Está en la página 1de 4

Idea Nursing Journal Saminan

ISSN: 2087-2879  
EFEK PENYIMPANGAN REFRAKSI CAHAYA DALAM MATA TERHADAP
RABUN DEKAT ATAU JAUH
The Effect Devision of Light Refraction in Eyes to Myopia and Presbyopia

Saminan
1
Bagian Keilmuan Keperawatan Anak Program Studi Ilmu Keperawatan
1
Maternal and Child Nursing Department
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

ABSTRAK
Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang berfungsi untuk melihat. Penglihatan seseorang sagat
ditentukan oleh refraksi cahaya dalam mata, bila terjadi kelainan refraksi cahaya dalam mata maka benda yang
kita lihat kurang jelas (rabun) yang disebabkan titik cahaya yang tidak tepat diretina (cahaya tidak terfokus
diretina), kelainan refraksi ada tiga yaitu miopi, hipermetropia dan astigmatisma.

Kata Kunci : Refraksi, Cahaya, Rabun

ABSTRAK

PENDAHULUAN
Refraksi atau pembiasaan cahaya merupakan disebut presbiopia. Presbiopia berbeda dengan
perubahan arah yang terjadi pada berkas ketiga jenis lainnya yaitu presbiopia
cahaya yang melintas secara miring melalui berhubungan dengan proses penuaan dan
suatu medium dan menuju ke medium yang terjadi hampir pada seluruh individu (WHO,
lain yang memiliki indeks bias yang berbeda. 2009).
Perubahan arah berkas cahaya berasal dari Tindakan koreksi yang dilakukan
perubahan kecepatan perambatan yang adalah mencakupi kacamata, lensa kontak,
selanjutnya mengakibatkan perubahan panjang serta bedah refraksif seperti klasik atau bedah
gelombang. Refraksi cahaya inilah yang dengan sinar laser, clear lens extraction,
berperan dalam pembentukan bayangan di phakic intraokular lensa, radial keratotomy,
mata dan lensa. keratektomi fotorefraksif, dan keratoplasi
Mata merupakan salah satu organ lamellar automated (ALK) (Ilyas, 2006). Jika
indra manusia yang mempunyai fungsi yang kelainan refraksi tidak segera dikoreksi dapat
sangat besar. Penyakit mata seperti kelainan- menimbulkan komplikasi seperti amblyopia
kelainan refraksi akan sangat membatasi bahkan kebutaan (Bastanta, 2010).
fungsi tersebur (ilyas,2004). Kelainan refraksi Kelainan refraksi merupakan salah
merupakan kelainan pada mata yang paling satu penyebab kebutaan di dunia. World
umum. Kelainan tersebut terjadi apabila mata Health Organization (WHO) menyatakan 45
tidak mampu memfokuskan bayangan dengan juta orang mengalami kebutaan di seluruh
jelas, sehingga penglihatan menjadi kabur. dunia dan 135 juta dengan penurunan tajam
Keadaan ini kadang-kadang sangat penglihatan (low vision).
berat sehingga menyebabkan kerusakan berat Mata manusia mempunyai dua unsur
pada penglihatan (WHO,2009a). tiga kelainan pemumpun, kornea dan lensa kristalin. Namun
refraksi yang paling sering dijumpai adalah untuk maksud perunatan cahaya yaitu cahaya
miopia, hipermetropia dan astigmatisme. yang melewati mata bertindak seperti bila
Selain itu terdapat kelainan refraksi lain yang cahaya dibiaskan pada bidang tunggal yang

26
Idea Nursing Journal Saminan
 

dinamakan bidang utama, berarah tegak lurus suspensorium. Dengan mempergunakan otot
pada jumlah optik (Prawirosusanto, 1994). siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih
Anatomi mata dikelompokkan atau agak kurang dicembungkan sehingga
menjadi dua bagian, yaitu adneksa mata dan berfungsi memfokuskan benda-benda dekat
bola mata. Mata dibentuk untuk menerima atau jauh. Hal ini dapat disebut juga dengan
ransangan berkas-berkas cahaya pada retina, akomodasi visual. Badan kaca (vitreus)
lalu dengan perantaraan serabut-serabut merupakan bagian terbesar yang mengisi bola
nervus optikus yang kemudian mengalihkan mata, disebut juga sebagai badan kaca karena
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak kosistensinya yang berupa gel dan bening
bagian hipothalamus untuk diterjemahkan dapat meneruskan cahaya yang masuk sampai
(Perdani, 2005).     ke retina. Retina merupakan reseptor yang
  peka terhadap cahaya. Retina adalah
  mekanisme persyarafan untuk penglihatan.
Cahaya yang masuk melalui kornea
diteruskan ke pupil yang lebarnya diatur oleh
iris. Setelah melalui pupil, maka cahaya
dibiaskan oleh lensa. Selanjutnya lensa
berakomodasi untuk memfokuskan cahaya ke
retina melalui badan vitreus. Bayangan atau
cahaya yang tertangkap oleh retina adalah
terbalik, nyata, diperckecil, kemudian oleh sel-
sel batang dan sel-sel kerucut meneruskan
Bola mata terdiri dari kornea, sklera, sinyal cahaya melalui saraf optik. Saraf optik
bilik mata depan, uvea, pupil, lensa, badan atau dikenal juga dengan nervus optikus
kaca(vitreus), retina dan papil saraf optik. kemudian meneruskan sinyal yang diperoleh
Kornea disebut juga selaput bening mata. menuju ke hipofisa posterior melalui
Kornea bekerja sebagai jendela bening yang serangkaian proses yang panjang. Setelah
melindungi struktur halus yang berada sampai di hipofisa tersebut, akhirnya sinyal
dibelakangnya, serta membantu memfokuskan yang berupa bayangan seperti yang terlihat di
bayangan pada retina. Kornea tidak retina dibalikkan sehingga objek yang terlihat
mengandung pembuluh darah. Sklera sesuai dengan aslinya (Pearce,1999;
merupakan lapisan berwarna putih dibawah Roger,2002).
konjungtiva serta merupakan bagian dengan Pembiasan sinar pada mata hasilnya
konsistensi yang relatif lebih keras untuk ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri
membentuk bola mata. Bilik mata depan atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca,
merupakan suatau rongga yang berisi cairan dan panjangnya bola mata. Pada orang normal
yang memudahkan iris untuk bergerak susunan pembiasan oleh media penglihatan
(Perdami,2005). dan panjangnya bola mata demikian seimbang
Organ fokus utama yang membiaskan sehingga bayangan benda selalu melalui
berkas-berkas cahaya yang terpantul dari media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
benda-benda yang dilihat sehingga menjadi makula lutea. Mata yang normal disebut juga
bayangan yang jelas pada retina adalah lensa. mata emetropia dan akan menempatkan
Lensa adalah suatu struktur biologis yang akomodasi atau istirahat melihat jauh (Rahlia,
transparan dan cekung yang mempunyai sudut 2010).
kecekungan terbesar berada pada sisi depan Didalam bidang refraksi dikenal
(Perdami,2005). Lensa berada dalam sebuah beberapa titik seperti pungtum proksimum
kapsul elastik yang dikaitkan pada korpus yang merupakan titik terdekat seseoarang
siliare khoroid oleh ligamentum masih dapat melihat dengan jelas sedangkan
pungtum remotum adalah titik terjauh

27
Idea Nursing Journal Vol. IV No. 2 2013

seseorang masih dapat melihat dengan jelas, hipermetropia sinar sejajar difokuskan di
titik ini merupakan titik dalam ruang yang belakang makula lutea.
berhubungan dengan retina atau foveola bila c. Astigmatisma
mata istirahat. Pada emetropia, pungtum Astigmatisma adalah kelainan refraksi
remotum terletak didepan mata. Secara klinis karena kelengkungan kornea yang tidak
kelainan refraksi adalah akibat kerusakan pada teratur. Pada penderita Astigmatisma,
akomodasi visual dan ini adalah sebagai akibat sistem optik yang astigmatismatik
perubahan biji mata, maupun kelainan pada menimbulkan perbesaran atau satu objek
lensa.   dalam berbagai arah yang berbeda. Satu
Menurut Siregar (2008), kelainan titik cahaya yang coba difokuskan, akan
refraksi dapat disebabkan karena: terlihat sebagai satu garis kabur yang
1. Panjang aksial bola mata yang tidak panjang. Mata yang Astigmatisma
normal, yang disebut ametropia aksial Memiliki kornea yang bulat.
2. Kecembungan kornea atau lensa yang d. Presbiopia
tidak normal, yang disebut ametropia Presbiopia adalah gangguan
kurvatura. akomodasi pada usia lanjut yang dapat
3. Indeks refraksi yang tidak normal, terjadi akibat kelemahan otot akomodasi
disebut ametropia indeks atau dan lensa mata tidak dapat kenyal atau
ametropia refraktif berkurang elastisitasnya akibat sklerosis
4. Posisi benda yang tidak normal lensa. Akibat gangguan akomodasi ini
Pembagian kelainan refraksi menurut maka pada pasien berusia lebih dari 40
Siregar (2008) dan Rahila (2010) tahun, akan memberikan keluhan setelah
adalah: membaca yaitu berupa mata lelah, berair,
a. Miopia dan sering terasa pedas.
Pada miopia panjang bola mata Kelainan refraksi yang tidak segera
anteroposterior dapat terlalu besar atau dikoreksi dapat menimbulkan komplikasi
kekuatan pembiasan media refraksi seperti amblyopia bahkan kebutaan (Bastanta,
terlalu kuat. Pasien dengan miopia akan 2010). Amblyopia adalah penurunan
menyatakan melihat jelas bila dekat, ketajaman penglihatan (tidak dapat dikoreksi
sedangkan jauh kabur atau disebut juga dengan lensa) tanda efek anatomik yang nyata
pasien rabun jauh. paa mata atau jaras-jaras penglihatan
(Vaughan dan Asbury, 2009). Amblyopia
dikenal juga dengan “lazy eye” atau mata
malas yang penyebabnya dibagi atas beberapa
kategori yaitu amblyopia strabismik, fiksasi
eksentrik, amblyopia anisometropik,
amblyopia isometropia dan amblyopia
deprivasi (American Academy of
Ophthalmology, 2005).

b. Hipermetropia
Hipermetropia atau rabun dekat
merupakan keadaan gangguan kekuatan
pembiasan mata yaitu sinar sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak dibelakang retina. Pada

28
Idea Nursing Journal Saminan
 

KESIMPULAN Pearce, E. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk


Kelainan refraksi atau ametropia Paramedis. Terjemahan Sri Yuliani
adalah kelainan pembiasan sinar pada mata Handoyo. Penerbit Gramedia.
sehingga sinar tidak difokuskan pada retina Jakarta.
atau bintik kuning, tetapi didepan atau Perdami, 2005. Anatomi dan Faal Mata.
dibelakang bintik kuning dan mungkin tidak http//www.perdami.or.id. [diakses
terletak pada satu titik fokus. Kelainan ini 19 juli 2011].
dikenal dalam miopia, hipermetropia dan Prawirosusanto. 1994. Fisika Untuk Ilmu-Ilmu
astigmatisme. Hayati. Edisi ke-2. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
KEPUSTAKAAN Rahila. 2010. Gambaran Pengetahuan siswa
American Academy of Ophthalmology. 2005. Berkacamata tentang Kelainan
Pediatric Ophthalmology. Chapter 5: Refraksi di SMA Negeri 3 Medan
Amblyopia. Section 6. Basic and tahun 2010. Skripsi.
Clinical Science Course. P. 63-70. Siregar, N.H. 2008. Kelainan refraksi yang
Bastanta, T. 2010. Prevalensi kelainan Menyebabkan Glaucoma. Skripsi.
refraksi di poliklinik mata RSUP Vaughan, D.G., Asurt, T., Riordan-Eva, P.
Adam Malik Medan dari 7 juli 2008 2000. Oftalmologi Umum. Edisi ke-
sampai 7 juli 2010. Skripsi. 4. Ahli bahasa: Tambajoong J, Pendi
Ilyas, S. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas BU. Penerbit Widya Medika.
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 29-442
Jakarta. 64-83 WHO. 2009a. What is a refractive error?.
Ilyas, S. 2006. Kelainan Refraksi dan http//www.who.int/feature/qa/45/en/.
Kacamata. Edisi ke-2. Fakultas [diakses 21 Juli 2011].
Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
Kurniawan, Chandra. 2007. Konsep Dasar
Fisika Medik. Pidi Publisher.
Yogyakarta.

29

También podría gustarte