Está en la página 1de 14

BAB 4.

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

1. Identitas Klien:
1. Nama
Nama klien dibutuhkan sebagai identitas klien.
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang dominan antara banyaknya penderita moniliasis anak laki-laki dan
perempuan.
3. Umur
Moniliasis/trush adalah penyakit yang sering terjadi pada anak, terutama pada masa bayi. Seiring
dengan bertambahnya usia maka angka kejadian semakin jarang.
4. Alamat
Alamat klien dapat mengindikasikan lingkungan klien yang dapat berpengaruh terhadap sehat
sakit klien.Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya moniliasis/trush pada anak yaitu
pola kebersihan yang cenderung kurang.Selain itu, orang tua jarang mencuci tangan saat
merawat atau menetekkan bayinya, serta kebersihan botol atau putting ketika menyusui bayi juga
kurang diperhatikan.
5. Sumber informasi
Sumber informasi ini dapat diperoleh dari orang tua klien.
6. Tanggal MRS
Tanggal masuk rumah sakit sangat penting sebagai data pada identitas klien
7. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sebagai data pada identitas klien sehingga perawat lebih mudah
mengidentifikasi dan melakukan asuhan keperawatan pada klien

2. Keluhan Utama
Anak dengan moniliasis/trush, pada mulutnya tampak bercak keputihan, terutama pada lidah dan
pipi bagian dalam yang sulit dibersihkan dan anak menolak untuk minum.

a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang
Anak dengan moniliasis/trush mengalami sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40
derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, menolak untuk makan atau minum,
dan gelisah.Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat bayi sehingga diberikan pengobatan antibiotik yang
lama.Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.
3. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Pada anak dengan moniliasis/trush, biasanya ibu sang anak pernah menderita penyakit, seperti
HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan inveksi jamur vagina.
2) Intra natal:
Pada anak dengan moniliasis/trush biasanya saat proses kelahiran bayi terinveksi jamur dari
vagina ibu.
3) Post natal:
Pada anak dengan moniliasis/trus biasanya orang tua jarang mencuci tangan saat merawat atau
menetekkan bayinya.Selain itu, kebersihan botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang
diperhatikan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan moniliasis/trush biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu pernah
menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan infeksi jamur vagina.Akibat dari
penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh anak dapat menjadi lebih rentan terhadap infeksi
moniliasis. Moniliasis/trush bukan merupakan penyakit keturunan
5. Riwayat Pemberian Imunisasi
Imunisasi yang biasa diberikan untuk penyakit moniliasis yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.

6. Riwayat Tingkat Perkembangan


Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar, motorik halus, dan
bahasa.Tingkat perkembangan pada pasien moniliasis/trush dapat dikaji melalui tingkah laku
pasien maupun informasi dari keluarga. Selain itu, pada anak dengan moniliasis/trush, kebutuhan
akan asupan nutrisinya kurang sehingga akan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembangnya.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: pola hidup sehat anak yang menderita moniliasis/trush
harus ditingkatkan dalam menjaga kebersihan diri, perawatan, dan tatalaksana hidup sehat. Ibu
juga harus melakukan perawatan puting susu dan membersihkannya sebelum memberikan ASI.
2. Pola nutrisi dan metabolisme: anak dengan moniliasis/trush tidak mau minum ASI sehingga
mampu menyebabkan gangguan pola nutrisi dan metabolisme.
3. Pola eliminasi: pola BAB dan BAK pada anak dengan moniliasis/trush akan mengalami
gangguan. Bila bakteri Candida tertelan oleh anak akan menyebabkan diare.
4. Pola aktivitas/bermain: anak biasanya tidak mengalami keterbatasan aktivitas, tetapi anak akan
sering rewel.
5. Pola istirahat dan tidur: anak akan sering menangis karena merasa nyeri pada daerah sekitar oral
sehingga pola istirahat dan tidurnya juga akan terganggu.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang tua terhadap penyakit
yang diderita klien
7. Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak terhadap pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan.
8. Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat dan
mengobati anak dengan moniliasis/trush.
9. Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan
dengan reproduksi sosial. Pada anak yang menderita moniliasis/trush biasanya tidak ada
gangguan dalam reproduksi.
10. Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan semangat sembuh bagi
anak.
11. Pola nilai dan kepercayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar penyakit pada
anaknya dapat sembuh dengan cepat.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : lemah.
TTV :
1. Tekanan Darah : dalam batas normal
2. Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C- 37o C)
3. Nadi : takikardi
4. RR : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
2) Kepala dan leher
Inspeksi :
Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut :distribusi merata
Mata:pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada rongga mulut
Lidah: terdapat bercak – bercak putih pada lidah
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
3) Dada
Inspeksi :simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi :denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas,tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
1. Jantung : dullness
2. Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi dan wheezing
4) Abdomen
Inspeksi : flat/datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : ada bising usus
5) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
6) Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada extremitas

e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada anak dengan moniliasis/trush adalah sebagai
berikut:
1) Laboratorium: ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa.
2) Pemeriksaan endoskopi hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan
pemberian flukonazol.
3) Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4) Diagnosa pasti dengan biopsi

4.2 Diagnosa

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan warna merah dan
mengandung eksudat, gejala semakin berat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mulut,
penurunan nafsu makan
4. Gangguan integritas kulit (mukosa oral) berhubungan dengan infeksi pada mukosa oral
5. Perubahan persepsi sensori pengecapan berhubungan dengan proses infeksi
6. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
7. Risiko konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
8. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
9. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan membuat
penilaian yang tepat
10. Ansietas berhubungan dengan gejala semakin berat
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Diagnosa Tujuan/ kriteria Perencanaan/ Rasional


Keperawatan hasil Intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan1. Berikan kompres1. Di ketiak dan lipatan paha
berhubungan tindakan asuhan hangat di sekitar terdapat banyak pembuluh
dengan proses keperawatan lipatan misalnya, darah besar. Mengurangi
infeksi selama 2 x 24 jam, ketiak dan lipatan panas dengan
suhu tubuh pasien paha. memindahkan panas
akan kembali2. Beri pasien banyak secara konduksi. Air
normal, dengan minum air putih atau hangat dapat mengontrol
kriteria hasil susu lebih dari 1000 pemindahan panas secara
pasien tidak cc/hari. perlahan tanpa
menangis. 3. Ciptakan suasana menyebabkan hipotermi
yang nyaman (atur atau menggigil.
ventilasi) 2. Peningkatan suhu tubuh
4. Anjurkan keluarga mengakibatkan penguapan
untuk tidak tubuh meningkat sehingga
memakaikan selimut perlu diimbangi dengan
dan pakaian yang asupan cairan yang cukup.
tebal pada anak 3. Suhu ruangan harus
5. Observasi tanda diubah untuk
vital mempertahankan suhu
6. Kolaborasikan mendekati normal.
dalam pemberian4. Pakaian tipis membantu
obat antimikroba, mengurangi penguapan
antipiretik, dan tubuh.
pemberian cairan5. Tanda vital merupakan
parenteral acuan untuk mengetahui
keadaan anak setelah
dilakukan tindakan
keperawatan.
6. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.

2 Nyeri akut Setelah dilakukan1. Anjurkan ibu untuk1. Anak akan merasa
berhubungan tindakan asuhan menggendong dan nyaman dalam dekapan
dengan proses keperawatan menenangkan si ibunya
infeksi yang selama 2 x 24 jam, anak misalnya2. Mengalihkan perhatian
menghasilkan nyeri yang mengelus-elus anak terhadap nyeri
bentukan warna dirasakan pasien kepalanya 3. Memastikan kondisi anak
merah dan akan berkurang,2. Ajarkan teknik setelah dilakukan tindakan
mengandung dengan kriteria distraksi pada orang keperawatan.
eksudat, gejala hasil pasien tidak tua misalnya dengan4.
semakin berat menangis dan memberikan anak Menghilangkan/menguran
tampak rileks. mainan gi nyeri
3. Evaluasi status
nyeri, catat lokasi,
karakteristik,
frekuensi, waktu dan
beratnya
4. Kolaborasikan
dalam pemberian
analgesik sesuai
indikasi
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan1. Beri nutrisi dalam1 Memberikan nutrisi yang
kurang dari tindakan asuhan keadaan lunak, porsi adekuat
kebutuhan tubuh keperawatan sedikit tapi sering 2 Mencegah kerusakan
berhubungan selama 2 x 24 jam,2. Hindari makanan integritas pada mukosa
dengan nyeri pada nafsu makan anak dan obat-obatan atau mulut
mulut, penurunan menjadi normal, zat yang dapat3 ASI merupakan nutrisi
nafsu makan dengan kriteria menimbulkan reaksi untuk anak dan dapat
hasil anak tidak alergi pada rongga meningkatkan sistem
menangis dan mulut imun anak
nutrisi terpenuhi3. Anjurkan pada ibu4 Membantu klien untuk
(berat badan untuk terus berusaha memenuhi nutrisi enteral
bertambah). memberikan ASI
untuk anak
4. Kolaborasi
pemasangan NGT
jika anak tidak dapat
makan dan minum
peroral
4 Gangguan Setelah dilakukan1. Anjurkan keluarga1. Kebersihan bayi perlu
integritas kulit tindakan asuhan untuk menjaga dijaga untuk meghindari
(nukosa oral) keperawatan kebersihan bayi bayi dari terjadinya
berhubungan selama 3 x 24 jam,2. Bersihkan mulut infeksi
dengan infeksi integritas kulit bayi dengan jari2. Larutan garam dapat
pada mukosa oral (mukosa oral) yang telah menjadi antiseptik untuk
pasien normal dibungkus dengan membersihkan mulut dari
dengan kriteria kain bersih/kassa bakteri dan jamur.
hasil pasien yang telah dibasahi3. Ibu perlu menjaga
menunjukkan dengan larutan kebersihan terutama
integritas rongga garam mencuci tangan sebelum
oral. 3. Anjurkan ibu untuk dan sesudah menyusui
mencuci tangan bayi untuk menghindari
sebelum dan sesudah adanya transmisi bakteri
melakukan atau jamur pada bayi.
perawatan pada bayi4. Puting susu ibu perlu
4. Anjurkan ibu untuk dibersihkan agar pada saat
selalu menjaga bayi menyusu dapat
kebersihan puting terhindar dari bakteri dan
susu jamur.
5. Gunakan krim anti5. Krim antifungal berguna
fungal pada puting untuk mencegah
susu penyebaran infeksi antara
ibu dan anak.
5 Perubahan persepsi Setelah dilakukan 1. Kaji pola makan
1. Mengetahui keteraturan
sensori pengecapan tindakan asuhan anak pola makan anak ketika
berhubungan keperawatan 2. Berikan makanan sakit dan sebelum sakit
dengan proses selama 3 x 24 jam, yang mudah di telan
2. Memudahkan anak untuk
infeksi perubahan (lunak) menelan
persepsi sensori 3. Berikan makanan
3. Mencukupi kebutuhan
pengecapan pasien dalam porsi yang asupan nutrisi anak
teratasi dengan sedikit tapi sering 4. Meningkatkan kemauan
kriteria hasil 4. Berikan makanan anak untuk makan
pasien mampu dalam tampilan yang
5. Mengatasi dan
semenarik mungkin mengurangi penumpukan
5. Kolaborasikan bercak putih di lidah
dengan tenaga
kesehatan lain dalam
pemberian obat
6 Disfungsi motilitas Setelah dilakukan6. 6.
gastrointestinal tindakan asuhan
berhubungan keperawatan
dengan malnutrisi selama 2 x 24 jam,
7 Risiko konstipasi Setelah dilakukan7. 7.
berhubungan tindakan asuhan
dengan perubahan keperawatan
pola makan selama 2 x 24 jam,
8 Defisit perawatan Setelah dilakukan8. 8.
diri: makan tindakan asuhan
berhubungan keperawatan
dengan kelemahan selama 2 x 24 jam,
9 Ketidakefektifan Setelah dilakukan9. 9.
pemeliharaan tindakan asuhan
kesehatan keperawatan
berhubungan selama 2 x 24 jam,
dengan
ketidakmampuan
membuat penilaian
yang tepat
1 Ansietas Setelah dilakukan10. 10.
0 berhubungan tindakan asuhan
dengan gejala keperawatan
semakin berat selama 1 x 24 jam,
kecemasan pasien
teratasi, denga
kriteria hasil
pasien mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas, serta
menunjukkan
teknik untuk
mengontrol
cemas.
1 Kurang Setelah dilakukan 11. 11.
1 pengetahuan tindakan asuhan
berhubungan keperawatan
dengan kurangnya selama 1 x 24 jam,
informasi pasien
menunjukkan
pengetahuan
tentang penyakit
dengan kriteria
hasil pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit
dan mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
jelas.

1.4 Pelaksanaan

No Diagnosa Keperawatan Pelaksanaan


1 Hipertermi berhubungan 1. Telah diberikan kompres hangat di sekitar lipatan misalnya,
dengan proses infeksi ketiak dan lipatan paha.
2. Telah diberikan minum air putih atau susu lebih dari 1000
cc/hari.
3. Telah diciptakan suasana yang nyaman (atur ventilasi)
4. Telah menganjurkan keluarga untuk tidak memakaikan
selimut dan pakaian yang tebal pada anak
5. Tela dilakukan observasi tanda vital
6. Telah dilakukan kolaborasikan dalam pemberian obat
antimikroba, antipiretik, dan pemberian cairan parenteral
2 Nyeri akut berhubungan
1. Telah menganjurkan ibu untuk menggendong dan
dengan proses infeksi yang menenangkan anak misalnya mengelus-elus kepalanya
menghasilkan bentukan warna
2. Telah mengajarkan teknik distraksi pada orang tua
merah dan mengandung misalnya dengan memberikan anak mainan
eksudat, gejala semakin berat3. Telah dilakukan evaluasi status nyeri, catat lokasi,
karakteristik, frekuensi, waktu dan beratnya
4. Telah dilakukan kolaborasikan dalam pemberian analgesik
sesuai indikasi
3 Perubahan nutrisi kurang dari
1. Telah diberikan nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit
kebutuhan tubuh berhubungan tapi sering
dengan nyeri pada mulut,
2. Telah dianjurkan untuk menghindari makanan dan obat-
penurunan nafsu makan obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut
3. Telah dianjurkan pada ibu untuk terus berusaha
memberikan ASI untuk anak
4. Telah dilakukan kolaborasi pemasangan NGT jika anak
tidak dapat makan dan minum peroral
4 Gangguan integritas kulit
1. Telah menganjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan
(nukosa oral) berhubungan bayi
dengan infeksi pada mukosa
2. Telah dibersihkan mulut bayi dengan jari yang telah
oral dibungkus dengan kain bersih/kassa yang telah dibasahi
dengan larutan garam
3. Telah mengnjurkan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan pada bayi
4. Telah menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan
puting susu
5. Telah diberikan krim anti fungal pada puting susu

4.1 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Hipertermi berhubungan S:orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah tidak panas
dengan proses infeksi lagi sus.”
O: Suhu : 36,5o C
A: Tujuan tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
2 Nyeri akut berhubungan S: orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya sudah tidak
dengan proses infeksi menangis lagi saat menyusu.”
yang menghasilkan O: bercak kemerahan di dalam mulut berkurang
bentukan warna merah dan A: tujuan telah tercapai
mengandung eksudat, P: hentikan tindakan keperawatan
gejala semakin berat

3 Perubahan nutrisi kurang S:orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah mau
dari kebutuhan tubuh meminum ASI saya lagi sus .”
berhubungan dengan nyeri O: berat badan meningkat
pada mulut, penurunan A: tujuan telah tercapai
nafsu makan P: hentikan tindakan keperawatan.
4 Gangguan integritas kulit S:orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya sudah tidak
(nukosa oral) berhubungan sering menangis lagi.”
dengan infeksi pada O: bayi terlihat lebih tenang
mukosa oral A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan.

Kesimpulan

Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan bahwa kandidiasi


(moniliasis) adalah suatu infeksi jamur Candidia, yang sebelumnya disebut monilia.Candida
biasanya menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).Kadang jamur ini
menyusup ke jaringan yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik,
yang bisa berakibat fatal.Infeksi ini lebih sering menyerang bayi terutama pada bagian mulut
bayi dan orang dewasa biasanya juga pada daerah mulut dan vagina, biasanya penderita ini
karena tubuhnya mengalami kelemahan.
S

También podría gustarte