Está en la página 1de 32

Press question mark to see available shortcut keys

Discover

Join Google+
Report an issue

Help

©2018 Google • Privacy Policy • Terms of Service • Maps Terms

Search Go

Sign in

Mutmainnah Ishaka
Public
May 23, 2015

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “M”


NEONATUS CUKUP BULAN (NCB) SESUAI MASA KEHAMILAN (SMK)
USIA 0 MENIT DENGAN ASFIKSIA BERATDI BPS NY. YENIE IKA S. ST
GONDANG MOJOKERTO
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
MARIA SILVANI S. NINDYA RIZKA Y.
MULIANTI NOURMA ZULIANA R.
MUTMAINNAH NOVI RATNASARI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
KOTA KEDIRI
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian perinatal salah satu yang terbanyakdisebabkan oleh asfiksia. Hal ini
ditemukan baik di lapangan maupun di rumah sakit rujukan di Indonesia. Asfiksia
neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya,umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
Laporan dari Jurnal KesehatanThe Lancet menyebutkan bahwa 7.000 bayi
meninggal dunia setiap harinya dan 98 % terjadi di negara-negara miskin. Menurut
WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami
asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan).
Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia
adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan
kelainan kongenital. AKI Jawa Timur tahun 2014 sebesar 97,39/100 ribu kelahiran
hidup. Dari sasaran 25.119 bayi di Kota Kediri tahun 2014, diketahui jumlah bayi
risiko tinggi mencapai 3.768 bayi. Dari jumlah itu tercatat 154 kematian bayi per
September 2014. Pada 2013 tercatat 227 kematian bayi dan di 2012 tercatat 257
kematian bayi. Penyebab kematian bayi antara lain bayi berat lahir rendah (BBLR),
"asfiksia" atau gagal bernafas, kelainan bawaan, infeksi dan lain-lain. Di Rumah
Sakit Gambiran sendiri pada tahun 2014 terdapat 20 kasus asfiksia neonaturum.
Pada dasarnya penyebab asfiksia secara umum disebabkan oleh berbagai faktor,
yakni faktor dari ibu, faktor dari bayi dan faktor dari tali pusat. Bahwa 50% kematian
bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal
yang banyak menentukan penurunan kematian perinatal ialah tingkat kesehatan
serta gizi wanita dan mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri.
1

Asfiksia atau gagal nafas berdampak pada suplai oksigen ke tubuh menjadi
terhambat, jika terlalu lama membuat bayi menjadi koma, walaupun sadar dari koma
bayi akan mengalami cacat otak. Kejadian asfiksiajika berlangsung terlalu lama
dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan
tumbuh kembang.Asfiksia juga dapat menimbulkan cacat seumur hidup seperti buta,
tuli, cacat otak dan kematian.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas,
asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga
professional. Untuk menurunkan angka kematian BBL karena asfiksia, persalinan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manajemen asfiksia pada BBL. Kemampuan dan keterampilan ini
digunakan setiap kali menolong persalinan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan kepada Neonatus Cukup Bulan Sesuai masa
Kehamilan usia 0 menitdengan asfiksia berat dan menggunakan manajemen Varney
secara komprehensif
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data dengan benar kepada Neonatus Cukup
Bulan Sesuai masa Kehamilan usia 0 menitdengan asfiksia berat.
b. Mampu menginterpretasi data untuk menegakkan diagnosa kepada Neonatus
Cukup Bulan Sesuai masa Kehamilan usia 0 menitdengan asfiksia berat.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial kepada Neonatus
Cukup Bulan Sesuai masa Kehamilan usia 0 menitdengan asfiksia berat.
d. Mampu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera kepada Neonatus Cukup Bulan Sesuai masa Kehamilan usia 0
menitdengan asfiksia berat.
e. Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh kepada Neonatus Cukup
Bulan Sesuai masa Kehamilan usia 0 menitdengan asfiksia berat.
f. Mampu melaksanakan asuhan sesuai perencanaan kepada bayi Neonatus
Cukup Bulan Sesuai masa Kehamilan usia 0 menitdengan asfiksia berat.
g.
2
Mampu mengevaluasi hasil tindakan kepada Neonatus Cukup Bulan Sesuai masa
Kehamilan usia 0 menitdengan asfiksia berat.
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.3.1 Anamnesa
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan disini diambil berdasarkan tanya
jawab.
1.3.2 Pengamatan
Semua bahan yang dalam pembahasan disini telah dilakukan pengamatan secara
langsung.
1.3.3 Studi Kasus
Semua bahan dalam pembahasan disini berdasarkan kasus yang benar-benar ada
dan benar-benar terjadi.
1.3.4 Studi Pustaka
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan ini diambil dari beberapa
referensi/buku yang berhubungan dengan kasus dalam masalah ini.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 : Konsep Teori dan Konsep Manajemen Kasus
2.1 Konsep Teori
2.2 Konsep Manajemen Kasus

BAB 3 : Tinjauan Kasus


3.1 Pengkajian Data
3.2 Interprestasi Data
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segara
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB 4 : Pembahasan
BAB 5 : Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
4
Daftar Pustaka
BAB 2
KONSEP TEORI DAN KONSEP MANAJEMEN KASUS

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Bayi Baru Lahir Normal
a. Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai
apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
Ciri- ciri bayi baru lahir normal
1. Lahir aterm antara 37-42 minggu
2. Berat badan 2500- 4000 gram
3. Panjang badan 48- 52 cm
4. Ligkar dada 30- 38 cm
5. Lingkar kepala 33-35 cm
6. Lingkar lengan 11- 12 cm
7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
8. Pernafasan 40-60 x /menit
9. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
11. Kuku agak panjang dan lemas
12. Nilai APGAR>7
13. Gerak aktif
14.
5
Bayi lahir langsung menangis kuat
15. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sucking(isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
17. Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
18. Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik
19. Genitalia
a. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
sokrotum dan penis yang berlubang
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang
berlubang , serta adanya labia minora telah menutupi mayora
c. Tahapan Bayi Baru Lahir :
1. Tahap I :
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.Pada tahap ini di
gunakan system scoring apgar untuk fisik.
2. Tahap II :
Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24
jam pertama terhadap ada nya perubahan perilaku.
3. Tahap III :
Disebut tahap periodik, pengkajian di lakukan 24 jam pertama yang meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh.

6
d. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
1. Menilai bayi dengan cepat( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat
terlalu pendek, meletakkan bayi ditempat yang memungkinkan).
2. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kotak kulit ibu- bayi lakukan penyuntikan oksitosin im.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi,
melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2
cm dari klem pertama (kearah ibu).
4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka.
6. Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
2.1.2 Asfiksia Neonatorum
a. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya.

b. Etiologi dan Faktor Predisposisi


1. Faktor Ibu
· Preeklamsia dan eklamsia.
· Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau plasenta).
· Partus lama atau partus macet.
· Demam selama persalinan.
· Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
· Kehamilan post matur.
· Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Faktor Bayi
· Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
· Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi
vakum, forsef).
· Kelainan kongenital.
· Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
3. Faktor Tali Pusat
· Lilitan tali pusat.
· Tali pusat pendek.
· Simpul tali pusat.
· Prolapsus tali pusat.
c. Komplikasi
Komplikasi ini meliputi beberapa organ:
1. Otak: hipokstik iskemik ensefalopati, edeme serebri, palsi selebralis
2. Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum,
pendarahan paru, edema paru.
3. Gastrointestinal: enterokolitis nekotrikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut
5. Hematologi

d. Diagnosis
Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan denganmelakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
1) Denyut jantung janin
· DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
· Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur
· Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang
tidak teratur.
2) Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi
rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka
3) Pernapasan
Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan
paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru
tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti
napas komplet. Kejadian ini disebut apnue primer
4) Usia Ibu
9
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20
tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan
alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua
(diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ
reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity
merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas
asfiksia, sedangkan umur tua (> 35 tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran
untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi
perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir
dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir
5) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
lebih dari 4 mempunyai angka kematian maternal yang disebabkan perdarahan
pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu
dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidak
mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas.
10
Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun
secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor
resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia,
sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk
menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi
perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir
dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir.
6) Lama persalinan
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah
ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang
dapat menyebabkan terjadi asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau
partus macet dan persalinan sulit, seperti letak sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum dan forsep.
Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap
fasenya. Kala 1 selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada primigravida
berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
e. Tanda dan gejala
1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul
pada asfiksiam berat adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi nafas, yaitu <40 per menit.
2) Tidak ada usaha napas
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
4) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
11
2) Usaha nafas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
5) Bayi tampak siannosis
3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1) Bayi tampak sianosis
2) Adanya retraksi sela iga
3) Bayi merintih
4) Adanya pernafasan cuping hidung
5) Bayi kurang aktifitas
f. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
1. Penilaian Awal
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada
semua bayi dengan cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus
menjawab segera dalam waktu singkat.
1) Apakah bayi lahir cukup bulan ?
2) Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
3) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ?
4) Apakah tonus otot baik ?
12
Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan
resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal. Bila salah satu
atau lebih jawaban “Tidak”, bayi memerlukan tindakan resusitasi. Segera dimulai
dengan langkah awal resusitasi.
2. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir
PENILAIAN
Sebelum bayi lahir :
· Apakah kehamilan cukup bulan ?
· Sebelum bayi lahir :
· Apakah airketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna kehijauan) ?
Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) :
· Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap ?
· Menilai apakah tonus otot baik ?
KEPUTUSAN
Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :
· Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/tidak bernapas dan atau
tonus otot bayi tidak baik
· Air ketuban bercampur mekonium.
TINDAKAN
Mulai lakukan resusitasi segera jika :
· Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak bernapas dan
tonus otot bayi tidak baik :
· Lakukan tindakan resusitasi BBL
Air ketuban bercampur mekonium :
· Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya

3. Hal penting dalam penilaian asfiksia


13
Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan
tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan tersebut.
Penilaian selanjutnya adalah dasar untuk menentukan kesimpulan dan tindakan
berikutnya. Upaya resusitasi yang efektif dan efisien berlangsung melalui rangkaian
tindakan, yaitu penilaian, pengambilan keputusan dan selanjutnya tindakan lanjut.
Rangkaian tindakan ini merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda
melakukan rangsangan taktil anda sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar
penilaian ini anda akan melakukan langkah berikutnya. Apabila penilaian
pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak
adekuat, anda sudah menentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
berikutnya, yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya
apabila pernafasannya normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut
jantung bayi. Segera setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai
dampaknya pada bayi dan membuat kesimpulan untuk tahap berikutnya.
14
Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi
lahir, akan tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi
memerlukan intervensi berdasarkan pernafasan, denyut jantung, atau warna bayi,
maka penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan
sampai terlambat karena menunggu penilaian APGAR 1 menit. Keterlambatan
tindakan sangat membahayakan, terutama pada bayi yang mengalami depresi
berat. Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan pada
awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan
penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit
dan 5 menit. Apabila nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap
5 menit sampai 20 menit atau sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau
lebih. Penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan resusitasi, dibuat
berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua BBL.
Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut. Penilaian
berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.
Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus
menilai, menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali.
4. Tiga point pengkajian klinis
1). Pernapasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan
auskultasi jika perlu. Kemungkinan adanya pola pernapasan abnormal, seperti
pergerakan dada asimetris, napas tersenggal, atau mendengur.
Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat
(lambat dan tidak teratur), atau tidak ada sama sekali.
2). Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau merasakan
denyutan umbilicus.
Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan titik
batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. Catatan :
bayi dengan frekuensi jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung,
membutuhkan pendekatan yang lebih darurat. Awalnya, curah jantung mungkin
tidak mampu mencukupi perfusi arteri koroner, sampai pada akhirnya tidak mampu
sama sekali, walaupun dilakukan ventilasi.
3). Warna
15
Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis
perifer (akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama
bahkan hari. Bayi yang pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat.
Tentukan apakah bayi bewarna merah mudah, biru atau pucat.
Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua komponen
lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan.
Tabel 2.1. Skala pengamatan APGAR score
Aspek pengamatan bayi baru lahir
Skor
0
1
2
Appeareance (Warna kulit)
Seluruh tubuh bayi berwarna kebiruan .atau pucat
Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan
Warna kulit seluruh tubuh normal
Pulse
(Nadi)
Denyut jantung tidak ada
Denyut jantung <100 kali permenit
Denyut jantung >100 kali permenit
Grimace (Respon refleks)
Tidak ada respon terhadap stimulasi
Wajah meringis saat distimulasi
Meringis, menarik, batuk atau bersin saat stimulasi
Activity
(Tonus otot)
Lemah, tidak ada gerakan
Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
Bergerak aktif dan spontan
Respiratory (Pernafasan)
Tidak bernafas, pernafasan lambat dan tidak teratur
Menangis lemah, terdengar seperti merintih
Menangis kuat, pernafasan baik dan teratur

16

g. Penatalaksanaan Asfiksia
1) Persiapan resusitasi bayi baru lahir
a) Persiapan keluarga
sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang
dilakukan oleh penolong persalinan untuk membantu kelancaran persalinan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.
b) Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih
dan kering. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat
resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya : lampu sorot) dan tidak
banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu
sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax).
Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi
c) Persiapan alat resusitasi
sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
· 2 helai kain/handuk
· Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil digulung setinggi 5cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi
· Alat penghisap lendir Dee Lee atau bola karet
·
17
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
· Kotak alat resusitasi
· Jam atau pencatat waktu
2) Penilaian segera
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut bawah ibu atau dekat perineum (harud
bersih dan kering). Cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan
kain/handuk yang telah disiapkan sambil melakukan penilaian dengan menjawab 2
pertanyaan :
· Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?
· Apakah bayi lemas
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu
resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan pertolongan dapat
membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat dan pindahkan bayi
ke tempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal
resusitasi
3) Langkah-langkah resusitasi bayi baru lahir
Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia dan terrselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian hari.
Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena disamping
menangani ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami
asfiksia.

18

a) Langkah awal
Sambil melakukan langkah awal :
· Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayi memerlukan bantuan untuk mulai
bernapas
· Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga dan
melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan)
Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik). Secara umum, 6
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk bernapas
spontan dan teratur.
· Jaga bayi tetap hangat
- Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum
- Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
- Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi
· Atur posisi bayi
- Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
- Ganjal bahu bayi agar kepala sedikit ekstensi
· Isap lendir
Gunakan alat penghisap lendir DeeLee atau bola karet
- Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung
- Hisap lendir sambil menarik keluar penghisap (bukan pada saat
memasukkannya)
19

- Bila menggunakan penghisap lendir DeeLee, jangan memasukkan ujung


penghisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke
dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti
napas bayi
· Keringkan dan rangsang taktil
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas
lebih baik
- Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara seperti menepuk atau
menyentil telapak kaki, dan menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi
dengan telapak tangan
· Atur kembali posisi kepala dan selimut bayi
- Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru
- Selimuti bayi dengan kain terrsebut, jangan tutupi bagian mukan dan dada
agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan
- Atur kembali posisi terbaik kepala bayi
· Lakukan penilaian bayi
- Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak
bernapas. Bila bayi bernapas normal berikan pada ibunya. Letakkan bayi di atas
dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui
persentuhan kulit bayi-ibu
· Bila bayi tak bernapas atau megap-megap, segera lakukan tindakan ventilasi

20

b) Ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara
ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
· Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
· Ventilasi percobaan (2 kali)
- Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30cm air. Tiupan pertama ini sangat
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas sekaligus
menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
- Lihat apakah dada bayi mengembang. Bila tidak mengembang periksa posisi
kepala dan pastikan posisinya sudah benar, periksa pemasangan sungkup dan
pastikan tidak terjadi kebocoran, periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan
atau lendir (isap kembali). Bila dada mengembang lakukan tahap berikutnya
· Ventilasi definitif (20 kali dalam 30 detik)
- Lakukan tiupan dengan tekanan 20cm air, 20 kali dalam 30 detik
- Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan
· Lakukan penilaian
- Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bayi
diberikan asuhan pasca resusitasi
21

- Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi. Bila bayi
sudah mulai bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama,
berikan asuhan pasca resusitasi. Bila bayi tidak bernapas normal atau megap-
megap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya
dan nilai hasilnya setiap 30 detik
- Siapkan rujukan billa bayi belum bernapas normal setelah 2 menit diventilasi.
Mintalah keluarga membantu persiapan rujukan serta teruskan resusitasi sementara
persiapan rujukan dilakukan
- Bila bayi tidak dirujuk lanjutkan ventilasi sampai 20 menit. Pertimbangkan
untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20 menit upaya ventilasi tidak
berhasil. Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan
mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan yang berat
atau meninggal.
4) Asuhan pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima
resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada keadaan :
a) Resusitasi berhasil
resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang
kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan
asuhan berikutnya.

22

Konseling :
· Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan
· Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong
· Anjurkan ibu segera memberikan ASI kepada bayinya
· Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
· Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-
tanda tersebut pada bayi.
Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk :
§ Anjurkan ibu menyusukan sambil membelai bayinya
§ Berikan vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis B
Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam
pertama :
§ Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayyi seperti tarikan interkostal,
bayi kebiruan atau pucat, dan lemas
§ Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal
c) Bayi perlu rujukan
Bila bayi pasca resusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas kesehatan
d) Resusitasi tidak berhasil
23
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi maka hentikan upaya
tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf
pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral
yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk
memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai
adat istiadat dan budaya setempat.

Asuhan tindak lanjut pasca resusitasi


Sesudah resusitasi, bayi masih perlu asuhan lanjut yang diberikan melalui
kunjungan rumah. Tujuan asuhan lanjut adalah memantau kondisi kesehatan bayi
setelah tindakan resusitasi.
2.2 Konsep Manajemen Kasus
Tanggal pengkajian : jam : WIB
Ruangan :
I. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1. Biodata
Berisi nama BBL dan ibu, yang terdiri dari :
- Usia BBL, dikatakan BBL/neonatus jika usianya 0-28 hari
- Usia ibu, usia ibu yang beresiko terjadinya komplikasi yaitu <20 tahun atau
>35 tahun
- Alamat, mempengaruhi jauh dekatnya pasien dengan fasilitas kesehatan,
karena semakin jauh fasilitas kesehatan ditambah dengan alat transportasi yang
tidak memadai, membuat ibu malas melakukan ANC sehingga kemungkinan
terdeteksinya masalah menjadi kecil
2. Keluhan utama
Berisi apa yang dikeluhkan oleh pasien sampai datang ke fasilitas kesehatan
3. Riwayat kesehatan ibu
a. Penyakit yang lalu
Berisi semua penyakit yang ibu pernah derita yang dapat mempengaruhi kejadian
asfiksia pada bayinya
24

b. Penyakit sekarang
Berisi semua penyakit yang sedang diderita oleh ibu yang dapat mempengaruhi
kejadian asfiksia pada bayinya
c. Penyakit keluarga
Berisi semua penyakit yang pernah diderita oleh keluarag ibu yang dapat
mempengaruhi kejadian asfiksia pada bayi ibu
d. Riwayat pranatal, natal dan postnatal yang lalu
- Pranatal
Berisi keadaan ibu pada saat hamil yang lalu
- Natal
Berisi keadaan ibu saat persalinan yang lalu
- Postnatal
Berisi keadaan ibu saat nifas yang lalu
e. Riwayat pranatal, natal dan postnatal sekarang
- Pranatal
Berisi keadaan ibu pada saat hamil sekarang
- Natal
Berisi keadaan ibu saat persalinan sekarang
- Postnatal
Berisi keadaan ibu saat nifas sekarang
4. Riwayat psikososial
Berisi respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi

25

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
§ Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital
§ Respirasi : ... kali/menit, irama : teratur/tidak (respirasi normal BBL 40-
60x/menit dengan irama teratur)
§ Denyut jantung : ada/tidak ......x/menit (BBL normal 120-160x/menit)
§ Suhu : .....oC, suhu bayi normal (36,5-37,5oC)
§ APGAR score

Aspek pengamatan bayi baru lahir

Skor

Appeareance (Warna kulit)

Seluruh tubuh bayi berwarna kebiruan .atau pucat

Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan

Warna kulit seluruh tubuh normal


Pulse
(Nadi)
Denyut jantung tidak ada
Denyut jantung <100 kali permenit
Denyut jantung >100 kali permenit
Grimace (Respon refleks)
Tidak ada respon terhadap stimulasi
Wajah meringis saat distimulasi
Meringis, menarik, batuk atau bersin saat stimulasi
Activity
(Tonus otot)
Lemah, tidak ada gerakan
Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
Bergerak aktif dan spontan
Respiratory (Pernafasan)
Tidak bernafas, pernafasan lambat dan tidak teratur
Menangis lemah, terdengar seperti merintih
Menangis kuat, pernafasan baik dan teratur

Asfiksia berat : A-S 0-3


Asfiksia sedang : A-S 4-6
Asfiksia ringan : A-S 7-10
26

2. Pemeriksaan khusus
a. Kepala : Yang dinilai adalah caput succedaneum, molase
b. Wajah : Yang dinilai adalah warna kulit wajah apakah
merah/pucat/kebiruan
c. Hidung : Yang dinilai adalah pernafasan dengan cuping hidung
d. Mulut :Yang dinilai adalah warna bibir, adanya lendir
e. Dada : Yang dinilai adalah retraksi dada
f. Ekstermitas : Yang dinilai adalah gerakan bayi
g. Warna kulit : Yang dinilai adalah apakah merah atau pucat atau kebiruan
h. Genetalia : Neonatus cukup bulan mempunyai ciri-ciri testis telag turun
(laki-laki), labia minora ditutupi labia mayora (perempuan)
i. Reflek : Yang dinilai adalah reflek moro, grasping dan rooting (yang
cukup mewakili reflek-reflek lain dan dapat ikut membantu diagnosa asfiksia secara
cepat)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung diagnosa

II. INTERPRETASI DATA


a. Diagnosa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia .... dengan ...
Dasar subjektif : Hasil anamnesa yang menegakkan diagnosa
Dasar objektif : Hasil pemeriksaan yang menegakkan diagnosa
B. Masalah
Masalah yang muncul dari diagnosa yang telah dibuat

C. Kebutuhan :
Kebutuhan sesuai dengan masalah yang telah ditentukan dari diagnosa

27

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Berisi diagnosa potensial, antisipasi dan penanganan umum

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Langkah ini mencerminkan kesinambungan dan proses manajemen kebidanan,
mengidentifikasi tindakan segera untuk ditangani sesuai kondisi bayi

V. INTERVENSI
Berisi tindakan, tujuan tindakan, kriteria hasil dan prosedur penanganan

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : Pukul :
(Sesuai intervensi)

VII.EVALUASI
Tanggal : Pukul :
Evaluasi menggunakan SOAP
28
28

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “M”


NCB SMK USIA 0 MENIT DENGAN ASIFIKSIA BERAT
DI BPS NY. YENIE IKA S. ST GONDANG MOJOKERTO
Tanggal pengkajian : 13 April 2015 jam : 10.00 WIB
Ruangan : NICU
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 13 April 2015 Pukul :10.00 WIB
A. Data Subjektif
a. Biodata
Bayi
Nama : Bayi Ny. M
Umur : 0 menit

Ibu Ayah
Nama : Ny. M Nama : Tn. P
Umur : 40 tahun Umur : 41 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Kantor Pekerjaan :Swasta
Alamat : Jl. Selomangleng No. 08 RT 04 RW 02 Desa Mboro Kec. Mojoroto
Kediri
b. Keluhan utama
29
Ibu mengatakan baru saja melahirkan dan mendengar bayinya tidak menangis
namun merintih, bayinya berwarna kebiruan, belum sempat memeluk dan
memberikan ASI pada bayinya
c. Riwayat kesehatan ibu
a. Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun sejak lahir
b. Penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun
c. Penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit apapun
d. Riwayat prenatal, natal dan postnatal sekarang
- Prenatal
Ibu mengatakan selama hamil tidak ada penyulit atau komplikasi pada bayinya
ANC TM 1 : 2 kali
Keluhan mual muntah
Terapi vitamin B6, kalk
Penyuluhan yang didapatkan tentang nutrisi, personal hygiene, pentingnya ANC
Hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa kondisi ibu dan janin baik
ANC TM 2 : 1 kali
Tidak ada keluhan
Terapi Fe, vitamin C, kalk
Penyuluhan yang didapatkan tentang personal hygiene, gizi ibu hamil
Hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa kondisi ibu dan janin baik
ANC TM 3 : 2 kali
Tidak ada keluhan
Terapi Fe, kalk, vitamin C
Penyuluhan yang didapatkan tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan,
senam hamil
30
Hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa kondisi ibu dan janin baik
- Natal
Ibu mengatakan keluar air dari jalan lahir berwarna kehijauan, ini adalah persalinan
anak pertama, dengan usia kehamilan 40 minggu. Ibu datang langsung dipimpin
bersalin dan 15 menit kemudian bayi lahir.Bayi lahir normal tanggal 13 April 2015
jam 10.00 WIB.
- Postnatal
Bayi belum mendapatkan nutrisi apapun. Bayi belum BAB dan BAK
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Belum
5. Riwayat psikososial
Ibu dan keluarga mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayi.
6. Riwayat imunisasi dan vit K1
Belum
7. Pola kebiasaan sehari- hari
Belum

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Letargis
b. Tanda-tanda vital : R frek.20x/menit, irama tidak teratur (megap-megap)
DJ ada, frek. 80x/menit, S 36,5oC
c. A-S : 2 (1 menit pertama)
2. Pemeriksaan khusus
- Kepala : Tidak ada caput succedaneum, molase
derajat 2
- Wajah : Kulit wajah berwarna kebiruan
- Hidung : Terdapat pernapasan cuping hidung
- Mulut : Bibir berwarna kebiruan, terlihat banyak lendir di
dalam mulut bayi
- Dada : Terdapat retraksi dada, ronchi (+)
- Ekstermitas atas dan bawah : Tonus otot lemah

31

- Kulit : Seluruh tubuh berwarna kebiruan


- Genetalia : Perempuan, labia mayora menutupi labia
Minora
Reflek : Morro (), grasping (), rooting ()
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa
NCB SMK usia 0 menit dengan asfiksia berat
Dasar subjektif :
- Ibu mengatakan baru saja melahirkan dan mendengar bayinya tidak menangis
namun merintih, bayinya berwarna kebiruan
- Ibu mengatakan keluar air dari jalan lahir berwarna kehijauan
- Ibu mengatakan usia kehamilannya saat persalinan 40 minggu
Dasar objektif :
- K/u : Letargis
- TTV : R frek. 20x/menit, irama tidak teratur (megap-
megap)
DJ frek. 80x/menit
- A-S : 2 (1 menit pertama)
- Pemeriksaan khusus
§ Dada : Terdapat retraksi dada
§ Ekstermitas atas dan bawah : Tonus otot lemah
§ Kulit : Seluruh tubuh berwarna kebiruan

B. Masalah :
- Gangguan pemberian nutrisi
DS : Ibu mengatakan belum sempat memberikan ASI kepada bayinya
DO : -
- Tertundanya bounding attachment
DS : Ibu mengatakan belum sempat memeluk bayinya
DO : -
32

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


a. Diagnosa potensial :Hipoksik iskemik ensefalopi
Masalah potensial : Kerusakan otak
Antisipasi : - Terapi 02
- Rujuk
b. Diagnosa potensial :Pulmonal peristen
Masalah potensial :Edema paru
Antisipasi : - Terapi 02
- Rujuk
c. Diagnosa potensial :Enterokolitis nekotrikans
Masalah potensial : Peritonitis
Antisipasi : - Terapi 02
- Rujuk
d. Diagnosa potensial : Nekrosis akut
Masalah potensial : Gangguan pemberian nutrisi, terganggunya bounding
attachment
Antisipasi : - Terapi 02
- Rujuk
e. Diagnosa potensial : Trombositopenia
Masalah potensial : Perdarahan
Antisipasi : - Terapi 02
- Rujuk

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Langkah awal penanganan resusitasi dengan HAIKAP

V. INTERVENSI
1. Tindakan : Lakukan Resusitasi
Tujuan : Untuk memulihkan fungsi pernapasan BBL yang
mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa dikemudian hari
Kriteria hasil : Penilaian menggunakan tabel APGAR Skor, a-s > 7

33

Prosedur penanganan :
b. Jaga bayi tetap hangat
c. Atur posisi bayi
d. Isap lendir
b. Keringkan dan rangsang bayi
c. Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
d. Lakukan penilaian bayi
e. Pasang sungkup
f. Lakukan ventilasi percobaan
g. Lakukan ventilasi definitif
h. Lakukan penilaian

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 10 April 2015 Pukul : 10.01 WIB
1. Melakukan resusitasi
a. Menjaga bayi tetap hangat. Meletakkan bayi di atas kain yang ada di atas
perut ibu, kemudian menyelimuti bayi dengan kain tersebut dan memotong tali pusat
lalu memindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi. Sambil melakukan hal
tersebut beritahu ibu dan keluarga bahwa bayinya memerlukan tindakan bantuan
untuk memulai bernapas serta meminta keluarga untuk mendampingi ibu
b. Mengatur posisi bayi dengan membaringkannya terlentang dengan kepala di
dekat penolong, kemudian ganjal bahu bayi agar kepala sedikit ekstensi
c. Mengisap lendir menggunakan DeeLee pada mulut tidak lebih dari 5 cm dan
dihidung tidak lebih dari 3 cm
d. Mengeringkan dan merangsang bayi dengan cara menyentil telapak kaki
e. Mengatur kembali posisi kepala agar tetap ekstensi dan menyelimuti bayi
dengan kain yang baru
f. Melakukan penilaian kepada bayi dan ternyata bayi masih bernapas megap-
megap
g. Memasang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi sehingga tidak ada
kemungkinan udara bocor
h.
34
Melakukan ventilasi percobaan sebanyak 2 kali dengan tekanan 30 cm air, dan
dada mengembang
i. Melakukan ventilasi definitif sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan
20 cm air
j. Melakukan penilaian kembali dan ternyata bayi sudah bernapas normal

VII.EVALUASI
Tanggal : 10 April 2015 Pukul :10.05 WIB
S (subjektif):
- Ibu mengatakan bayi belum BAB dan BAK
- Ibu mengatakan bayinya masih sedikit lemas tapi kaki dan tangannya sering
bergerak
- Ibu mengatakan kulit berangsur bayi kemerahan
- Ibu mengatakan tangisan bayinya kuat, tidak merintih lagi

O (objektif) :
- K/u baik
- Tanda-tanda vital : R 42x/menit irama teratur, tidak ada retraksi dada
DJ 120x/menit
S 37 0C
- Wajah meringis saat diberi stimulasi
- A-S : 8 (5 menit pertama)
Reflek moro (+), grasping (), rooting (+)
A (assesment) :
NCB SMK usia 5 menit
DS :
· Ibu mengatakan bayinya masih sedikit lemas tapi kaki dan tangannya sering
bergerak
· Ibu mengatakan kulit bayi berangsur kemerahan
· Ibu mengatakan tangisan bayinya kuat, tidak merintih lagi

35

DO:
· K/u baik
· Tanda-tanda vital : R 42x/menit irama teratur, tidak ada retraksi dada
§ DJ 120x/menit
· A-S : 8 (5 menit pertama)
P (planning) :
1. Memberikan konseling tentang cara menyusui yang benar dan menganjurkan
ibu untuk segera memberikan ASI kepada bayinya, kemudian menjelaskan tanda-
tanda bahaya pada bayi, menjaga kehangatan bayi.
2. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal (vit.K, antibiotik mata, imunisasi
hepatitis B, pemeriksaan fisik lengkap, pengukuran antropometri)
3. Melakukan pemantauan seksama selama 2 jam pertama setelah resusitasi
4. Menjaga bayi agar tetap hangat dan kering

36

BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan kepada bayi Ny “M” neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan usia 0 menit dengan asfiksia berat telah dilakukan. Pada pengkajian tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena
semua pertanyaan yang diajukan sudah sesuai. Pada interpretasi data tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena
diagnosa sudah sesuai dengan data subjektif dan objektif. Pada intervensi tidak
ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena semua
yang di intervensikan sesuai dengan teori. Pada implementasi juga tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena sudah
dilaksanakan sesuai dengan intervensi.Pada evaluasi ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktik, bahwa keadaan umum dan pemeriksaan
tanda-tanda vital sudah baik serta APGAR skor juga sudah normal, namun reflek
grasping pada bayi negatif, hal ini disebabkan kondisi bayi baru saja pulih dari
asfiksia, sehingga tubuhnya membutuhkan waktu untuk menormalkan kembali
reflek-reflek normal yang secara fisiologis ada pada bayi.

37

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada asuhan kebidanan ini memiliki diagnosa NCB SMK usia 0 menit dengan
asfiksia berat, sudah ditangani dengan hasil bayi dalam keadaan baik. Dalam
pemberian asuhan terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan teori
pada bagian evaluasi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi BPS Ny. Yenie S. ST
Kami berharap BPS Ny. Yenie Ika S. ST meningkatkan pengetahuan tentang
fisiologis perubahan fungsi organ dan reflek pada bayi baru lahir yang baru saja
mengalami asfiksia sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat.
5.2.2 Bagi institusi pendidikan
Kami berharap Universitas Kadiri khususnya fakultas ilmu kesehatan prodi DIV
Kebidanan lebih memacu semangat belajar mahasiswa dan memperbanyak praktik
penanganan masalah patologi pada bayi baru lahir khususnya masalah yang
berkaitan dengan fisiologis perubahan fungsi organ dan reflek pada bayi baru lahir
yang baru saja mengalami asfiksia.
5.2.4 Bagi mahasiswa
Kami berharap mahasiswa semakin aktif dalam mencari ilmu baik di institusi
pendidikan maupun di lahan praktik guna memperbanyak pengetahuannya terutama
masalah-masalah patologi yang sering terjadi pada bayi baru lahir sepereti yang
berkaitan dengan fisiologis perubahan fungsi organ dan reflek-reflek pada bayi baru
lahir yang baru saja mengalami asfiksia.
38
38

DAFTAR PUSTAKA

Dr.Soetomo, RSU.1994.PedomanDiagnosadanTerapi Lab/UPF IlmuKesehatananak.


Surabaya: FK UNAIR

Hassan, Rusepno, dkk.2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3.Jakarta:


Infomedika

http://ulfahsita.blogspot.com/2013/12/manajemen-kebidanan-pada-asfiksia.html.
Diunggah pada tanggal 18 April 2015 Jam : 20.08 WIB

JNPK-KR.2008.Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta : Infomedika

Manuaba,Ida Bagus.1998.IlmuKebidananPenyakitKandungan Dan


KeluargaBerencanaUntukPendidikanBidan.Jakarta :Arcan.

Mochtar, Rustam.1998.Synopsis ObstetriJilid 2.Jakarta : EGC

Vivian, Nani L.D.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta : Salemba


Medika
JNPK-KR.2008.Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta :
JNPK-KR
Translate
no comments
2 plus ones

2
one share

1
Shared publicly•View activity

Add a comment...

También podría gustarte