Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
A. Negara Suriah
Hubungan Indonesia dengan Suriah telah dibangun resmi pada 1949, dan ada di antara pengakuan internasional paling
awal atas kemerdekaan Indonesia. Kedua negara mempunyai persepsi umum terkait isu Palestina, Irak dan Lebanon,
dan Indonesia selalu mendukung Suriah dalam forum internasional perihal isu Dataran Tinggi Golan. Berkaitan dengan
kejadian perang sipil Suriah saat ini, Indonesia telah mendorong semua partai di Suriah menghentikan kekerasan,
sambil berjanji menyediakan US$500.000 senilai bantuan kemanusiaan negara Suriah yang dilanda konflik pada 2014.
Sebelumnya Indonesia telah mendonasikan dengan jumlah yang sama ke Suriah pada 2012 dan 2013 di bawah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Indonesia mempunyai kedutaan besar di Damaskus, sedang Suriah memiliki
kedutaan besar di Jakarta. Kedua negara merupakan anggota Gerakan Non-Blok dan Organisasi Kerja Sama Islam.
Sepanjang Revolusi Nasional Indonesia, Suriah termasuk negara paling awal, yang mendukung dan mengakui
kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1947, perwakilan Suriah di PBB, Faris Al-Khouri, telah mendorong agenda
"pertanyaan Indonesia" yang akan didiskusikan dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memicu
dorongan internasional demi menghentikan Aksi Polisionil Belanda dan pada akhirnya berujung ke Konferensi Meja
Bundar pada tahun 1949. Suriah adalah negara kedua yang mengakui kemerdekaan Indonesia setelah Mesir. Hubungan
diplomatik telah terbangun secara tepat dan cepat pada tahun 1949.
B. Negara Lebanon
Sebuah hubungan bilateral terhadap negara lain cenderung didasari atas sejarah, kepentingan bersama, persamaan
nasib maupun rasa kepedulian yang tinggi. Seperti halnya negara Lebanon dengan Indonesia. Lebanon juga negara
yang pernah mengalami penjajahan oleh negara lain yaitu Perancis.
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Lebanon dimulai dengan pengakuan Republik Indonesia oleh Presiden
Lebanon Bechara El-Khoury pada 29 Juli 1947 sehingga menambah daftar negara yang ikut membantu Indonesia
dalam mendapatkan pengakuan Internasional menuju KMB. Lebanon adalah negara ketiga yang mengakui kedaulatan
Indonesia setelah Mesir dan Suriah.
Hubungan diplomatik secara resmi didirikan pada tahun 1950, melalui kedutaan Indonesia di Kairo yang juga
terakreditasi untuk Lebanon. Pada pertengahan tahun 1950-an Indonesia mendirikan kantor perwakilan mereka di
Beirut, namun ditutup pada tahun 1976 karena Perang Saudara Lebanon. Pada tahun 1995 Lebanon mendirikan
kedutaan mereka di Jakarta, dan membalas Indonesia di tahun berikutnya. Indonesia mendirikan kedutaan mereka di
Beirut pada tahun 1996, dan konsulat jenderal di Tripoli pada tahun 1997, kota terbesar kedua di Lebanon.
Pada tahun 2006 Indonesia mengirimkan kontingen lebih dari 1.000 tentara sebagai anggota pasukan penjaga
perdamaian PBB di Lebanon selatan.
C. Negara Irak
Hubungan antara Irak dan Indonesia telah dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Irak Kuno dan kepulauan Indonesia
yang terhubung ke jalur sutera maritim perdagangan Samudera Hindia, dimana barang-barang dan ide-ide
dipertukarkan. Kekaisaran Sriwijaya pada abad ke-8 telah memiliki kontak dengan kekhalifahan Islam di Timur
Tengah. Pada abad ke-13 Islam tiba di Indonesia, dan perlahan-lahan menjadi agama mayoritas di Nusantara sejak
abad ke-16
Islam menjadi penghubung antara Indonesia dan Irak, yang menyebabkan sejumlah pedagang dan ulama menyebarkan
Islam ke kepulauan Indonesia. Sejumlah buku bahasa Arab dan literatur dibawa melalui hubungan perdagangan dan
pelabuhan, dan akhirnya mencapai Indonesia. Cerita Seribu satu malam telah mempengaruhi imajinasi orang
Indonesia.
Setelah Perang Dunia II, Irak menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Irak memberikan pengakuan secara de facto sekaligus ikut mendorong tercapainya pengakuan de jure
Setelah Indonesia benar-benar merdeka dan memiliki kedaulatan yang sah, kedua negara semakin menjalin hubungan
diplomatik yang diresmikan pada tahun 1950. Indonesia dan Irak juga tergabung dalam Gerakan Non Blok (GNB) dan
Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia dan masyarakat menolak kampanye militer pimpinan AS terhadap Irak. Lebih
dari 50.000 orang Indonesia memadati jalan-jalan ibukota Indonesia, Jakarta pada Minggu, 9 Februari, 2003, untuk
memprotes ancaman Amerika Serikat dari aksi militer terhadap Irak. Pada puncak Perang Irak, Indonesia menutup
sementara kedutaannya di Baghdad pada tahun 2003. Karena situasi keamanan secara bertahap meningkat di Irak,
Indonesia membuka kembali kedutaannya pada Juni 2011. Sejak itu, hubungan kedua negara telah berkembang dengan
cepat. Kedua negara sedang dalam proses menghidupkan kembali hubungan bilateral mereka, yang terhenti karena
perang di Irak.
D. Negara Vatican
Keputusan Vatican mengakui kedaulatan Indonesia membuat terkejut negara-negara di Eropa, sebab pada saat itu
Indonesia dijajah oleh bangsa Eropa sendiri yaitu Belanda. Vatican turut andil dalam mendapatkan pengakuan
kemerdekaan dari negara lain. Perhatian Vatican terhadap Indonesia telah meningkat sejak Indonesia masih dijajah
oleh Jepang. Jepang telah merampas gereja-gereja katholik, pertapaan-pertapaan ordo, rumah sakit sekaligus
mengambil asset milik umat katholik di Indonesia.
Perhatian Vatican terhadap kemerdekaan RI juga dikarenakan perjuangan seorang pribumi yang merupakan uskup
Katholik Semarang bernama Mgr. Albertus Soegijapranata. Jiwa nasionalisme dan jiwa kemanusiaan Soegijapranata
telah melahirkan perjuangan untuk mendorong pemuda/i terlibat dalam berbagai pertempuran dan diplomasi demi
tercapainya kemerdekaan Indonesia.
E. Negara Palestina
Ketika Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Dunia belum mengakuinya.
H. Agus Salim pun menggalang dukungan ke Negara-negara di Timur Tengah. Namun, saat itu belum juga mendapat
dukungan yang signifikan. Dan saat itu, Palestina tampil sebagai Negara pertama kali yang mengakuinya.
Ketika tidak ada suatu negara dan pemimpin dunia yang berani memberi dukungan secara tegas dan terbuka terhadap
kemerdekaan bangsa Indonesia, maka dengan keberaniannya, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mufti Palestina
menyampaikan selamat atas kemerdekaan Indonesia.
Pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ beliau ke seluruh dunia Islam,
bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, beliau pun mendesak agar Negara-negara Timur Tengah mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga
berhasil meyakinkan Mesir dan kemudian diikuti oleh Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, Arab Saudi, dan Afghanistan
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.
Seorang yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher (seorang saudagar kaya
Palestina) spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah
semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir.
RESPON INTERNASIONAL TERHADAP KEMERDEKAAN RI
Pada tanggal 1 Agustus 1947 DK PBB mengeluarkan resolusi yang mengajak kedua belah pihak untuk
menghentikan tembak menembak, menyelesaikan pertikaian melalui arbitrase atau dengan cara damai yang
lain
Pada tanggal 4 Agustus 1947 DK PBB mengeluarkan perintah kepada Belanda dan Indonesia untuk
menghentikan permusuhan diantara mereka dan aksi tembak menembak
Pada tanggal 7 Agustus 1947 DK PBB mulai membahas masalah Indonesia dan Belanda dalam
agendanya
Pada tanggal 25 Agustus 1947 DK PBB menerima usul AS tentang pembentukan pembentukan Komisi
Jasa-Jasa Baik (Committee of Good Offices) untuk membantu menyelesaikan pertikaian Indonesia-
Belanda. Komisi inilah yang kemudian dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN), yang terdiri atas:
a. Australia (diwakili oleh Richard C. Kirby), atas pilihan Indonesia
b. Belgia (diwakili oleh Paul Van Zeeland), atas pilihan Belanda
c. Amerika Serikat (diwakili oleh Dr. Frank Porter Graham), atas pilihan Australia dan Belgia.
Pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang disampaikan kepada
Indonesia dan Belanda sebagai berikut ;
a. Mendesak Belanda untuk segera dan sungguh-sungguh menghentikan seluruh operasi militernya
dan mendesak pemerintah RI untuk memerintahkan kesatuan-kesatuan gerilya supaya segera
menghentikan aksi gerilya mereka.
Mendesak Belanda untuk membebaskan dengan segera tanpa syarat Presiden dan Wakil
Presiden beserta tawanan politik yang ditahan sejak 17 Desember 1948 di wilayah RI;
pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta dan membantu pengembalian pegawai-pegawai
RI ke Yogyakarta agar mereka dapat menjalankan tugasnya dalam suasana yang benar-benar
bebas.
Menganjurkan agar RI dan Belanda membuka kembali perundingan atas dasar persetujuan
Linggarjati dan Renville, dan terutama berdasarkan pembentukan suatu pemerintah ad interim
federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949, Pemilihan untuk Dewan Pembuatan Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia Serikat selambat-Iambatnya pada tanggal l Juli 1949.
b. Sebagai tambahan dari putusan Dewan Keamanan, Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI
(United Nations Commission for Indonesia = Komisi PBB untuk Indonesia dengan kekuasaan yang lebih
besar dari KTN. UNCI berhak mengambil keputusan yang mengikat berdasarkan suara Mayoritas.
Anggota UNCI terdiri dari: Merle Cochran (AS), Critchley (Australia), dan Harremans (Belgia). Tugas
UNCI adalah membantu melancarkan perundingan-perundingan untuk mengurus pengembalian
kekuasaan pemerintah Republik; untuk mengamati pemilihan dan berhak memajukan usul-usul mengenai
berbagai hal yang dapat membantu tercapainya penyelesaian.
Indonesia menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1950
5. KMB dan Pengakuan Belanda terhadap Kemerdekaan RI
5.1 Pengertian
Konferensi Meja Bundar adalah konferensi yang dilakukan oleh Belanda dan Indonesia di Den Haag Belanda
pada tanggal 23 Agustus 1949 – 2 November 1949 yang terjadi di gedung perlemen Belanda.
5.2 Latar Belakang KMB
Kegagalan dari usaha Belanda untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan kekerasan
Tindak lanjut dari semua perundingan yang pernah dilakukan Indonesia dengan Belanda
5.3 Tujuan
- UNCI (Chritcley)
Positif:
- Belanda mengakui Indonesia (Penyerahan Kedaulatan)
- Konflik Belanda dan Indonesia dapat segera diakhiri dan pembangunan dapat segera dimulai
Negatif:
- Irian Barat belum menjadi bagian dari Indonesia (menjadi bagian Indonesia kembali pada tahun 1969)
Alasan Belanda menunda penyerahan Irian Barat:
Irian Barat kaya akan bahan tambang
Irian Barat akan dijadikan sebagai basis penyebaran agama Kristen di wilayah Asia Pasifik
Menjaga kehormatan Belanda di mata dunia
Irian Barat ingin dijadikan negara boneka Belanda
5.7 Penyerahan Kedaulatan RI
Setelah KMB dilaksanakan dilakukan penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia di 2 tempat pada
tanggal 27 Desember 1949. Pada tanggal 23 Desember 1949 wakil dari Indonesia berangkat ke Belanda
Belanda
Penyerahan kedaulatan di Belanda terjadi di ruang takhta Amsterdam Wakil dari Indonesia:
Moh. Hatta
Wakil dari Belanda: Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, dan Menteri Seberang
Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen
Indonesia
Wakil dari Indonesia: Sultan Hamengkubuwono IX Wakil dari Belanda:
A.H.J Lovink