Está en la página 1de 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Praktik Klinik Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

FITRI NURAINI
J230170091

PROGRAM PROFESI NERS XVIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
PNEUMONIA
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakateri, mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi ( Nurarif dan Kusuma, 2013).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma
paru yang terjadi pada anak (Suriadi dan Yuliani, 2010).

B. Etiologi
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya
infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh streptoccus pneumonia, melalui
selang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator
oleh P. Aeruginosa dan enterobacter dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negatif pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal atau jamak ataupaska terapi
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu tingkat berat sakit, adanya resiko untuk
jenis pathogen tertentu dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman,penumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau
lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.

2
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang
biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur, dan
cacing (Nurarif dan Kusuma, 2013).

C. Klasifikasi Berdasarkan Anatomi dan Etiologis


1. Pembagian anatomis
a) Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
sebagian pneumonia paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
b) Pneumonia lobaris (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut pneumonia loburalis.
c) Pneumonia interstitial (bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular.
2. Pembagian etilogis
a) Bacteria : diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, bacillus
friedlander, mycobacterium tuberkolusis
b) Virus : respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus
sitomegalitik
c) Mycoplasma pneumonia
d) Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus
neuroformans,blastomyces dermatitides, coccidodies immitis,
aspergilus species, candida albicans.
e) Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing.
f) Pneumonia hipostatik

3
g) Sindrom loeffler (Nurarif dan Kusuma, 2013).

D. Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan- 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 – 40,5
bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsangan atau
terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan
kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kerning dan
brudzinski dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal umum yang disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Sering kali berupa awal dari penyakit. Menetap sampai
derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari
penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sememtara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe atau tahap
infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.

4
10. Bunyi pernafasan seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang
lebih besar. Ditandai dengan anak menolak untuk minum dan makan per
oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan dan minum,
atau memuntahkan semua, kejang, latargis atau tidak sadar, sianosis,
distress pernafasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja.
Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50 x/menit dan pada umur 1 tahun- 5
tahun > 40x/menit (Nurarif dan Kusuma, 2013).

E. Patofisiologi
Dari berbagai macam penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur,
dan riketsia, pneumonitis hypersensitive dapat menyebabkan penyakit primer.
Pneumonia juga dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling jelas adalah pada
klien yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi
saluran pernafasan atas yang terinfeksi, namun tidak semua kolonisasi akan
mengakibatkan pneumonia.
Mikroorganisme dapat mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme
dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui
sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau
bertahan dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk,

5
kliens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu
yang rentan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri,
melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi
dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa
mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan membrane
alveolokapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales
terminalisterisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan
abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh
staphilococcuc atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim
paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang
respons inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang
selanjutnya mengarah pada perubahan-perubahan lain . sedangkan pada
pneumonia viral disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan self-
limited tetapi dapat membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan
memberikan suatu lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan
merusak sel-sel epitel bersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen
ke jalan nafas bagian bawah.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Photo rontgen
2. WBC (White blood cell) biasanya kurang dari 20.000 ( Suriadi dan
Yuliani, 2010).

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan untuk pneumonia tergantung pada penyebab sesuai dengan
yang ditemukan oleh pemeriksaan sputum. Pengobatan dan mencakup, antara
lain:
1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus dirawat
3. Berikan oksigen, fisioterapi dada dan cairan intravena

6
4. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik.
5. Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis pneumonia lain juga
dapat diobati dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi bakteri
sekunder
6. Istrahat
7. Hidrasi untuk membantu melancarkan sekresi
8. Tekhnik-tekhnik bernafas dalam untuk menningktakan ventilasi alveolus
dan mengurang resiko atelektasis.
9. Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikroorganisme yang
diidentifikasi dari biakan sputum ( Suriadi dan Yuliani, 2010)

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEUMONIA


Berikut ini Pengkajian Asuhan Keperawatan untuk pasien penderita
Pneumonia:
1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan dan insomnia


Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya/ GJK kronik


Tanda : Takikardia penampilan kemerahan atau cepat

c. Integritas ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah financial

d. Makanan atau cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan mual atau muntah dan


adanya riwayat DM
Tanda : Distensi Abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
tugor kulit buruk dan penampilan kakexia (malnutrisi).

7
e. Neurosor

Gejala : Sakit kepala daerah frontal (Influenza)


Tanda : perubahan mental (bingung, samnolen)

f. Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk,


nyeri dada substernal (Influenza), mialgia dan artalgia
Tanda : Melindungi area yang sakit (penderita biasanya tidur pada sisi
yang sakit untuk mengatasi pergerakan)

g. Pernafasan

Gejala : Riwayat adanya atau ISK Kronis, PPOM, merokok Takipnea,


dispnea, progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot
aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum, merah muda, berkarat, purulen.
Perkusi : Pekak diatas area yang konsolidasi
Pramitus : Taktil dan vocal terhadap meningkat konsilidasi
gesekan triksi pleura
Bunyi nafas : Menurun atau tidak ada diatas area terlibat, nafas
bronchial
Warna : Pucat atau sianosis bibir atau kuku

h. Keamanan

Gejala : Riwayat gangguan system imun, misal SLE, AIDS,


penggunaan steroid atau khemoterapi Insitusinalisai,
ketikmampuan umum demam.
Tanda :Berkeringat menggigil berulang, gemetarKemerahan mungkin
pada kasus rubeola, Varisela

i. Penyuluhan atau pembelajaran

8
Gejala : Riwayat mengalami pembedahan
I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA NIC-NOC (2013), berikut Diagnosa Keperawatan beserta
Intervensi :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi : Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
Batasan karakteristik :
1. Suara nafas tambahan
2. Perubahan irama nafas
3. Sianosis
4. Gelisah
5. Penurunan bunyi nafas
6. Batuk yang tidak efektif
7. Spuntum dalam jumlah berlebihan
Faktor yang berhubungan :
1. Lingkungan : perokok pasif, mengsisap asap, merokok
2. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, mukus dalam jumlah
berlebihan, sekresi dalam bronki
3. Fisiologi : asma, penyakit paru obstruktif kronik
NOC : Respiratory status : ventilation, Respiratory status : airway patency
Kriteria hasil : Tidak ada sianosis, Menunjukan jalan nafas yang paten, suara
nafas bersih, tidak ada suara nafas abnormal
Intervensi Keperawatan :
Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji Keadaan Umum dan Vital 1. Untuk mengetahui kondisi klien secara
sign. umum.
2. Posisikan klien untuk 2. Membuka jalan nafas
memaksimalkan ventilasi
3. Kolaborasi pemberian 3. Untuk mengeluarkan sputum atau
bronkodilator dengan tim lendir di saluran nafas dan paru.
medis

9
b. Ketidakefektifan pola nafas
Definisi : Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
Batasan karakteristik :
1. Perubahan kedalaman pernafasan
2. Bradipneu
3. Pernafasan cuping hidung
4. Penggunaan ototaksesorius untuk bernafas
5. Perubahan ekskursi dada
6. Dipsneu
Faktor yang berhubungan : Ansietas, Posisi tubuh, Keletihan nyeri , Obstruksi
jalan nafas, Hiperventilasi
NOC : Respiratory status : ventilation, Respiratory status : airway patency,
vital sign status
Kriteria hasil : Tidak ada sianosis, Menunjukan jalan nafas yang paten, suara
nafas bersih, tidak ada suara nafas abnormal, TTV dalam
batas normal
Intervensi Keperawatan :
Intervensi keperawatan Rasional
1. Monitor TTV & Keadaan 1. Mengetahui status keadaan umum
Umum klien
2. Kaji frekuensi, kedalaman 2. Mengetahui kedalaman pernafasan
pernafasan
3. Auskultasi bunyi nafas, catat 3. Mengetahui suara nafas paru.
adanya suara tambahan
4. Posisikan klien untuk 4. Membantu membuka jalan nafas ke
memaksimalkan ventilasi paru
5. Pertahankan dan monitor 5. Membantu mencukupi kebutuhan O2
pemberian oksigen 6. Untuk mengetahui kelembapan kulit
6. Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit

10
c. Defisiensi Pengetahuan
Definisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu
Batasan karakteristik : perilaku hiperbola, ketidakakuratan mengikuti
perintah, perilaku tidak tepat (misalnya agitasi, apatis)
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, kurang pajanan, tidak
familier dengan sumber informasi
NOC : knowledge : disease process, knowledge : health behavior
Kriteria hasil : pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji pengetahuan keluarga klien 1. Mengetahui tingkat pengetahuan
tentang penyakit yang dialami keluarga tentang penyakit
klien
2. Gambarkan tanda dan gelaja 2. Memungkinkan keluarga mengetahui
yang biasa muncul pada tanda tanda yang dialami klien
penyakit tersebut
3. Identifikasi kemungkinan 3. Memunginkan keluarga dapat
penyebab penyakit mengurangi faktor resiko penyebab
4. Diskusikan dengan keluarga penyakit
pilihan terapi atau penanganan 4. Menentukan terapi yang tepat untuk
untuk klien klien
5. Berikan informasi kepada 5. Meningkatkan pengetahuan keluarga
keluarga tentang cara tentang cara penanganan dan
penanganan dan pencegahan pencegahan
penyakit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn (2004). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Nurarif, Amin H dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Yogyakarta :
MedAction Publishing.

Smeltzer SC, Bare B.G (2004). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
I, Jakarta : EGC.

Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Buku Pegangan Praktik Klinik : Asuhan
Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto.

12

También podría gustarte