? Jangan dilihat dari rukuk sujudnya saja. Yang paling bagus
ibadahnya adalah orang yang memiliki akhlak yang baik.

Akhlak Tumbuh dari Mana?

Akhlak datang dari mana? Akhlak datang dari hati.

Rasulullah SAW bersabda, “Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal
daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh
tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!” (HR. Bukhari dan Muslim).

Artinya, siapapun yang ingin punya akhlak baik, dia akan menjadi baik buah dari hati yang baik

Belajar agama banyak, tapi dia tidak pernah memeriksa hatinya, pasti akhlaknya tidak baik
Dia memperbanyak amalan-amalan agama, tapi tidak pernah bersungguh2 mujahadah untuk
memperbaiki hati, maka ibadah tidak akan berbuah akhlak yang baik.

Rumah bagus, tapi tidak ingin hati bagus, ini rugi.


Takut Baju kotor, takut rumah kotor tapi tidak takut hati kotor, ini pasti rugi.
Ingin punya rumah lapang, tapi tidak sibuk ingin hati lapang, ini pasti sengsara.

Allah bersumpah berkali-kali dalam surat Asy-Syams

ِ ‫( َوالنَّ َه‬٢) ‫( َو ْالقَ َم ِر ِإذَا تَال َها‬١) ‫ض َحا َها‬


‫ار ِإذَا‬ َّ ‫َوال‬
ُ ‫ش ْم ِس َو‬
‫ض‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫(و‬٥)َ ‫اء َو َما بَنَا َها‬
ِ ‫س َم‬ َّ ‫(وال‬٤)
َ ‫( َواللَّ ْي ِل ِإذَا يَ ْغشَا َها‬٣) ‫َجال َها‬
(٨) ‫ور َها َوتَ ْق َوا َها‬ َ ‫( فَأ َ ْل َه َم َها فُ ُج‬٧) ‫س َّوا َها‬
َ ‫( َونَ ْف ٍس َو َما‬٦) ‫ط َحا َها‬ َ ‫َو َما‬
(١٠) ‫سا َها‬ َّ َ‫َاب َم ْن د‬َ ‫( َوقَ ْد خ‬٩) ‫قَ ْد أ َ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكا َها‬
1. demi matahari dan cahayanya di pagi hari
2. dan bulan apabila mengiringinya
3. dan siang apabila menampakkannya
4. dan malam apabila menutupinya
5. dan langit serta pembinaannya
6. dan bumi serta penghamparannya
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu
10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

(asy-Syams: 1-10)

Tidak ada sumpah Allah sebanyak ini kecuali untuk menunjukkan sesuatu yang sangat penting, dalam
surat Asy-Syams ini.

Apakah sesuatu yang penting itu? Yaitu tentang hati yang bersih, atau kita kenal dengan Qolbun Salim.

Asy Syu’ara: 88-89

‫س ِل ٍيم‬
َ ‫ب‬ٍ ‫َّللاَ ِبقَ ْل‬
َّ ‫يَ ْو َم ََل يَنفَ ُع َما ٌل َو ََل بَنُونَ ِإ ََّل َم ْن أَتَى‬
“(Yaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang menemui Alloh
dengan hati yang selamat (Qolbun Salim).” (QS. Asy Syu’ara: 88,89)

Definisi, Tujuan, dan Dasar-dasar Akhlak


Posted on May 13, 2013 by Taufik Rahmatullah (Javanica)

Mukodimah

Pengkajian tentang akhlak merupakan sebuah kajian yang penting untuk dilakukan, hal ini disebabkan,
akhlak –yang baik kemudian akan berperan sebagai sistem perilaku yang akan menciptakan harmonisasi
dalam kehidupan manusia. Jika kita renungkan, diutusnya nabi Muhammad merupakan sebuah misi besar
untuk manusia, yakni untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana yang tergambar dalam qoulnya:”
iniy bu’itstu li utamima makarim al akhlaq” (sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak).
Kesempurnaan akhlak seolah-olah menjadi tujuan utama dari diutusnya Nabi SAW. Mungkin ini
berkaitan erat dengan karakter khas manusia yang merupakan makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari
interaksi dari sesama, sehingga dibutuhkan sebuah sistem yang kemudian akan menciptakan sebuah
keharmonisan dalam kehidupan.

Akan tetapi sebelum jauh membahas kajian-kajian inti mengenai akhlak, penting kiranya bagi kita untuk
mengetahui pengertian, tujuan dan dasar-dasar akhlak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai sebuah
gambaran dasar pengkajian inti dari akhlak.

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba untuk menguraikan pengertian akhlak yang diambil dari
beberapa tokoh, kemudian memberikan sedikit gambaran mengenai tujuan dari akhlaq dan selanjutnya
adalah pembahasan tentang hal-hal yang mendasari akhlak.

Sebagai sebuah gambaran awal, kita harus membedakan Akhlak dengan ilmu akhlak. “Ilmu akhlak”
adalah ilmunya yang bersifat teoritis yang akan membahas bagaimana itu sombong, ria, dengki dan lain
sebagainya, sedangkan apa yang disebut dengan “akhlak” adalah sesuatu yang bersifat praktis. Meskipun
mata kuliah ini berjudul akhlak, akan tetapi kami—penulis lebih setuju jika mata kuliah ini dinamakan
mata kuliah “ilmu akhlak” karena apa yang kemudian akan kita bahasa adalah seputar teori-teori tentang
akhlak. Walaupun demikian, besar harapan setelah mempelajari bidang ilmu ini kami tidak sekadar
mengetahui teori-teori tentang akhlak saja, akan tetapi lebih jauh kami bisa menerapkannya dalam
kehidupan.
A. Definisi Akhlak
Secara etimologi akhlak merupakan jamak dari kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tabiat
dan tingkah laku. Kalimat ini merupakan kalim at persesuaian dari kata kholqun yang artinya kejadian,
kata ini erat kaitannya dengan khaliq yang berarti dicipta dan makhluq yang berarti dicipta[1]. Untuk
melihat hubungan tersebut, kita bisa melihat bagan dibawah ini:

Benarlah bahwa manusia itu merupakan makhluk dua dimensi sebab Allah sebagai khaliq menciptakan
manusia sebagai makhluq dengan dilengkapai dengan dua aspek penting, yakni aspek kholqun sebagai
sisi fisik, yakni sesuat yang nampak dan dapat dinilai dengan panca indera kita, sebagai contoh, kita
mengatakan Fatimah ber khalq baik, itu artinya kita mengatakan Fatimah adalah orang yang
berpenampilan lahiriah baik atau rupawan dan aspek khuluqun sebagai aspek non-fisik, yakni sesuatu
yang tidak bisa kita nilai dengan menggunakan panca indera kita. Sebagai contoh ketika kita mengatakan
bahwa Ali itu berkhulq baik, itu berarti kita mengatakan kalau Ali merupakan orang dengan karakter
batin yang baik[2].

Dalam bahasa Indonesia akhlaq setara dengan budi pekerti, dimana budi pekerti itu berasal dari kata
majemuk yakni ‘budi’ yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti kesadaran atau menyadarkan dan
‘pekerti’ yang berasal dari bahasa Indonesia yang berarti kelakuan[3], yang dalam bahasa yunani sepadan
dengan etika yang berasal dari kata ethos yang berarti kebiasaan.

Jadi, akhlaq itu adalah perilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran.

Secara terminologi, ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh pakar dengan redaksi yang sedikit
berbeda akan tetapi memiliki maksud yang hampir sama, atau bahkan sama[4].

1. Ibn Miskawaih

“keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).

1. Imam Ghazali

“akhlaq adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu)

1. Prof. Dr. Ahmad Amin

“Akhlaq merupakan kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu ketika membiasakan sesuatu,
kebiasaan tersebut dinamakan akhlaq.

Ketika melihat definisi yang dibawakan oleh Ahmad amin, saya teringat Ibrahim Elfiky dalam buku
terapi berpikir positif mengutip perkataan dari Aristoteles: “kamu adalah apa yang kamu lakukan
berulang-ulang”. Hal ini menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang dilakukan secara
berulang akan berubah menjadi akhlaq, baik atau pun buruk, mungkin dari sinilah muncul istilah akhlaq
baik dan akhlaq buruk. Contohnya: untuk pertama kalinya orang yang kikir memberikan sesuatu yang
dia miliki akan terasa sangat berat, akan tetapi jika perbuatan memberi itu diulang-ulang maka pada satu
titik perbuatan memberi itu akan menjadi bagian darinya. karena akhlaq merupakan sesuatu yang
dibiasakan, akhlaq berkaitan erat dengan tarbiyyah atau pembinaan jiwa. Akhlaq merupakan produk,
Akhlaq yang kita miliki berhubungan erat dengan pembinaan yang kita lakukan kepada diri kita, jika
pembinaannya baik, maka akhlaq kita baik dan sebaliknya.

Manusia merupakan sebaik-baiknya ciptaan Allah, sebagai mana yang dikatakan dalam Surah At-Tin:4
“bahwa sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sebaik-baiknya bentuk” . mungkin
penjelasan dari Al Ghazali yang mengenai level penciptaan[5] akan membantu menjelaskan ayat diatas:

Karena manusia memiliki dua aspek sekaligus yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh
malaikat dan hewan, maka salah satu dari keduanya akan mengungkung manusia. Manusia yang
terkungkung oleh syahwatnya, derajatnya akan menjadi lebih hina dibandingkan dengan hewan, dan
sebaliknya, jika manusia dikuasai oleh akalnya, maka manusia akan menjadi lebih mulia dari malaikat.

Dari sana kita bisa melihat kaitan erat antara akhlaq dengan akal. Akal berfungsi sebagai timbangan baik
buruknya sebuah perbuatan dan tentu saja sebagai fitrahnya manusia akan lebih cenderung pada hal yang
baik-baik, namun kemudian pembinaan kita terhadapa apa yang kita cenderungi akan lebih
mempengaruhi bagaimana akhlaq kita, oleh sebab itu pembinaan dan pengarahan yang baik menjadi
penting untuk baik buruknya akhlaq kita. Selain dibekali oleh akal, manusia juga dibekali dengan sesuatu
yang bernama kebebasan (free will) atau kehendak bebas, oleh sebab itu manusia bisa memilih sesuka
kehendaknya apa yang akan dia lakukan dengan alasan yang logis. Orang yang memilih melakukan
perbuatan baik, artinya ia memiliki alasan logis atas pilihannya sebab dia sudah memperkirakan efek
buruk dari perbuatan tidak baik jika ia melakukannya.

Dari beberapa definisi diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa akhlaq merupakan perbuatan yang
dilakukan secara spontan sebagai akibat dari perbuatan tersebut dilakukan secara berulang serta
dilakukan dengan kesadaran serta tanpa paksaan dari luar diri.

B. Tujuan Akhlaq
Sebagai makhluk sosial manusia yang dalam kehidupan kesehariannya selalu berinteraksi dengan
sesamanya sudah barang tentu membutuhkan sebuah tatacara atau cara berkomunikasi dengan baik
supaya hubungan yang terjalin menjadi hubungan yang harmonis, tidak merugikan orang lain dan diri
sendiri dan inilah tujuan dari keberadaan akhlaq.

Seperti sempat disinggung diatas, bahwa manusia merupakan makhluk terbaik ciptaan Allah SWT—
terdapat dalam surah At-Tin, tentunya ia memiliki ciri khas tertentu yang kemudian akan
membedakannya dengan makhluk lain yang Allah ciptakan. Manusia sangat khas dengan akal yang
dimilikinya—sampai rosulullah pernah bersabda”sesungguhya seluruh kebaikan itu dapat dikenali
dengan akal”, karena kemudian akal ini akan digunakan oleh manusia sebagai alat timbangan/
penimbang untuk melakukan sebuah perbuatan. Tujuan inti dari akhlak adalah untuk membentuk
kehidupan yang harmonis antar sesama manusia.

C. Prinsip Dasar Akhlak Dalam Islam


Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua
sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka
baik dan buruk itu bisa berbeda-beda.[6] Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain
belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk,
padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan Sunnah) sebagai dalil naqli yang
tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga
keautentikannya, kecuali Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-
hadis yang tidak benar (dha’if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan
pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat
syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak
menegaskan mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang
berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah
untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan nurani
manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari
pada masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak.
Manusia dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan
potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” (QS. al-A’raf: 72).

Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam adalah terletak pada
iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor
penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata
karya yang kongkret. Dalam hubungan ini Rosulullah Saw, bersabda:

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik diantara
kamu ialah yang paling baik kepada istrinya”

Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam. Al-Qur’an menggambarkan
bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon
iman yang indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24, yang berbunyi:

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang
buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit
pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa
yang Dia kehendaki”.

Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya
dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang ambing), mengayomi atau
melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati oleh lingkungan. Namun disisi lain,
sebenarnya masih banyak teori-teori yang berbicara mengenai dasar-dasar akhlak dengan menafikan
pemikiran Islam, seperti relativisme akhlak. Yang mana berkat pembuktian realisme, maka kemutlakan
akhlak adalah pendapat yang sahih dan relativisme akhlak tidak dapat diterima.[7]

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, kita akan memanen apa yang kita tanam. Dari ungkapan
tersebut dapat kita tarik benang merah, bahwasannya apa yang kita lakukan tidak ada hubungannya
dengan sesuatu diluar diri kta, karena hubungan perbuatan kita berhubungan langsung dengan Tuhan.
Tanpa ada pihak ke-3. Oleh karena itulah dasar Ahklak memerlukan Disipln Moral.

Kant, filosof Jerman berpendapat bahwa Rasio Spekulatif, yaitu agen didalam mekanisme tidak bernilai
tinggi; namun rasio praktis, yaitu agen dari pelaksanaan hal-hal praktis, yang juga dimaknai sebagai
“kesadaran akhlak” memiliki kegunaan yang pasti dan printah-printahnya bersifat mengikat.[8] Dan hal
ini sering di maknai sebagai “kesadaran akhlak”.

D. Ruang Lingkup Akhlak Islam


1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak,
membinasakan dan menganiyaya diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun
secara rohani (membirkan larut dalam kesedihan).
2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga, contohnya berbakti pada orang
tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang menyakitkan mereka.
3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan soaial, menolong sesama,
menciptakan masyarakat yang adil yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadist
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak bermaksiat kepada agama,
ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk lisan maupun fikiran.
5. Akhlak terhadap agama meliputi berimn kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, beribadah kepada
Allah. Taat kepada Rosul serta meniru segala tingkah lakunya.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Melihat dari realitas yang ada, kita dapat menarik sebuah benang merah yang mungkin sangat penting
yaitu merupakan sebuah keharusan bagi setiap civitas manusia, yaitu yang berkenaan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak manusia yang selalu terekspresikan, antara lain adalah:

1. Insting (Naluri)

Setiap corak, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting
seseorang (dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.
Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong
lahirnya tingkah laku antara lain adalah:

1. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh
orang lain.
2. Naluri Berjodoh (seksul instinct). Dalam alquran diterangkan:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak”.

1. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan
anak kepada orang tuanya.
2. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan
tantangan.
3. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.

Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih
dahulu.

2. Adat atau Kebiasaan

Adat atau Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan
manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat
kebiasaan.

3. Wirotsah (keturunan)

Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi
anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar
dari salah satu sifat orang tuanya.

4. MILIEU

Dalam artian sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan
manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. Milieu ada 2
macam:

a. Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku
seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh
seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid,
seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa
badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang
berlaku.
b. Lingkungan pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul.
Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.
Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak
anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.

Kesimpulan

Akhlak adalah segala sesuatu yang menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang
dilakukan secara berulang, serta dilakukan secara spontan dengan tanpa memikirkannya, terlepas itu baik
atau buruk. Dan akhlak hanya bisa dinisbatkan kepada manusia, karena manusia memiliki dua aspek
sekaligus yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka salah satu dari
keduanya akan mengukung manusia.

Akhlak memiliki posisi yang sangat penting, karena sebagai mahluk social pasti membutuhkan banyak
komunikasi, dan komunikasi yang baik hanya akan terjalin dengan menggunakan akhlak yang baik.

Ajaran Islam menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar akhlak, dan menjadikan kedua sumber
tersebut sebagai ukuran baik dan buruknya sebuah akhlak. Serta Islam tidak menapikan akal dan nurani
sebagai alat untuk menentukan nilai baik dan buruk.

Selain itu akhlak dalam islam terletak pada Moral Force yang merupakan Internal Power yang dimiliki
oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak
untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.

Ruang lingkup akhlak islam itu sendiri meliputi beberapaasfek yang sangat berkaitan dalam kehidupan,
seperti akhlak terhadap diri sendiri, akhlak dalam berkeluarga, akhlak dalam masyarakat, akhlak dalam
bernegara, dan akhlak terhadap agama.

Semua aktivitas yang kita lakukan tidak akan pernah lepas dari semua poin-poin diatas, karena kita
sebagai manusia tidak akan pernah lepas dari ruang lingkup tersebut.

Jika kita lihat dari realitas yang ada, kita bisa menarik benang merah dari setiap civitas manusia, yang
berkenaan dengan fakto yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia yang selalu terekspresikan,
seperti insting (naluri) yang meliputi: naluri berjodoh, naluri keibuan, naluri makan, naluri berjuang,
naluri bertuhan.

Selain itju yang menjadi factor yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia adalah adat atu
kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang, wirosat (keturunan), dan milieu dalam artian sesuatu yang
melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara.

Secara global milie terbia kepada dua macam, yaitu: pertama, lingkungan alam yang merupakan factor
yang mempengaruhi dan menuntukan tingkah laku seseorang. Kedua, yaitu lingkungan pergaulan dalam
artian hubungan dengan manusia yang lainnya yangdapat mempengaruhi akhlak seseorang terutama
dalam fikiran, sifat dan tingkah laku.

También podría gustarte