Está en la página 1de 19

ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA KREDIT, PENDAPATAN PER

KAPITA TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DI INDONESIA

Ellisya Cristiana Sinaga


Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
222016014@student.uksw.edu

ABSTRACT

Indonesia is a developing country that is trying to improve prosperity and development towards
developed countries. BPS shows that in 2015, domestic investment in Indonesia has increased
deramatically and factors that may affect domestic investment in Indonesia are inflation rate,
loan interest rate, and per capita income. This study aims to determine how inflation rate, loan
interest rates and per capita income affect the domestic investmen. The type of data used in
this study is secondary data obtained from the BPS, BI, World Bank, previous journals and
literature related to this research. These data are time series data from 1990 to 2015. domestic
investment is calculated based on the total capital invested in the country. inflation is calculated
based on the Consumer Price Index. The loan interest rate shows interest rate policy set by BI
and published to the public. Per capita income is calculated based on the total national income
of a country divided by the total population. This research uses quantitative method with
economical model of economics, which shows infaltion variable has significant effect to PMDN
and resulted the negative relation. The variable loan interest rate and per capita income have
no significant effect on domestic investment and resulted a positive relationship to domestic
investment.

Keywords: Domestic Investment, Inflation, Loan rates, Per Capita Income

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berusaha meningkatkan kemakmuran


dan pembangunan menuju negara maju. BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2015, PMDN di
Indonesia mengalami kenaikan pesat dan diasumsikan faktor yang mungkin mempengaruhi
PMDN di Indonesia adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan tingkat pendapatan
per kapita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar pengaruh
tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit dan tingkat pendapatan per kapita terhadap PMDN.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, World Bank, jurnal terdahulu dan literatur yang
berkaitan dengan penelitian ini. Data tersebut merupakan data kurun waktu dari tahun 1990
sampai 2015. PMDN dihitung berdasarkan total modal yang di tanam di dalam negeri.
Perhitungan inflasi dihitung berdasarkan indeks harga konsumen. Suku bunga kredit
menunjukan kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh BI dan dipublikasikan ke umum.
Pendapatan per kapita dihitung berdasarkan total pendapatan nasional suatu negara dibagi
dengan jumlah penduduk. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan model
ekonomatrika yang menghasilkan temuan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifikan
terhadap PMDN dan menghasilkan hubungan negatif. Variabel suku bunga kredit dan
pendapatan per kapita tidak berpengaruh signifikan terhadap PMDN dan menghasilkan
hubungan positif terhadap PMDN.

Kata kunci: Penanaman Modal Dalam Negeri, Inflasi, Suku Bunga Kredit, Pendapatan Per
Kapita

1
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang berusaha meningkatkan


kemakmuran masyarakat dan pembangunan agar menjadi negara yang maju. Menurut
Kementerian Perindustrian, daya tarik unik Indonesia membuat para investor dalam
negeri untuk menanamkan modalnya. Kegunaan dari PMDN juga dapat memberikan
potensi untuk meningkatkan pendapatan negara jangka panjang. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) di Indonesia, perkembangan PMDN dari tahun 1990-2015 mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun yang dapat dilihat dari grafik berikut ini.

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2005
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Gambar 1
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Periode 1990-2015
(Sumber: Badan Pusat Statistik)

Gambar 1 menunjukkan bahwa PMDN di Indonesia mengalami kenaikan pesat di


tahun 2008-2015 dan pada tahun 2015 PMDN melonjak pesat sebesar 179,46 juta
triliun dan dapat diasumsikan faktor yang mungkin mempengaruhi PMDN di
Indonesia adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit, dan tingkat pendapatan per
kapita.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2005 terjadi kenaikan inflasi
yang cukup besar yang mencapai 17,11 persen tetapi PMDN pada tahun 2005 masih
terhitung besar yang mencapai 30,72 juta triliun sedangkan suku bungka kredit pada
tahun 2005 sebesar 14.98 persen yang terbilang cukup tinggi diantara tahun-tahun
sebelumnya, dan dengan pendapatan per kapita sebesar 1057 juta triliun sehingga
timbul adanya masalah penelitian manakah faktor yang mempengaruhi PMDN secara
signifikan. Menurut Vio Achfuda Putra dalam Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan IESP

2
yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat
Teknologi Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008” menyatakan bahwa
ketiga variabel yaitu inflasi, suku bunga kredit, dan PDB berpengaruh positif terhadap
penanaman modal dalam negeri dan terbukti bahwa ketiga variabel berpengaruh secara
bersama terhadap penanaman modal dalam negeri.
Berdasarkan uraian dan data di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
persoalan penelitian adalah (1) apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap PMDN di
Indonesia, (2) apakah tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap PMDN di
Indonesia, (3) apakah tingkat pendapatan per kapita berpengaruh terhadap PMDN di
Indonesia, (4) diantara ketiga variabel tersebut manakah yang berpengaruh signifikan
terhadap PMDN.
Adapun tujuan dari penyusunan paper ini guna mengetahui bagaimana dan
seberapa besar pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit dan tingkat
pendapatan per kapita terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) baik
pengaruh antar keseluruhan variabel maupun variabel tunggal dan juga bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan di jajaran pemerintahan di
Indonesia dalam menetapkan kebijakan pembangunan ekonomi dan juga sebagai
bahan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian terkait.

LANDASAN TEORI

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)


Pengertian PMDN yang terkandung dalam UU No. 25 Tahun 2007 menyatakan
bahwa penanaman modal adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh PMDN dengan menggunakan
modal dalam negeri. PMDN adalah warga Indonesia, badan usaha Indonesia, daerah
yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
Sedangkan modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara
Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. Penanaman modal dalam negeri
dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3
Inflasi
Menurut Mishkin (2009), inflasi adalah kondisi kenaikan tingkat harga yang
terjadi secara terus menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah.
Proses inflasi menurut Keynes adalah proses perebutan pendapatan di antara kelompok
sosial dengan menginginkan pendapatan yang lebih besar daripada yang disediakan
oleh masyakarat. Kelompok sosial ini seperti pemerintah sendiri, pihak swasta atau
serikat buruh yang berusaha mendapatkan kenaikan gaji, yang mana hal ini akan
berdampak terhadap permintaan barang dan jasa dan mengakibatkan terjadinya
kenaikan harga.

Pengaruh Inflasi Terhadap PMDN

100

50

2012
2013
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

2014
2015

Gambar 2
Inflasi di Indonesia Periode 1990-2015
(Sumber: Badan Pusat Statistik)

Inflasi di Indonesia sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi seperti tingkat


investasi dan konsumsi masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi menyebabkan
kenaikan tingkat harga dan menyebabkan komsumsi masyarakat berkurang, ketika
konsumsi masyarakat berkurang bisa diasumsikan berkurangnya pendapatan dalam
masyarakat hal ini menyebabkan investor mengurungkan niatnya untuk
menginvestasikan modalnya ketika perekonomian memburuk. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap penanaman modal dalam
negeri, ketika tingkat inflasi mengalami kenaikan akan menurukan tingkat investasi
yang menyebabkan turunya PMDN.

4
Suku Bunga Kredit

Menurut Mishkin (2009), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut. Teori klasik menjelaskan bunga adalah
harga yang terjadi di pasar investasi. Investasi juga merupakan tujuan dari tingkat
bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk investasi juga semakin
kecil. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan
investasi.

Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap PMDN


25

20

15

10

0
2000
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999

2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Gambar 3
Suku Bunga Kredit di Indonesia Periode 1990-2015
(Sumber: Bank Indonesia)

Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan kenaikan
tingkat inflasi yang signifikan dan kenaikan tingkat suku bunga. Pada tahun 1998
tingkat suku bunga di Indonesia mencapai 19.4 persen, hal ini diduga merupakan
faktor yang menyebakan turunnya PMDN di Indonesia sebesar 3.3 juta triliun. Dalam
teori klasik dijelaskan bahwa investasi merupakan bagian dari tingkat suku bunga,
semakin tinggi tingkat suku bunga akan menyebabkan minat untuk berinvestasi
semakin kecil dan diasumsikan bahwa suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap
PMDN. Apabila suku bunga kredit naik, maka akan menyebabkan penurunan PMDN.

5
Pendapatan per Kapita

Menurut Sumitro dalam Prakoso (2013) pendapatan merupakan jumlah barang


dan jasa yang memenuhi tingkat hidup masyarakat, dimana dengan adanya pendapatan
yang dimiliki oleh setiap jiwa disebut dengan pendapatan per kapita. Pendapatan per
kapita menjadi tolok ukur kemajuan atau perkembangan ekonomi.

Pengaruh Pendapatan Per Kapita Terhadap PMDN

3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00
1000.00
500.00
0.00
2007

2013
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

2008
2009
2010
2011
2012

2014
2015
Gambar 4
Pendapatan Per kapita di Indonesia Periode 1990-2015
(Sumber: Bank Indonesia)

Menurut badan pusat statistik pendapatan perkapita di Indonesia mencapai titik


terendahnya selama tahun 1998 saat krisis moneter melanda Indonesia, ketika krisis
moneter terjadi menyebabkan tingkat inflasi yang meningkat sehingga menyebabkan
daya beli masyarakat menurun hal ini membuat pendapatan perkapita mencapai titik
rendahnya pada 395 juta triliun, rendahnya pendapatan masyarakat di Indonesia
menyebabkan menurunya minat investor untuk menanamkan modalnya didukung
dengan penanaman modal dalam negeri pada tahun 1998 hanya sebesar 14.98 juta
triliun. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pendapatan perkapita memiliki pengaruh
positif terhadap penanaman modal dalam negeri, ketika pendapatan perkapita
menururn makan PMDN juga akan menurun.

6
METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, World Bank, jurnal
terdahulu dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Data tersebut merupakan
data kurun waktu dari tahun 1990 sampai 2015. PMDN dihitung berdasarkan total
modal yang di tanam baik oleh badan usaha negeri, perseorangan (WNI), dan
pemerintah dalam negeri. Perhitungan inflasi menurut BPS dihitung berdasarkan
indeks harga konsumen. Suku bunga kredit menunjukan kebijakan suku bunga yang
ditetapkan oleh BI dan dipublikasikan ke umum. Pendapatan per kapita dihitung
berdasarkan total pendapatan nasional suatu negara dibagi dengan jumlah penduduk
suatu negara.

Teknik Analisis Data


Pehitungan dalam penelitian ini menggunakan model ekonomatrika dengan
melakukan analisis kuantitatif, yaitu model analisis regresi berganda dengan metode
OLS (Ordinary Least Square) yang bertujuan untuk menganalisis dan mengestimasi
parameter garis regresi. Sebelum melakukan uji analisis berganda, dilakukan
pengujian data menggunakan metode pengujian stationer, asumsi klasik (uji
multikolinearitas, uji normalitas, uji heterokedastisitas, serta uji autokorelasi) dengan
menggunakan program e-Views 9.
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini,
PMDNt = αo + α1 Inflasit + α2 SB_Kt + α3 PNPt + et
Keterangan :
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
DSB_K : Suku Bunga kredit
PNP : Pendapatan Per Kapita
et : Variabel Error

Uji Stationer
Pengujian stationer menggunakan uji akar unit yang dikembangkan oleh David
Dickey untuk menguji anggapan bahwa sebuah data times series tidak stationer. Uji
Augmented Dickey-fuller dilakukan dengan melihat nilai kristis pada level lima persen

7
dan dibandingkan dengan nilai ADF t-statistic. Jika data tidak stationer pada orde nol,
dapat dilakukan pengujian kembali data pada orde berikutnya.
H0 : α = 0  Terdapat Unit Root ADF > critical values 5 % menerima Ha
Ha : α ≠ 0  Tidak Terdapat Unit Root ADF ≤ critical values 5 % menerima H0

Uji Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
ekonomatrika variabel error dan variabel residual memiliki distribusi normal atau
tidak, pengujian ini menggunakan teknik Jarque-bera test, serta menggunakan
program e-views 9. Dengan asumsi,
H0 : E(Ui) = 0  Error terdistribusi normal
Ha : E(Ui) ≠ 0  Error tidak terdistribusi normal

Uji Multikoleranitas
Pengujian multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah variabel bebas
memiliki kolerasi atau tidak. Dalam pengujian ini dengan melihat nilai koefisien
kolerasi antar variabel bebas agar dapat mengetahui adanya gejala multikolinearitas.
H0 : r ≤ 0.8  tidak terjadi Multikolinearitas
Ha : r > 0.8  terjadi Multikolinearitas

Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan variabel dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Pada pengujian ini
menggunakan uji white dan dengan mengetahui Prob.obs R2
H0 : E(Ui2) = σ2  homokedastisitas Prob.obs R2 > 5% = terima H0
Ha : E(Ui2) ≠ σ2  heterokedastisitas Prob.obs R2 ≤ 5% = terima Ha

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat korelasi setiap bagian data dari waktu ke
waktu, uji yang digunakan menggunakan LM-test dengan melihat chi square.
H0 : E(Ui,Uj) = 0 NirAutokorelasi Prob.obs R2 > 5% = terima H0
Ha : E(Ui,Uj) ≠ 0  Autokorelasi Prob.obs R2 ≤ 5% = terima Ha

8
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Stationer


Tabel 1
Uji Akar Unit

Variabel Derajat Intergrasi ADF t-statistic Critical values 5% Kesimpulan


PMDN derajat integrasi 0 4.086329 -2.986225 menerima Ha
Inflasi derajat integrasi 0 -5.170467 -2.986225 menerima Ha
Suku bunga kredit derajat integrasi 0 -1.764519 -2.986225 menerima H0
derajat integrasi 1 -4.601824 -2.998064 menerima Ha
Pendapatan per
kapita derajat integrasi 0 -3.072173 -2.986225 menerima Ha

Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)

Uji stationer pada variabel PMDN menghasilkan ADF sebesar (4.086392)


lebih besar dari nilai kritis sebesar (2.986225), variabel inflasi menghasilkan ADF
sebesar (5.17) lebih besar dari nilai kritis sebesar (2.986), variabel PNP menghasilkan
ADF sebesar (3.072173) lebih besar dari nilai kritis sebesar (2.991878), maka dapat
disimpulkan bahwa variabel PMDN, Inflasi, dan PNP tidak memiliki unit root
sehingga ketiga variabel lulus uji stationer. Sedangkan untuk variabel SB_Kredit
menghasilkan ADF sebesar (1.764519) lebih kecil dari nilai kritis sebesar (2.998064),
maka dilakukan pengobatan terhadap variabel suku bunga kredit dengan menggunakan
derajat pembeda pertama , sehingga menghasilkan variabel baru DSB_Kredit. Uji
stationer pada variabel DSB_Kredit menghasilkan ADF sebesar 4.601824 lebih besar
dari nilai kritis sebesar 2.998064, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
DSB_Kredit lulus uji stationer pada first derajat pembeda pertama. Dari hasil dari
pengujian stationer menunjukan adanya data yang tidak stationer pada variabel suku
bunga kredit sehingga menghasilkan sebuah model baru.

PMDNt = αo + α1 Inflasit + α2 DSB_Kt + α3 PNPt + et

Keterangan :
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
DSB_K : Suku Bunga kredit
PNP : Pendapatan Per Kapita
et : Variabel Error

9
Uji Normalitas

Gambar 5
Uji Normalitas
Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)

Uji normalitas di atas dengan menggunakan teknik JB menghasilkan probabilitas


sebesar 0.062654, probabilitas lebih besar dari alfa lima persen sehingga menerima
H0 : error terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas
Tabel 2
Uji Multikolinearitas
INFLASI DSB_KREDIT PNP
INFLASI 1.000000 0.535889 -0.294330
DSB_KREDIT 0.535889 1.000000 0.002963
PNP -0.294330 0.002963 1.000000

Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)

Dari pengujian di atas menghasilkan tiga kesimpulan, pertama antara variabel inflasi
dan dsb_kredit menghasilkan nilai korelasi sebesar 0.535889 lebih kecil dari 0.8
sehingga menerima H0 tidak terjadi multikolinearitas, kedua antar variabel inflasi dan
PNP menghasilkan nilai kolerasi sebesar 0.294330 lebih kecil dari 0.8 sehingga
menerima H0 tidak terjadi multikolinearitas, ketiga dsb_kredit dan pnp menghasilkan
nilai kolerasi sebesar 0.002963 lebih kecil dari 0.8 sehingga menerima H0 tidak terjadi
multikolienaritas. Jadi bisa disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak
menunjukan adanya gejala multikolinearitas, maka “lolos uji multikolinearitas”.

10
Uji Heterokedastisitas
Tabel 3
Uji Heterokedastisitas

Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)

Pada tabel diatas ditunjukan bahwa hasil Prob.obs R2 bernilai 0.0108 lebih kecil dari
lima persen sehingga menerima Ha yang berati data bersifat heterokedastisitas.
Sehingga perlu dilakukan pengobatan dengan cara melakukan logaritma pada ketiga
variabel (genr LPMDN=log(PMDN)) berlaku untuk semua variabel.
Tabel 4
Uji Heterkedastisitas

Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)

Pada tabel diatas ditunjukan bahwa hasil Prob.obs R2 bernilai 0.54341 lebih besar dari
nilai lima persen sehingga menerima H0 yang berati data bersifat homokedastisitas,
data lolos uji heterokedastisitas.

Uji Autokorelasi
Tabel 5
Uji Autokorelasi

Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)

11
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil Prob.obs R2 = 0.9148 lebih besar dari lima
persen sehingga menerima H0 dan data tidak menunjukan adanya gejala autokorelasi
(NirAutokorelasi).
Uji Hipotesis
Model Akhir Ekonomatrika

lPMDNt = αo + α1 lInflasit + α2 lDSB_Kt + α3 lPNP2t + et

Keterangan :
lPMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
lDSB_K : Suku Bunga kredit
lPNP : Pendapatan Per kapita
et : Variabel Error

Untuk mendapatkan hasil dari pengujian data ini dibutuhkan analisis statistik
menggunakan analisis linear berganda, dengan analisis berganda uji T dan analisis
berganda uji F yang dilakukan menggunakan program e-views 9.
Tabel 6
Uji Analisis Linear Berganda
Dependent Variable: LPMDN
Method: Least Squares
Date: 11/21/17 Time: 13:48
Sample (adjusted): 1995 2014
Included observations: 11 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.963073 1.891935 -3.151838 0.0161


LINFLASI -0.002433 0.204684 -0.011885 0.9908
LDSB_KREDIT 0.344173 0.235283 1.462808 0.1869
LPNP 1.328161 0.255888 5.190396 0.0013

R-squared 0.796401 Mean dependent var 3.180079


Adjusted R-squared 0.709144 S.D. dependent var 0.928135
S.E. of regression 0.500553 Akaike info criterion 1.729081
Sum squared resid 1.753872 Schwarz criterion 1.873770
Log likelihood -5.509943 Hannan-Quinn criter. 1.637874
F-statistic 9.127110 Durbin-Watson stat 0.673600
Prob(F-statistic) 0.008132

Sumber: Hasil Analisis Data, Diolah Penulis (2017)

12
Berdasarkan hasil akhir uji diatas, pengujian hipotesis yang meliputi uji t, uji F, dan
uji koefisien determinasi disajikan dibawah ini:
1. Uji T (Secara Parsial)
Uji T digunakan untuk menguji hubungan antara variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) secara parsial atau terpisah. Dengan pengujian tingkat
kepercayaan (confidence interval) 95% (α 5%) dengan kriteria atau asumsi :
H0 : nilai probabilitas > 0.05 Ha : nilai probabilitas ≤ 0.05
a. Inflasi
Hipotesis pengaruh variabel inflasi terhadap PMDN di Indoensia
menggunakan asumsi ; 1) H0 : Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap PMDN, 2) Ha : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap PMDN di
Indonesia. Hasil peneltian menggunakan e-views 9 untuk variabel tingkat
inflasi menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.9908 , dengan demikian
H0 diterima : inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap PMDN karena
nilai probabilitas > 0.05.
b. Suku Bunga Kredit
Hipotesis pengaruh variabel ldsb_kredit terhadap PMDN di Indonesia
menggunakan asumsi; 1) H0: Suku bunga kredit tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap PMDN, 2) Ha : Suku bunga kredit berpengaruh secara
signifikan terhadap PMDN di Indonesia. Hasil penggunaan e-views 9 untuk
variabel lDsb_Kredit menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.1869,
dengan demikian H0 diterima ; suku bunga kredit tidak berpengaruh
signifikan terhadap PMDN karena nilai probabilitas > 0.05.
c. Pendapatan Per Kapita
Hipotesis pengaruh variabel pendapatan per kapita terhadap PMDN di
Indonesia menggunakan asumsi; (1) H0 : Pendapatan per kapita tidak
berpengaruh signifikan terhadap PMDN di Indonesia, (2) Ha : pendapatan
per kapita beperngaruh secara signifikan terhadap PMDN di Indonesia.
Hasil penggunaan e-views 9 untuk variabel pendapatan per kapita
menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.0013, dengan demikian Ha
diterima : pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap PMDN
karena nilai probabilitas ≤ 0.05.

13
2. Uji F (Pengujian variabel secara bersama)
Uji F digunakan untuk menguji secara bersamaan ketiga variabel bebas (x)
apakah memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel PMDN (y). Hasil
pengujian data dengan menggunakan e-views 9 menghasilkan nilai Prob (F-
statistik) sebesar 0.008132, dengan demikian Ha diterima karena nilai Prob (F-
statistik) ≤ 0.05. Maka ketiga variabel bebas yaitu inflasi, suku bunga kredit
dan pendapatan per kapita secara bersama berpengaruh secara signifikan
terhadap PMDN di Indonesia pada tahun 1990-2015.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah bagian dari variasi total variabel terikat yang
dijelaskan oleh variabel bebas yang digambarkan oleh R-squared. Nilai
koefesien determinasi antara nol sampai satu, apabila nilai R squared
mendekati 1 (satu) variabel bebas sangatlah mampu menejelaskan variabel-
variabel terikat dan mampu memberikan informasi yang dibutukan untuk
memprediksi variabel terikat, namun sebaiknya ketika nilai R-squared
mendekati nol maka kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel
terikat semakin kecil.
Hasil pengujian menggunakan e-views 9 menghasilkan r-squared sebesar
0.796401, yang menunjukan bahwa variabel inflasi, suku bunga kredit,
pendapatan per kapita sama sama berpengaruh terhadap PMDN sebesar 79
persen sisanya dipengaruh oleh variabel lain sebesar 21 persen.
Hasil dari estimasi bergeanda ;

lPMDNt = - 5.963073 - 0.002433 lInflasit + 0.344173 lDSB_Kt + 1.328161 lPNP2t

Dari persamaan diatas dapat dijelaskan ;


a) Nilai konstanta sebesar -5903073, jika variabel inflasi, suku bunga kredit, dan
pendapatan per kapita sama dengan 0 maka nilai dari PMDN akan bernilai
sebesar -5.903073. artinya total PMDN akan berkurang atau minus sebesar
5.903073 persen .

b) Nilai α1 sebesar – 0.002433 yang menunjukkan apabila inflasi naik sebesar 1

persen maka PMDN akan berkurang sebesar 0.002433 persen. Tanda negatif
pada nilai α2 menunjukan adanya hubungan yang berlawanan antara inflasi

14
dengan penanaman modal dalam negeri. Ketika inflasi tinggi maka penanaman
modal dalam negeri akan rendah dan sebaliknya ketika inflasi rendah
penanaman modal dalam negeri akan tinggi.

c) Nilai α2 sebesar 0.344173 yang menunjukan ketika suku bunga kredit naik

sebesar 1 persen maka penanaman modal dalam negeri akan naik sebesar
0.344173 persen. karena tanda bernilai positif maka ketika variabel x naik akan
menyebabkan variabel y naik, dan ketika variabel x turun akan menyebabkan
variabel y juga akan turun.

d) Nilai α3 sebesar 1.3228161 yang menunjukkan ketika pendapatan per kapita


naik sebesar 1 persen yang artinya kemampuan daya beli masyarakat juga akan
ikut naik maka penanaman modal dalam negeri akan mengalami kenaikan
sebesar 1.3228161 persen. tanda positif yang berarti ketika pendapatan per
kapita di Indonesia mengalami kenaikan maka penanaman modal dalam negeri
juga akan mengalami kenaikan. Jika pendapatan per kapita negara Indonesia
mengalami penurunan maka penanaman modal dalam negari juga akan
mengalami penurunan.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh signifikan pendapatan
perkapita terhadap penanaman modal di Indonesia pada tahun 1990-2015. Ketika
varibabel pendapatan perkapita di Indonesia naik sebesar 1 triliun maka akan diikuti
kenaikan penanaman modal dalam negeri sebesar 1.3228161 triliun, tanda positif pada
hasil temuan menunjukan hubungan searah antara variabel pendapatan perkapitan
dengan penanaman modal dalam negeri yang artinya ketika pendapatan perkapita
mengalami kenaikan maka akan diikuti dengan kenaikan penanaman modal dalam
negeri.

15
5000.00

4000.00

3000.00

2000.00

1000.00

0.00

1999

2002
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998

2000
2001

2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
PENDAPATAN PMDN
PER KAPITA

Gambar 6
Hubungan Pendapaan Per Kapita dengan PMDN Periode 1990-2015

Hasil temuan ini didukung dengan gambar 6 (enam) yang menunjukan adanya
hubungan satu arah antara pendapatan perkapita dengan modal dalam negeri. Pada
gambar 6 (enam) juga membuktikan bahwa kenaikan pendapatan perkapita di
Indoneisa pada tahun 1990-2015 diikuti dengan kenaikan penanaman modal dalam
negeri. Munurut Sumitro (2013) pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang
ditetapkan untuk memenuhi tingkat hidup masyarakat, sedangkan pendapatan
perkapita diartikan sebagai tingkat daya beli masyarakat. Ketika daya beli masyarakat
menurun yang disebabkan oleh penurunan pendapatan perkapita maka kemampuan
investor untuk menanamkan modalnya berkurang sehingga menyebabkan turunya
PMDN. Hasil temuan ini menunjukan kesamaan antara hipotesis awal, teori, dan
penelitian terdahulu yang menyebutkan hubungan positif antar pendapatan perkapita
dengan PMDN.
Variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penanaman
modal dalam negeri, dari hasil penelitian menunjukan ketika inflasi naik sebesar 1
persen maka penanaman modal dalam negeri akan turun sebesar 0.002433, tanda
negatif pada persamaan menunjukan adanya hubungan berlawanan antara inflasi
dengan penanaman modal dalam negeri. Ketika inflasi mengalami kenaikan maka
penanaman modal dalam negeri akan mengalami penurunan.

16
200

150

100

50

1997

2012
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996

1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

2013
2014
2015
PMDN INFLASI

Gambar 7
Hubungan Inflasi dengan PMDN Periode 1990-2015

Gambar 7 (tujuh) mendukung hasil penelitian dengan menunjukan adanya


hubungan yang berlawanan antara inflasi dengan penanaman modal dalam negeri, dari
gambar 7 (tujuh) juga dapat dilihat bahwa ketika tingkat inflasi di Indonesia rendah
maka penanaman modal dalam negeri akan meningkat begitu pun sebaliknya ketika
inflasi mengalami kenaikan pada tahun 1998 suku penanaman modal di Indonesia juga
mengalami penurunan, hal ini menunujukan adanya hubungan negatif antara inflasi
dengan penanaman modal dalam negeri. Hubungan negatif antar inflasi dengan
penanaman modal dalam negeri juga didukung oleh teori mishkin yang mengatakan
bahwa inflasi menyebabkan kenaikan harga, kenaikan harga sendiri menyebabkan
menurunya daya beli masyarakat sehingga minat masyarakat untuk menanamkan
modalnya juga akan menurun.
Variabel yang ketiga merupakan suku bunga kredit dalam hasil penelitian
membuktikan bahwa suku bunga kredit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penanaman modal di Indonesia pada periode 1990-2015. Ketika suku bunga kredit
naik sebesar 1 persen maka penanaman modal dalam negeri di Indonesia akan naik
sebesar 0.344173 persen. Tanda positif pada persamaan menunjukan adanya hubungan
satu arah antar suku bunga kredit dengan penanaman modal dalam negeri, ketika suku
bunga kredit mengalami kenaikan maka penanaman modal di Indonesia juga akan
mengalami peningkatan.

17
250
200
150
100
50
0
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
PMDN SB KREDIT

Gambar 8
Hubungan Suku Bunga Kredit dengan PMDN Periode 1990-2015

Gambar 8 (delapan) di atas mendukung hasil temuan yang menunjukan


hubungan satu arah antara suku bunga kredit dengan penanaman modal dalam negeri
di Indonesia pada periode 1990-2015. Hal ini juga menunjukan kesamaan hasil
penelitian dari Vio Achfuda Putra dalam Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan IESP yang
berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat Teknologi
Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008”, yang membuktikan bahwa suku
bunga kredit memiliki pengaruh positif terhadap penanaman modal di Indonesia. Suku
bunga kredit ternyata tidak memiliki pengaruh negatif terhadap penanaman modal
dalam negeri di Indonesia pada tahun 1990-2015 hal ini berbanding terbalik dengan
berbagai macam teori yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif
terhadap investasi.

SARAN
Dari hasil penemuan diatas ditunjukan bahwa inflasi, suku bunga kredit dan
pendapatan perkapita secara bersama mempengaruhi suku bunga kredit, sehingga
dibutuhkannya kebijakan pemerintah guna untuk menekan tingkat inflasi dan
menaikkan pendapatan per kapita masyarakat. Tingkat inflasi yang menurun dapat
mendorong masyarakat untuk meningkatkan daya belinya dengan diikuti dengan
peningkatan pendapatan per kapita sehingga penanaman modal dalam negeri di
Indonesia dapat meningkat. Penanaman modal dalam negeri dapat menjadi salah satu
cara pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Achfuda Putra, Vio, 2010. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan
Tingkat Teknologi Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008. Fakultas
Ekonomi, Jurusan IESP, Universitas Diponegoro. Diunduh 20 November 2016.

Badan Pusat Statistik, 2017. Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
Periode 2000-2015. www.bps.go.id. Diakses tanggal 20 November 2017.

Bank Indonesia, 2017. Pendapatan Per Kapita Periode 1990-2015. www.bi.go.id.


Diakses tanggal 20 November 2017.

Choirul Hadianto, Ridwan, 2016. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Inflasi
Terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Yogyakarta Periode 2002-
2012. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

Mishkin, Frederic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Buku 2.
Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianta G. Jakarta: Salemba Empat.

Sumitro. 2013. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.


LP3ES. Diakses tanggal 20 November 2017

World Bank, 2017. Data Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri Periode 1990-
1999. www.worldbank.org. Diakses tanggal 20 November 2017.

19

También podría gustarte