Está en la página 1de 14

Tugas Individu

Dosen : Osrin Wahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kes


Mata Kuliah : Keperawatan Anak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISK

OLEH

WA ODE SUMNIA
S.0014.P.065

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


PRODI S1 KEPERAWATAN
KENDARI
2018
KONSEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Definisi ISK
ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme dedalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri,
virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012). ISK adalah invasi
mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran kemih. (Adhie
Djohan Utama, 2006).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).

B. Epidemiologi ISK
Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak
laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat lahir
rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir
normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran
kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana
infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki
hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian
infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada
anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih
menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia
2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam tanpa
sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi saluran
kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan.
C. Klasifikasi ISK
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi
kandung kemih dapat diklasifikasikan:
Berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
urin dari uretra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi
fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai
gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal
adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri pada
ginjal,tubulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.

 Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :


1. Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated ( Simple )
Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran
kencing baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini
pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. Infeksi Saluran Kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih
ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
o Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis.
o Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
o Gangguan daya tahan tubuh.
o Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.

D. Etiologi ISK
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

E. Manifestasi Klinis ISK


Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri
yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak
menyadari adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala
biasanya :
a. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
b. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
c. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung
kemih yang tidak tuntas.
d. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low
back pain.
e. Spasme kandung kemih.
f. Warna urine yang keruh.
g. Hematuri pada keadaan lanjut.
h. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):


a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah

F. Patofisiologi ISK
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi
pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi
intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme
masuk melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat
disebabkan karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak
terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat
sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat
membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman
yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan
kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan
sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan
dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar
ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine
sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa
metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri
yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine
mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah
berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme
ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan
infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan
suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini memungkinkan terjadinya
Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung
kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari
pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria
dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan
berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama
pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).

G. Komplikasi ISK
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya
proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu
menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.

H. Penatalaksanaan ISK
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi.
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
· Membersihkan perineum dari depan ke belakang
· Pakaian dalam dari bahan katun
· Menghindari kopi, alkohol
2. Obat-obatan
Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
· Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
· Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
· Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
· Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
· Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih
I. Pemeriksaan Diagnostik ISK
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa
atau pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b. Urine kultur :
· Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
· Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal,
panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas /istirahat
· Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
· Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus
2. Sirkulasi
· Tanda : hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus,hipotensi orttostatik, pucat,
nadi kuat
3. Eliminasi
· Tanda : perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan, oliguria ( biasanya 12-21hari ) poliuria ( 2-60 /hari )
· Gejala : perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi,
poliuria ( kegagalan dini ) penurunan frekuensi/ oliguria ( fase akhir ),
disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi, abdomen kembung, konstipasi
atau diare.
4. Makanan / cairan
· Tanda : perubahan turgor kulit / kelembaban, edema (umum bagian
bawah )
· Gejala : peningkatan berat bada (edema ), penurunan berat badan
(dehidrasi )mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, penggunaan diuretik.
5. Neuro sensori
· Tanda : gangguan status mental, contoh : penurunan lapang perhatian,
penurunan tingkat kesadaran
· Gejala : sakit kepala, pandangan kabur, kram otot
6. Nyeri / kenyamanan
· Tanda : perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah
· Gejala : nyeri tubuh / sakit kepala

7. Pernafasan
· Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman ( pernafasan
kusmaul ), batuk produktif dengan sputum kental
· Gejala : nafas pendek

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan denganberhubungan dengan Inflamasi dan peningkatan
aktivitas penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan
nyerinya teratasi
Kiteria hasil :
- Skala nyeri 0-3.
- Wajah klien tidak meringis.
- Klien tidak memegang daerah nyeri
Manajemen nyeri:
o penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, intensitas dan penyebab.
o Kurangi faktor presipitasi nyeri(faktor infeksi)
o Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal).
Pemberian analgesic:
o Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
o Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
o Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
2. Gangguan eliminasi
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan selama 24 jam klien mampu
BAK dengan normal
Kiteria hasil :
· Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
· Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine
· Klien berkemih dalam keadaan rileks
Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
o Hindari faktor pencetus inkontinensia urine seperti cemas
o Kolaborasi dengan Dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
o Jelaskan tentang pengobatan, Kateter, penyebab, dan tindakan lain

3. Hipertermi
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan
klien T kembali normal
Kiteria hasil :
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
Fever treatment
o Monitpr suhu sesering mungkin
o Monitor ttv
o Kompres pasien pada lipat paha dan axial
o Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
o Tingkatkan sirkulasi udarah
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta. EGC


Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI

También podría gustarte