Está en la página 1de 8

CASE REPORT SESSION

PSIKOTIK AKUT dan SEMENTARA

Preceptor :
HM. ZAINIE HASSAN AR., dr., Sp.KJ (K)

Disusun Oleh :
Rani Setiorini
Suci Syamsiah R

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KSESEHATAN JIWA
2007
I. IDENTITAS
Nama : Ny.SR
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp.Sangkanhurip, Garut
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD

II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Heteroanamnesis dari kakak sepupu penderita)
Keluhan Utama : Suka melamun, berteriak-teriak, mengamuk, dan bicara
sendiri
Anamnesis khusus :
Sejak 10 hari SMRS, Os mengamuk, berteriak-teriak, dan bicara sendiri.
Hal ini terjadi mendadak, diawali saat Os merasa melihat tukang barang bekas
yang ingin mengambil sepeda anaknya, namun tidak dapat dilihat orang lain,
sehingga ia berteriak-teriak sambil berlari pulang ke rumahnya. Selama 10
hari terakhir ini, Os tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga. Os juga tidak dapat tidur karena Os berbicara dan bershalawat
sepanjang hari dengan tujuan untuk memohon ridho Allah, nafsu makan Os
pun menurun. Selama ini Os kurang bisa bersosialisasi dengan tetangga.
Akhir-akhir ini Os merasa ada orang yang membicarakan dirinya
dibelakangnya dan ingin berbuat jahat kepadanya. Os sering merasa bahwa
pikirannya dapat disiarkan ke luar sehingga orang-orang tau apa yang
dipikirkannya. Selama Os di rumah sakit, Os merasa sedih, dan Os sering
sering mendengar suara anaknya kecil meminta susu kepadanya, namun tidak
dapat didengar oleh orang lain.
Enam bulan smrs os melahirkan anak ke-empatnya. Riwayat kontrasepsi/
kegagalan kontrasepsi tidak diketahui. Kehamilan Os tidak ada masalah, dan
Os melahirkan anaknya dengan bantuan paraji di rumahnya. Setelah
melahirkan, perilaku Os berubah yang semula Os dikenal sebagai orang yang
pendiam, Os jadi lebih banyak omong (banyak bicara, shalawat) namun Os
masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari (mengasuh anaknya) dengan
baik.
Sekitar 2 tahun SMRS, Ayah Os meninggal dunia. Ayah Os berwasiat agar
warisan dibagi dalam jumlah yang sama, namun pada kenyataanya, wasiat
dibagi secara hukum islam sehingga anak lelaki mendapat dua kali bagian
anak perempuan. Sehingga Os mendapat bagian yang lebih kecil dari harapan
Os.
1 tahun SMRS, anak Os yang kedua meminta agar dibelikan sepeda
motor. Karena tidak punya uang dan untuk memenuhi keinginan anaknya, Os
beserta suami pindah ke Cikampek untuk mendapat pekerjaan.
Riwayat hidup penderita
o Masa dikandung dan persalinan :
Ibu hamil 9 bulan, melahirkan di rumah dibantu oleh paraji, ibu dan anak
sehat
o Masa bayi
Diberi ASI sampai usia kurang dari 2 tahun karena ibu sudah hamil lagi
o Masa prasekolah
Toilet training diajarkan oleh Ibu
o Masa sekolah dan prapubertas
Masuk SD pada usia 7 tahun, dan berhasil menyelesaikan sekolahnya
o Masa pubertas
Penderita merupakan anak yan pendiam, tertutup, dan kurang bergaul
o Masa dewasa
Menikah dengan pria pilihan sendiri dan dikaruniai 4 orang anak
o Masa tua
Belum dilalui

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang, status gizi cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
T: 90/60 mmHg N : 88x/mnt R : 24x/mnt S: 36.8C
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
pupil bulat isokor, RC : +/+
Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba
Thorax : Bentuk dan gerak simetris
Paru-paru : Sonor, BPH : ICS V, peranjakan 1 ICS
VBS ka=ki, Rh : -/- Wh : -/-
Jantung : Bunyi jantung SI,SII murni reguler, S3 (-), S4 (-), Murmur (-)
Abdomen : Datar, lembut
Hepar dan lien tidak teraba membesar , BU (+) normal
Ekstremitas : Edema (-)
Status Psikiatrikus
Roman muka : baik
Kesadaran : compos mentis
Kontak/rapport : (+) adekuat
Orientasi : T = kurang
W = baik
O = baik
Perhatian : baik
Persepsi : Halusinasi visual
Halusinasi dengar
Ingatan : Baik
Intelegensia : tidak dilakukan
Pikiran : Bentuk pikiran  autistik
Jalan pikiran  Asosiasi longgar
Isi pikiran  Ideas of reference, thought broadcasting
Penilaian : Insight of illness  buruk
Dekorum : Baik
Emosi : Afek datar
Tingkah laku dan bicara : normoaktif, logorrhea

Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F 23  Psikosis akut dan sementara
Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis untuk aksis II
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah ekonomi
Aksis V : 51-60

Diagnosis Banding
Skizoafektif
Gangguan Bipolar episode manik

Usul Pemeriksaan :
- Sysmex

Terapi :
Psikofarmaka :
- Haloperidol
- THF
- Ativan
Psikoterapi :
- Psikoanalitik
- Terapi kognitif

Prognosa
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
PEMBAHASAN

I. Definisi
Psikotik adalah suatu hendaya dalam realita ( loss of reality testing ) biasanya
dengan halusinasi, delusi, dan gangguan berpikir. Gejala psikotik nonspesifik, dan
selayaknya demam, mempunyai banyak etiologi. Seorang klinisi harus memastikan
bahwa faktor penyebab pada pasien psikotik bukanlah karena kondisi medik umum
dan karena penggunaan zat-zat tertentu.
II. Etiologi
Hipotesis Dopamin
Skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori
tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk clorazapine, khasiat
dan potensi antipsikotik adalah berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak
sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2 (D2). Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik, yang paling jelas adalah amfetamin, yang
merupakan salah satu psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah
hiperaktivitas dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin,
terlalu banyak reseptor dopamin, atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Teori
dasar juga tidak menyebutkan apakah jalur dopamin di otak mungkin terlibat,
walaupun jalur mesokortikal dan mesolimbik paling sering terlibat. Neuron
dopaminergik di dalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya di otak tengah ke
neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebri.
Reseptor dopamin tipe 1 (D1) mungkin memainkan peranan dalam gejala negatif.
Reseptor dopamin tipe 5 (D5) yang baru ditemukan berhubungan dengan reseptor D1.
Dengan cara yang sama D3 dan D4 berhubungan dengan reseptor D2 dan akan
menjadi sasaran penelitian karena bersifat agonis dan antagonis spesifik yang
dikembangkan untuk reseptor tersebut. Sedikitnya satu penelitian telah melaporkan
adanya peningkatan reseptor D4 dalam sampel otak postmortem dari pasien
skozofrenik.

Gangguan psikosis akut


Di dalam DSM-III-R faktor psikososial dianggap bermakna menyebabkan
psikosis reaktif singkat. Pada DSM-IV menenmpatkan gangguan psikotik singkat di
dalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang
penyebabnya tidak diketahui, kemungkinan penyebabnya heterogen.
Pasien dengan gangguan psikotik singkat yang pernah memiliki gangguan
kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah
perkembangan gejala psikotik. Walaupun pasien dengan gangguan kepribadian
mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah perkembangan gejala
psikotik. Walaupun pasien dengan gangguan psikotik singkat mungkin tidak memiliki
peninggian insidendi skizofrenia di dalam keluarganya, beberapa data menunjukka
adanya suatu insidensi gangguan mood. Perumusan psikodinamika telah menyadari
adanya mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan
kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik.
Teori psikodinamika menyatakan bahwa gejala psikotik adalah suatu pertahanan
terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak tercapai, atau suatu
pelepasan dari situasi psikososial tertentu.
III.Gambaran Klinik
Gejala gangguan psikosis akut termasuk sekurang-kurangnya satu gejala psikosis
utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan
keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah
mengamaiti bahwa gejala afektif, konfus dan gangguan pemusatan perhatian mungkin
lebih sering ditemukan pada gangguan psikosis singkat dibandingkan gangguan
psikosis kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikosis singkat adalah
perubahan emosional, pakaian atau peilaku yang aneh, berteriak-teriak atau diam
membisu, dan gangguan daya ingat untu peristiwa yang belum lama terjadi.

IV. Kriteria Diagnostik


Menurut PPDGJ- III, gangguan psikotik akut dan sementara dibagi menjadi :
F 23.0 : Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
F 23.1 : Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
F 23.2 : Gangguan psikotik lir-skizofrenia (skizofrenia-like) akut
F 23.3 : Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
F 23.8 : Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
F 23.9 : Gangguan psikotik akut dan sementara YTT
Pedoman diagnostik untuk gangguan psikotik akut dan sementara
o Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas
yang dipakai ialah :
a. Onset yang akut ( dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka
waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu
sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari,
tidak termasuk periode prodormal yang gejala-gejalanya sering
tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh
kelompok.
b. Adanya sindrom yang khas ( berupa polimorfik = beraneka
ragam dan berubah cepat, atau schizoprenia-like = gejala
skizoprenik yang khas )
c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga
dispesifikasi dengan karakter ke 5; .x0=tanpa penyerta stress
akut; .x1= dengan penyerta stress akut) kesulitan atau problem
yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan dalam sumber
stress dalam konteks ini.
o Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik atau depresif walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala
afektif individual dapat menonjol dari waktu-ke waktu
o Tidak ada penyebab organik seperti trauma kapitis, delirium atau
demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau
obat-obatan.
Gangguan psikosis singkat diklasifikasikan dalam DSM IV sebagai gangguan
dengan gangguan psikosis dengan durasi singkat, berdasarkan kriteria :
A. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (sering menyimpang/inkoherensi)
4. perilaku terdisorhanisasi jelas/katatonik.
B. Lama suatu episode gangguan adalah sekurang-kurangnya 1 hari tetapi kurang
dari 1 bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi primorbid.
C. gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan mood dengan ciri
psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fidiologis
langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat atau medikasi umum) atau
kondisi medis umum.
Sebutkan bila (salah satunya) :
Dengan onset pasca persalinan : onset dalam waktu 4 minggu setelah persalinan.

Pada pasien ini dimasukkan ke dalam diagnosis psikotik akut dan sementara
karena ditemukan :
- Halusinasi visual dan auditori
- Delusion of persecution dan delusion of reference

- Thought disorder berupa : bentuk  autistic


Jalan  asosiasi longgar
Isi  Ideas of reference dan
thought broadcasting
- Emosi : afek datar
- Insight of illness  buruk
- Legorrhea
Yang manifestasinya secara menonjol terjadi selama kurang lebih 10 hari,
sehingga onsetnya tergolong akut dan mengganggu aktivitas sehari-hari, tidak adanya
gangguan yang masuk dalam kriteria manik dan depresif, sedangkan trauma kapitis serta
penyebab organic lainnya diperkirakan tidak ada, intoksikasi alcohol pun diperkirakan
tidak ada.

V. Diagnosis Banding
Pasien ini, didiagnosis banding dengan skizoafektif disorder dan gangguan bipolar
episode manik
Skizoafektif disorder adalah suatu gangguan dimana schizophrenia dan gangguan
mood terjadi secara bersamaan dan sama-sama menonjol, dan tidak bisa didiagnosa
secara terpisah. Kejadiannya kurang dari 1 %, laki-laki = perempuan. Prognosisnya
buruk jika terdapat sejarah keluarga schizofrenia yang positive, onset yang cepat dan
tiba-tiba tanpa faktor presipitasi, gejala-gejal psikotiknya lebih menonjol. Pasien
schizoaffective mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan pasien
schizofrenia dan lebih buruk dibandingkan pasien mood disorder. Pengobatannya
dengan anti depresant atau anti mania dikombinasi dengan anti psychosis.
Pada pasien ini didiagnosis banding dengan shizoafektif karena terdapat :
Tanda schizophrenia antara lain :
- delusion of persecution
- delusion of refference
- Halusinasi visual + auditorik
- Afek datar
Tanda dari mood disorder pada pasien ini :
- Afek yang meninggi
- aktivitas meningkat : shalawat selama 10 hari tanpa henti
- Tidak tidur
- Iritabilitas  Os mengamuk
- General appearance  colorful clothing
- Delusi

VI. Terapi
A. Psikofarmaka
- Haloperidol : suatu dopamin reseptor antagonist, untuk anti
psychosisnya.
- Thf : Triheksifenidil, merupakan anti kolinergik, untuk
mencegah efek samping dari haloperidol
B. Psikoterapi
- Psychoanalisis
- Terapi Kognitif

También podría gustarte