Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
DEFINISI / PENGERTIAN
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame
akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus. (Huddak & Gallo, 1997)
Asma bronkial adalah proses peradangan di saluran nafas yang mengakibatkan
peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulus yang dapat
menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak
nafas yang reversible (Nugroho, 2011)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer,2002 :
611).
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves,200)
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinophil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
b. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini
adalah metaproterenol (Alupent, metrapel).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empat kali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (beclometason
dipropinate) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2x1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL: D5= 3:1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg
bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Susanto (2012: 100 ) konsep pengkajian adalah sebagai berikut :
1) Data umum
a. Identitas
Pada data ini yang perlu dikaji adalah tentang nama, usia, pendidi kan,
pekerjaan, alamat, dan genogram.
b. Komposisi keluarga
c. Tipe keluarga
Pada tipe keluarga ini yang dikaji yaitu tentang jenis keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe tersebut.
d. Suku bangsa
e. Agama
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji yaitu panutan keluarga tersebut
dan bagaimana keluarga tersebut menjalankan ibadahnya.
Pada status sosial ekonomi yang dikaji yaitu tentang pekerjaan , tempat
kerja, dan penghasilan setiap anggota yang sudah bekerja, sumber
penghasilan, berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga
yang bekerja.
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga saat ini, dan
komunikasi antar keluarga tersebut, apaka ada pertengkaran , perdebatan
dan sebagainya antar keluarga.
Pada tahap ini yang dikaji adalah tugas perkembangan keluarga saat ini
yg belum belum dilaksanakan secara optimal oleh keluarga.
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti, dan apa latar
belakang sebelum menjalani sebuah keluarga.
a. Karakteristik rumah
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak posisi rumah pada denah
perkampungan yg ditinggali keluarga dengan jelas.
Pada tahap ini yg dikaji adalah gambaran tentang rumah keluarga dan
apa yg dilakukan keluarga setiap harinya, misalnya berbaur dengan
tetangga.
Pada tahap ini dikaji adalah tentang kesulitan keungan yang keluarga
dapat diatasi dengan dukungan keluarga (susanto, 2012: 116)
c. Struktur peran
5) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga metode ini sama
dengan pemerikasaan fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan
deformita dinding dada
2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbondioksida
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju
metabolic, dyspnea saat makan, kelemahan otot pengunyah
6. Gangguan pola tidur Berhubungan dengan ansietas
H. RENCANA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis asma pada anak ditegakkan berdasarkan terutama pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik; pemeriksaan penunjang mempunyai peran menunjukkan berat
ringannya dan untuk kepentingan terapi. Oleh karena gejala asma pada anak dangat
bervariasi maka diagnosis asma sulit ditegakkan. Pemeriksaan fisik waktu serangan
dapat ditemui frekuensi nafas meningkat, amplitudo nafas dangkal, sesak nafas, nafas
cuping hidung, sianosis, gerakan dinding dada berkurang,hipersonor,bunyi nafas
melemah, wheezing ekspirasi, ronki kering, ronki basah dan suara lendir.
Pemeriksaan laboratorium, darah tepi ddan secret hidung. IgE total dapat meningkat.
Analisa gasm darah dapat menunjukkan asidosis, CO2 meningkat. Pada saat itu
fungsi paru nilai PEFR atau FEV1 menurun.
b. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
dan deformita dinding dada
2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbondioksida
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
laju metabolic, dyspnea saat makan, kelemahan otot pengunyah
6. Gangguan pola tidur Berhubungan dengan ansietas
2. Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah faktor
yang dapat menghambat
jalan nafas.
3. Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan retensi
karbondioksida
I. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
J. EVALUASI
1. Evaluasi Formaatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap pasien
terhadap respon langsung pada ntervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Mereflesikan rekapiyulasi dan synopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan pasien terhadap waktu)
Poer, 2012