Está en la página 1de 6

1.

PENGERTIAN : Laporan internal auditor merupakan saran pertanggungjawaban internal auditor


atas penugasan pemeriksaan oleh pimpinan. Melalui laporan ini internal auditor akan
mengungkapkan dan menguraikan kelemahan yang terjadi dan keberhasilan yang telah dicapai
auditor.
Internal auditor dalam melakukan pemeriksaan senantiasa diikuti dengan pembuatan laporan,
yang mana hal ini merupakan hasil akhir dari pekerjaannya. Laporan harus disusun secara
ringkas, jelas dan lengkap, sehingga pimpinan perusahaan dapat mengerti permasalahannya dan
segera mengambil keputusan mengenai tindakan seperlunya. Fakta yang dilaporkan harus
menggambarkan seluruh kegiatan perusahaan yang diperiksa. Maksudnya laporan harus
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti pendukung yang kuat. Laporan
ini sebaiknya dibuat tepat pada waktu, karena laporan yang terlambat akan bkurang atau
tidak bermanfaat.

FUNGSI LAPORAN AUDIT Adapun fungsi laporan audit adalah :


a. Mengkomunikasikan : Menceritakan hal-hal yang mereka temui.
b. Mempengaruhi : Meyakinkan manajemen mengenai nilai dan validitas dari temuan audit.
c. Memberikan hasil : Menggerakkan manajemen ke arah perubahan dan perbaikan.
d. Menjelaskan : Menjelaskan kelemahan dan keberhasilan yang telah dicapai auditor.
Karakteristik yang harus dipenuhi oleh suatu laporan hasil audit yang baik ialah:
1. Arti Penting
Hal – hal yang dikemukan dalam laporan hasil audit harus merupakan hal yang menurut
pertimbangan auditor cukup penting untuk dilaporkan. Hal ini perlu ditekankan agar ada
jaminan bahwa penerima laporan yang waktunya sangat terbatas akan menyempatkan diri
untuk membaca laporan tersebut.
2. Tepat-waktu dan kegunaan laporan
Kegunaan laporan merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu, laporan harus tepat waktu
dan disusun sesuai dengan minat serta kebutuhan penerimaan laporan, terlepas dari maksud
apakah laporan ditujukan untuk memberikan informasi
3. Ketepatan dan kecukupan bukti pendukung
Ketepatan laporan diperlukan untuk menjaga kewajaran dan sikap tidak memihak sehingga
memberikan jaminan bahwa laporan dapat diandalkan kebenarannya. Laporan harus bebas dari
kekeliruan fakta maupun penalaran. Semua fakta yang disajikan dalam laporan harus didukung
dengan bukti–bukti objektif dan cukup, guna membuktikan ketepatan dan kelayakan hal-hal
yang dilaporkan.
4. Sifat menyakinkan
Temuan, kesimpulan dan rekomendasi harus disajikan secara menyakinkan dan dijabarkan
secara logis dari fakta–fakta yang ditemukan. Informasi yang disertakan dalam laporan harus
mencukupi agar menyakinkan pihak penerima laporan tentang pentingnya temuan–temuan,
kelayakan kesimpulan serta perlunya menerima rekomendasi yang diusulkan.
5. Objektif
Laporan hasil audit harus menyajikan temuan–temuan secara objektif tanpa prasangka,
sehingga memberikan gambaran (perspektif) yang tepat.
6. Jelas dan sederhana
Agar dapat melaksanakan fungsi komunikasi secara efektif, pelaporan harus disajikan sejelas dan
sesederhana mungkin. Ungkapan dan gaya bahasa yang berlebihan harus dihindari. Apabila
terpaksa menggunakan istilah–istilah teknis atau singkatan– singkatan yang tidak begitu lazim,
harus didefinisikan secara jelas.
7. Ringkas
Laporan hasil audit tidak boleh lebih panjang dari pada yang diperlukan, tidak boleh terlalu
banyak dibebani rincian (kata-kata, kalimat, pasal atau bagian-bagian) yang tidak secara jelas
berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan, karena hal ini dapat mengalihkan perhatian
pembaca, menutupi pesan yang sesungguhnya, membingungkan atau melenyapkan minat
pembaca laporan.
8. Lengkap
Walaupun laporan sedapat mungkin harus ringkas namun kelengkapannya harus tetap dijaga,
karena keringkasan yang tidak informative bukan suatu hal yang baik. Laporan harus
mengandung informasi yang cukup guna mendukung diperolehnya pengertian yang tepat
mengenai hal-hal yang dilaporkan. Untuk itu perlu diserahkan informasi mengenai latar
belakang dai pokok-pokok persoalan yang dikemukakan dan memberikan tanggapan
positif terhadap pandangan-pandangan pihak objek audit atau pihak lain yang terkait. Dalam
bahasa yang lain, dapat dinyatakan bahwa laporan hasil audit seyogyanya mempunyai
karakteristik: accurate, clear and concise, complete, objective, constructive, dan prompt.
9. Nada yang konstruktif
Sejalan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pelaksanaan kegiatan dari
objek audit, maka laporan hasil audit harus disusun dengan nada konstruktif sehingga
membangkitkan reaksi positif terhadap temuan dan rekomendasi yang diajukan.

2. 1) Independensi
Dalam melaksanakan pekerjaannya auditor internal dianggap mandiri apabila melaksanakannya
dengan bebas dan objektif. Independensi auditor internal diperoleh melalui status organisasi
dan objektivitas.
a. Status Organisasi : Status organisasi membantu auditor internal untuk mempertahankan
independensinya. Selain itu status organisasi harus memberi keleluasaan untuk memenuhi
dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya.
b. Objektivitas : Dalam melakukan suatu audit, auditor harus memiliki sikap mental objektif
dan independen. Agar auditor internal tidak mengurangi pertimbangannya atas suatu
masalah audit di bawah pertimbangan lain.

2) Kemampuan Profesional
Seorang auditor internal harus memiliki tingkat kemampuan teknis yang tinggi agar dapat
mempertanggungjawabkan dengan benar. Kemampuan teknis meliputi penyusunan staf,
pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu, kesesuaian dengan standar profesi, hubungan
antar manusia, pendidikan berkelanjutan serta keahlian professional.
1. Departemen Audit Internal
a. Penyusunan Staf : Adanya kesesuaian antara kemampuan teknis dan latar belakang
pendidikan yang dimiliki oleh para auditor internal.
b. Pengetahuan, Keterampilan, dan Disiplin : Dalam melaksanakan tanggung jawab audit
bagian audit internal harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
disiplin ilmu yang diperlukan
c. Supervisi
Bagian audit internal harus memberikan keyakinan bahwa audit internal telah di supervisi
dengan benar.
2. Auditor Internal
a. Ketaatan terhadap standar perilaku : Standar professional harus ditaati oleh semua auditor
internal.
b. Pengetahuan, ketarampilan, dan disiplin ilmu : Dalam melakukan audit internal para auditor
harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan disiplin ilmu yang esensial.
c. Hubungan dan komunikasi antarkaryawan: Para auditor internal harus terampil dalam
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
d. Pendidikan yang berkelanjutan : Para auditor internal harus mengembangkan kemampuan
teknisnya melalui pendidikan yang berkelajutan.
e. Keahlian professional : Dalam pelaksanaan audit internal para auditor harus menggunakan
keahlian professional.

3) Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan audit internal meliputi keandalan informasi, kesesuaian dengan
kebijaksanaan, perlindungan terhadap harta, penggunaan sumber daya secara ekonomis dan
efisien, serta pencapaian tujuan.
a. Keandalan informasi : Audior internal harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan
pelaksanaan pekerjaan dengan cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.
b. Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur dan peraturan perundang-undangan
: Auditor internal harus memeriksa sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan
terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang- undangan.
c. Perlindungan terhadap harta : Auditor internal harus memeriksa kesesuaian sarana yang
digunakan untuk melindungi harta kekayaan organisasi.
d. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien : Auditor internal harus menilai
keekonomisan dam efisiensi sumber daya yang digunakan.
e. Pencapaian tujuan: Agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan apa yang
dicapai maka auditor internal harus memeriksa operasi dan program.

4) Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan


Pelaksanaan audit memberikan pedoman tentang struktur audit secara keseluruhan, yang
meliputi bidang-bidang perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi
penyampaian hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan.
a. Perencanaan pemeriksaan : Setiap audit harus direncanakan terlebih dahulu oleh auditor
internal.
b. Pengujian dan pengevaluasian informasi : Untuk mendukung hasil audit, auditor internal
harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mendokumentasikan informasi.
c. Penyampaian hasil pemeriksaan : Auditor internal harus meyampaikan hasil-hasil
pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.
d. Tindak lanjut hasil pemeriksan : Auditor internal harus meninjau untuk memastikan
bahwa telah dilakukan tindakan yang tepat atas temuan audit yang dilaporkan.

5) Manajemen Bagian Audit Internal


Agar dapat bekerja secara efektif, fungsi audit internal harus dikelola secara tepat. Pimpinan
audit internal bertanggungjawab mengelola bagian audit internal secara tepat, sehingga
pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab disetujui oleh
manajemen senior dan diterima oleh dewan, sumber daya bagian audit internal digunakan
secara efisien dan efektif, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan standar profesi.
a. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab : Pimpinan audit internal harus memiliki
pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.
b. Perencanaan : Pimpinan audit internal harus merencanakan segala sesuatu untuk
pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal.
c. Kebijaksanaan : Sebagai pedoman bagi para staf audit maka pimpinan audit internal
harus membuat kebijakan dan prosedur secara tertulis.
d. Manajemen personel : Untuk memilih dan mengembangkan sumber daya manusia
bagian audit internal maka pimpinan audit internal harus menetapkan program.
e. Auditor eksternal : Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan upaya antara
auditor internal dan auditor eksternal.
f. Pengendalian mutu :Untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal,
pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu atau
jaminan kualitas.

3. Quality Assurance : “Direktur audit hendaknya menetapkan dan memelihara pelaksanaan


program quality assurance untuk mengevaluasi jalannya operasi dari aktivitas audit internal.”
Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan keyakinan memadai bahwa pekerjaan
audit yang dilaksanakan telah sesuai dengan standar yang ada, piagam audit aktivitas audit
internal, dan standar lain yang berlaku. Sebuah program quality assurance sebaiknya mencakup
unsur-unsur di bawah ini :
1. Supervisi. Supervisi atas pekerjaan auditor internal sebaiknya dilaksanakan secara terus-
menerus untuk menjamin adanya kesesuaian dengan standar audit internal, kebijakan-kebijakan
aktivitas, dan program audit.
2. Penelaahan internal. Penelaahan internal hendaknya dilaksanakan secara berkala oleh para
anggota dari staf audit internal untuk menilai kualitas pelaksanaan audit internal. Penelaahan ini
sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang sama dengan audit internal yang lain.
3. Penelaahan eksternal. Penelaahan eksternal atas aktivitas audit internal hendaknya
dilaksanakan untuk menilai kualitas operasinya. Penelaahan ini sebaiknya dilakukan oleh
seseorang yang memenuhi persyaratan dan independen terhadap organisasi dan tidak memiliki
konflik kepentingan.

4. Kecurangan adalah sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta- fakta yang
material untuk memengaruhi seseorang agar mau ambil bagian dalam suatu hal yang berharga.
Definisi ini tidak termasuk pencurian oleh karyawan, pemerasan, ataupun konversi penggunaan
secara pribadi aktiva-aktiva yang berada di bawah pengawasan si pelaku kejahatan. Institute of
Internal Auditors (IIA) menyebutkan kecurangan adalah meliputi serangkaian tindakan-tindakan
tidak wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk menipu. Tindakan tersebut dapat dilakukan
untuk keuntungan ataupun kerugian organisasi dan oleh orang- orang di luar maupun di dalam
organisasi.

Tipe-Tipe Kecurangan :
a. Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal.
Kecurangan ekstrenal (eksternal fraud) adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar
terhadap entitas. Misalnya, kecurangan eksternal mencakup : kecurangan yang dilakukan
pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap pemerintah, atau pemegang polis terhadap
perusahaan asuransi. Tipe kecurangan internal (internal fraud). Kecurangan internal adalah
tindakan tidak legal dari karyawan, manajer, dan eksekutif terhadap perusahaan.
b. Kejahatan Kerah Putih didefinisikan sebagai tindakan atau serangkaian tindakan kejahatan
yang dilakukan dengan cara-cara nonfisik melalui penyembunyian ataupun penipuan untuk
mendapatkan uang ataupun harta benda, untuk menghindari pembayaran atau hilangnya
uang atau harta benda, atau untuk mendapatkan keuntungan bisnis atau pribadi. Akan
tetapi banyak bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan oleh karyawan atau manajer
bukanlah suatu tindak kriminal dan banyak diantaranya dilakukan oleh orang-orang yang
tidak masuk ke dalam kategori pekerja kerah putih.

Gejala Adanya Kecurangan : Pelaku kecurangan di atas dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok, yaitu: manajemen dan karyawan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh
karena itu, perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut.

a. Gejala kecurangan manajemen


• Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
• Moral dan motivasi karyawan rendah
• Departemen akuntansi kekurangan staf
• Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen,
pemasok, atau badan otoritas
• Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
• Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
• Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama
• Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
• Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
b. Gejala kecurangan karyawan
• Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
• Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
• Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
• Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
• Kekurangan barang yang diterima
• Kemahalan harga barang yang dibeli
• Faktur ganda dan penggantian mutu barang

Faktor Pendorong Kecurangan dan Pencegahannya


Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut
juga dengan teori GONE, yaitu:
a. Greed (keserakahan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (disebut juga faktor individual).
b. Opportunity (kesempatan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi
sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Kesempatan
(opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku terhadap
objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap
kedudukan. Namun, ada yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara
umum manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar
untuk melakukan kecurangan daripada karyawan.
c. Need (kebutuhan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (disebut juga faktor individual).
d. Exposure (pengungkapan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi
sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Pengungkapan
(exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut baik
oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku
kecurangan seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap

También podría gustarte