Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ABSTRACT
Indonesia is a developing country that is trying to improve prosperity and development towards
developed countries. BPS shows that in 2015, domestic investment in Indonesia has increased
deramatically and factors that may affect domestic investment in Indonesia are inflation rate,
loan interest rate, and per capita income. This study aims to determine how inflation rate, loan
interest rates and per capita income affect the domestic investmen. The type of data used in
this study is secondary data obtained from the BPS, BI, World Bank, previous journals and
literature related to this research. These data are time series data from 1990 to 2015. domestic
investment is calculated based on the total capital invested in the country. inflation is calculated
based on the Consumer Price Index. The loan interest rate shows interest rate policy set by BI
and published to the public. Per capita income is calculated based on the total national income
of a country divided by the total population. This research uses quantitative method with
economical model of economics, which shows infaltion variable has significant effect to PMDN
and resulted the negative relation. The variable loan interest rate and per capita income have
no significant effect on domestic investment and resulted a positive relationship to domestic
investment.
ABSTRAK
Kata kunci: Penanaman Modal Dalam Negeri, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pendapatan Per
Kapita
1
PENDAHULUAN
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2005
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Gambar 1
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Periode 1990-2015
(Sumber: Badan Pusat Statistik)
2
yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat
Teknologi Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008” menyatakan bahwa
ketiga variabel yaitu inflasi, suku bunga kredit, dan PDB berpengaruh positif terhadap
penanaman modal dalam negeri dan terbukti bahwa ketiga variabel berpengaruh secara
bersama terhadap penanaman modal dalam negeri.
Berdasarkan uraian dan data di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
persoalan penelitian adalah (1) apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap PMDN di
Indonesia, (2) apakah tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap PMDN di
Indonesia, (3) apakah tingkat pendapatan per kapita berpengaruh terhadap PMDN di
Indonesia, (4) diantara ketiga variabel tersebut manakah yang berpengaruh signifikan
terhadap PMDN.
Adapun tujuan dari penyusunan paper ini guna mengetahui bagaimana dan
seberapa besar pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit dan tingkat
pendapatan per kapita terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) baik
pengaruh antar keseluruhan variabel maupun variabel tunggal dan juga bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan di jajaran pemerintahan di
Indonesia dalam menetapkan kebijakan pembangunan ekonomi dan juga sebagai
bahan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian terkait.
LANDASAN TEORI
3
Inflasi
Menurut Mishkin (2009), inflasi adalah kondisi kenaikan tingkat harga yang
terjadi secara terus menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah.
Proses inflasi menurut Keynes adalah proses perebutan pendapatan di antara kelompok
sosial dengan menginginkan pendapatan yang lebih besar daripada yang disediakan
oleh masyakarat. Kelompok sosial ini seperti pemerintah sendiri, pihak swasta atau
serikat buruh yang berusaha mendapatkan kenaikan gaji, yang mana hal ini akan
berdampak terhadap permintaan barang dan jasa dan mengakibatkan terjadinya
kenaikan harga.
100
50
2012
2013
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2014
2015
Gambar 2
Inflasi di Indonesia Periode 1990-2015
(Sumber: Badan Pusat Statistik)
4
Suku Bunga Kredit
Menurut Mishkin (2009), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut. Teori klasik menjelaskan bunga adalah
harga yang terjadi di pasar investasi. Investasi juga merupakan tujuan dari tingkat
bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk investasi juga semakin
kecil. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan
investasi.
20
15
10
0
2000
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Gambar 3
Suku Bunga Kredit di Indonesia Periode 1990-2015
(Sumber: Bank Indonesia)
Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan kenaikan
tingkat inflasi yang signifikan dan kenaikan tingkat suku bunga. Pada tahun 1998
tingkat suku bunga di Indonesia mencapai 19.4 persen, hal ini diduga merupakan
faktor yang menyebakan turunnya PMDN di Indonesia sebesar 3.3 juta triliun. Dalam
teori klasik dijelaskan bahwa investasi merupakan bagian dari tingkat suku bunga,
semakin tinggi tingkat suku bunga akan menyebabkan minat untuk berinvestasi
semakin kecil dan diasumsikan bahwa suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap
PMDN. Apabila suku bunga kredit naik, maka akan menyebabkan penurunan PMDN.
5
Pendapatan per Kapita
3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00
1000.00
500.00
0.00
2007
2013
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2008
2009
2010
2011
2012
2014
2015
Gambar 4
Pendapatan Per kapita di Indonesia Periode 1990-2015
(Sumber: Bank Indonesia)
6
METODE PENELITIAN
Uji Stationer
Pengujian stationer menggunakan uji akar unit yang dikembangkan oleh David
Dickey untuk menguji anggapan bahwa sebuah data times series tidak stationer. Uji
Augmented Dickey-fuller dilakukan dengan melihat nilai kristis pada level lima persen
7
dan dibandingkan dengan nilai ADF t-statistic. Jika data tidak stationer pada orde nol,
dapat dilakukan pengujian kembali data pada orde berikutnya.
H0 : α = 0 Terdapat Unit Root ADF > critical values 5 % menerima Ha
Ha : α ≠ 0 Tidak Terdapat Unit Root ADF ≤ critical values 5 % menerima H0
Uji Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
ekonomatrika variabel error dan variabel residual memiliki distribusi normal atau
tidak, pengujian ini menggunakan teknik Jarque-bera test, serta menggunakan
program e-views 9. Dengan asumsi,
H0 : E(Ui) = 0 Error terdistribusi normal
Ha : E(Ui) ≠ 0 Error tidak terdistribusi normal
Uji Multikoleranitas
Pengujian multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah variabel bebas
memiliki kolerasi atau tidak. Dalam pengujian ini dengan melihat nilai koefisien
kolerasi antar variabel bebas agar dapat mengetahui adanya gejala multikolinearitas.
H0 : r ≤ 0.8 tidak terjadi Multikolinearitas
Ha : r > 0.8 terjadi Multikolinearitas
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan variabel dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Pada pengujian ini
menggunakan uji white dan dengan mengetahui Prob.obs R2
H0 : E(Ui2) = σ2 homokedastisitas Prob.obs R2 > 5% = terima H0
Ha : E(Ui2) ≠ σ2 heterokedastisitas Prob.obs R2 ≤ 5% = terima Ha
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat korelasi setiap bagian data dari waktu ke
waktu, uji yang digunakan menggunakan LM-test dengan melihat chi square.
H0 : E(Ui,Uj) = 0 NirAutokorelasi Prob.obs R2 > 5% = terima H0
Ha : E(Ui,Uj) ≠ 0 Autokorelasi Prob.obs R2 ≤ 5% = terima Ha
8
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Keterangan :
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
DSB_K : Suku Bunga kredit
PNP : Pendapatan Per Kapita
et : Variabel Error
9
Uji Normalitas
Gambar 5
Uji Normalitas
Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)
Uji Multikolinearitas
Tabel 2
Uji Multikolinearitas
INFLASI DSB_KREDIT PNP
INFLASI 1.000000 0.535889 -0.294330
DSB_KREDIT 0.535889 1.000000 0.002963
PNP -0.294330 0.002963 1.000000
Dari pengujian di atas menghasilkan tiga kesimpulan, pertama antara variabel inflasi
dan dsb_kredit menghasilkan nilai korelasi sebesar 0.535889 lebih kecil dari 0.8
sehingga menerima H0 tidak terjadi multikolinearitas, kedua antar variabel inflasi dan
PNP menghasilkan nilai kolerasi sebesar 0.294330 lebih kecil dari 0.8 sehingga
menerima H0 tidak terjadi multikolinearitas, ketiga dsb_kredit dan pnp menghasilkan
nilai kolerasi sebesar 0.002963 lebih kecil dari 0.8 sehingga menerima H0 tidak terjadi
multikolienaritas. Jadi bisa disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak
menunjukan adanya gejala multikolinearitas, maka “lolos uji multikolinearitas”.
10
Uji Heterokedastisitas
Tabel 3
Uji Heterokedastisitas
Pada tabel diatas ditunjukan bahwa hasil Prob.obs R2 bernilai 0.0108 lebih kecil dari
lima persen sehingga menerima Ha yang berati data bersifat heterokedastisitas.
Sehingga perlu dilakukan pengobatan dengan cara melakukan logaritma pada ketiga
variabel (genr LPMDN=log(PMDN)) berlaku untuk semua variabel.
Tabel 4
Uji Heterkedastisitas
Pada tabel diatas ditunjukan bahwa hasil Prob.obs R2 bernilai 0.54341 lebih besar dari
nilai lima persen sehingga menerima H0 yang berati data bersifat homokedastisitas,
data lolos uji heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 5
Uji Autokorelasi
11
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil Prob.obs R2 = 0.9148 lebih besar dari lima
persen sehingga menerima H0 dan data tidak menunjukan adanya gejala autokorelasi
(NirAutokorelasi).
Uji Hipotesis
Model Akhir Ekonomatrika
Keterangan :
lPMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
lDSB_K : Suku Bunga kredit
lPNP : Pendapatan Per kapita
et : Variabel Error
Untuk mendapatkan hasil dari pengujian data ini dibutuhkan analisis statistik
menggunakan analisis linear berganda, dengan analisis berganda uji T dan analisis
berganda uji F yang dilakukan menggunakan program e-views 9.
Tabel 6
Uji Analisis Linear Berganda
Dependent Variable: LPMDN
Method: Least Squares
Date: 11/21/17 Time: 13:48
Sample (adjusted): 1995 2014
Included observations: 11 after adjustments
12
Berdasarkan hasil akhir uji diatas, pengujian hipotesis yang meliputi uji t, uji F, dan
uji koefisien determinasi disajikan dibawah ini:
1. Uji T (Secara Parsial)
Uji T digunakan untuk menguji hubungan antara variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) secara parsial atau terpisah. Dengan pengujian tingkat
kepercayaan (confidence interval) 95% (α 5%) dengan kriteria atau asumsi :
H0 : nilai probabilitas > 0.05 Ha : nilai probabilitas ≤ 0.05
a. Inflasi
Hipotesis pengaruh variabel inflasi terhadap PMDN di Indoensia
menggunakan asumsi ; 1) H0 : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap PMDN, 2) Ha : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap PMDN di
Indonesia. Hasil peneltian menggunakan e-views 9 untuk variabel tingkat
inflasi menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.9908 , dengan demikian
H0 diterima : inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap PMDN karena
nilai probabilitas > 0.05.
b. Suku Bunga Kredit
Hipotesis pengaruh variabel ldsb_kredit terhadap PMDN di Indonesia
menggunakan asumsi; 1) H0: Suku bunga kredit tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap PMDN, 2) Ha : Suku bunga kredit berpengaruh secara
signifikan terhadap PMDN di Indonesia. Hasil penggunaan e-views 9 untuk
variabel lDsb_Kredit menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.1869,
dengan demikian H0 diterima ; suku bunga kredit tidak berpengaruh
signifikan terhadap PMDN karena nilai probabilitas > 0.05.
c. Pendapatan Per Kapita
Hipotesis pengaruh variabel pendapatan per kapita terhadap PMDN di
Indonesia menggunakan asumsi; (1) H0 : Pendapatan per kapita tidak
berpengaruh signifikan terhadap PMDN di Indonesia, (2) Ha : pendapatan
per kapita beperngaruh secara signifikan terhadap PMDN di Indonesia.
Hasil penggunaan e-views 9 untuk variabel pendapatan per kapita
menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.0013, dengan demikian Ha
diterima : pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap PMDN
karena nilai probabilitas ≤ 0.05.
13
2. Uji F (Pengujian variabel secara bersama)
Uji F digunakan untuk menguji secara bersamaan ketiga variabel bebas (x)
apakah memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel PMDN (y). Hasil
pengujian data dengan menggunakan e-views 9 menghasilkan nilai Prob (F-
statistik) sebesar 0.008132, dengan demikian Ha diterima karena nilai Prob (F-
statistik) ≤ 0.05. Maka ketiga variabel bebas yaitu inflasi, suku bunga kredit
dan pendapatan per kapita secara bersama berpengaruh secara signifikan
terhadap PMDN di Indonesia pada tahun 1990-2015.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah bagian dari variasi total variabel terikat yang
dijelaskan oleh variabel bebas yang digambarkan oleh R-squared. Nilai
koefesien determinasi antara nol sampai satu, apabila nilai R squared
mendekati 1 (satu) variabel bebas sangatlah mampu menejelaskan variabel-
variabel terikat dan mampu memberikan informasi yang dibutukan untuk
memprediksi variabel terikat, namun sebaiknya ketika nilai R-squared
mendekati nol maka kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel
terikat semakin kecil.
Hasil pengujian menggunakan e-views 9 menghasilkan r-squared sebesar
0.796401, yang menunjukan bahwa variabel inflasi, suku bunga kredit,
pendapatan per kapita sama sama berpengaruh terhadap PMDN sebesar 79
persen sisanya dipengaruh oleh variabel lain sebesar 21 persen.
Hasil dari estimasi bergeanda ;
persen maka PMDN akan berkurang sebesar 0.002433 persen. Tanda negatif
pada nilai α2 menunjukan adanya hubungan yang berlawanan antara inflasi
14
dengan penanaman modal dalam negeri. Ketika inflasi tinggi maka penanaman
modal dalam negeri akan rendah dan sebaliknya ketika inflasi rendah
penanaman modal dalam negeri akan tinggi.
c) Nilai α2 sebesar 0.344173 yang menunjukan ketika suku bunga kredit naik
sebesar 1 persen maka penanaman modal dalam negeri akan naik sebesar
0.344173 persen. karena tanda bernilai positif maka ketika variabel x naik akan
menyebabkan variabel y naik, dan ketika variabel x turun akan menyebabkan
variabel y juga akan turun.
KESIMPULAN
Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh signifikan pendapatan
perkapita terhadap penanaman modal di Indonesia pada tahun 1990-2015. Ketika
varibabel pendapatan perkapita di Indonesia naik sebesar 1 triliun maka akan diikuti
kenaikan penanaman modal dalam negeri sebesar 1.3228161 triliun, tanda positif pada
hasil temuan menunjukan hubungan searah antara variabel pendapatan perkapitan
dengan penanaman modal dalam negeri yang artinya ketika pendapatan perkapita
mengalami kenaikan maka akan diikuti dengan kenaikan penanaman modal dalam
negeri.
15
5000.00
4000.00
3000.00
2000.00
1000.00
0.00
1999
2002
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
2000
2001
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
PENDAPATAN PMDN
PER KAPITA
Gambar 6
Hubungan Pendapaan Per Kapita dengan PMDN Periode 1990-2015
Hasil temuan ini didukung dengan gambar 6 (enam) yang menunjukan adanya
hubungan satu arah antara pendapatan perkapita dengan modal dalam negeri. Pada
gambar 6 (enam) juga membuktikan bahwa kenaikan pendapatan perkapita di
Indoneisa pada tahun 1990-2015 diikuti dengan kenaikan penanaman modal dalam
negeri. Munurut Sumitro (2013) pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang
ditetapkan untuk memenuhi tingkat hidup masyarakat, sedangkan pendapatan
perkapita diartikan sebagai tingkat daya beli masyarakat. Ketika daya beli masyarakat
menurun yang disebabkan oleh penurunan pendapatan perkapita maka kemampuan
investor untuk menanamkan modalnya berkurang sehingga menyebabkan turunya
PMDN. Hasil temuan ini menunjukan kesamaan antara hipotesis awal, teori, dan
penelitian terdahulu yang menyebutkan hubungan positif antar pendapatan perkapita
dengan PMDN.
Variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penanaman
modal dalam negeri, dari hasil penelitian menunjukan ketika inflasi naik sebesar 1
persen maka penanaman modal dalam negeri akan turun sebesar 0.002433, tanda
negatif pada persamaan menunjukan adanya hubungan berlawanan antara inflasi
dengan penanaman modal dalam negeri. Ketika inflasi mengalami kenaikan maka
penanaman modal dalam negeri akan mengalami penurunan.
16
200
150
100
50
1997
2012
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2013
2014
2015
PMDN INFLASI
Gambar 7
Hubungan Inflasi dengan PMDN Periode 1990-2015
17
250
200
150
100
50
0
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
PMDN SB KREDIT
Gambar 8
Hubungan Suku Bunga Kredit dengan PMDN Periode 1990-2015
SARAN
Dari hasil penemuan diatas ditunjukan bahwa inflasi, suku bunga kredit dan
pendapatan perkapita secara bersama mempengaruhi suku bunga kredit, sehingga
dibutuhkannya kebijakan pemerintah guna untuk menekan tingkat inflasi dan
menaikkan pendapatan per kapita masyarakat. Tingkat inflasi yang menurun dapat
mendorong masyarakat untuk meningkatkan daya belinya dengan diikuti dengan
peningkatan pendapatan per kapita sehingga penanaman modal dalam negeri di
Indonesia dapat meningkat. Penanaman modal dalam negeri dapat menjadi salah satu
cara pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Achfuda Putra, Vio, 2010. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan
Tingkat Teknologi Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008. Fakultas
Ekonomi, Jurusan IESP, Universitas Diponegoro. Diunduh 20 November 2016.
Badan Pusat Statistik, 2017. Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
Periode 2000-2015. www.bps.go.id. Diakses tanggal 20 November 2017.
Choirul Hadianto, Ridwan, 2016. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Inflasi
Terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Yogyakarta Periode 2002-
2012. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Mishkin, Frederic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Buku 2.
Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianta G. Jakarta: Salemba Empat.
World Bank, 2017. Data Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri Periode 1990-
1999. www.worldbank.org. Diakses tanggal 20 November 2017.
19