Está en la página 1de 15

BAB V

INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

5.1 Instrumentasi
Alat instrumentasi merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam
suatu pabrik. Instrumentasi adalah rangkaian peralatan yang dipakai di dalam
suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya proses agar diperoleh hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan adanya alat kontrol maka dapat diketahui dan
dikoreksi segala kesalahan ataupun penyimpangan proses yang mungkin terjadi.
Namun pada dasarnya, tujuan pengendalian tersebut adalah agar kondisi proses di
pabrik mencapai tingkat kesalahan (error) yang paling minimum sehingga produk
dapat dihasilkan secara optimal (Perry, 1999). Fungsi instrumen adalah sebagai
pengontrol, penunjuk (indicator), pencatat (recorder), dan pemberi tanda bahaya
(alarm). Instrumen bekerja dengan tenaga mekanik atau tenaga listrik dan
pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Instrumen
digunakan dalam industri kimia untuk mengukur variabel-variabel proses seperti
temperatur, tekanan, densitas, viskositas, panas spesifik, konduktifitas, pH,
kelembaman, titik embun, tinggi cairan (liquid level), laju alir, komposisi, dan
moisture content. Instrumen-instrumen tersebut mempunyai tingkat batasan
operasi sesuai dengan kebutuhan pengolahan (Timmerhaus, 2004).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol / diukur oleh instrument adalah
(Considine, 1985) I :
1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan.
2. Variabel tambahan seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas,
pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaman di
variabel lainnya.

Secara umum, kerja dari alat-alat instrumentasi dapat dibagi dua bagian
yaitu operasi secara manual dan operasi secara otomatis. Penggunaan instrument
pada suatu peralatan proses bergantung pada pertimbangan ekonomis dan sistem

20
peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat instrumentasi juga harus ditentukan
apakah alat-alat itu dapat dipasang pada peralatan proses (manual control) atau
disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bagian peralatan
(automatic control). (Perry, 1999)

Menurut sifatnya konsep dasar pengendalian proses ada dua jenis, yaitu :
1. Pengendalian secara manual
Tindakan pengendalian yang dilakukan oleh manusia. Sistem
pengendalian ini merupakan sistem yang ekonomis karena tidak
membutuhkan begitu banyak instrumentasi dan instalasinya. Namun
pengendalian ini berpotensi tidak praktis dan tidak aman karena sebagai
pengendalinya adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan.
2. Pengendalian secara otomatis
Berbeda dengan pengedalian secara manual, pengendalian secara otomatis
menggunakan instrumentasi sebagai pengendali proses, namun manusia
masih terliabat sebagai otak pengendali. Banyak pekerjaan manusia dalam
pengendalian secara manual diambil alih oleh instrumentasi sehingga
membuat sistem pengendali ini sangat praktis dan menguntungkan.

Hal-hal yang diharapkan dalam pemakaian alat-alat instrumentasi adalah :


a. Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
b. Pengoperasiaan sistem peralatan yang lebih mudah
c. Sistem kerja lebih efisien
d. Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumentasi adalah


(Timmerhaus, 2004):
a. Range yang diperlukan untuk pengukuran
b. Level instrumentasi
c. Ketelitian yang dibutuhkan
d. Bahan konstruksinya

21
e. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses

5.1.1. Tujuan Pengendali


Tujuan perancangan sistem pengendali dari pabrik pembuatan crude corn
oil dari biji jagung adalah sebagai keamanan operasi pabrik yang mencakup :
1. Mempertahankan variabel-variabel proses seperti temperatur dan
tekanan tetap berada dalam rentang operasi yang aman dengan harga
toleransi yang kecil.
2. Medeteksi situasi berbahaya kemungkinan terjadinya kebocoran alat.
Pendeteksian dilakukan dan menyediakan alarm dan sistim penghentian
operasi secara otomatis.
3. Mengontrol setiap penyimpanan operasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja
maupun kerusakan pada alat proses.

5.1.2. Jenis-jenis Pengendalian dan Alat Pengendali


Sistem pengendalian yang digunakan pada pabrik ini menggunakan dan
mengkombinasikan beberapa tipe pengendalian sesuai dengan tujuan dan
keperluannya :
1. Feedback Control
Perubahan pada sistim diukur (setelah adanya gangguan), hasil
pengukuran dibandingkan dengan set point, hasil perbandingan digunakan
untuk mengendalikan variabel yang dimanipulasi.
2. Feedforward control
Besarnya gangguan diukur (sensor pada point), hasil pengukuran
digunakan untuk mengendalikan variabel yang dimanipulasi.
3. Adaptive control
Sistim pengendali yang dapat menyesuaikan parameternya secara otomatis
sedemikian rupa untuk mengatasi perubahan yang terjadi dalam proses
yang dikendalikannya, umumnya ditandai dengan adanya reset input pada
controller.

22
4. Infevential control
Sering kali variabel yang ingin dikendalikan tidak dapat diukur secara
langsung sebagai solusinya digunakan sistim pengendalian dimana
variabel yang terukur digunakan untuk mengestimasi variabel yang akan
dikendalikan, variabel terukur dan variabel tak terukur tersebut
dihubungkan dan suatu persamaan matematika.

Pengendali yang banyak digunakan adalah jenis feedback (umpan balik)


berdasarkan pertimbangan kemudahan pengendalian. Pada dasarnya sistim
pengendalian terdiri dari (Considine,1985):
a. Elemen Primer
Elemen primer berfungsi untuk menunjukkan kualitas suatu variabel
proses dan menerjemahkan nilai itu dalam bentuk sinyal dan
menggunakan transducer sebagai sensor. Ada banyak sensor yang
digunakan bersambung variabel proses yang ada:
 Sensor untuk temperatur yaitu bimetal,thermocouple, dll.
 Sensor untuk tekanan yaitu diafragma,cincin keseimbangan, dll
 Sensor untuk level yaitu pelampung, elemen radio aktif, dll
 Sensor untuk aliran atau flow yaitu orifice, nozzle, dll
b. Elemen Pengukuran
Elemen pengukuran berfungsi mengkonversikan segala perubahan nilai
yang dihasilkan elemen primer yang berupa sinyal kedalam sebuah harga
pengukuran yang dikirimkan transmitter ke elemen pengendali.
 Tipe konvensional
Tipe ini menggunakan prisip perbedaan kapasitansi
 Tipe smart
Tipe smart menggunakan microprocessor elektronik sebagai
pemproses sinyal.
c. Elemen Pengendali
Elemen pengendali berfungsi menerima sinyal dari elemen pengukur yang
kemudian di bandingkan dengan set point di dalam pengendali. Hasilnya

23
berupa sinyal koreksi yang akan dikirim ke elemen pengendali
menggunakan processor (computer, microprocessor) sebagai pemproses
sinyal pengendali. Jenis elemen pengendali yang digunakan tergantung
pada variabel prosesnya. Untuk variabel proses yang lain misalnya :
 Temperatur menggunakan Temperature Controller (TC)
 Tekanan menggunakan Pressure Controller (PC)
 Aliran/flow menggunakan Flow Controller (FC)
 Level menggunakan Level Controller (LC)
 Elemen Pengendali Akhir

Elemen pengendali akhir berperan mengkonversikan sinyal yang di


terimanya menjadi sebuah tindakan korektif terhadap proses. Umumnya industry
menggunakan control valve dan pompa sebagai elemen pengendali akhir.
1. Control Valve
Control valve mempunyai tiga elemen penyusun yaitu:
 Positioner yang berfungsi untuk mengatur posisi actuator
 Actuator valve berfungsi mengaktualisasikan sinyal pengendali (valve)
 Valve, merupakan elemen pengendali proses. Ada banyak tipe valve
berdasarkan bentuknya seperti butterfly valve, valve bola, valve
segmen.
2. Pompa Listrik
Elemen pompa terdiri dari dua bagian yaitu:
 Actuator Pompa
Sebagai Aktuator pompa adalah motor listrik. Motor listrik mengubah
tenaga listrik menjadi tenaga mekanik. Prinsip kerjanya berdasarkan
induksi elektromagnetik yang menggerakkan motor.
 Pompa Listrik berfungsi memindahkan/menggerakkan fluida baik itu
zat cair, gas dan padat.

24
Secara garis besar fungsi instrumentasi adalah sebagai berikut:
1. Penunjuk(indicator)
2. Pencatat (recorder)
3. Pengontrol (regulator)
4. Pemberi tanda bahaya (alarm)

Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah (Considine, 1985) :


1. Untuk variabel temperatur.
 Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan
untuk mengamati temperatur dari suatu alat. Dengan menggunakan
Temperature Controller, para engineer juga dapat melakukan
pengendalian terhadap peralatan sehingga temperatur peralatan tetap
berada dalam range yang diinginkan. Temperature Controller
kadang.kadang juga dapat mencatat temperatur dari suatu peralatan
secara berkala Temperature Recorder (TR).
 Temperature Indicator (TI) adalah instrumentasi yang digunakan
untuk mengamati temperatur suatu alat.
2. Untuk variabel ketinggian permukaan cairan.
 Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk
mengamati ketinggian cairan di dalam suatu alat. Dengan
menggunakan Level Controller, para engineer juga dapat melakukan
pengendalian ketinggian cairan di dalam peralatan tersebut.
 Level Indicator (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati ketinggian cairan di dalam suatu alat.
3. Untuk variabel tekanan.
 Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati tekanan operasi dari suatu alat. Para engineer juga dapat
melakukan perubahan tekanan dari peralatan operasi. Pressure
Controller dapat juga dilengkapi pencatat tekanan dari suatu peralatan
secara berkala Pressure Recorder (PR).

25
 Pressure Indicator (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati tekanan operasi dari suatu alat.

4. Untuk variabel aliran cairan.


 Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila
terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
 Flow Indicator (FI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati laju alir larutan atau cairan suatu alat.

5.1.3 Variabel-Variabel Proses dalam Sistem Pengendalian


1. Tekanan
Peralatan untuk mengukur tekanan fluida adalah kombinasi silikon oil
dalam membran / plat tipis dengan pengukur kuat arus listrik. Prinsipnya adalah
perubahan kuat arus listrik akibat perubahan tekanan. Instrumen ini digunakan
antara lain untuk mengukur tekanan pada reaktor, dan tekanan keluaran blower.
2. Temperatur
Peralatan untuk mengukur temperatur adalah thermocouple. Instrumen ini
digunakan antara lain dalam pengukuran temperatur dalam reaktor, heat
exchanger, dan crystallizer.;

3. Laju Alir
Peralatan yang digunakan untuk mengukur laju alir fluida adalah
venturimeter. Instrumen ini digunakan antara lain dalam pengukuran laju alir zat
masukan reaktor.

4. Perbandingan Laju Alir


Peralatan yang digunakan adalah sambungan mekanik (mechanical
linkage) yang dapat disesuaikan (adjustable), pneumatik, atau elektronik. Hasil
pengukuran laju alir aliran yang satu menentukan (me-reset) set point laju alir
aliran lainnya. Instrumen ini digunakan pada pengukuran laju alir umpan reaktor

26
5. Permukaan Cairan
Peralatan untuk mengukur level permukaan cairan adalah pelampung dan
lengan gaya. Prinsipnya adalah perubahan gaya apung yang dialami pelampung
akibat perubahan level cairan. Pelampung yang mengapung pada permukaan
cairan selalu mengikuti tinggi permukaan cairan sehingga gaya apung pelampung
dapat diteruskan ke lengan gaya, sehingga dapat diketahui tinggi cairan.
Penggunaannya adalah untuk mengukur level permukaan fluida seperti pada
kolom waste heat boiler, dan tangki.

5.1.4 Syarat Perancangan Pengendalian


Beberapa syarat penting yang harus diperhatikan dalam perancangan
pabrik antara lain :
1. Tidak boleh terjadi konflik antar unit, di mana terdapat dua pengendali pada
satu aliran.
2. Penggunaan supervisory computer control untuk mengkoordinasikan tiap unit
pengendali.
3. Control valve yang digunakan sebagai elemen pengendali akhir memiliki
opening position 70 %.
4. Dilakukan pemasangan check valve pada mixer dan pompa dengan tujuan
untuk menghindari fluida kembali ke aliran sebelumnya. Check valve yang
dipasangkan pada pipa tidak boleh lebih dari satu dalam one dependent line.
Pemasangan check valve diletakkan setelah pompa.
5. Seluruh pompa yang digunakan dalam proses diletakkan di permukaan tanah
dengan pertimbangan syarat safety dari kebocoran.
6. Pada perpipaan yang dekat dengan alat utama dipasang flange dengan tujuan
untuk mempermudah pada saat maintenance.

Tabel 5.1 Daftar Penggunaan Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik


No Nama alat Jenis instrumen Kegunaan
1 Pompa FC Mengontrol laju alir cairan dalam
pipa

27
2 Tangki cairan LC Mengontrol ketinggian dalam
tangki
3 Bucket FC Mengontrol laju biji jagung
elevator
4 Evaporator TC Mengatur temperature panas masuk
ke dalam evaporator

Contoh jenis-jenis instrumentasi yang digunakan pada pra rancangan pabrik


pembuatan crude corn oil dari biji jagung :
1. Pompa
Variabel yang dikontrol pada pompa adalah laju aliran (flow rate). Untuk
mengetahui laju aliran pada pompa dipasang flow control (FC). Jika laju
aliran pompa lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup
pengendali (control valve) akan menutup atau memperkecil pembukaan
katup.

Gambar 6.1 Instrumentasi pada pompa

2. Tangki Cairan
Pada tangki ini dilengkapi dengan level control (LC) yang berfungsi untuk
mengontrol ketinggian cairan di dalam tangki. Prinsip kerja dari level
control (LC) ini adalah dengan menggunakan pelampung (floater)
sehingga isi tangki dapat terlihat dari posisi jarum penunjuk di luar tangki
yang digerakkan oleh pelampung. Jika isi tangki tinggal sedikit, maka diisi

28
dengan menggunakan pompa yang dilengkapi dengan valve yang
berfungsi sebagai flow control (FC).

Gambar 6.2 Instrumentasi pada tangki

3. Bucket Elevator
Instrumentasi pada bucket elevator mencakup flow controller (FC) yang
berfungsi untuk mengatur laju bahan pada bucket elevator dengan
mengatur jumlah putaran motor terhadap kecepatan elevator.

Gambar 6.3 Instrumentasi pada Bucket Elevator

4. Evaporator
Instrumen yang digunakan pada evaporator adalah Temperature Control
(TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur CPO yang merupakan
media pemanas yang akan masuk ke dalam evaporator.

29
Gambar 5.4 Evaporator beserta instrumennya.

5.2 Keselamatan Kerja Pabrik


Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, cacat ataupun kematian. Keselamatan kerja dan keamanan pabrik
merupakan faktor yang perlu diperhatikan secara serius. Keselamatan kerja
merupakan jaminan perlindungan bagi keselamatan karyawan dari bahaya cacat
jasmani dan kematian. Dalam hubungan ini bahaya yang dapat timbul dari mesin,
bahan baku dan produk, sifat zat, serta keadaan tempat kerja harus mendapat
perhatian yang serius sehingga dapat dikendalikan dengan baik untuk menjamin
kesehatan karyawan.
Makin tinggi tingkat keselamatan kerja dari suatu pabrik makin meningkat
pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini disebabkan karena keamanan kerja
sudah terjamin dan suasana kerja yang menyenangkan. Untuk mencapai hal
tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban para perancang untuk
merencanakannya sehingga bangunan yang dirancang dengan baik akan
menciptakan rasa aman bagi para pekerja. Dengan adanya keselamatan kerja
berarti para pekerja pabrik dan lingkungan sekitarnya dapat terhindar dari bahaya.
Statistik menunjukkan bahwa angka kecelakan rata-rata dalam pabrik kimia relatif
tidak begitu tinggi. Tetapi situasi beresiko memiliki bentuk khusus, misalnya
reaksi kimia yang berlangsung tanpa terlihat dan hanya dapat diamati dan

30
dikendalikan berdasarkan akibat yang akan ditimbulkannya. Kesalahankesalahan
dalam hal ini dapat mengakibatkan kejadian yang fatal (Bernasconi, 1995).

Gambar 5.5 Tingkat kerusakan di suatu pabrik

Kerusakan (badan atau benda) dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa


dikehendaki dan diduga sebelumnya. Keadaan atau tindakan yang bertentangan
dengan aturan keselamatan kerja dapat memancing bahaya yang akut dan
mengakibatkan terjadinya kerusakan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pabrik
untuk menjamin keselamatan kerja, antara lain:
1. Menanamkan kesadaran akan keselamatan kerja bagi seluruh karyawan.
2. Memasang papan peringatan pada daerah proses yang rawan kecelakaan.
3. Memasang penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara/ventilasi
yang baik.
4. Menempatkan peralatan keselamatan dan pencegahan kebakaran di daerah
yang rawan akan kecelakaan atau kebakaran.
5. Memasang alarm (tanda bahaya), sehingga bila terjadi bahaya dapat segera
diketahui.
6. Menyediakan poliklinik dengan sarana yang memadai untuk pertolongan
sementara.

31
Berikut ini upaya-upaya pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin
terjadi pada pra-rancangan pabrik pembuatan crude corn oil dari biji jagung dapat
dilakukan dengan cara :
1. Pencegahan terhadap kebakaran
 Memasang sistem alarm pada tempat yang strategis dan penting,
seperti power station, laboratorium dan ruang proses.
 Mobil pemadam kebakaran harus selalu dalam keadaan siap siaga di
fire station.
 Fire hydrant ditempatkan di daerah storage, proses, dan perkantoran.
 Fire extinguisher disediakan pada bangunan pabrik untuk
memadamkan api yang relatif kecil.
 Gas detector dipasang pada daerah proses, storage, dan daerah
perpipaan dan dihubungkan dengan gas alarm di ruang kontrol untuk
mendeteksi kebocoran gas.
 Smoke detector ditempatkan pada setiap sub-stasiun listrik untuk
mendeteksi kebakaran melalui asapnya.
2. Memakai peralatan perlindungan diri
Di dalam pabrik disediakan peralatan perlindungan diri, seperti :
 Pakaian kerja
Pakaian luar dibuat dari bahan-bahan seperti katun, wol, serat sintetis,
dan asbes. Pada musim panas sekalipun tidak diperkenankan bekerja
dengan keadaan badan atas terbuka.
 Sepatu pengaman
Sepatu harus kuat dan harus dapat melindungi kaki dari bahan kimia
dan panas. Sepatu pengaman bertutup baja dapat melindungi kaki dari
bahaya terjepit. Sepatu setengah tertutup atau bot dapat dipakai
tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
 Topi pengaman
Topi yang lembut baik dari plastik maupun dari kulit memberikan
perlindungan terhadap percikan-percikan bahan kimia, terutama

32
apabila bekerja dengan pipa-pipa yang letaknya lebih tinggi dari
kepala, maupun tangki-tangki serta peralatan lain yang dapat bocor.
 Sarung tangan
Dalam menangani beberapa bahan kimia yang bersifat korosif, maka
para operator diwajibkan menggunakan sarung tangan untuk
menghindari halhal yang tidak diinginkan.
 Masker
Berguna untuk memberikan perlindungan terhadap debu-debu yang
berbahaya ataupun uap bahan kimia agar tidak terhirup.
3. Pencegahan terhadap bahaya mekanis
 Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup luas dan tidak menghambat
kegiatan kerja karyawan.
 Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup kuat.
4. Pencegahan terhadap bahaya listrik
 Setiap instansi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian
sekering atau pemutus hubungan arus listrik secara otomatis lainnya.
 Sistem perkabelan listrik harus dipasang secara terpadu dengan tata
letak pabrik, sehingga jika ada perbaikan dapat dilakukan dengan
mudah.
5. Menerapkan nilai-nilai disiplin bagi karyawan
 Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang
diberikan dan mematuhi setiap peraturan dan ketentuan yang
diberikan.
 Setiap kecelakaan kerja atau kejadian yang merugikan segera
dilaporkan ke atasan.
 Setiap karyawan harus saling mengingatkan akan perbuatan yang dapat
menimbulkan bahaya.
 Setiap ketentuan dan peraturan harus dipatuhi.
6. Penyediaan poliklinik di lokasi pabrik
Poliklinik disediakan untuk tempat pengobatan akibat terjadinya
kecelakaan secara tiba-tiba, misalnya menghirup gas beracun, patah

33
tulang, luka terbakar pingsan/syok dan lain sebagainya. Apabila terjadi
kecelakaan kerja, seperti terjadinya kebakaran pada pabrik, maka hal-hal
yang harus dilakukan adalah :
 Mematikan seluruh kegiatan pabrik, baik mesin maupun listrik.
 Mengaktifkan alat pemadam kebakaran, dalam hal ini alat pemadam
kebakaran yang digunakan disesuaikan dengan jenis kebakaran yang
terjadi, yaitu (Bernasconi, 1995):
- Instalasi pemadam dengan air untuk kebakaran yang terjadi pada
bahan berpijar seperti kayu, arang, kertas, dan bahan berserat. Air
ini dapat disemprotkan dalam bentuk kabut. Sebagai sumber air,
biasanya digunakan air tanah yang dialirkan melalui pipa-pipa
yang dipasang pada instalasi-instalasi tertentu di sekitar areal
pabrik. Air dipompakan dengan menggunakan pompa yang bekerja
dengan instalasi listrik tersendiri, sehingga tidak terganggu apabila
listrik pada pabrik dimatikan ketika kebakaran terjadi.
- Instalasi pemadam dengan CO2 yang digunakan berbentuk cair dan
mengalir dari beberapa tabung gas yang bertekanan yang
disambung secara seri menuju nozel-nozel. Instalasi ini digunakan
untuk kebakaran dalam ruang tertutup, seperti pada tempat tangki
penyimpanan dan juga pemadam pada instalasi listrik.
Keselamatan kerja yang tinggi dapat dicapai dengan penambahan
nilai-nilai disiplin bagi para karyawan, yaitu:
a) Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman
yang diberikan.
b) Setiap peraturan dan ketentuan yang ada harus dipenuhi.
c) Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus
segera dilaporkan kepada pimpinan.
d) Setiap karyawan harus saling mengingatkan perbuatan yang
dapat menimbulkan bahaya.
e) Dilakukan kontrol secara periodik terhadap seluruh alat
instalasi pabrik oleh petugas perawatan.

34

También podría gustarte