Está en la página 1de 8

ANALISIS KEBIJAKAN CORRECTIVE DAN PREVENTIVE

MAINTENANCE PADA MESIN RAPIER, SHUTLE, WATER JET PADA


PROSES WEAVING di PT. TIGA MANUNGGAL SYNTHETIC INDUSTRIES
Mustofa Muthi Said Susilo. *), Hery Suliantoro

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Mustofamuthi1404@gmail.com
Abstrak
PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries adalah perusahaan textile di Kota Salatiga. Pada PT. Timatex ini
terdapat proses weaving yang bertugas untuk menenun benang lusi dan benang pakan. Adapun
Permasalahan perusahaan yang sering dialami adalah terjadi kerusakan mesin yang tiba-tiba dan
tingginya waktu kerusakan mesin (downtime) ketika proses produksi berlangsung. Hal-hal tersebut
mengakibatkan kelancaran proses produksi menjadi terganggu.Oleh sebab itu pada jurnal ini akan
mengangkat kebijakan jadwal perawatan mesin antara corrective atapun preventive maintenance yang
nantinya akan menjadi usulan bagi perusahaan untuk menerapkan sistem terbaik dalam melakukan
perawatan mesin, dimana kebijakan ini dianalisis menggunakan root cause analysis,diagram pareto, serta
diagram sebab akibat (fishbone).

Kata Kunci :jadwal perawatan, corrective maintenance, preventive maintenane

Abstract
[POLICY ANALYSIS AND TREATMENT RESULTS IN MACHINE RAPIER, shutle, AIR JET
WEAVING PROCESS PT. INDUSTRIAL SYNTHETIC THREE MANUNGGAL]. PT. Tiga Manunggal
Synthetic Industries is a textile company in Salatiga. At the PT. There are Timatex weaving process that
served to weave the warp and weft. As for the problem of companies that often experienced engine damage
occurs suddenly and high time engine failure (downtime) when the production process. These things lead
to a smooth production process to be disturbed. Therefore, in this journal will raise the policy schedule
machine maintenance between corrective atapun preventive maintenance which will be proposed for
companies to implement the best systems in the treatment machine, in which this policy was analyzed using
root cause analysis, pareto diagrams, as well as the causal diagram (fishbone).

Keywords : schedule maintenance, corrective maintenance, preventive maintenance


1. Pendahuluan dimana perawatan sering tidak terjadwal dikarenakan
PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries yang di padatnya jadwal produksi.
kenal dengan nama Timatex merupakan perusahaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
perseroan terbatas yang bergerak dalam industri tekstil. sebuah kebijakan perawatan mesin yang tepat, efektif,
Perusahaan ini diresmikan pada tahun 1976 di Kota serta ekonomis, berdasarkan pada pengalaman frekuensi
Salatiga dan memiliki alamat pabrik di Jalan Jend. terjadinya breakdown mesin, untuk meminimalkan biaya
Sudirman Kota Salatiga serta kantor pusat di Jakarta. perawatan.
Pada proses produksi PT. Timatex terdapat proses
yang dinamakan weaving dimana pada proses ini 2. Bahan dan Metode
perusahaan melakukan penenunan, adapun pada proses Bahan dan metode yang digunakan dalam
ini perusahaan memiliki beberapa jenis, antara lain penelitian ini adalah sebagai berikut;
shutle, rapier, dan water jet. Adapun masalah yang terjadi
adalah sering adanya breakdown pada ke 3 jenis mesin
ini, dimana breakdown tersebut tentunya mempengaruhi
kegiatan produksi perusahaan. Adapun menurut pihak
maintenance, tingginya angka breakdown mesin
diakibatkan karena mesin yang sudah berumur dan perlu
adanya perlakuan khusus seperti perawataan berkala,
maintenance, dapat dilakukan dengen perhitungan
menggunakan metode-metode yang telah ada dengan
tujuan untuk mencari biaya total maintenance(total
Mulai Pengumpulan Data
A. Data breakdown mesin maintenance cost) yang paling rendah.
B. Waktu Repair dan Preventive
C. Biaya Repair dan Preventive
D. Biaya Tenaga Kerja Metode Repair Policy (Kebijakan Repair)
Penelitian Pendahuluan Metode repair policy (kebijakan repair) dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TMC(repair policy) = TCr = Expected cost of repair
Identifikasi dan Perumusan
Masalah Yang ada
Pengolahan Data
A. Mengetahui penyebab breakdown mesin TCr = B . Cr
B. Menghitung Biaya repair dan preventive N

Penentuan Tujuan Penelitian Tb = ∑in pi . Ti .... (1)


Dimana :
Analisi Data
TCr = Expected cost of repair (biaya perbaikan
yang diperkirakan) per bulan.
B = Jumlah rata-rata breakdown/ minggu untuk
Studi Lapangan Studi Pustaka Wawancara Kesimpulan dan Saran
N mesin.
Cr = Biaya perbaikan.
Tb = Rata-rata runtime permesin sebelum
Selesai
rusak
Gambar 1 Metodologi Penelitian dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut : TMC(n) = TCr(n) + TCM(n) .... (2)
Sistem Perawatan Dimana :
Menurut Corder (1992), sistem perawatan atau TMC(n) = Biaya total perawatan per bulan.
maintenance systemadalah semua tindakan yang TCr(n) = Biaya repair per bulan.
dibutuhkan untuk memelihara suatu unit mesin atau alat TCM(n) = Biaya preventive maintenance per
bulan.
di dalamnya atau memperbaiki sampai pada kondisi
n = Jumlah periode (bulan).
tertentu yang bisa diterima. Sedangkan menurut Haizer
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan
(2001),perawatan atau maintenance adalah segala adalah sebagai berikut :
kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem
Hitung jumlah breakdown kumulatif yang
peralatan agar bekerja dengan baik. diharapkan dari kerusakan Bn untuk semua mesin
selama periode preventive maintenance (Tp=n
Tujuan Sistem Perawatan bulan).
Menurut Corder (1992), tujuan utama dari sistem Tentukan jumlah rata-rata breakdown per bulan
perawatan (maintenance) adalah sebagai berikut : sebagai perbandingan
Untuk memperpanjang usia kegunaan asset. Hal Rata-rata breakdown per bulan = Bn/n .... (3)
ini paling penting di Negara berkembang karena
kurangnya sumber daya modal untuk Perkirakan biaya repair per bulan dengan
pergantian. menggunakan persamaan :
Untuk menjamin ketersediaan optimum TCr(n)= (Bn/n) Cr .... (4)
peralatan yang dipasang untuk produksi (atau
jasa) dan mendapatkan laba investasi Perkirakan biaya preventive maintenance per bulan.
maksimum yang mungkin TCM(n)= (N . Cm)/n .... (5)
Untuk menjamin kesiapan operasional dari
seluruh peralatan yang diperlukan dalam Biaya total perawatan.
keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit TMC(n) = TCr(n) + TCM(n) .... (6)
cadangan, unit pemadam kebakaran dan
penyelamat, dan sebagainya.
Untuk menjamin keselamatan orang yang
menggunakan sarana tersebut.

Pemilihan Kebijakan antara Repair Maintenance dan


Preventive Maintenance
Menurut Kostas (1981), dalam memilih antara
kebijakan repair maintenance dan preventive
N = Jumlah mesin

Metode Preventive Policy (Kebijakan Preventive)


Metode preventive policy (kebijakan preventive )
3. Hasil dan Pembahasan power unit Rp 75.000.000 1
3.1 Pengumpulan Data
Data breakdown mesin yang terjadi pada proses kabel daya Rp 50.000 1
produksi PT. Timatex dapat dilihat pada tabel 2.1 Data
historis bulan juli 2014 hingga Juni 2015. Selanjutnya Perhitungan Distribusi Frekuensi Breakdown
pada tabel 2.2 adalah nama dan harga dari sparepart, Tabel 3 Distribuai Frekuensi Breakdown
dimana data data ini akan menjadi inputan dalam Lama
penelitian. Adapun beberapa data tambahan sebagai Jumlah Probabilitas Down
No Bulan
berikut: Breakdown Breakdown Time
Jumlah tenaga kerja =3 (Menit)
Biaya tenaga kerja/jam = Rp. 1.287.000 (UMR) / 1 Jul-14 9 0,0928 250
(30x8) = Rp. 5.363,00 Agst-
Tabel 1 Data Breakdown Mesin 2 13 0,1340 337
14
Jumlah 3 Sep-14 5 0,0515 300
Bulan
breakdown 4 Okt-14 8 0,0825 230
Nop-
Jul-14 9 5 8 0,0825 220
14
Agust-14 13 6 Des-14 11 0,1134 266
Sep-14 5 7 Jan-15 9 0,0928 250
Okt-14 8 8 Feb-15 10 0,1031 250
Nop-14 8 Mar-
9 5 0,0515 170
Des-14 11 15
10 Apr-15 12 0,1237 320
Jan-15 9
Mei-
Feb-15 10 11 15 5 0,0515 280
Mar-15 5 12 Jun-15 2 0,0206 65
Apr-15 12 Total 97 1 2938
Mei-15 5 Dari gambar diatas, dapat diketahui data distribusi
Jun-15 2 frekuensi breakdown tiap bulannya. Dimana nilai
probabilitas breakdown didapat dengan cara membagi
Total 97 jumlah mesin breakdown pada periode yang sudah
Tabel 2 Data Nama dan Harga Sparepart ditentukan dengan jumlah seluruh breakdown mesin yang
Jenis Part Harga Jumlah ada.
Jumlah � ������ ���pada periode tertentu
monitor baru Rp 4.000.000 1 P=
Jumlah �� ����� ���total
transistor Rp 80.000 6
3.2 Perhitungan Biaya Repair
penyangga Rp 30.000 3 Cr = {(waktu untuk memperbaiki x jumlah tenaga
kabel I/O K.90 Rp 285.000 1 kerja x biaya tenaga kerja per jam) + biaya material/
sparepart}
selang hidrolik Rp 2.700.000 2
Dimana : Biaya tenaga kerja = Rp 5.363,-/jam
bearing magazine Rp 25.000 1 Rata-rata biaya sparepart = Rp 37.525.000,-
silinder hidrolik Rp 418.000 2 Jumlah tenaga kerja = 3 orang
Rata-rata waktu repair = 137,5 menit = 2,2916 jam
transistor am Rp 80.000 1 Sehingga didapat biaya repair sebesar :
baterai baru Rp 20.000 1 Cr = {(2,2916 x 3 x Rp. 5.363,-) + Rp. 37.525.000,-
= Rp. 37.561.867,-
pullstud Rp 200.000 3 3.3 Perhitungan Biaya Preventive
baut Rp 10.000 3 Cm= {(waktu untuk memperbaiki x jumlah tenaga
kerja x biaya tenaga kerja per jam) + biaya material/
servo unit c Rp 36.000.000 1 sparepart}
Dimana : Biaya tenaga kerja = Rp 5.363,-/jam Biaya yang timbul dalam kebijakan repair adalah
Rata-rata biaya sparepart = Rp 1.911.440,- biaya repair dan biaya downtime:
Jumlah tenaga kerja = 3 orang TMC = TCr + TCd
Rata-rata waktu repair = 28,032 menit = 0,467 jam Operator tidak hanya menangani satu buah mesin,
Sehingga didapat biaya perawatan sebesar : maka diasumsikan bahwa cost of downtime dapat
Cm = {(0,467 x 3 x Rp. 5.363,-) + Rp. 1.911.440 diabaikan (TCd = 0). Untuk menentukan TCr, kita harus
= Rp 1.918.956,- menghitung rata-rata run-time tiap mesin (Tb), dan
menghitung rata-rata breakdown tiap periode (B)
3.4 Biaya Kebijakan Repair yang Dikeluarkan
Dari distribusi frekuensi breakdown, didapat :
12
𝑁
𝐵=
𝑇� Tb = ∑ pi . Ti
𝐽 �� ��ℎ � ����� i=1
=
𝑅���− �
������− �𝑖��
n
�����������������
� Tb= p1.T1+ p2.T2 + .....+

Tb = ∑ pi . Ti
i
p12.T12 TCr(1) = B. Cr = 0,353 x Rp. 37.561.867,- =
Tb = (0,0928x1) + (0,1340x2) + (0,0515 x 3) Rp13.263.822
+ ... + (0,0206 x 12) = 5,928 bulan Biaya preventive per bulan :
Perkiraan biaya repair adalah : ��.�� 3 ×1.918.956
𝑁
TCm(1) = � = 2
= Rp2.878.434,-
TCr = B .Cr = 𝑇𝑏 .Cr Total biaya maintenance per bulan :
3
TCr = × 𝑅�. 37.561.867, − TMC(1) = TCr(1) + TCm(1) = Rp13.263.822+
5,928
TCr = Rp. 19.009.571,- Rp2.878.434,-= Rp. 16.142.257
Maka biaya repair policy yang diperkirakan Dengan menggunakan rumus yang sama,
adalah : perhitungan dilanjutkan hingga memperoleh n=12, yang
TMC = TCr + TCd dimana tiap periode mendapatkan hasil yang berbeda-
= Rp. 19.009.571,- + 0 beda. Berkut rekap lengkap untuk perhitungan biaya
= Rp. 19.009.571,- preventive per bulan.

3.5 Biaya Kebijakan Preventive Per Bulan Tabel 4 Biaya Preventive Maintenance
Perhitungan biaya perawatan dengan metode N Peri TCm(n TMC(n
Preventive Maintenance Policy untuk n = 1 Bn B TCr(n)
o ode ) )
Kumulatif jumlah breakdown dalam 1 bulan : Rp Rp Rp
B1 = N.p1 = 3 x 0,0928 = 0,278 Jul- 0,2 0,2
1 10.455. 5.756.8 16.212.
Rata-rata jumlah breakdown per bulan : 14 78 78
�� �1 0 , 278
365 69 234
B = � =1 = 1 = 0,278 Agu Rp Rp Rp
0,7 0,3
Perkiraan biaya repair per bulan : 2 st- 13.263. 2.878.4 16.142.
06 53
TCr(1) = B. Cr = 0,278 x Rp. 37.561.867,- = 14 822 34 257
Rp10.455.365 Rp Rp Rp
Biaya preventive per bulan : Sep- 0,9 0,3
3 11.742. 1.918.9 13.661.
��.�� 3 ×1.918.956 14 38 13
TCm(1) = � = = Rp5.756.869 886 56 842
1
Total biaya maintenance per bulan : Rp Rp Rp
Okt- 1,2 0,3
TMC(1) = TCr(1) + TCm(1) = Rp10.455.365 + 4 12.005. 1.439.2 13.444.
14 78 20
Rp5.756.869 = Rp. 16.212.234,- 645 17 862
Rp Rp Rp
Nop 1,6 0,3 12.272. 1.151.3 13.423.
Perhitungan biaya perawatan dengan metode 5
-14 34 27 037 74 410
Preventive Maintenance Policy untuk n = 2
Kumulatif jumlah breakdown dalam 1 bulan : Rp Rp Rp
Des- 2,1 0,3
B1 = N.p1 + N.p2 + B1.p1= 3 x (0,0928+0,1340) 6 13.287. 959.47 14.247.
14 23 54
+ 0,278x0,1340 = 0,706 912 8 391
Rata-rata jumlah breakdown per bulan : Rp Rp Rp
�� �2 0 , 706 Jan- 2,5 0,3
B= = = = 0,3 7 13.937. 822.41 14.759.
15 97 71
Perkiraan biaya repair per bulan : 548 0 958
Rp Rp Rp 3 Sep-14 3 5
Feb- 3,1 0,3
8 14.818. 719.60 15.538.
15 56 95 4 Okt-14 3 8
666 9 275
Rp Rp Rp 5 Nop-14 3 8
Mar 3,6 0,4
9 15.039. 639.65 15.678. 6 Des-14 3 11
-15 03 00
238 2 890
Rp Rp Rp 7 Jan-15 3 9
1 Apr- 4,3 0,4
16.165. 575.68 16.741. 8 Feb-15 3 10
0 15 04 30
359 7 046
9 Mar-15 3 5
Rp Rp Rp
1 Mei 4,8 0,4
16.540. 523.35 17.063. 10 Apr-15 3 12
1 -15 44 40
046 2 398 11 Mei-15 3 5
Rp Rp Rp
1 Jun- 5,3 0,4 12 Jun-15 3 2
16.779. 479.73 17.259.
2 15 61 47
510 9 249
Jumlah Breakdown mesin
pada proses weaving

Jumlah Breakdown
Perbandingan biaya
15
corrective dan preventive 10
maintenance mesin pada 5
proses weaving 0

Okt-14
Nov-14

Mei-15
Jul-14

Sep-14

Des-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15

Jun-15
Agu-14

Apr-15
Rp20.000.000
Biaya

Rp10.000.000 Bulan
Rp-
jumlah breakdown

Gambar 3 Diagram Batang Jumlah Breakdown Mesin


TCr(n) TCm(n) TMC(n) TMC
Dari gambar diatas, jenis dari distribusi frekuensi
breakdown pada mesin mengikuti frekuensi breakdown
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa case 2. Tipe ini menggambarkan komponen yang saling
kebijakan yang paling optimal adalah kebijakan berkaitan dimana terdapat komponen yang termasuk
preventive setiap 5 bulan sekali terhadap mesin karena kompleks. Sehingga banyak yang akan menjadi penyebab
mempunyai total biaya yang lebih murah dibandingkan komponen itu sendiri breakdown, selain itu waktu
dengan kebijakan repair. Hal ini disebabkan karena rata- breakdown juga sulit diprediksi. Maka diharuskan
rata biaya penggantian sparepart yang berpengaruh juga perawatan dan perlakuan baik agar kerusakan suatu
terhadap kebijakan perawatan. komponen tidak mempengaruhi komponen lain sehingga
run-time mesin menjadi lebih lama dan produktivitas
3.6 Analisa Breakdown menggunakan metode Root mesin tidak menurun.
Cause Analysis Untuk lebih mudah memahami maka akan disajikan
Berdasarkan data kerusakan mesin yang didata dalam bentuk diagram pareto. Fungsi dari diagram
selama bulan Juli 2014 sampai dengan Juni 2015, dapat pareto adalah untuk mengidentifikasikan masalah utama
kita lihat pada tabel Cheek Sheet berikut : untuk meningkatkan kualitas. Diagram ini menunjukkan
seberapa besar frekuensi berbagai macam permasalahan
Tabel 5 Cheek Sheet Data Breakdown yang terjadi dengan daftar jenis kerusakan mesin pada
Jumlah sumbu x dan jumlah kerusakan pada sumbu y. Prinsip
Jumlah
No Bulan Yang Pareto adalah 80 % masalah disebabkan oleh 20 %
Breakdown
Diperiksa penyebab.
1 Jul-14 3 9
2 Agust-14 3 13
Kerusakan Sparepart Mesin
Pada Proses Weaving
25 100
20 80
15 60
Perawatan Yang
10 40 Tidak Sesuai
Jadwal
5 20 Beban Kerja
silinder…

bearing…
Terlalu Tinggi
0 0
monitor baru
pullstud

selang hidrolik

power unit
penyangga

kabel I/O K.90


kabel daya
servo unit c

baterai baru
baut
transistor

Mesin sudah tua

Tingginya Breakdown
Mesin Pada Proses Weaving
Kurang Memperhatikan
Urutan Kerja
Kelelahan
Operator
Kurang Tanggung Jadwal Produksi Tidak
jumlah breakdown jumlah persentase Jawab Terhadap Memperhatikan
Kondisi Mesin
Mesin

Gambar 4 Diagram Pareto Penyebab


Breakdown Mesin

Dapat disimpulkan bahwa area kritis terletak pada


transistor. Seringnya kerusakan pada transistor
dikarenakan sebagai berikut:
Kurangnya pemantauan akan part karena letak
susah dijangkau Gambar 5 Diagram Fishbone kerusakan
Tidak mengetahui life time pada transistor. mesin
Seringnya terjadi getaran pada proses produksi
yang menyebabkan transistor cepat rusak 4. KESIMPULAN
Beban kerja yang melebihi kemampuan mesin Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
Oleh karena itu, perlu adanya pelakuan untuk diantaranya adalah:
mengurangi frekuensi terjadinya breakdown yang terjadi 1. Permasalahan pada bagian maintenance terletak
pada transistor. Beberapa solusi yang bisa mengurangi, pada tingginya breakdown mesin yang dapat
diantaranya : mengganggu proses produksi, diantaranya terdapat
pada mesin Rapier, Shutle, Water Jet Pada Proses
Pemeriksa secara berkala pada transistor supaya
Weaving. Dimana pada mesin-mesin tersebut pada
mengetahui apakah transistor masih layak
bagian transistor banyak mengalami kerusakan.
digunakan.
Penyebab kerusakan diantaranya yaitu tidak
Mengetahui life time dari transistor tersebut.
terpantau karena letaknya susah dijangkau,
Membuat jadwal predictive untuk
seringnya terjadi getaran, beban kerja yang tinggi
meminimalisir terjadinya breakdown.
dan tidak mengetahui life time dari part tersebut.
Penyebab kerusakan komponen-komponen pada
mesin akan lebih jelas pada diagram fishbone berikut : Perbaikan yang dilakukan dengan cara memeriksa
secara berkala dan membuat jadwal predictive
untuk bagian transistor.
Pemilihan model kebijakan maintenance dari hasil yang
didapat diperoleh kebijakan preventive maintenance
setiap 5 bulan sekali yaitu sebesar Rp 13.424.850,-.
Karena biaya repair sebesar Rp. 19.000.571,- beda
sebesar Rp. 5.575.721 atau 29,34%

Ucapan Terimakasih
Terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkontribusi pada penelitian ini, yaitu : kepada kedua
orang tua penulis yang senantiasa memberikan dorongan
semangat, motivasi baik moral maupun material, dan
kepada Bapak Hery Suliantoro ST. MT. selaku
pembimbing penulis, dan kepada teman-teman yang
senantiasa memberikan bantuan dan dorongan semangat
yang tidak bisa di sebutkan satu-satu.

Daftar Pustaka

Assauri, Soyjan (2008). Manajemen Produksi danBayu,


Catur Ardy (2011). Proses Otomatisasi Reaming
Menggunakan Mesin CNC Type MV-40 Pada
Cylinder Head. Teknik Elektro, Universitas
Diponegoro.
Dervitsiotis, Kostas N(1981). Operational Managament.
New York: Mc Graw-Hill Book Company.
Djunaidi, Much., Eko Bakdiyono (2012). Minimasi
Biaya Perawatan Dengan Menggunakan Metode
Preventive Maintenance Policy. ISSN, 11(2)
Frampton, Coby (2010). Benchmarking World-Class
Maintenance. Charles Brooks Associates, Inc.
Kyriakidis, E.G.; Dimitrakos, T.D. (2006). Optimal
preventive maintenance of a production system
with an intermediate buffer. European Journal
of Operational Research. 168, 86–99.
Oktalisa, Putri P., Nazaruddin Matondang, & Aulia
Ishak (2013). Perancangan Sistem Perawatan
Mesin Dengan Pendekatan Reliability
Engineering Dan Maintenance Value Stream
Mapping (MVSM) Pada PT XXX. E-Jurnal
Teknik Industri FT USU, 3(1), 52-56
Operasi. Jakarta: LPFEUI.
Pujotomo, D.; Kartha, R. (2007). Analisa Sistem
Perawatan Komponen Bearing Bottom Roller
dan V-Belt Mesin Ring Frame RY-5 pada
Departemen pinning II A (Di PT Danrilis
Surakarta). Jurnal Teknik Industri Undip. 2 (2),
40 – 48
Zulaihah, L.; Fajriah, N. (2009). Program Perencanaan
Kebijakan Penjadwalan Preventive Maintenance
Unit Mesin Las. Jurnal Bina Teknika. 5(2), 78 –
90Jardine, A.K.S. 2006. Maintenance,
Replacement and Reliability. Taylor and Francis
Group. New York: LLC.

También podría gustarte