Está en la página 1de 16

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

“RESPONS SEL”

Oleh:
Kelompok 4
1. Fitria Laili (17177015)
2. Nana Sutrisna (17177048)
3. Nita Ella Demelia (17177023)
4. Suri Puspita Sari (17177034)

Dosen Pembimbing
Dr. Dwi Hilda Putri, M.Biomed

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel berperan dalam mengatur segala macam aktivitas di dalam tubuh
kita. Selain itu, sel juga berinteraksi antar satu sama lain (komunikasi sel), yaiu
mekanisme yang memungkinkan satu sel mempengaruhi perilaku sel lainnya.
Komunikasi sel dilakukan menggunakan sinyal kimiawi yang beragam dan
menyebabkan respon yang beragam yang dimunculkan oleh sinyal-sinyal
tersebut, namun metode kerja semua sinyal kimiawi sangat mirip.
Menurut Campbell, dkk (2008:226) respons termasuk dalam tahap
ketiga dari pensinyalan sel, dimana sinyal yang ditransduksikan memicu
respons selular spesifik. Respons ini merupakan aktivitas selular apapun yang
bisa dibayangkan, misalnya katalis oleh suatu enzim (misalnya gliserin
fosforilase), penyusun ulang sitoskeleton, atau aktivasi gen-gen spesifik dalam
nukleus. Proses pensinyalan membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas
krusial ini berlangsung dalam sel yang benar, pada waktu yang tepat, dan
dalam koordinasi yang sesuai dengan sel-sel lain pada organism tersebut.
Pengikatan sinyal kimiawi dengan protein reseptor memicu berbagai
peristiwa kimiawi di dalam sel target sehingga menyebabkan perubahan dalam
perilaku tersebut. Keragaman respons sel target terhadap sinyal kimiawi
bergantung pada sifat dan ciri sel-sel target serta pada jumlah dan afinitas
protein reseptor itu pada permukaan sel atau di dalam sel target. Sel-sel
dikatakan tidak responsif terhadap sinyal tertentu jika sel itu tidak mempunyai
reseptor yang tepat (Campbell, dkk, 2004:133).
Pembahasan mengenai respons sel ini difokuskan pada bagaimana sel
berespon untuk berdiferensiasi, proliferasi, apoptosis, menjalankan fungsi
spesifik sel dan faktor- faktor yang mempengaruhi respon sel.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dalam respon sel, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana sel berespon untuk berdiferensisasi?
2. Bagaimana sel berespon untuk proliferasi ?
3. Bagaimana proses apoptosis ?
4. Bagaimana sel menjalankan fungsi spesifiknya ?
5. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi respon sel?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui respon sel dalam berdiferensiasi
2. Mengetahui respon sel dalam proliferasi
3. Mengetahui proses terjadinya proses apoptosis
4. Mengetahui fungsi seluler spesifik
5. Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi respon sel
BAB II
PEMBAHASAN

A. Respon Sel
Hantaran rangsangan bertujuan membawa pesan kepada sel. Pesan itu
diterima sel dalam bentuk reaksi molekul dan selanjutnya sel melakukan respon
atau tanggapan. Macam tanggapan sel terhadap hantaran ransangan yang
sesungguhnya telah terprogram. Artinya, tiap ransangan hanya membawa
perintah untuk satu jenis tanggapan dan tanggapan itu adalah spesifik terhadap
rangsangan yang spesifik.
Beberapa contoh tanggapan seluler yang spesifik adalah : (1) tanggapan
perubahan pola ekspresi gen, sel target dipicu untuk melakukan transkripsi,
selanjutnya transkripsi di tindak lanjuti dengan translasi menghasilkan protein.
Beberapa protein bertindak sebagai enzim. Jadi tanggapan sel adalah
mengekspresikan gen yang sebelumnya diam menjadi aktif menyatakan fenotip
tertentu. Tanggapan sel target adalah berupa perubahan fungsi seluler yang
sebelumnya tidak mengekspresikan gen yang di kehendaki menjadi sel yang
aktif terkendali mengekspresikan gen-gen tertentu. (2) tanggapan mengaktifkan
atau tidak mengaktifkan jalur metabolisme. Dalam hal ini, tiap reaksi dikatalis
oleh enzim spesifik yang menjadi penentu langkah metabolisme yang diatur
secara alosterik sebagai tanggapan seluler atas pesan sekunder yang diterima.
Enzim yang telah ada dalam sel ada yang perlu diatur oleh pesan sekunder yang
asalnya dari ekstraseluler. (3) tanggapan mengaktifkan dan menonaktifkan
enzim-enzim diluar jalur suatu metabolisme. Misalnya, tanggapan reaksi
pembentukan glikogen pada sel hati dan sel otot diatur oleh hormon insulin
melalui mekanisme hantaran ransang pesan sekunder. Sebaliknya, hormon
glukagon dan epinefrim membawa pesan agar sel melakukan pemecahan
glikogen pada sel target ( Muslim, 2003:291-292 )
1. Tipe atau jenis sinyal yang berbeda dapat memberikan pengaruh berbeda
yang diberikan sel.
a. Diferensiasi
Menurut Campbell, dkk (2008:396) diferensiasi merupakan proses yang
menjadikan struktur dan fungsi sel-sel menjadi semakin terspesialisasi selama
perkembangan organisme embrio. Terlebih lagi, jenis-jenis sel yang berbeda
tidak tersebar secara acak, namun terorganisasi menjadi jaringan-jaringan dan
organ-organ dalam susunan dimensi tiga tertentu. Diferensiasi bergantung pada
ekspresi gen. Diferensiasi sel terjadi pada sel otot dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Diferensiasi sel–sel otot, yang mana sel-sel rangka berasal
dari sel-sel embrio yang mengalami perubahan ekspresi gen.
Diferensiasi. Protein MyoD merangsang gen myoD lebih lanjut
dan mengaktivasi gen-gen pengode faktor-faktor transkripsi
spesifik-otot lain, yang kemudian mengaktivasi berbagai gen
pengode protein-protein otot. MyoD juga menyalakan gen-gen
yang memblok daur sel, sehingga menghentikan pembelahan
sel. Mioblas yang tidak membelah menyatu menjadi sel-sel otot
multi-nukleus dewasa, disebut juga serat otot. (Sumber:
Campbell, dkk (2008:399).
b. Proliferasi/ pembelahan sel
“Proliferasi, diferensiasi, dan survival dari sel normal diatur oleh angka
terbatas dari suatu jalur yang mana sebagian dihubungkan. Mereka
mengirimkan dan mengintegrasikan sinyal dari faktor pertumbuhan, hormon,
sel-sel dan interaksi sel dengan matriks” (Schulz, 2005:113). Menurut Albert,
dkk (2008:1339) perilaku sel yang kompleks, seperti survival, proliferasi atau
diferensiasi, umumnya dirangsang oleh kombinasi spesifik dari sinyal
dibandingkan dengan pensinyalan tunggal yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pensinyalan kombinasi. Masing-masing tipe sel menunjukan


seperangkat reseptor yang memperbolehkan merespon
kumpulan yang sesuai dari pensinyalan molekul yang dihasilkan
oleh sel lain. Pensinyalan molekul ini bekerja dalam kombinasi
untuk mengatur perilaku dari sel. Seperti terlihat disini, banyak
sel memerlukan beberapa sinyal (panah biru) untuk terus hidup
dan sinyal tambahan (panah merah) untuk berkembangbiak, atau
sinyal lainnya (panah hijau) untuk berspesialisasi. Jika
kehilangan semua sinyal, sel ini mengalami kematian sel yang
deprogram (apoptosis). (Sumber: Albert, dkk (2008:1345).
Sebuah sel yang khas dalam suatu organisme menghadapi ratusan
sinyal yang berbeda dalam lingkungan sinyal. Sinyal ini dapat larut, terikat
pada matriks ekstraseluler atau terikat pada permukaan sel tetangga dan mereka
dapat bertindak dalam jutaan sel kombinasi. Sel harus menanggapi sinyal yang
selektif, sesuai dengan karakter spesifik, yang telah diperoleh melalui
spesialisasi sel progresif dalam proses perkembangan. Sel dapat diprogram
untuk menanggapi satu kombinasi perbedaan sinyal, dengan melakukan
beberapa fungsi khusus seperti kontraksi atau sekresi. (Albert, dkk.2008)

Sebagian besar sel hewan diprogram untuk tergantung pada suatu


kombinasi spesifik dari sinyal untuk bertahan hidup. Ketika dicabut dari sinyal,
sel tersebut akan mati atau mengakhiri hidupnya, proses ini disebut
pengprograman mati sel atau apoptosis. Karena berbagai jenis sel yang
membutuhkan kombinasi yang berbeda dari sinyal kelangsungan hidup, setiap
jenis sel dibatasi oleh lingkungan yang berbeda dalam tubuh. Pada prinsipnya,
ratusan molekul sinyal pada sel hewan dapat digunakan untuk membuat hampir
beberapa jumlah kombinasi sinyal yang tak terbatas. Penggunaan kombinasi ini
mengontrol perilaku sel memungkinkan hewan untuk mengontrol sel-sel dalam
cara yang sangat spesifik dengan menggunakan keragaman molekul sinyal
yang terbatas. (Albert, dkk.2008)

c. Fungsi Selular Spesifik


Kespesifikan yang ditunjukkan dalam respons selular terhadap sinyal
sama saja dengan penjelasan dasar untuk hampir semua perbedaan di antara sel-
sel, jenis sel yang berbeda memiliki koleksi protein yang berbeda (gambar 2.3).
(ini disebabkan karena jenis sel yang berbeda menyalakan kumpulan gen yang
berbeda). Respons sel tertentu terhadap sinyal bergantung pada koleksi tertentu
protein reseptor sinyal, protein relai, dan protein yang dibutuhkan untuk
melaksanakan respons. Sel hati, misalnya akan merespons epinefrin secara tepat
karena memiliki protein-protein yang tercantum pada gambar 2.7, seperti
halnya yang dibutuhkan untuk memproduksi glikogen (Campbell, dkk,
2008:237).
Gambar 2.3 Kespesifikan pensinyalan sel. Protein-protein tertentu yang
dimiliki oleh sel menentukan molekul sinyal apa yang akan
direspon dan seperti apa respons yang diberikan. Keempat sel
dalam diagram ini merespons molekul sinyal yang sama (merah)
dalam cara-cara yang berbeda karena masing-masing memiliki
kumpulan protein yang berbeda (bentuk berwarna ungu dan
cokelat muda). Akan tetapi, perhatikan bahwa jenis molekul
yang sama dapat berpartisipasi dalam lebih dari satu jalur.
(Sumber: Campbell, dkk (2008:237).

Menurut Campbell, dkk (2008:238) dengan demikian, dua sel yang


merespon secara berbeda terhadap sinyal yang sama memiliki perbedaan satu
atau lebih protein yang menangani dan merespon sinyal tersebut. Perhatikan
gambar 2.3, jalur-jalur yang berbeda mungkin memiliki beberapa molekul yang
sama. Misalnya, sel A, B, dan C, semuanya menggunakan protein reseptor
yang sama untuk molekul sinyal yang berwarna merah, perbedaan dalam hal
protein lain lah yang menyebabkan respons yang diberikan berbeda. Pada sel
D, protein reseptor yang berbeda digunakan untuk molekul sinyal yang sama,
menghasilkan respons yang berbeda pula. Pada sel B, jalur yang dipicu oleh
satu jenis sinyal berpisah menghasilkan dua respons. Jalur bercabang semacam
itu sering melibatkan reseptor tirosin kinase (yang dapat mengaktivasi banyak
protein relai) atau pembawa-pesan kedua (yang dapat meregulasi banyak
protein). Pada sel C, dua jalur yang dipicu oleh sinyal berbeda menyatu untuk
memodulasi satu respons tunggal. Percabangan jalur dan cross-talk
(persilangan interaksi) di antara jalur-jalur yang berbeda penting bagi regulasi
dan koordinasi respons sel terhadap informasi yang berasal dari berbagai
sumber dalam tubuh. Terlebih lagi, penggunaan beberapa protein yang sama
pada lebih dari satu jalur memungkinkan sel menghemat jumlah protein
berbeda yang harus dibuatnya.

2. Sel berbeda dapat memberikan respon berbeda terhadap sinyal yang sama
a. Respon bergantung pada reseptor permukaan sel dan Asetilkolin
(neurotransmitter)
Menurut Albert, dkk (2008:1334) cara spesifik sel bereaksi terhadap
lingkungan itu berbeda, pertama, sesuai dengan kumpulan dari protein reseptor
sel untuk mendeteksi subset tertentu dari sinyal yang siap dan, kedua, sesuai
dengan alat-alat intraselular yang mana integrasi dan interpretasi informasi
diterima. Molekul pensinyalan tunggal sering mempunyai akibat yang berbeda
pada sel target yang berbeda. Neurotransmitter asetilkolin sebagai contoh
ransangan kontraksi dari sel otot. Hal ini karena protein reseptor asetilkolin
pada sel otot rangka berbeda dari sel otot jantung. Tetapi perbedaan reseptor
tidak selalu memiliki efek yang berbeda. Dalam banyak kasus, molekul sinyal
yang sama akan mengikat protein reseptor yang sama namun menghasilkan
tanggapan yang sangat berbeda dalam berbagai jenis sel target (gambar 2.4).
Gambar 2.4 Molekul sinyal yang sama dapat mengakibatkan respon
berbeda dalam sel target yang berbeda. Pada beberapa kasus,
molekul sinyal yang mengikat protein reseptor yang berbeda
(ilustrasi A dan B). Pada kasus lainnya, molekul sinyal yang
mengikat protein reseptor yang sama yang mengaktifkan respon
berbeda dalam sel berbeda, sebagai ilustrasi (B) dan (C). Pada
semua kasus ditunjukan molekul sinyal adalah asetilkolin (D).
(Sumber: Albert, dkk (2008:1346).
RESPON SEL PADA SIKLUS SEL
Pada sel kanker, kerusakan DNA (sinyal intraselular) akibat faktor
lingkungan yang disebabkan oleh sinar UV mengakibatkan sel berespon, dimana
dihasilkan protein yang menghambat siklus sel. Kanker dapat dihasilkan dari
kelainan dalam jalur-jalur pensinyalan yang meregulasi pembelahan, yang mungkin
disebabkan oleh mutasi, baik spontan maupun dipicu oleh lingkungan (Campbell,
2008). Respon bergantung pada lingkungan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.5. Jalur penghambat meregulasi siklus sel, biasanya dengan
mempengaruhi transkripsi. Jalur penghambat-daur sel. Dalam jalur ini,
(1) kerusakan DNA merupakan sinyal intraselular yang diteruskan melalui
(2) protein kinase dan menyebabkan aktivasi (3) p53. p53 yang teraktivasi
mendorong transkripsi gen pengode protein yang menghambat daur sel.
Supresi pembelahan sel yang diakibatkan memastikan bahwa kerusakan
DNA tidak direplikasi. Mutasi penyebab defisiensi pada komponen jalur
yang mana pun dapat turut berperan dalam perkembangan kanker.
(Sumber: Campbell, dkk (2008: 406).

Ketika kromosom mengalami kerusakan, karena dapat terjadi setelah


terpapar radiasi atau bahan kimia tertentu, penting bahwa mereka harus
diperbaiki sebelum sel mencoba untuk menduplikasi atau memisahkan diri.
Sistem kontrol siklus sel dengan mudah dapat mendeteksi kerusakan DNA dan
menghentikan proses siklus di pos pemeriksaan kerusakan DNA. Kebanyakan
sel memiliki minimal dua pos pemeriksaan satu di G1 akhir, yang mencegah
masuk ke fase S, dan satu di G2 akhir, yang mencegah masuk ke mitosis.
Ketika sel-sel di G2 terkena radiasi merusak, misalnya, DNA yang rusak
mengirimkan sinyal ke rangkaian protein kinase yang memfosforilasi dan
menonaktifkan fosfatase Cdc25. Blok ini defosforilasi dan mengaktivasi M-
Cdk, sehingga menghalangi masuk ke mitosis. Ketika kerusakan DNA
diperbaiki, sinyal hambat dimatikan, dan perkembangan siklus sel dilanjutkan
kembali. Blok checkpoint G1 perkembangan menuju fase S dengan
menghambat aktivasi kompleks G1/S-Cdk dan S-Cdk. Pada sel mamalia,
misalnya, kerusakan DNA menyebabkan aktivasi dari gen protein regulator
p53, yang merangsang transkripsi beberapa gen. Salah satu gen mengkode CKI
protein disebut p21, yang mengikat G1/S-Cdk dan S-Cdk dan menghambat
aktivitas mereka, sehingga membantu untuk memblokir masuk ke fase
S.Kerusakan DNA mengaktifkan p53 dengan mekanisme tidak langsung.
Dalam sel-sel rusak, p53 sangat tidak stabil dan hadir pada konsentrasi yang
sangat rendah. Hal ini karena berinteraksi dengan protein lain, Mdm2, yang
bertindak sebagai ligase ubiquitin yang menargetkan p53 perusakan oleh
proteasomes. Kerusakan DNA mengaktivasi protein kinase yang memfosforilasi
p53 dan dengan demikian mengurangi ikatan dengan Mdm2. Hal ini
mengurangi degradasi p53, yang menghasilkan peningkatan yang ditandai
dalam konsentrasi p53 dalam sel. Selain itu, penurunan ikatan dengan Mdm2
meningkatkan kemampuan p53 untuk merangsang transkripsi gen (Alberts,
2008)

Gambar 2.6. Bagaimana kerusakan DNA menahan siklus sel di G. Ketika DNA
rusak, protein kinase yang memfosforilasi p53 diaktifkan. Mdm2 biasanya
mengikat p53 dan promotes ubiquitylation dan penghancuran proteasomes.
Fosforilasi blok p53 terikat ke Mdm2, sebagai akibatnya, p53 terakumulasi ke
tingkat tinggi dan menstimulasi transkripsi gen yang mengkode protein CKI, p21.
P21 mengikat dan inactivates kompleks G1/S-Cdk dan S-Cdk, menahan sel di G1.
Dalam beberapa kasus, kerusakan DNA juga menginduksi fosforilasi Mdm2 atau
penurunan produksi Mdm2, yang menyebabkan peningkatan p53 (tidak
ditampilkan)

Apoptosis

Apoptopsis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting


dalam berbagai proses biologi. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk
kematian sel sebagai akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam
proses yang diatur sedemikian rupa yang secara umum memberi keuntungan
selama siklus kehidupan suatu organisme (Gambar 1). Contohnya adalah
pada diferensiasi jari manusia selama perkembangan embrio membutuhkan
sel-sel di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah.

Fungsi Apoptosis

Kematian sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu


terjadi eliminasi sel yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis
diperlukan untuk:

1. Terminasi sel
Apoptosis dapat terjadi sel yang mengalami kerusakan yang tidak bisa di
repair, infeksi virus, keadaan yang mengakibatkan stress pada sel.
Kerusakan DNA akibat ionisasi radiasi maupun bahan kimia toxic juga
dapat mencetuskan apoptosis melalui aktivasi tumor supresor gen p53.
Keputusan untuk apoptosis dapat berasal dari sel itu sendiri, dari
jaringan disekitarnya ataupun dari sel yang termasuk dalam immune
system. Pada keadaan ini fungsi apoptosis adalah untuk mengangkat sel
yang rusak, mencegah sel menjadi lemah oleh kurangnya nutrisi dan
mencegah penyebaran infeksi virus.
2. Mempertahankan Homeostasis
Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan
harus berada dalam keadaan yang relatif konstan. Proses keseimbangan
ini termasuk dalam homeostasis yang dibutuhkan oleh makhluk hidup
untuk mempertahankan lingkungan internalnya.
Keseimbangan (homeostasis) ini dapat tercapai bila kecepatan mitosis
pada jaringan seimbang dengan kematian sel. Bila keseimbangan ini
terganggu, maka akan dapat mengakibatkan:
a. Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan
kematian sel terbentuk tumor
b. Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah dari kecepatan kematian
sel jumlah sel menjadi berkurang.
3. Perkembangan embryonal
Kematian sel yang terprogram merupakan bagian dari perkembangan
jaringan. Pada masa embryo, perkembangan suatu jaringan atau organ
didahului oleh pembelahan sel dan diferensiasi sel yang besar- besaran
dan kemudian dikoreksi melalui apoptosis.
Contoh : bila terjadi gangguan proses apoptosis, berupa diferensiasi
inkomplit pada pembelahan jari- jari akan mengakibatkan syndactly.
4. Interaksi limfosit
Perkembangan limfosit B dan limfosit T pada tubuh manusia merupakan
suatu proses yang kompleks, yang akan membuang sel- sel yang
berpotensi menjadi rusak. Cytotoksik T sel dapat secara langsung
menginduksi apoptosis pada sel melalui terbukanya suatu celah pada
target membran dan pelepasan zat- zat kimia untuk mengawali proses
apoptosis. Celah ini dapat terjadi melalui adanya sekresi perforin, granul
yang berisi granzyme B, serine protease yang dapat mengaktivasi
caspase melalui pemecahan residu aspartat.
5. Involusi hormonal pada usia dewasa
Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium
selama siklus menstruasi, regresi pada payudara setelah masa menyusui
dan atresia folikel ovarium pada menopause.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Tipe atau jenis sinyal yang berbeda dapat memberikan pengaruh
berbeda yang diberikan sel. Sel yang berbeda memiliki koleksi protein yang
berbeda (ini disebabkan karena jenis sel yang berbeda menyalakan kumpulan
gen yang berbeda). Respons sel tertentu terhadap sinyal bergantung pada
koleksi tertentu protein reseptor sinyal, protein relai, dan protein yang
dibutuhkan untuk melaksanakan respons.
Sel berbeda dapat memberikan respon berbeda terhadap sinyal yang
sama. Molekul sinyal yang sama mengikat molekul ke reseptor protein yang
sama. Namun, menghasilkan respon sangat berbeda dalam jenis berbeda dari
sel target
Regulasi dari pensinyalan sel. Respon di ujung jalur transduksi sinyal
mengarah ke regulasi satu atau lebih aktivitas selular yang terjadi di nukleus sel
atau di sitoplasma.

3.2 Saran
Makalah respon sel ini masih banyak terdapat kekurangan, maka
dengan itu kami mengharapkan kritik dan sarannya bagi pembaca agar dapat
lebih baik lagi pada penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, B., A. Johnson, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, P. Walter. 2008. Molecular


Biology of The Cell. New York: Garland Science, Taylor & Francis Group.

Campbell, N. A., J. B. Reece., L. A. Urry., M. L. Cain., S. A. Wasserman., P. V.


Minorsky., R. B. Jackson. 2008. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Schulz, W. A. 2005. Molecular Biology of Human Cancers. New York: Springer

También podría gustarte