Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh :
Oleh :
Febryanto Wardhana Utama
A14105546
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Utara. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan A.
Bangun dan S. Surbakti. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah SD pada
tahun 1989 ,SLTP pada tahun 1995. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan
pendidikan ke SMUN 1 Medan, dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama
Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya
Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa atas segala kasih dan
baik.
Seribu, DKI Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha
budidaya ikan kerapu macan dengan sistem budidaya karamba jaring apung.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Kritik dan
ini. Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan
.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH BAPA atas segala
kasih dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Kedua orang tua tercinta A.Bangun dan S. Surbakti serta adik-adikku
tersayang Astra Yudha Riady dan Afriliany Tri Lestari yang telah
memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang.
2. Ir. Lusi Fausia, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingannya.
3. Ir. Juniarti Atmakusumah, M.Si yang telah menjadi dosen evaluator yang
memberikan banyak saran pada penelitian saya.
4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan koreksi dan saran pada skripsi saya.
5. Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji komdik yang memberikan
koreksi dan saran pada penulisan skripsi saya.
6. Someone special for the passion and love. You give me more than I need.
7. Anak-anak Mariners Camp. Iqbal, Eponk, Kincit, Alin, Inyo, Farah,
Franky, Gilang atas dukungan dan bantuannya selama penulis
melaksanakan penelitian dan skripsi.
8. Teman-teman X10C Murry”entes” Hadi N, Simon A, Tomson B, Alfredo
Z, Panjang, Marudut H, Dongok, serta semua pihak yang turut membantu
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
LAMPIRAN.........................................................................................................96
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi Ikan Kerapu Nasional........................................................................3
2. Nilai Produksi Ikan Kerapu ..............................................................................3
3. Produksi Ikan Kerapu Kepulauan Seribu .........................................................6
4. Evaluasi Penilaian Lokasi Karamba Jaring Apung ........................................20
5. Hubungan Antara Ukuran Benih Dengan Mata Waring ................................21
6. Komposisi Pekerjaan Kepala Keluarga di Kelurahan Pulau
Panggang Tahun 2001 (KK) ..........................................................................41
7. Komposisi Pekerjaan Penduduk di Kelurahan Pulau Panggang
Tahun 2001 ....................................................................................................42
8. Pendidikan Nelayan Pulau Panggang.............................................................43
9. Persentase Nelayan Menurut Penggunaan Alat Tangkap...............................44
10. Penghasilan Rata-rata Nelayan Berdasarkan Alat Tangkap...........................47
11. Ekspor Nasional Kerapu.................................................................................50
12. Kondisi Fisika, Kimia Pulau-Pulau di Kelurahan Pulau Panggang,
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu .............54
13. Aturan Pemberian Pakan Ikan Rucah Untuk Ikan Kerapu.............................58
14. Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 2 Kotak ..............................64
15. Komponen Biaya Ikan Kerapu Macan 4 Kotak .............................................65
16. Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 6 Kotak ..............................66
17. Komponen Biaya Variabel Ikan Kerapu Macan 2 Kotak...............................67
18. Komponen Biaya Variabel Ikan Kerapu Macan 4 Kotak...............................68
19. Komponen Biaya Variabel Ikan Kerapu Macan 6 Kotak...............................69
20. Penyusutan KJA 2 Kotak................................................................................73
21. Penyusutan KJA 4 Kotak................................................................................74
22. Penyusutan KJA 6 Kotak................................................................................75
23. Analisis Kelayakan Investasi Usaha...............................................................91
24. Analisis Sensitifitas SR Turun 10 persen .......................................................91
25. Analisis Sensitifitas Biaya Bibit naik 10 persen.............................................91
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogattus)...............................................11
2. Karamba Jaring Apung......................................................................................14
3. Jumlah Rumah Tangga/Pengusaha Budidaya ...................................................16
4. Luas Lahan Budidaya Karamba ........................................................................16
5. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Karamba ...............................................16
6. Konstruksi Karamba Jaring Apung ...................................................................17
7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan
Usaha Budidaya Kerapu dengan Sistem KJA..................................................34
8. Rantai Pemasaran Ikan Kerapu Macan Hasil Budidaya
di Pulau Panggang ............................................................................................51
9. Persiapan Wadah Karamba Jaring Apung.........................................................56
10. Proses Aklimatisasi Ikan Kerapu Macan..........................................................57
11. Pakan Alami (Rucah) Ikan Kerapu Macan.......................................................58
12. Waring Yang Sedang Dijemur Setelah Dibersihkan ........................................61
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Proyeksi Rugi Laba KJA 2 Kotak ....................................................................96
2. Proyeksi Rugi Laba KJA 4 Kotak ....................................................................97
3. Proyeksi Rugi Laba KJA 6 Kotak ....................................................................98
4. Cash Flow KJA 2 Kotak...................................................................................99
5. Cash Flow KJA 4 Kotak.................................................................................100
6. Cash Flow KJA 6 Kotak.................................................................................101
7. Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 2 Kotak ................102
8. Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 4 Kotak ................103
9. Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 6 Kotak ...............104
10. Analisis Sensitifitas SR Turun 10% KJA 2 Kotak ........................................105
11. Analisis Sensitifitas SR Turun 10% KJA 4 Kotak ........................................106
12. Analisis Sensitifitas SR Turun 10% KJA 6 Kotak .......................................107
I PENDAHULUAN
maritim yang mempunyai luas perairan sekitar 5,8 juta km2, garis pantai sepanjang
81.000 km serta pantai berkarang yang menyimpan kekayaan flora dan fauna
(Departemen Kelautan dan Perikanan/DKP, 2005). Saat ini sektor kelautan dan
perikanan dapat dijadikan sebagai salah satu pilar dalam pemulihan krisis
sebagai berikut : (1) Permintaan ikan konsumsi dari luar negeri, khususnya ikan
meningkat, selain itu juga terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat dewasa ini
Saat ini sumberdaya perikanan yang telah dimanfaatkan dalam skala yang
cukup besar adalah komoditas ikan karang, seperti ikan kerapu (Epinephelus
kawasan Asia Pasifik. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, (2005) pada
1) www.portaliptek.com
tahun 1997 kawasan ini memasok sekitar 90 persen dari total produksi kerapu
dunia.
jenis-jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan memiliki kelebihan dibandingkan ikan
kerapu jenis lain. Ikan ini bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai daging
yang lezat, bergizi tinggi dan mengandung asam lemak tak jenuh. Dengan
tingginya permintaan pasar terhadap ikan kerapu macan, usaha ikan kerapu macan
harus dilakukan.
produksi 14,7 persen per tahun2). Produksi kerapu di Indonesia sebagian besar
Perikanan, (2005) produksi ikan kerapu budidaya hanya sekitar 7.500 ton atau
sekitar 15,45 persen dari sekitar 48.516 ton produksi kerapu Indonesia.
1990-an dengan jumlah ekspor sebesar 300 ton pada tahun 1989 menjadi 3.800
ton pada tahun 1995. Besarnya tingkat permintaan ikan konsumsi terutama ikan
kerapu disebabkan adanya permintaan pasar luar negeri terhadap ikan karang
hidup konsumsi yang dikenal dengan istilah Live Reef Fish for Food (LRFF).
2) www.portaliptek.con
Tabel 1. Produksi Ikan Kerapu Nasional
Tahun
Jenis Ikan 1999 2000 2001 2002 2003 2004
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
Kerapu Karang 43.472 48.422 48.516 48.400 53.743 14.392
Kerapu Bebek - - - - - 5.807
Kerapu Balong - - - - - 1.182
Keterangan : - (Data Tidak Tersedia)
Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan, 2005
Negara yang menjadi tujuan ekspor untuk ikan kerapu Indonesia adalah
Hongkong, Taiwan, Singapura, Cina, dan Jepang. Hongkong adalah negara tujuan
ekspor utama Indonesia untuk kerapu. Pada tahun 2000, total impor kerapu
Hongkong sebesar 14.000 ton, Indonesia memasok sebanyak 252,60 ton (DKP,
2005).
ini disebabkan terjadinya over fishing ikan kerapu karena nilai ekonomisnya yang
tinggi. Meskipun ekspor ikan kerapu terus mengalami penurunan, tetapi nilai
ekspor yang dihasilkan masih cukup tinggi sehingga ikan kerapu tetap masih
menjadi komoditi yang menjanjikan untuk ekspor. Nilai produksi ikan kerapu
paling tinggi yaitu pada saat ikan berbobot delapan ons. Yang kedua adalah
pasokan ikan kerapu macan hasil budidaya dapat terus menerus ada karena dapat
Nilai produksi ikan kerapu yang cukup besar dan keunggulan ikan kerapu
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah menjadikan ikan kerapu sebagai
Jakarta yang memiliki banyak potensi dibidang kelautan dan perikanan, antara
lain ikan konsumsi, ikan hias, terumbu karang, rumput laut, dan mangrove. Ikan
wilayah kepulauan yang terdiri atas 110 buah pulau-pulau sangat kecil dan
perairan yang luas; (2) Penduduk yang menempati hanya 11 pulau pemukiman
yang terpencar dari selatan ke utara dan hampir semua adalah warga pendatang;
Mengingat potensi perairan yang besar, salah satu kegiatan ekonomi yang
berupa reef flat, laguna (goba) dan teluk, serta laut lepas (deep sea) berupa selat
(perairan di antara dua pulau) yang berpotensi untuk pengembangan budidaya laut
dijadikan areal budidaya rumput laut dengan sistem longline dan budidaya ikan
kerapu dengan sistem KJA (karamba jaring apung/cage culture) oleh masyarakat,
sampai 2004 sebesar 555,55 ton, tetapi produksi kerapu setiap tahunnya
sebesar 72,78 persen. Hal ini disebabkan oleh penangkapan yang banyak
menggunakan potasium sianida dan terjadinya over fishing. Karena jumlah hasil
tangkapan yang cenderung menurun, saat ini pemerintah melalui DKP lebih fokus
budidaya kerapu karena memiliki pantai berkarang yang luas. Pantai dengan
karakteristik seperti ini merupakan habitat yang paling baik bagi kerapu. Menurut
penelitian Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL IPB, 2002),
Kelurahan Pulau Pari, dan Kelurahan Pulau Panggang. Kondisi fisik di pulau-
benih yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas. Permasalahan utama dalam
jenis ikan ini relatif lebih mantap. Permasalahan kedua yang dihadapi oleh
budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA juga merupakan permasalahan
yang ditemui di Pulau Panggang yang berakibat pada tidak optimalnya hasil
sangat bagus untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA. Sumberdaya alam
berupa pantai berkarang yang merupakan habitat kerapu yang sangat baik untuk
budidaya dengan sistem KJA merupakan sebuah nilai tambah bagi perairan
Kepulauan Seribu.
Meskipun memiliki prospek yang baik dan potensi sumber daya alam
yang baik, budidaya kerapu dengan sistem KJA masih belum banyak dilakukan
oleh masyarakat. Budidaya ikan kerapu, khususnya ikan kerapu macan yang
skala kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kendala yang dihadapi oleh
menjalankan budidaya kerapu, khususnya ikan kerapu macan. Hal ini disebabkan
KJA. Kendala yang kedua adalah ketersediaan bibit ikan kerapu macan di
Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang yang belum mampu dipenuhi oleh
analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah KJA yang ada di Pulau
Panggang saat ini layak atau tidak diusahakan jika dilihat dari aspek finansial,
diketahui apakah budidaya diatas layak atau tidak secara finansial. Aspek teknis
dilakukan untuk mengetahui apakah lokasi KJA yang dipilih layak atau tidak
dilihat dari segi kondisi alam dan ketersediaan input yang digunakan dalam usaha.
Aspek pasar perlu dianalisis untuk mengetahui berapa besar tingkat permintaan
dan penawaran kerapu di pasar sehingga dapat diketahui peluang pasar yang dapat
diraih.
ikan kerapu macan dengan sistem KJA di Pulau Panggang ditinjau dari:
1. Aspek finansial
2. Aspek pasar
3. Aspek teknis
4. Analisis sensitifitas
c. Pihak pihak yang terkait khususnya Suku Dinas Perikanan Kepulauan Seribu
Pulau Panggang dalam usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem
KJA.
Penelitian yang dilakukan hanya pada ruang lingkup budidaya ikan kerapu
macan dengan sistem KJA berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan
diatas. Penelitian ini tidak menganalisis karamba Jaring tancap (KJT) yang juga
Secara garis besar, perikanan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
terhadap hewan air dan tumbuhan air. Perikanan budidaya adalah kegiatan
air.
dua wilayah perairan yaitu : (1) Perairan barat yang meliputi perairan : Selat
Malaka, timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Cina Selatan, dan timur Kalimantan; (2)
Perairan timur yang meliputi perairan: Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara,
adalah ikan demersal dan pelagis kecil. Ikan pelagis besar hanya terdapat di barat
Sumatera, selatan Jawa, dan Selat Makassar. Di perairan timur Indonesia, ikan
yang dominan adalah ikan pelagis besar. Akibat dari over fishing, saat ini jumlah
ikan di perairan barat Indonesia lebih rendah dibandingkan perairan timur. Daerah
lain yang mengalami over fishing adalah perairan utara Jawa, Selat Malaka, dan
Selat Bali. Pada perairan timur Indonesia hanya udang saja yang telah diekplorasi
memipih dan menajam, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip,
bintik hitam pada bagian dorsal (punggung) dan poterior (badan). Habitat ikan
kerapu macan adalah pantai yang banyak alga dan karangnya, setelah dewasa
hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan
kerapu macan termasuk jenis karnivora dan cara makannya mematuk makanan
yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai
jenis Crustaceae (rebon, dogol, dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan pelagis
kecil (tembang, teri, dan belanak). Bentuk tubuh ikan krapu macan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Class : Chondrichthyes
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Kerapu mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Dari
hanya tiga genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial yaitu
Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper
atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan kerapu
bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam. Daerah
kawasan perairan terumbu karang. Kerapu Sunu (coral trout) sering ditemukan
hidup di perairan berkarang. Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut
juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres.
Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar
di perairan Kep. Karimunjawa, Kep. Seribu, Lampung Selatan, Kep. Riau, Bangka
yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan. Daerah habitat banyak
organisme akuatik laut dalam wadah dan perairan yang terkontrol dalam rangka
digunakan di laut, yaitu sistem sistem kandang (Pen culture), sistem karamba
(Cage culture), dan tali panjang (Longline). Sistem budidaya yang paling banyak
dengan Karamba Jaring Tancap /KJT) atau kurungan apung (dikenal dengan
Karamba Jaring Apung/KJA). Sistem ini juga biasa digunakan pada budidaya ikan
air tawar dan air payau, tetapi tingkat keberhasilannya di laut masih belum
kedalaman tertentu. Sistem ini yang paling banyak digunakan pada budidaya laut
di Indonesia. Bentuk dari Karamba Jaring Apung (KJA) dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2 Karamba Jaring Apung
harga jual kerapu juga masih mahal. Harga jual kerapu dalam kondisi hidup lebih
mahal dibandingkan dalam keadaan mati (segar). Harga ikan Kerapu Bebek
tingginya penangkapan langsung dari laut yang hanya bisa menggunakan alat
tangkap kail, yaitu hand line dan long line. Alat tangkap ini hanya bisa
menangkap ikan satu per satu sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk
mendapatkan kerapu dalam jumlah yang besar. Selain itu jumlah kerapu di laut
juga semakin berkurang karena terjadi over fishing dibeberapa daerah dan
kerapu yang belum layak tangkap juga mati. Penangkapan dengan menggunakan
cara di atas juga menyebabkan ikan yang didapat dalam keadaan mati, padahal
permintaan pasar luar negeri maupun dalam negeri lebih banyak menginginkan
keberhasilannya juga tinggi dibandingkan budidaya ikan kerapu jenis lain, udang
tingkat kelangsungan hidup-nya (survival rate) tinggi serta pakan alami (rucah)
bisa menggunakan ikan laut jenis apapun. Kendala teknis yang paling banyak
sangat tergantung dari hasil tangkapan di laut. Namun ketersediaan benih yang
berasal dari laut tidak kontinyu dan semakin lama semakin sedikit.
penangkapan dan produksi budidaya kerapu pada interaksi optimal sebesar 32.798
kilogram per tahun untuk penangkapan dan budidaya sebesar 28.348 kilogram
per tahun. Permasalahan benih telah dapat sedikit teratasi dengan adanya BBL
yang menjual benih kerapu yang berkualitas tinggi dan harga yang lebih murah,
serta hatchery yang ada di Bali dan Situbondo (Jawa Timur) sehingga
pembudidaya kerapu tidak lagi sepenuhnya bergantung pada benih yang berasal
dari laut.
Tangga (JRT)/perusahaan budidaya (Gambar 3), luas lahan budidaya (Gambar 4),
dan jumlah produksi perikanan budidaya karamba (Gambar 5). Menurut DKP
(2005), dari tahun 1999-2004 JRT mengalami kenaikan rata-rata sebesar 27,34
persen, luas lahan budidaya 41,26 persen, dan produksi sebesar 16,24 persen.
25000
20000
Jumlah(buah)
15000
10000
5000
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
1000
800
Luas (Ha)
600
400
200
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
70000
60000
Jumlah (Ton)
50000
40000
30000
20000
10000
0
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
sistem KJA antara lain Kabupaten Munu, Bali, Kepulauan Riau, dan Bangka.
lain yang memiliki pantai dengan karakteristik seperti habitat kerapu dapat
Karamba Jaring Apung (KJA) adalah sistem budidaya yang paling banyak
digunakan di Indonesia. KJA telah dilakukan di Jepang pada tahun 1954 dan
dikenal pada tahun 1976 di Kepulauan Riau dan sekitarnya, sedangkan di Teluk
Banten dimulai pada tahun 1979. Salah satu kelebihan KJA adalah ikan dapat
dipelihara pada kepadatan yang tinggi tanpa kekurangan oksigen. Konstruksi KJA
Waring
1. Rakit
rakit. Rakit adalah kotak yang dilengkapi dengan pelampung yang biasanya
berupa tong plastik atau sterofoam. Rakit ini merupakan wadah untuk melekatkan
atau mengikat jaring. Rakit biasanya terbuat dari kayu dengan ukuran bingkai 8 x
8 meter, dimana tiap rakit terbagi menjadi 4 kotak berukuran 3,5 x 3,5 meter.
2. Waring
Waring adalah kantong yang terbuat dari jaring. Waring digunakan sebagai
wadah untuk memelihara ikan kerapu. Untuk pembesaran ikan kerapu, jaring yang
digunakan berukuran 3,5 x 3,5 x 3,5 meter dengan ukuran mata jaring (mesh size)
1-2 inci.
3. Perahu
Perahu merupakan sarana transportasi petani karamba. Perahu ini juga dapat
digunakan untuk pencarian pakan alami ikan kerapu (rucah). Idealnya setiap
2.3.2 Teknik Budidaya Ikan Kerapu Dengan Sistem Karamba Jaring Apung
a. Lokasi Usaha
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar KJA dapat berjalan dengan
baik seperti terdapat pada Tabel 4. Dalam hal tata letak, persyaratan umum yang
gelombang yang disarankan untuk budidaya kerapu tidak lebih dari 0,5 meter.
2. Kedalaman perairan
menggunakan karamba jaring apung adalah 5-15 meter. Perairan yang terlalu
dangkal (kurang dari lima meter) dapatmempengaruhi kualitas air karena banyak
sisa pakan yang membusuk. Pada perairan yang kedalamannya lebih dari 15 meter
tambahan biaya.
Lokasi yang jauh dari buangan limbah seperti limbah indusri, pertanian,
rumah tangga, dan tambak sangat dianjurkan untuk budidaya iakn kerapu macan
Sumber pakan yang dekat dengan lokasi karamba sangat penting karena
penangkapa ikan dengan menggunakan lift net merupakan lokasi terbaik karena
pakan berupa ikan segar dapt diperoleh dengan mudah dan murah.
5. Sarana transportasi
Tersedianya sarana transportasi yang baik dan mudah diakses adalah suatu
tingkatan kondisi ideal dari parameter pada nilai yang tertera pada kolom nilai
parameter diatas.
b. Persiapan Wadah
mesin penyemprot samapai bersih. Setelah itu dipasang di karamba dengan diikat
dengan tali dan diberi pemberat berupa batu atau jangkar yang diikat di keempat
ujung waring. Ukuran mata jaring yang digunakan harus disuaikan dengan ukuran
benih yang akan ditebar. Hubungan antara ukuran mata jaring dan ukuran benih
c. Penebaran Ikan
karamba jaring apung berasal dari benih yang dibeli dari hatchery di Gondol,
Situbondo, dan Lampung. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu
air tidak teralalu tinggi. Aklimatisasi dilakukan agar ikan tidak stres dengan
dilakukan dengan cara memasukkan kantong plastik berisi ikan kedalam calon
media pemeliharaan. Kantong dibiarkan mengapung selama 10-15 menit, setelah
itu ikatannya dibuka dan ikan dibiarkan keluar dari plastik dengan cara
d. Pemberian Pakan
Pemilihan jenis pakan pada ikan kerapu macan harus didasarkan pada
kemauan ikan untuk memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi, dan nilai
ekonomisnya. Jenis pakan adalah ikan rucah segar (ikan-ikan non ekonomis
penting) dengan kandungan lemak rendah seperti jenis selar, tanjan, dan benggol
karena harganya relatif murah dan nilai gizinya masih mencukupi untuk ikan
budidaya.
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan feeding rate (FR)
sebesar sepuluh persen dari bobot tubuh pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00
WIB dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Benih kerapu dengan berat
kurang dari 5-10 gram berat tubuh umumnya perlu diberi pakan lebih dari tiga kali
ikan. Semakin besar ukuran ikan, semakin kurang frekuensi pemberian pakan,
tanpa memberi pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan. Jika ikan diberi makan
dua kali setiap harinya, pemberian pakan harus dilakukan pada pagi hari dan
petang. Untuk ikan yang diberi makan sekali sehari, lebih baik dilakukan pada
waktu petang sebelum matahari terbenam. Tidak baik memberi pakan pada siang
dan sebelum petang, karena sinar matahari yang terik. Pada waktu tersebut, ikan
kenyang dan mendistribusikan pakan secara merata, maka hal ini akan mencegah
ikan makan dengan agresif dan dengan demikian mengurangi terbuangnya sisa
pakan dengan melemparkan begitu saja sejumlah pakan baik ikan rucah atau pellet
ke dalam wadah tanpa memeriksa kebiasaan makan dari ikan-ikan tersebut karena
akan banyak pakan yang keluar dari dasar karamba dan menjadi limbah yang
pada dasar wadah pemeliharaan karena sisa pakan akan menjadi incaran ikan-ikan
diluar wadah, terutama ikan buntal yang sangat berbahaya dan dapat merobek
waring.
pemberian vitamin atau multivitamin dan mineral mix adalah sebesar satu sampai
e. Penyortiran (Sampling)
Ikan kerapu adalah ikan yang memiliki tingkat kanibalisme yang tinggi.
Faktor penyebab terjadinya kanibalisme adalah ukuran ikan yang tidak seragam,
kepadatan yang terlalu tinggi, kekurangan pakan, dan kualitas air yang jelek.
sekali dengan mengambil ikan secara acak sebanyak sepuluh persen dari jumlah
ikan yang ada. Pada saat sampling dilakukan perhitungan, pengukuran panjang,
dan berat tubuhnya sehingga dapat diamati SR-nya. Dari hasil sampling kita juga
dapat menentukan jumlah pakan yang harus diberikan, yaitu sepuluh persen dari
biomassa ikan.
dilakukan. Waring kotor akibat penempelan lumpur atau biota penempel, seperti
kerang, teritip, dan alga. Apabila hal ini dibiarkan maka dapat menghambat
mm akan kotor setelah dua minggu, waring ukuran 25 mm akan kotor diatas dua
Jaring kotor dijemur terlebih dahulu kemudian disemprot dengan air sampai
seluruh kotoran yang menempel terlepas dari waring. Sebelum dipasang kembali
waring harus diperiksa terlebih dahulu, sehingga apabila ada yang robek dapat
g. Pemanenan
Pada budidaya kerapu macan hasil panen biasanya dijual atau dikonsumsi
dalam keadaan hidup. Untuk menjaga agar ikan tetap sehat dan segar, maka
pemanenan sebaiknya dilakukan pada sore hari karena suhu relatif lebih rendah.
Pemanenan pada sore hari diharapkan dapat mengurangi tingkat stres pada ikan.
Ada dua metode pemanenan yang biasanya diterapkan pada budidaya ikan
kerapu macan yaitu metode panen selektif dan metode panen total. Panen selektif
Alat panen yang biasanya digunakan adalah scoop net yang terbuat dari
kain kasa. Scoop net yang kasar tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan luka
yang dapat menyebabkan penyakit dan stres pada ikan pada saat dibawa ke tempat
pemeliharaan dengan tongkat kayu. Tongkat kayu diletakkan pada bagian dasar
waring kemudian diangkat sehingga waring terbagi menjadi dua bagian sehingga
dapat memudahkan pengambilan ikan dari waring secara selektif maupun total.
pemasaran ikan nila gift budidaya KJA. Analisis yang dilakukan berdasarkan
untuk melihat tingkat kepekaan usahatani terhadap perubahan harga pakan, benih,
biaya tenaga kerja, penurunan harga jual serta penurunan volume produksi. Marjin
efisiensi usahatani. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis data
yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang didapatkan dari
penelitian adalah usahatani tersebut layak diusahakan. Nilai NPV, Net B/C, dan
pembesaran dan pemasaran ikan mas. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
aspek pasar, teknis, finansial, dan lingkungan. Selain itu juga menganalisis tingkat
tenaga kerja, penurunan harga jual serta penurunan volume produksi. Marjin
efisiensi usahatani pembesaran ikan mas. Metode analisis data yang digunakan
kesimpulan bahwa dari aspek pasar, aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek
keseluruhan saluran pemasaran kurang efisien, hal ini disebabkan oleh tingginya
kerapu macan Pulau Semak Daun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
kelayakan usaha pendederan ikan kerapu macan ditinjau dari aspek finansial,
aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen. Metode yang digunakan adalah
analisis dekriptif untuk menganalisis data yang tidak termasuk dalam aspek
finansial dan analisis kuantitatif untuk analisis data finansial. Hasil penelitian
yang dilakukan menunjukkan usaha budidaya tersebut dari aspek pasar, teknis,
dan manajemen layak untuk diusahakan. Secara finansial tidak dapat diusahakan
karena nilai jual benih yang dihasilkan dibawah harga pasar, namun usaha
tersebut dapat layak diusahakan apabila harga benih yang dijual mengikuti harga
pasar.
atau manfaat. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya
menghindari kesalahan investasi yang memakai dana relatif besar yang pada
alternatif proyek investasi yang akan dilakukan. Analisis yang bisa digunakan
dalam menganalisis kelayakan suatu investasi, yaitu analisis finansial dan analisis
ekonomi.
suatu investasi tertentu. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), beberapa aspek
yang mempengaruhi kelayakan suatu proyek adalah aspek pasar, aspek teknis,
harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai oleh usaha.
Aspek teknis berhubungan dengan hal-hal teknis yang diperlukan dalam suatu
proyek, seperti alat-alat yang digunakan, fasilitas produksi, dan lokasi. Aspek
keuangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan
untuk usaha. Aspek hukum berhubungan dengan segala sesuatu yang menyangkut
hukum dan ketentuan yang berlaku di negara tempat proyek akan dilaksanakan.
akan dianalisis layak atau tidak diusahakan. Aspek-aspek yang akan dianalisis
dalam penelitian ini adalah aspek finansial, aspek pasar, dan aspek teknis.
pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek dan merupakan penerimaan
manfaat proyek
4. Kelayakan investasi
3.1.1.2 Analisis Kelayakan Pasar
produk dan rencana penyediaan input produksi. Pemasaran adalah suatu proses
yang bernilai (Kotler, 2005). Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk
mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu
alat yang digunakan perusahaan secara terus menerus untuk mencapai tujuan
istilah empat P, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan
Pangsa pasar (market share) juga termasuk aspek yang harus dikaji untuk
mengetahui berapa besar permintaan pasar dan berapa yang mampu dipasok oleh
produsen, terutama produsen ikan kerapu dari Kepulauan Seribu umumnya dan
Pulau Panggang pada khususnya. Setelah pangsa pasar diketahui, dapat dilihat
posisi para petani karamba di Pulau Panggang di pasar sehingga dapat disusun
(produksi). Menurut Gittinger (1986), analisis ini meliputi keadaan tanah dan
potensinya, ketersediaan air, varietas benih yang cocok dengan areal proyek,
diperlukan. Variabel utama yang perlu diperhatikan pada aspek teknis adalah
ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga kerja dan transportasi.
Sistem agribisnis yang dimulai dari hulu, on farm, dan hilir dapat juga
diterapkan pada budidaya ikan kerapu KJA untuk membantu peningkatan efisiensi
dan produktivitas budidaya ikan kerapu KJA sehingga hasil yang didapat oleh
petani dapat meningkat. Selain itu petani juga dapat lebih meningkatkan mutu
produknya karena sistem agibisnis adalah sebuah sistem yang sangat terstruktur
budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA dilaksanakan. Parameter yang
dianalisis meliputi kecerahan air dan kandungan kimia perairan serta dampaknya
mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu
tujuan, dan manfaat adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986).
untuk pembangunan yang tahan lama seperti bangunan, mesin, peralatan dan
dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan seperti biaya bahan baku, upah tenaga
dapat diukur (tangible) dari hasil penjualan produk. Menurut Kadariah (1980),
a. Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai
b. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan oleh adanya proyek
adanya efek berganda (multiplier) dan skala ekonomi yang lebih besar,
keahlian.
c. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible
sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat
mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak
layak dilaksanakan. Dalam analisis ini setiap kemungkinan harus dicoba, hal ini
mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa depan.
produk; (2) keterlambatan pelaksanaan proyek; (3) kenaikan biaya; (4) perubahan
volume produksi.
sistem KJA. Sampai saat ini hanya sedikit pengusaha maupun individu yang
melakukan usaha budidaya ini, sehingga menarik untuk dikaji apakah usaha
budidaya kerapu dengan menggunakan sistem KJA layak atau tidak layak
finansial, aspek teknis, dan aspek pasar. Kriteria yang digunakan dalam menilai
kelayakan suatu proyek antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost
Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode. Kerangka
DKI Jakarta. Lokasi penelitian ini ditetapkan dengan sengaja (purposive). Pulau
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan berupa cross section data. Data diperoleh
petak keramba dominan yang dimiliki oleh petani budidaya KJA. Data primer
pembudidaya. Data sekunder berasal dari beberapa sumber serta buku-buku yang
dapat dijadikan referensi yang relevan terhadap penelitian ini. Data sekunder yang
digunakan antara lain kondisi fisika perairan Pulau Panggang, teknik budidaya
dari aspek pasar dan aspek teknis, dan analisis dampak lingkungan sedangkan
asumsi yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis aspek finansial
usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA di Pulau Panggang
meliputi:
paling lama yaitu perahu selama lima tahun. Hal ini dilakukan dengan asumsi
selama investasi masih ada dan dapat digunakan maka usaha akan tetap bisa
berjalan.
merupakan tingkat suku bunga deposito pada bulan Februari sampai Agustus
2008 (suku bunga deposito Bank Mandiri) yaitu sebesar 5,25 persen.
c. Harga produk yang digunakan adalah harga yang berlaku di pasar pada saat
pembelian bibit ikan kerapu dan penurunan survival rate (SR) ikan kerapu
macan sebesar sepuluh persen berdasarkan inflasi rata-rata pada tahun 2007
Net Present Value (Nilai bersih sekarang) adalah jumlah nilai arus tunai
pada waktu sekarang setelah dikurangi dengan modal investasi yang dianggap
sebagai biaya investasi selama waktu tertentu, atau selisih antara total present
value dari benefit dengan total present value dari cost. Secara matematis
n Bt − Ct
NPV = ∑
t =0 (1 + i) t
i = Suku bunga
t = 0,1,2,3,...,n
NPV < 0, berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan karena ada penggunaan
IRR adalah tingkat suku bunga suatu usaha dalam jangka waktu tertentu
(i rate) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang
⎛ ⎞
⎟ × (i"−i ')
NPV '
IRR = i '+⎜
⎝ NPV '− NPV " ⎠
Keterangan :
Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto (discount rate/DR) yang
berlaku, maka dari aspek finansial usaha layak untuk dilaksanakan. Pada
penelitian ini tingkat DR yang digunakan sebesar 5,25% yang merupakan tingkat
suku bunga deposito Bank Mandiri yang berlaku mulai 25 Februari 2008 sampai
merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang
bersifat positif (Bt – Ct > 0) dengan total nilai sekarang dari penerimaan yang
bersifat negatif (Bt – Ct < 0). Untuk menghitung indeks terlebih dahulu dihitung
Bt − Ct
untuk setiap tahun t. Lalu Net B/C merupakan perbandingan sedemikian
(1 + i) t
rupa sehingga pembilangnya terdiri atas Present Value total dari benefit bersih
penyebutnya terdiri atas Present Value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun
dimana benefit bersih itu bersifat negatif yaitu biaya kotor lebih besar daripada
n
Bt − Ct Bt − Ct
∑ (1 + i)
t =1
t
(1 + i ) t
> 0
Net B/C = n
Ct − Bt
∑ (1 + i)
t =1
t
Ct − Bt
(1 + i ) t
< 0
Jika Net B/C >1 berarti usaha layak untuk diusahakan, apbila Net B/C = 1 berarti
usaha hanya mengembalikan sebesar jumlah modal yang dipakai, dan apabila Net
Investasi
PP =
Keuntungan
4.5 Analisis Sensitivitas
terdapat unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan
datang.
harga bibit kerapu sebesar sepuluh persen berdasarkan tingkat inflasi rata-rata
sebesar delapan persen, dan perubahan tingkat SR ikan kerapu macan sebesar 10
persen. Dengan adanya analisis ini dapat diketahui sampai berapa besar perubahan
Kelurahan Pulau Panggang terdiri atas dua pulau pemukiman yaitu pulau
sebesar 3.301 orang, sedang di Pulau Pramuka jumlah Penduduk sebesar 963
2001 sebesar 4.264 orang. Bila dilihat dari komposisi pekerjaannya pada tahun
sudah bekerja sebesar 2.015 orang atau 47,9 persen. Dari jumlah penduduk yang
pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Pekerjaan Penduduk Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2001
No Jenis Perkerjaan Jumlah (orang) Persentase
1 Nelayan 1.727 86,71
2 Pedagang 49 2,43
3 Buruh 21 1,04
4 PNS 192 9,53
5 TNI/Polri 4 0,19
6 Lain-lain 22 1,09
Total 2.015 100,00
Sumber : Sudin Perikanan Kepulauan Seribu, 2005
• Nelayan udang,
• Nelayan cumi,
• Nelayan kerapu
• nelayan pancing,
• Nelayan bubu,
• Nelayan jaring,
Selain itu nelayan juga bisa dikelompokkan berdasarkan status nelayan yaitu :
• Nelayan mandiri,
• Nelayan yang bekerja untuk pemilik kapal yang biasanya masih milik
keluarga,
nelayan semakin berkurang yaitu 4,76 persen lulusan SLTP, 4,76 persen lulusan
SMU dan sisanya adalah tidak lulus SD 76,19 persen. tingkat pendidikan nelayan
menggunakan alat tangkap perangkap dalam hal ini umumnya bubu menempati
urutan pertama terbesar yaitu sekitar 43 persen sedangkan yang paling sedikit
Perangkap Pengumpul
Alat Tangkap Jaring Pancing Muroami
(bubu) (bagan)
Persentase 34,76 44,99 14.,29 4,76 1,2
Sumber : Sudin Perikanan Kepulauan Seribu 2005
hari),ini terutama nelayan ikan hias. Hanya sekitar 10 persen yang melakukan
penangkapan lebih dari satu minggu dalam satu tripnya. Berdasarkan klasisifikasi
• Melaut satu hari (pagi sampai sore) dan pada hari keduanya libur,
• Bila berencana melaut lebih dari satu hari maka yang mereka lakukan
umumnya adalah melaut enam hari. Mereka tidak melaut pada hari Jumat
{namun ketentuan hari Jumat tidak melaut sudah mulai tidak diberlakukan
bubu, pengusaha nelayan jaring muroami, dan pengusaha nelayan jaring tegur.
Nelayan dapat dikategorikan dalam dua bagian, pertama adalah kelompok nelayan
tangkap, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok nelayan budidaya yang
hanya menekuni budidaya rumput laut dan budi daya ikan kerapu.
rumput laut yang pernah dinikmati, saat ini telah surut, karena masalah penyakit
ikan kerapu yang telah dicobakan atas bantuan pemerintah selama empat tahun
terakhir, sebagian besar gagal. Kegagalan yang terjadi diidentifikasi karena aspek
teknis maupun penyebab aspek non teknis. Beberapa aspek teknis yang menjadi
dan teknik budi daya yang belum tepat. Sedang aspek non teknis diantaranya
kesulitan teknis di lapangan tidak dapat diantisipasi oleh nelayan; (2) Organisasi;
baik, sehingga masing-masing anggota saling menyalahkan jika ada sesuatu yang
tidak sesuai dengan harapan (perencanaan), hal ini berpengaruh besar pada
keberhasilan proyek-proyek terdahulu; (3) Aturan main; antara pihak yang terlibat
terkoordinasikan dengan baik. Untuk aturan main konservasi sudah ada inisiasi
Berbagai proyek yang gagal lebih banyak disebabkan oleh aturan main yang
selama ini tidak begitu mengesankan bagi orang pulau, mungkin disebabkan oleh
dengan evaluasi dan saling tegur menjadi rendah, sebab utamanya mereka enggan
insentif selama masa produksi dan panenan, sehingga pembudidaya masih enggan
sendiri jika ladang/karamba terlalu banyak yang mengurus, mereka sampai saat ini
memiliki keyakinan bahwa kelompok yang paling baik adalah dua. Dua orang
atau banyak namun memiliki tanggungjawab sendiri-sendiri di dalam mengelola
mengganggu arus lalu lintas kapal dan mengganggu pemandangan bagi turis yang
Dilihat dari sisi penghasilan para nelayan berdasarkan alat tangkap maka
terlihat bahwa nelayan jaring kecil dan nelayan muroami memiliki keuntungan
Kesulitan untuk memperoleh ikan (baik nelayan ikan hias dan nelayan
ikan makan), penyebabnya menurut nelayan adalah banyaknya nelayan dari pulau
lain (diluar kepulauan seribu) seperti Bangka Belitung dan Madura, Makassar
yang menggunakan alat tangkap lebih besar (canggih) dari mereka. Penyebab
Khusus untuk nelayan ikan hias mereka masih melihat pemakaian potas
Keadaan ini menyebabkan generasi baru Pulau Panggang tidak tertarik dengan
kegiatan nelayan, mereka lebih suka menjadi buruh, atau PNS di darat.
Angke). Kegiatan ini meliputi penjualan barang konsumsi (pangan) dan pakaian.
banyak terdapat etnis chinesse karena kerapu merupakan makanan tradisi dari
Setiap tahunnya, Hongkong mengimpor ikan kerapu hidup dalam jumlah yang
sebesar 30.000 ton. (DKP, 2005). Ukuran kerapu yang paling banyak diminati di
pasar Hongkong adalah ukuran 500-1.200 gram per ekor (Dish size). Permintaan
ikan kerapu Hongkong juga berkaitan dengan siklus ekonomi dan budaya
tahun baru Imlek (tahun baru china) yang jatuh antara bulan Desember - Februari.
Permintaan terendah akan terjadi pada saat hari raya Ching Bing (mengunjungi
makam para leluhur) sebab saat itu masyarakat Hongkong sangat dipantangkan
mengalami penurunan dan hasil dari budidaya belum cukup tinggi. Ekspor ikan
dengan budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA. Kendala yang dihadapi
antara lain adalah sulitnya memperoleh bibit dalam kualitas dan kuantitas yang
sedikit pembudidaya yang berhasil untuk membudidayakan kerapu macan. Hal ini
disebabkan oleh sifat kanibal yang dimiliki oleh kerapu macan selama masa
pendederan.
Pasokan bibit ikan kerapu di Pulau Panggang masih sangat bergantung dari
Gondol (Bali) dan Situbondo. Di Pulau Panggang juga ada pembenih (hatchery)
ikan kerapu macan yaitu Nuansa Ayu Karamba, tetapi jumlah bibit ikan kerapu
macan siap tanam (ukuran 11-15 cm) yang dipasarkan masih dalam jumlah yang
sangat rendah. Biasanya pembenih ini menjual bibit ikan kerapu macan ukuran 3-
5 cm sehingga dibutuhkan pembesaran/penggelondongan terlebih dahulu sebelum
langsung dijual kepada pedagang pengumpul (tengkulak) yang juga berasal dari
Pulau Panggang atau dari Pulau Pramuka. Adapun rantai pemasaran ikan kerapu
Ikan kerapu macan yang dipanen biasanya berusia delapan sampai sepuluh
bulan dengan berat rata-rata 0,7 – 0,8 kilogram. Petani KJA di Pulau Panggang
tidak pernah kesulitan untuk menjual hasil panen ikan kerapu macan hasil
budidaya ini karena para pedagang pengumpul mampu membeli seluruh ikan hasil
transportasi dan biaya pengepakan ikan yang cukup tinggi. Selain itu resiko
kematian ikan pada saat dibawa juga cukup tinggi, sedangkan pembeli atau
pedagang pengumpul hanya mau membeli ikan kerapu macan dalam keadaan
hidup.
usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang masih sangat besar dan
layak untuk diusahakan karena hasil produksi ikan kerapu macan hasil KJA sudah
memiliki pembeli yang pasti dan mampu membeli dalam jumlah yang tidak
terbatas. Selain itu sistem pembelian langsung ke lokasi KJA juga menyebabkan
petani tidak memiliki resiko kematian ikan kerapu macan. Untuk pasar ekspor
juga peluang masih sangat terbuka karena jumlah ekspor Indonesia masih sangat
macan dengan sistem KJA, kegiatan kegiatan yang bersifat teknis dalam
pengadaan input, dan pemilihan lokasi KJA yang dilakukan oleh petani budidaya
kedalaman 5-40 meter pada saat surut dan memiliki arus laut dengan kecepatan
0,15-0,35 m/detik dengan substrat dasar berupa pasir atau batu. Arus yang
melebihi batas yang disarankan dapat mempengaruhi posisi dari jaring dan sistem
penjangkaran. Kuatnya arus perairan juga dapat menyebabkan bergesernya posisi
rakit dan sebaliknya arus yang terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air
keluar masuk jaring. Hal ini akan mempengaruhi ketersediaan oksigen terlarut dan
timbulnya penyakit akibat parasit yang berasal dari sisa-sisa pakan yang
mengendap di waring.
Panggang tidak meneliti terlebih dahulu apakah lokasi KJA mereka telah sesuai
Perikanan Kepulauan Seribu seperti kedalaman air dari dasar waring, kecepatan
arus, pencemaran terutama dari kapal dan limbah rumah tangga, dan lain-lain.
Kebanyakan petani budidaya menetapkan lokasi KJA hanya karena melihat lokasi
Data Sudin Perikanan Kepulauan Seribu daerah yang menjadi lokasi KJA
perairan masih sesuai dengan standar ketentuan lokasi KJA. Kondisi fisika-kimia
Dari tabel diatas, kondisi fisika perairan yang meliputi suhu, kecerahan
kolom peraian, kedalaman perairan, tingkat kekeruhan, salinitas dan arus perairan
di Pulau Panggang yang menjadi lokasi budidaya masuk dalam kriteria lokasi
yang layak untuk budidaya ikan kerapu macan denga sistem KJA. Perairan Pulau
Panggang juga memenuhi syarat lokasi karena memenuhi beberapa kriteria
kesesuaian lahan budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA, yaitu:
c. Dasar perairan yang berkarang dan berpasir yang merupakan habitat alami
Dalam satu unit KJA terdiri dari empat waring/kotak sebagai wadah
dari bahan polyethylen dengan bukaan jaring (mesh size) dua inci. Ukuran waring
yang digunakan adalah 3.5 x 3.5 x 3.5 meter per kotak. Persiapan pembudidaya
Panggang berasal dari sea farming Pulau Semak Daun, Nuansa Ayu Karamba,
Gondol (Bali), dan Situbondo (Jawa Timur). Bibit yang ditebar rata-rata
berukuran 11-15 cm. Penebarannya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat
suhu air tidak terlalu tinggi. Penebaran bibit pada pagi atau sore hari yang
dilakukan petani budidaya telah sesuai dengan aturan yang dianjurkan untuk
Jumlah bibit yang ditebar adalah dua ratus ekor per kotak sehingga
kepadatan ikan sesuai dengan standar padat tebar ikan yang disarankan. Sebelum
bibit ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama tigapuluh menit. Proses
rucah dua kali dalam satu hari pada pagi hari pada pukul 08.00-09.00 WIB dan
pada sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Pakan yang diberikan adalah ikan
rucah segar yang dibeli atau didapatkan petani dari hasil mencari sendiri. Dosis
pakan rucah yang diberikan petani tidak terukur dengan baik. Pembudidaya
sudah tidak antusias dalam memakan pakan yang diberikan, maka pembudidaya
ikan dan jumlah pakan yang diberikan sehingga jumlah pakan yang diberikan
tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Hal ini menyebabkan tidak
efisiennya jumlah pakan yang diberikan kepada ikan. Aturan pemberian pakan
ikan rucah untuk ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Aturan Pemberian Pakan Ikan Rucah Untuk Ikan Kerapu Macan
Ukuran Ikan (g) Ransum Harian (%BT*) Frekuensi Harian
5-10 15-20 3-4
10-50 10-15 2-3
50-150 8-10 1-2
150-300 6-8 1
300-600 4-6 1
Sumber: Sih-Yang Sim et all, 2005
Keterangan : *) Berat Tubuh
hanya dicincang secara kasar oleh pembudidaya. Hal ini mengakibatkan banyak
rucah yang belum terpotong dengan sempurna sehingga ukurannya tidak sesuai
dengan besar bukaan mulut ikan yang dibudidaya. Pakan alami (rucah) yang
ikan terhadap penyakit sangat jarang dilakukan oleh petani. Pemberian obat hanya
dilakukan pada saat terdapat ada ikan yang sakit atau mati untuk mencegah ikan
berdasarkan jumlah pakan yang diberikan (rasio konversi pakan/FCR). FCR ini
dihitung untuk melihat apakah jumlah pakan yang diberikan sebanding dengan
laju pertambahan bobot ikan sehingga dapat diketahui apakah pemberian pakan
yang diberikan telah efisisen atau belum. FCR dapat dihitung dengan
Pada KJA dua kotak rata-rata total pakan yang diberikan 4,17 Kg per ekor
dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8 Kg.
KJA empat kotak rata-rata total pakan yang diberikan 3,13 Kg per ekor
dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8 Kg.
Pada KJA enam kotak rata-rata total pakan yang diberikan 2,42 Kg per
ekor dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8
Kg. Maka FCR ikan pada KJA dua kotak adalah 3,06.
Pada penelitian ini tidak dapat dibandingkan FCR antara ikan kerapu
macan dengan pakan rucah dan pelet sebagai perbandingan efektifitas pakan
antara rucah dan pelet karena pembudidaya di Pulau Panggang jarang sekali
dosis pakan, dan memisahkan ikan yang berukuran sama kedalam satu kotak.
Petani budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang tidak melakukan
penyortiran ikan.
pertambahan panjang dan tingkat kelulusan hidup ikan kerapu macan. Ikan yang
berukuran lebih besar juga tidak dipindahkan kedalam satu waring, sehingga
menyebabkan ikan yang lebih besar memangsa ikan yang berukuran lebih kecil
seragam juga nenyebabkan tingkat kepadatan ikan dalam satu waring tidak
merata. Hal ini dapat menyebabkan tingkat stress ikan yang tinggi.
dilakukan oleh petani budidaya. Waring kotor akibat penempelan lumpur atau
biota penempel, seperti kerang, teritip, dan alga. Pembersihan dan perbaikan
waring dilakukan dua minggu sekali sampai ikan berumur tiga bulan dan setelah
umur tiga bulan sampai masa panen perbaikan dan pembersihan dilakukan dua
bulan sekali. Proses pembersihan waring dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Waring Yang Sedang Dijemur Setelah Dibersihkan
6.2.2.6 Pemanenan
pada sore hari karena suhu relatif lebih rendah. Metode panen yang dilakukan
adalah panen total, yaitu pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan
untuk memenuhi permintaan dalam skala besar, dan ukuran seluruh ikan telah
memenuhi kriteria jual. Ukuran ikan yang biasanya dipanen berkisar antara 0,5-1
kilogram.
masih banyak yang harus dibenahi dalam budidaya ikan kerapu macan KJA
tinggi menyebabkan kegagalan panen. Hal ini dapat dilihat dari survival rate (SR)
budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA dari Sudin Perikanan Kepulauan
Seribu dan pihak lain yang terkait diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan
perubahan yang signifikan pada kondisi perairan Pulau Panggang yang menjadi
tempat budidaya ikan kerapu macan. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sudin Perikanan dan Kelautan Kepulauan Seribu terhadap
karena posisinya yang berada antara 50-150 meter dari garis pantai dan tidak pada
jalur pelayaran. Sisa pakan ikan kerapu macan juga tidak menimbulkan toksik
pada perairan karena pakan tidak mengendap tetapi hanyut terbawa arus.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis dari data yang ada, maka
budidaya KJA ikan kerapu macan layak untuk dilaksanakan karena tidak
Pulau Panggang adalah biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi atau biaya yang
berpengaruh langsung. Biaya-biaya yang dihitung pada penelitian ini adalah biaya
barang-barang fisik yang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama
(umumnya lebih dari satu tahun). Biaya investasi terdiri atas biaya konstruksi
KJA ikan kerapu macan. Komponen biaya operasional terbagi atas biaya tunai dan
Biaya tunai terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang
meliputi biaya pembelian bibit, biaya pakan alami, dan biaya pakan buatan. Biaya
Biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja
(pemilik), biaya penyusutan alat, biaya penyusutan KJA dan biaya penyusutan
perahu. Metode penyusutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
1. Biaya investasi
Pada KJA 2 kotak, biaya investasi yang dikeluarkan sebesar
1.880.000 dan biaya terendah adalah biaya pembelian peralatan budidaya sebesar
KJA yaitu sebesar Rp 600.000. Rataan komponen biaya investasi KJA 2 kotak
terbesar adalah biaya konstuksi KJA yaitu sebesar Rp 4.120.000 dan biaya
Rataan komponen biaya investasi KJA 4 kotak selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15 Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 4 Kotak
Harga Jumlah
Uraian dan Umur Jumlah
No Satuan Satuan Biaya
Teknis Satuan
(Rp) (Rp)
1 Konstruksi KJA
Rakit/Tong Buah 12 100.000 1.200.000
Bambu/Kayu Batang 34 30.000 1.020.000
Jaring Kg 14 50.000 700.000
Pemberat/Jangkar Buah 10 100.000 1,000.000
Tali Gulung 5 40.000 200.000
Sub Total 4.120.000
2 Peralatan Budidaya
Parang Buah 2 50.000 100.000
Serok Jaring Buah 4 30.000 120.000
Cool Box Gabus Buah 1 40.000 40.000
Sikat Buah 4 10.000 40.000
Ember Buah 3 20.000 60.000
Sub Total 360.000
3 Perahu Buah 1 1.500.000 1.500.000
Sub Total 1.500.000
Total 5.980.000
5.625.000 dan biaya terendah adalah biaya pembelian peralatan budidaya sebesar
KJA 6 kotak yaitu sebesar Rp 1.800.000. Rataan komponen biaya KJA 6 kotak
2. Biaya Operasional
a. Biaya Tunai
1. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berkaitan langsung dengan input dan
output. Biaya akan semakin besar apabila terdapat penambahan input untuk
budidaya ikan kerapu macan KJA di Pulau Panggang adalah biaya pembelian
terbesar dikeluarkan untuk pembelian bibit ikan kerapu macan. Harga bibit kerapu
3000 per kilogram. Ikan selar adalah pakan alami yang paling sering digunakan
oleh pembudidaya karena ketersediaan yang banyak di perairan sekitar Pulau
Panggang. Pada KJA 2 kotak ada penggunaan pakan buatan hanya sedikit
dikarenakan harga pakan yang mahal dibandingkan pakan alami. Harga pakan
buatan (pelet) Rp 192.50 per bal. Rataan biaya variabel budidaya ikan kerapu
Tabel 17 Komponen Biaya Variabel Budidaya Ikan Kerapu Macan KJA 2 Kotak
Jumlah Harga Jumlah
Jenis Satuan
Satuan Satuan (Rp) Total (Rp)
Pakan Buatan/Pelet Bal 0,2 192.500 38.500
Pakan Alami/Rucah Kg 834 2.700 2.251.800
Bibit Kerapu Ekor 200 11.200 2.240.000
Total Biaya Variabel 4.530.300
Rp 8.305.600. Biaya terbesar adalah pembelian bibit ikan kerapu macan. Harga
bibit kerapu macan Rp 1000 sampai Rp 1500 per centimeter. Petani budidaya
biasanya membeli bibit berukuran 10-15 centimeter. Bibit ikan kerapu macan
diperoleh dari sea farming yang berada di Pulau Semak Daun, Nuansa Ayu
memancing atau menjaring dan membeli dari nelayan. Harga pakan alami di
Pulau Panggang berkisar antara Rp 2000 sampai Rp 3000 per kilogram. Ikan selar
adalah pakan alami yang paling sering digunakan oleh pembudidaya karena
ketersediaan yang banyak di perairan sekitar Pulau Panggang. Pada KJA 4 kotak
petani budidaya tidak menggunakan pakan buatan (pelet) karena harganya yang
mahal dan ketersediaan yang sedikit di Pulau Panggang. Rataan biaya variabel
budidaya ikan kerapu macan untuk KJA 4 kotak dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Komponen Biaya Variabel Budidaya Ikan Kerapu Macan KJA 4 Kotak
Harga
Jumlah Jumlah
Jenis Satuan Satuan
Satuan Total (Rp)
(Rp)
Pakan Buatan/Pelet Bal - - -
Pakan Alami Kg 1.252 2.800 3.505.600
Bibit Kerapu Ekor 400 12.000 4.800.000
Total Biaya Variabel 8.305.600
3000 per kilogram. Ikan selar adalah pakan alami yang paling sering digunakan
Panggang. Pada KJA 6 kotak petani budidaya tidak menggunakan pakan buatan
(pelet) karena harganya yang mahal dan ketersediaan yang sedikit di Pulau
Panggang. Rataan komponen biaya variabel budidaya ikan kerapu macan untuk
Tabel 19 Komponen Biaya Variabel Budidaya Ikan Kerapu Macan KJA 6 Kotak
Jumlah Harga Jumlah
Jenis Satuan
Satuan Satuan (Rp) Total (Rp)
Pakan Buatan/Pelet Bal - - -
Pakan Alami Kg 1.450 2.750 3.987.500
Bibit Kerapu Ekor 600 10.750 6.450.000
Total Biaya Variabel 10.437.500
Dari hasil diatas dapat kita lihat komponen biaya variabel yang paling
besar adalah biaya untuk membeli bibit ikan kerapu macan. Komponen pakan
buatan/pelet pada karamba ukuran empat kotak dan enam kotak tidak ada
Alasan petani tidak memberikan pakan buatan antara lain adalah karena harganya
2. Biaya Tetap
outputnya berubah. Komponen biaya tetap pada penelitian ini adalah biaya
Rp 70.000 dalam satu periode budidaya ikan kerapu macan, KJA 4 kotak sebesar
Rp 100.000, dan KJA 6 kotak sebesar Rp 120.000 per tahun. Biaya pemeliharaan
investasi.
a. Rakit/Tong
Rakit/tong digunakan sebagai pelampung pada karamba jaring apung. Rakit
diikat pada sisi luar dan tengah karamba sesuai dengan kebutuhan. Rakit ini
terbuat dari tong plastik. Harga satu rakit Rp 100.000 dengan umur teknis selama
lima tahun. Setelah umur teknisnya habis rakit masih bisa digunakan seabagai
b. Bambu/Kayu
bambu/ kayu kualitas sedang umur teknisnya berkisar dua tahun, setelah itu tidak
dapat dipergunakan lagi. Harga satu batang bambu di Pulau Panggang Rp 30.000.
c. Waring/Jaring
kerapu macan. Waring ini terbuat sari bahan polyethylene dengan ukuran mata
waring dua inci. Harga jaring per-kilogram Rp 50.000 dengan umur teknis selama
lima tahun. Waring masih dapat digunakan setelah umur tenisnya habis sebagai
d. Pemberat/Jangkar
di sisi-sisi keramba. Pada perairan yang memiliki arus kencang jumlah pemberat
biasanya lebih banyak yang dipasang. Biasanya jumlah pemberat yang dipasang
empat buah untuk dua kotak. Pemberat ini terbuat dari besi atau semen cor yang
dibeli seharga Rp 100.000 per buah. Umur teknis pemberat ini selama lima tahun
e. Tali
Tali digunakan untuk mengikat bambu/kayu dan jangkar. Tali yang
digunakan adalah tali rafia ukuran sedang yang dibeli seharga Rp 40.000 per
gulung. Umur teknisnya selama lima tahun dan tidak dipergunakan lagi sesudah
f. Parang
Parang digunakan untuk memotong pakan alami ikan kerapu macan. Umur
teknisnya selama lima tahun dan tidak memiliki nilai sisa. Harga sebuah parang di
g. Serok Jaring
Serok jaring digunakan untuk memanen ikan atau untuk mengambil ikan
kerapu macan yang mati di karamba. Umur teknisnya lima tahun dan tidak
memiliki nilai sisa. Harga serok jaring yang digunakan pembudidaya Rp 30.000
per buah.
ikan alami sebelum dipotong-potong. Umur teknisnya selama lima tahun dan
tidak memiliki nilai sisa karena setelah itu tidak dapat digunakan lagi. Harga
i. Sikat
tahun dan tidak memiliki nilai sisa. Harga sebuah sikat yang digunakan pada
j. Ember
Ember digunakan sebagai wadah untuk pakan ikan alami (rucah). Umur
teknisnya selama lima tahun. Harga sebuah ember yang digunakan Rp 20.000.
k. Perahu
teknisnya selama lima tahun, tetapi masih mempunyai nilai sisa karena masih
dapat digunakan dan masih memiliki nilai ekonomis. Harga sebuah perahu Rp
1.500.000.
peralatan budidaya, dan perahu. Biaya penyusutan terbesar pada KJA 2 kotak
dikarenakan umur teknisnya lebih singkat dibandingkan yang lainnya yaitu dua
tahun. Penyusutan pada KJA 2 kotak dapat dilihat pada Tabel 20.
peralatan budidaya, dan perahu. Biaya penyusutan terbesar pada KJA 4 kotak
dikarenakan umur teknisnya lebih singkat dibandingkan yang lainnya yaitu dua
peralatan budidaya, dan perahu. Biaya penyusutan terbesar pada KJA 6 kotak
dikarenakan umur teknisnya lebih singkat dibandingkan yang lainnya yaitu dua
tahun. Penyusutan komponen investasi KJA 6 kotak dapat dilihat pada Tabel 22.
Besarnya upah tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah
besaran upah pekerja karamba yang berlaku di Pulau Panggang, yaitu Nuansa Ayu
Karamba sebesar Rp 500.000 per bulan. Biaya tenaga kerja untuk seluruh jenis
karamba pada penelitian ini sama karena pembudidaya sendiri (satu orang) yang
mengerjakan seluruh operasional budidaya ikan kerapu macan. Total biaya tenaga
kerja selama satu periode budidaya ikan kerapu macan adalah Rp 5.000.000.
6.4.2 Keuntungan
budidaya ditentukan oleh jumlah produksi ikan kerapu macan dan harga jual di
pasar.
Jumlah produksi ini dipengaruhi oleh survival rate (SR) ikan kerapu macan
yang didapatkan dari perhitungan jumlah ikan yang dipanen dibandingkan yang
ditebar. Selama penelitian ini dilakukan tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan
kerapu macan di Pulau Panggang adalah 70 persen untuk KJA 2 kotak dengan
rataan jumlah panen 139,6 ekor , 64 persen untuk KJA 4 kotak dengan rataan
jumlah panen 254.8 ekor, dan 54 persen untuk KJA 6 kotak dengan rataan jumlah
panen 322.75 ekor. Jumlah ikan yang ditebar adalah 200 ekor untuk setiap
125.000 per kilogram dengan berat rata-rata penjualan ikan 0,8 kilogram. Hasil
penjualan ikan kerapu yang didapat oleh petani adalah Rp 12.703.600 untuk KJA
kotak.
Proyeksi cash flow memiliki arti penting bahwa investor dapat melakukan
digunakan sebagai alat memenuhi berbagai keperluan kas tersebut. Husnan dan
nilai waktu dari uang yang menyatakan bahwa nilai uang saat ini lebih berharga
daripada nanti.
Budidaya ikan kerapu macan dengan KJA melakukan investasi pada tahun
awal sedangkan manfaat dari investasi itu baru diterima pada tahun berikutnya
atau setelah satu periode produksi. Komponen-komponen yang aliran kas pada
cash flow dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu initial cash flow,
untuk investasi pembuatan KJA. Rataan biaya investasi yang dikeluarkan oleh
petani untuk budidaya ikan kerapu KJA adalah sebesar Rp 3.620.000 untuk KJA 2
kotak, Rp 5.980.000 untuk KJA 4 kotak, dan Rp 7.625.000 untuk KJA 6 kotak.
laba bersih (net benefit) dan penyusutan. Rataan operational cash flow yang
didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar Rp 6.826.750 untuk KJA 2 kotak.
Nilai ini diperoleh dari net benefit yang dihasilkan Rp 6.157.750 dan nilasi
Operational cash flow pada KJA 4 kotak sebesar Rp 11.585.333. Nilai ini
didapatkan dari nilai net benefit KJA 4 kotak sebesar Rp 10.373.333 dan nilai
15.231.635. Nilai ini didapatkan dari penambahan nilai net benefit sebesar
Terminal cash flow terdiri dari cash flow nilai sisa investasi. Nilai sisa yang
diperoleh pada akhir umur proyek adalah sebesar Rp 950.000 untuk KJA 2 kotak.
Nilai sisa ini diperoleh dari komponen rakit sebesar Rp 200.000, nilai sisa jaring
Pada KJA 4 kotak nilai sisa total sebesar Rp 1.450.000. Nilai ini diperoleh
dari nilai sisa pada komponen rakit sebesar Rp 400.000, nilai sisa pada komponen
Nilai sisa pada KJA 6 kotak didapatkan sebesar Rp 1.550.000 yang berasal
dari nilai sisa rakit sebesar Rp 600.000, nilai sisa dari jaring sebesar
Rp 150.000, nilai sisa dari pemberat sebesar Rp 300.000, dan nilai sisa dari
antara KJA 2 kotak, KJA 4 kotak dan KJA 6 kotak sebagai media pembudidayaan
a. KJA 2 Kotak
Hasil pengolahan data yang dilakukan untuk KJA 2 kotak didapatkan nilai
NPV sebesar Rp 24.172.937. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow dikurangi
nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow yang
NPV yang positif ini menunjukkan bahwa poyek ini layak untuk dilaksanakan
Nilai IRR sebesar 220,57 persen juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Net B/C yang didapat sebesar 1,78, yang berarti setiap pengeluaran usaha
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 55.357.467 dan nilai outflow sebesar
Rp 31.184.530.
Payback periode (PP) usaha ini selama 5,64 bulan. Hal ini menunjukkan
keuntungan usaha yang diperoleh akan dapat menutupi biaya investasi setelah
5,64 bulan. Jika dilihat dari periode budidaya ikan kerapu macan yang berkisar
kurang lebih sepuluh bulan, maka PP didapat sebelum masa panen ikan kerapu
macan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungan bersih yang didapatkan
sangat besar jika dibandingkan biaya investasi. Dari hasil diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa secara nyata seluruh biaya investasi baru didapatkan setelah
pemanenan.
b. KJA 4 Kotak
52.563.430. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow dikurangi nilai total outflow
yang telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp
96.437.143 dan nilai outflow sebesar Rp. 43.873.713. Nilai NPV yang positif ini
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Net B/C yang didapat sebesar 2,20 yang berarti setiap pengeluaran usaha
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 96.437.143 dan nilai outflow sebesar
Rp 43.873.713.
Pada KJA 4 kotak didapatkan payback periode usaha ini selama 5,49 bulan.
Hal ini menunjukkan keuntungan usaha yang diperoleh akan dapat menutupi
biaya investasi setelah 5,49 bulan. Jika dilihat dari periode budidaya ikan kerapu
macan yang berkisar kurang lebih sepuluh bulan, maka PP didapat sebelum masa
panen ikan kerapu macan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungan bersih
yang didapatkan sangat besar jika dibandingkan biaya investasi. Dari hasil diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa secara nyata seluruh biaya investasi baru
c. KJA 6 Kotak
55.235.042. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow dikurangi nilai total outflow
yang telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp.
124.361.541 dan nilai outflow sebesar Rp 69.126.499. Nilai NPV yang positif ini
menunjukkan bahwa poyek ini layak untuk dilaksanakan karena memberikan
Nilai IRR sebesar 232,86 persen juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Net B/C yang didapat sebesar 1,80 yang berarti setiap pengeluaran usaha
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 124.361.541 dan nilai outflow sebesar
Rp 69.126.499.
Hasil perhitungan pada KJA 6 kotak didapatkan payback periode usaha ini
selama 5,32 bulan. Hal ini menunjukkan keuntungan usaha yang diperoleh akan
dapat menutupi biaya investasi setelah 5,32 bulan. Jika dilihat dari periode
budidaya ikan kerapu macan yang berkisar kurang lebih sepuluh bulan, maka PP
didapat sebelum masa panen ikan kerapu macan dilakukan. Hal ini disebabkan
oleh keuntungan bersih yang didapatkan sangat besar jika dibandingkan biaya
investasi. Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara nyata seluruh
biaya investasi baru didapatkan setelah satu periode budidaya walaupun secara
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk analisis
sensitifitas yaitu tingkat kelangsungan hidup (SR) dan komponen biaya variabel
yang mengeluarkan biaya terbesar yaitu biaya pembelian bibit ikan kerapu. SR
dianalisis karena berhubungan erat dengan jumlah output dari usaha budidaya
ikan kerapu macan yang nantinya akan menentukan besar keuntungan usaha
komponen biaya variabel yang terbesar selama usaha budidaya ini berlangsung,
sebesar 70 persen pada KJA 2 kotak, 64 persen pada KJA 4 kotak, dan 54 persen
pada KJA 6 kotak. Nilai penurunan sebesar 10 persen dipilih karena menurut
persen. Dari nilai SR terendah yang didapatkan di tempat penelitian (54 persen),
maka apabila terjadi penurunan SR sebesar 10 persen usaha tersebut sudah tidak
a. KJA 2 Kotak
ikan yang dipanen 120 ekor. Total pemasukan yang didapatkan sebesar Rp
10.920.000. Hasil pengolahan data yang dilakukan untuk KJA 2 kotak didapatkan
nilai NPV sebesar Rp 24.172.937. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow
dikurangi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow
Nilai NPV yang positif ini menunjukkan bahwa poyek ini layak untuk
Nilai IRR sebesar 170,61 persen juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Net B/C yang didapat sebesar 2,03 yang berarti setiap pengeluaran usaha
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 47.688.487 dan nilai outflow sebesar
Rp 23.515.550.
Payback periode (PP) usaha ini selama 7,23 bulan. Hal ini menunjukkan
keuntungan usaha yang diperoleh akan dapat menutupi biaya investasi setelah
7,23 bulan. Jika dilihat dari periode budidaya ikan kerapu macan yang berkisar
kurang lebih sepuluh bulan, maka PP didapat sebelum masa panen ikan kerapu
macan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungan bersih yang didapatkan
sangat besar jika dibandingkan biaya investasi. Dari hasil diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa secara nyata seluruh biaya investasi baru didapatkan setelah
pemanenan.
b. KJA 4 Kotak
Penurunan SR sebesar 10 persen untuk KJA 4 kotak membuat jumlah ikan
yang dipanen 216 ekor. Total pemasukan yang didapatkan sebesar Rp 18.792.000.
Nilai NPV yang didaptkan sebesar Rp 38.049.297. Nilai ini didapatkan dari nilai
total inflow dikurangi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount rate.
Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 81,923,011 dan nilai outflow sebesar Rp
43,873,713. Nilai NPV yang positif ini menunjukkan bahwa poyek ini layak untuk
Nilai IRR sebesar 168,19 persen juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai Net B/C 1,87 yang berarti
setiap pengeluaran usaha sebesar Rp. 1,- akan menghasilkan manfaat sebesar Rp
1,87. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang
telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp
81.923.011 dan nilai outflow sebesar Rp 43.873.713. Nilai Net B/C ini
menunjukkan usaha budidaya ikan kerapu macan ini layak untuk diusahakan.
Payback periode usaha ini selama 7,27 bulan. Hal ini menunjukkan
keuntungan usaha yang diperoleh akan dapat menutupi biaya investasi setelah
7,27 bulan. Jika dilihat dari periode budidaya ikan kerapu macan yang berkisar
kurang lebih sepuluh bulan, maka PP didapat sebelum masa panen ikan kerapu
macan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungan bersih yang didapatkan
sangat besar jika dibandingkan biaya investasi. Dari hasil diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa secara nyata seluruh biaya investasi baru didapatkan setelah
satu periode budidaya walaupun secara perhitungan didapatkan PP sebelum masa
pemanenan.
c. KJA 6 Kotak
ikan yang dipanen 264 ekor. Total pemasukan yang didapatkan sebesar Rp
23.430.000. Nilai NPV yang didapat sebesar Rp 59.878.739. Nilai ini didapatkan
dari nilai total inflow dikurangi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai
discount rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 101.942.536 dan nilai outflow
sebesar Rp 42.063.797. Nilai NPV yang positif ini menunjukkan bahwa poyek ini
sekarang.
Nilai IRR sebesar 148,62 persen juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Net B/C yang didapat sebesar 2,42 yang berarti setiap pengeluaran usaha
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 101.942.536 dan nilai outflow sebesar
Rp 42.063.797. Nilai Net B/C ini menunjukkan usaha budidaya ikan kerapu
Hasil perhitungan pada KJA 6 kotak didapatkan payback periode usaha ini
selama 8,17 bulan. Hal ini menunjukkan keuntungan usaha yang diperoleh akan
dapat menutupi biaya investasi setelah 8,17 bulan. Jika dilihat dari periode
budidaya ikan kerapu macan yang berkisar kurang lebih sepuluh bulan, maka PP
didapat sebelum masa panen ikan kerapu macan dilakukan. Hal ini disebabkan
oleh keuntungan bersih yang didapatkan sangat besar jika dibandingkan biaya
investasi. Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara nyata seluruh
biaya investasi baru didapatkan setelah satu periode budidaya walaupun secara
Kenaikan harga bibit ikan kerapu pada KJA 2 kotak membuat biaya
nilai NPV sebesar Rp 25.136.074. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow
dikurangi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow
Nilai NPV yang positif ini menunjukkan bahwa poyek ini layak untuk
Nilai IRR sebesar 214,89 persen juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Net B/C yang didapat sebesar 1,84 yang berarti setiap pengeluaran usaha
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 55.163.901 dan nilai outflow sebesar
Rp 30.027.827.
Payback periode (PP) usaha ini selama 5,51 bulan. Hal ini menunjukkan
keuntungan usaha yang diperoleh akan dapat menutupi biaya investasi setelah
5,51 bulan. Jika dilihat dari periode budidaya ikan kerapu macan yang berkisar
kurang lebih sepuluh bulan, maka PP didapat sebelum masa panen ikan kerapu
macan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungan bersih yang didapatkan
sangat besar jika dibandingkan biaya investasi. Dari hasil diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa secara nyata seluruh biaya investasi baru didapatkan setelah
pemanenan.
b. KJA 4 Kotak
Kenaikan harga bibit ikan kerapu pada KJA 4 kotak membuat biaya
nilai NPV sebesar Rp 49.622.249. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow
dikurangi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow
Nilai NPV yang positif ini menunjukkan bahwa poyek ini layak untuk
Nilai IRR sebesar 215,69 persen juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 96.011.298 dan nilai outflow sebesar
Rp 46.389.049.
Payback periode (PP) usaha ini selama 5,45 bulan. Hal ini menunjukkan
keuntungan usaha yang diperoleh akan dapat menutupi biaya investasi setelah
5,45 bulan. Jika dilihat dari periode budidaya ikan kerapu macan yang berkisar
kurang lebih sepuluh bulan, maka PP didapat sebelum masa panen ikan kerapu
macan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungan bersih yang didapatkan
sangat besar jika dibandingkan biaya investasi. Dari hasil diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa secara nyata seluruh biaya investasi baru didapatkan setelah
pemanenan.
c. KJA 6 Kotak
Kenaikan harga bibit ikan kerapu pada KJA 6 kotak membuat biaya
nilai NPV sebesar Rp 63.726.988. Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow
dikurangi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount rate. Nilai inflow
Nilai NPV yang positif ini menunjukkan bahwa poyek ini layak untuk
untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari tingkat diskonto sebesar 5,25
persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan
Net B/C yang didapat sebesar 2,06 yang berarti setiap pengeluaran usaha
dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan nilai discount
rate. Nilai inflow yang didapat sebesar Rp 124.013.122 dan nilai outflow sebesar
Rp 60.286.134.
Payback periode (PP) usaha ini selama 5,68 bulan. Hal ini menunjukkan
keuntungan usaha yang diperoleh akan dapat menutupi biaya investasi setelah
5,68 bulan. Jika dilihat dari periode budidaya ikan kerapu macan yang berkisar
kurang lebih sepuluh bulan, maka PP didapat sebelum masa panen ikan kerapu
macan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keuntungan bersih yang didapatkan
sangat besar jika dibandingkan biaya investasi. Dari hasil diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa secara nyata seluruh biaya investasi baru didapatkan setelah
pemanenan.
ikan kerapu macan dengan sistem KJA ukuran 2 kotak, 4 kotak, maupun 6 kotak
layak untuk diusahakan karena memberikan tambahan manfaat yang positif
setelah dianalisis dalam nilai sekarang. Hasil analisis sensitivitas pada KJA
penurunan nilai SR dan kenaikan harga bibit ikan kerapu macan sebesar 10
persen.
merupakan KJA yang paling baik diantara tiga jenis KJA yang ada di Pulau
Panggang dilihat dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback periode. Hasil dari
analisis aspek finansial dapat dilihat pada tabel yang tertera di bawah ini.
7.1 Kesimpulan
komponen teknis seperti pemberian pakan dan vitamin, dan penentuan lokasi
diusahakan dari aspek pasar karena pembeli yang tersedia banyak serta
mampu membeli seluruh hasil produksi petani budidaya ikan kerapu macan
diusahakan dari aspek finansial karena Nilai NPV yang didapat bernilai
positif, IRR lebih besar dari DF, Net B/C yang lebih besar dari satu serta
4. KJA 6 kotak merupakan KJA yang paling baik diantara tiga jenis KJA yang
ada di Pulau Panggang dilihat dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback periode.
7.2 Saran
Dari penelitian yang dilakukan ada beberapa saran yang perlu diperhatikan
agar budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang dapat berjalan dengan lebih
baik, yaitu:
budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA dan pengawasan terhadap
aktivitas budidaya ikan kerapu macan agar tetap sesuai dengan ketentuan-
kerapu macan agar tingkat pendapatan petani budidaya KJA dapat lebih baik
lagi.
agar petani budidaya tidak kesulitan mendapatkan bibit pada saat musim
Husnan, Suad dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat.
UPP AMP YKPN. Yogyakarta
Sari, Yesi Deswita. 2006. Interaksi Optimal Perikanan Tangkap dan Budidaya
(Studi Kasus Perikanan Kerapu di Perairan Kepulauan Seribu, Kabupaten
Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta). Tesis. IPB. Bogor
Sih-Yang Sim et all, 2005. Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan
untuk Ikan Kerapu yang di Budidaya. Asia-Pacific Marine Finfish
Aquaculture Network. Australia
Soebagio, 2004. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang dan Pesisir dan Laut
Kepulauan Seribu dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Melalui Kegiatan Budidaya Perikanan dan Pariwisata. Tesis. IPB.
Bogor
Sunyoto, 2000. Jurnal Evaluasi Penilaian Lokasi Karamba Jaring Apung. Hal 2.
B Biaya
I. Biaya Tunai
a. Biaya Variabel
Pakan Buatan/Pelet Kg 0 0 0
Pakan Alami Kg 1450 2,750 3,987,500
Benih Kerapu Ekor 600 10,750 6,450,000
Total Biaya Variabel 10,437,500
b. Biaya Tetap
Biaya Perawatan Karamba Tahun 1 1,200,000 1,200,000
Total Biaya Tetap Tunai 1,200,000
Total Biaya Tunai 11,637,500
II. Biaya Tidak Tunai
Tenaga Kerja Periode 1 500,000 5,000,000
Penyusutan KJA Tahun 1 1,382,000 1,382,000
Penyusutan Peralatan Tahun 1 100,000 100,000
Penyusutan Perahu Tahun 1 200,000 200,000
Total Biaya Tidak Tunai 6,682,000
TOTAL BIAYA PRODUKSI 18,319,500
C KEUNTUNGAN SEBELUM PAJAK 10,324,563
Pajak Pengjasilan (10%) 1,032,456
D KEUNTUNGAN SETELAH PAJAK 9,292,106
E R/C 1.56
F Cost Per Unit 56,761
99
Lampiran 7 Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 2 Kotak
No Keterangan Tahun
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
Hasil Penjualan - 12,703,600 12,703,600 12,703,600 12,703,600 12,703,600
Nilai Sisa - - - - - 700,000
Total Inflow - 12,703,600 12,703,600 12,703,600 12,703,600 13,403,600
B OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Konstruksi KJA (5tahun) 1,880,000
Peralatan 240,000
Perahu 1,500,000
Total Biaya Investasi 3,620,000 0 0 0 0 0
2. Biaya Reinvestasi - - 450,000 - 450,000 -
3. Total Biaya Variabel - 4,754,300 4,754,300 4,754,300 4,754,300 4,754,300
4. Biaya Tetap
Perawatan Karamba - 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000
Sub Total - 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000
Total Outflow 3,620,000 4,824,300 5,274,300 4,824,300 5,274,300 4,824,300
C Benefit (3,620,000) 7,879,300 7,429,300 7,879,300 7,429,300 8,579,300
D Net Benefit (3,620,000) 7,879,300 7,429,300 7,879,300 7,429,300 8,579,300
E Discuont Factor 8.5% 1 0.9501 0.9027 0.8577 0.8149 0.7743
Present Value (3,620,000) 7,486,271 6,706,620 6,758,049 6,054,238 6,642,649
F Net Present Value 25,136,074
G IRR 214.89
H Net Benefit/Cost 1.84
I PP 5.51
103
Lampiran 8 Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 4 Kotak
No Keterangan Tahun
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
Hasil Penjualan - 22,167,600 22,167,600 22,167,600 22,167,600 22,167,600
Nilai Sisa - - - - - 900,000
Total Inflow - 22,167,600 22,167,600 22,167,600 22,167,600 23,067,600
B OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Konstruksi KJA (5tahun) 4,120,000
Peralatan 360,000
Perahu 1,500,000
Total Biaya Investasi 5,980,000 - - - - -
2. Biaya Reinvestasi - - 1,020,000 - 1,020,000 -
3. Total Biaya Variabel - 8,890,600 8,890,600 8,890,600 8,890,600 8,890,600
4. Biaya Tetap
Perawatan Karamba - 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Sub Total - 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Total Outflow 5,980,000 8,990,600 10,010,600 8,990,600 10,010,600 8,990,600
C Benefit (5,980,000) 13,177,000 12,157,000 13,177,000 12,157,000 14,077,000
D Net Benefit (5,980,000) 13,177,000 12,157,000 13,177,000 12,157,000 14,077,000
E Discuont Factor 5.25% 1 0.9501 0.9027 0.8577 0.8149 0.7743
Present Value (5,980,000) 12,519,715 10,974,436 11,301,868 9,906,905 10,899,325
F Net Present Value 49,622,249
G IRR 215.69
H Net Benefit/Cost 2.07
I PP 5.45
104
Lampiran 9 Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 6 Kotak
No Keterangan Tahun
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
Hasil Penjualan - 28,644,063 28,644,063 28,644,063 28,644,063 28,644,063
Nilai Sisa - - - - - 1,100,000
Total Inflow - 28,644,063 28,644,063 28,644,063 28,644,063 29,744,063
B OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Konstruksi KJA (5tahun) 5,625,000
Peralatan 500,000
Perahu 1,500,000
Total Biaya Investasi 7,625,000 - - - - -
2. Biaya Reinvestasi - - 1,290,000 - 1,290,000 -
3. Total Biaya Variabel - 11,332,500 11,332,500 11,332,500 11,332,500 11,332,500
4. Biaya Tetap
Perawatan Karamba - 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Sub Total - 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Total Outflow 7,625,000 12,532,500 13,822,500 12,532,500 13,822,500 12,532,500
C Benefit (7,625,000) 16,111,563 14,821,563 16,111,563 14,821,563 17,211,563
D Net Benefit (7,625,000) 16,111,563 14,821,563 16,111,563 14,821,563 17,211,563
E Discuont Factor 5.25% 1 0.9501 0.9027 0.8577 0.8149 0.7743
Present Value (7,625,000) 15,307,898 13,379,805 13,818,832 12,078,293 13,326,306
F Net Present Value 63,726,988
G IRR 206.51
H Net Benefit/Cost 2.06
I PP 5.68
105