Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
S DENGAN TETANUS
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT DR MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Oleh :
1. Novadilla Arifia 22020114210109
2. Nur Hidayati 22020114210096
3. Prapti Rahayuningsih 22020114210094
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan
berat.1 Insiden tetanus 500.000-1.000.000 kasus per tahun diseluruh dunia.4,5
mayoritas kasus tetanus terjadi dinegara-negara berkembang yang melibatkan 50%
dari neonates. Kebanyakan kasus di Negara maju terjadi pada orang dewasa yang
lebih tua, dimana laki-laki lebih sering daripada wanita.6,7
Tetanus biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastic yang disebabkan
tetanospasmin. Tetanospasmin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh
clostridium tetani.2,3 Biasanya toksin tersebut dihasilkan oleh bentuk vegetative
organisme tersebut pada tempat terjadinya perlukaan selanjutnya diangkut serta
difiksasi didalam susunan saraf pusat, ditandai dengan peningkatan kekakuan umum
dan kejang-kejang otot rangka tanpa gangguan kesadaran.
Gambaran klinis tetanus awalnya timbul kejang otot sekitar luka, gelisah,
lemah, cemas, mudah tersinggung dan sakit kepala. Kemudian kaku pada rahang,
perut dan punggung mengeras dan kesukaran untuk menelan. Diagnosis tetanus
adalah berdasarkan riwayat/anamnesis dan tanda klinis saja, tidak ada tes
laboratorium yang spesifik untuk penyakit ini, namun basil tetanus ditemukan hanya
pada sekitar 30% pada kultur anaerob dari luka yang dicurigai.8,9,10
Tn. S dengan diagnosa medis tetanus 3 hari sebelum masuk rumah sakit
berobat ke dokter dengan keluhan mulut kaku tidak dapat dibuat bicara dan terdapat
luka tertusuk paku pada kaki kanan, dibawa ke IGD rumah sakit Moewardi dan
dirawat di ruang ICU, dengan kondisi KU lemah, sesak nafas, terpasang ventilator
dengan mode spontan, peep 5, FiO2 40%, RR 30 kali permenit, kesadaran klien
compos mentis dengan GCS E4VxM6. Klien dengan tetanus dapat menimbulkan
komplikasi bahkan berdampak pada kematian, untuk itu dibutuhkan perawatan khusus
dan intensive agar keadaan klien dapat stabil. dengan demikian peraanan perawat
sangat penting dalam mengatasi dan menanggulangi masalah tersebut. Untuk kami
ingin mengetahui asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Tetanus yang di rawat di
Ruang ICU rumah sakit dr Moewardi Solo.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Tetanus yang di rawat
di ruang ICU rumah sakit dr Moewardi Solo
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian tetanus
b. Untuk mengetahui tanda dan gejala tetanus
c. Untuk mengetahui patofisiologi tetanus
d. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada klien dengan tetanus
e. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan tetanus
f. Untuk mengetahui implementasi dan evaluasi keperawatan pada klien
dengan tetanus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Tenanus adalah penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan clostridium tetani. Penyakit ini timbul jika
kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi,
bekas suntikan dan pemotongan tali pusat.1,2
B. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium tetani Bakteri ini
berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan
juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa
tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita
tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Tetanus sering juga
dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang
tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum.1,2,3
4
C. Patofisiologi/Pathways
organism anaerob Clostridium tetani berpoliferasi karena luka tusuk dalam dan
kotor serta belum terimunisasi, luka karena lalu lintas, luka bakar, luka tembak
Eksotoksin
Kekakuan otot
Menurunnya oksigen di
System System persarafan otak
pencernaan
5
D. Tanda dan Gejala9
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1hari atau lebih lama 3 atau
beberapa minggu)
Terdapat 3 bentuk tetanus yaitu :
1. Localited tetanus (tetanus lokal)
2. Cephalic tetanus
3. Generalized tetanus
Karakteristik tetanus yaitu
1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5-7 hari
2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya
3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang
4. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dari leher.
Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw) karena karena
spasme otot masetter
5. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus, nuchal rigidity)
6. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas,
sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat
7. Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai
8. Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik
9. Karena kontraksi otot yang sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi
urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak)
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan tetanus yaitu
1. Pemeriksaan cultur : C. tetani (+)
2. Pemeriksaan laboratorium : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai
myoglobinuria
3. Pemeriksaan EKG dapat terlihat aritmia ventrikuler
F. Pengkajian Primer
Pengkajian primer dilakukan dengan menilai ABCD dan harus selesesai dlaam 2-5
menit, penilaian yang dilakukan pada pasien dengan tetanus yaitu :
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan
bebas. Jika ada obstruksi maka lakukan :
6
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
b. Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
Pernafasan buatan
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
Hentikan perdarahan eksternal
Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
Berikan infus cairan
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma
Scale
AWAKE =A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI =P
TAK ADA RESPONS =U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang
mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in-line harus dikerjakan.
7
G. Pengkajian Sekunder
a. Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat.
Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap.
b. Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus
c. Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan
dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai,
kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara
dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
d. Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi tubuh
klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus
yang berat dengan lordosis lumbal.
e. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan
mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah
hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.
H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tetanus yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum
pada trakea dan spasme otot pernafasan
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka, leukosit naik
I. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum pada pasien dengan tetanus bertujuan untun mengeliminasi
kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan
memberikan bantuan pernafasan sampai pulih. Penatalaksanaan pasien tetanus secara
umum yaitu :9
a. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya dengan cara membersihkan
luka, irigasi, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda
asing dalam luka serta kompres, dalam hal ini piñatalaksanaan terhadap luka
dilakukan 1-2 jam setelah ATS dan pemberian antibiotic.
8
b. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan. Bila ada trimus, makanan dapat diberikan
personde atau parental
c. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita
d. Oksigen, pernafasan buatan dan tracheostomi bila perlu
e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
J. Intervensi Keperawatan10
No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Bersihan Jalan NOC NIC
nafas tidak NOC: ▪ Pastikan kebutuhan oral /
efektif ❖ Respiratory status : Ventilation tracheal suctioning.
berhubungan ❖ Respiratory status : Airway ▪ Berikan O2
dengan patency ▪ Anjurkan pasien untuk
penumpukan ❖ Aspiration Control istirahat dan napas dalam
sputum pada Setelah dilakukan tindakan ● Posisikan pasien untuk
trakea dan keperawatan selama pasien memaksimalkan ventilasi
spasme otot menunjukkan keefektifan jalan nafas ● Lakukan fisioterapi dada jika
pernafasan dibuktikan dengan kriteria hasil : perlu
❖ Mendemonstrasikan batuk efektif ● Keluarkan sekret dengan
dan suara nafas yang bersih, tidak batuk atau suction
ada sianosis dan dyspneu (mampu ● Auskultasi suara nafas, catat
mengeluarkan sputum, bernafas adanya suara tambahan
dengan mudah, tidak ada pursed ● Berikan bronkodilator :
lips) ● Monitor status hemodinamik
❖ Menunjukkan jalan nafas yang ● Berikan pelembab udara
paten (klien tidak merasa tercekik, Kassa basah NaCl Lembab
irama nafas, frekuensi pernafasan ● Berikan antibiotik :
dalam rentang normal, tidak ada ● Atur intake untuk cairan
suara nafas abnormal) mengoptimalkan
❖ Mampu mengidentifikasikan dan keseimbangan.
mencegah faktor yang penyebab. ● Monitor respirasi dan status
❖ Saturasi O2 dalam batas normal O2
Foto thorak dalam batas normal ● Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan sekret
● Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
9
luka Setelah dilakukan tindakan Cucitangansetiapsebelum
keperawatan selama 3x24 jampasien dan
tidak mengalami infeksi dengan sesudahtindakankeperawata
kriteria hasil: n
Klien bebas dari tanda dan gejala Gunakan baju, sarung
infeksi tangan sebagai alat
Menunjukkan kemampuan untuk pelindung
mencegah timbulnya infeksi Ganti letak IV perifer dan
Jumlahleukositdalambatas normal dressing sesuai dengan
Menunjukkanperilakuhidupsehat petunjuk umum
Status imun, gastrointestinal, Gunakan kateter intermiten
genitourinaria dalam batas normal untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam
3 Pola nafas NOC: NIC:
tidak efektif ❖Respiratory status : Ventilation ● Posisikan pasien untuk
berhubungan ❖Respiratory status : Airway memaksimalkan ventilasi
dengan jalan patency ● Pasang mayo bila perlu
nafas ❖Vital sign Status ● Lakukan fisioterapi dada
terganggu jika perlu
akibat spasme Setelah dilakukan tindakan ● Keluarkan sekret dengan
otot-otot keperawatan selama ………..pasien batuk atau suction
pernafasan menunjukkan keefektifan pola nafas, ● Auskultasi suara nafas,
dibuktikan dengan kriteria hasil: catat adanya suara
❖Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan
dan suara nafas yang bersih, tidak ● Berikan bronkodilator :
ada sianosis dan dyspneu (mampu -…………………..
mengeluarkan sputum, mampu …………………….
bernafas dg mudah, tidakada ● Berikan pelembab udara
pursed lips) Kassa basah NaCl Lembab
❖Menunjukkan jalan nafas yang ● Atur intake untuk cairan
paten (klien tidak merasa tercekik, mengoptimalkan
10
irama nafas, frekuensi pernafasan keseimbangan.
dalam rentang normal, tidak ada ● Monitor respirasi dan status
suara nafas abnormal) O2
Tanda Tanda vital dalam rentang ❖ Bersihkan mulut, hidung
normal (tekanan darah, nadi, dan secret trakea
pernafasan) ❖ Pertahankan jalan nafas
yang paten
❖ Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
❖ Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
❖ Monitor vital sign
❖ Informasikan pada pasien
dan keluarga tentang tehnik
relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
❖ Ajarkan bagaimana batuk
efektif
❖ Monitor pola nafas
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk ICU : 21 Februari 2015
Tanggal Pengkajian : 02 Maret 2015/ 15.00 WIB
Identitas Pasien
1. Nama : Tn. S
2. Usia : 78 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Mojogedang, Karanganyar jawa tengah
6. Diagnosa Medis : Tetanus, Gagal Nafas
7. No Registrasi : 01-29-05-44
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. R
Usia : 50 tahun
Hubungan dengan Klien : Anak
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas klien berupa sekret dan lendir pada ETT
dan mulut, terdengar suara gurgling, terdengar suara ronchi di apeks paru kiri
dan kanan.
b. Breathing
Nafas klien cepat dalam, klien bernafas menggunakan ventilator mekanik
dengan mode spontan Frekuensi nafas klien 30 kali/menit, terpasang ventilator
dengan mode spontan dengan volume tidal 360, PEEP 5 cmH2O, FiO2 40 %, I
: E = 1 : 1,9.
c. Circulation
Tekanan darah klien : 150/90 mmHg, frekuensi nadi : 80 x/menit, CRT : >3
detik, mukosa bibir kering, wajah pucat.
12
d. Disability
Kesadaran composmentis, GCS E4VxM6, ukuran pupil 3/3 mm, kekuatan otot
ekstremitas atas 5/5, ektremitas bawah 3/3
e. Exposure
Suhu tubuh klien 370C dengan akral hangat
2. Pengakajian Sekunder
a. Anamnesis
1) Symptom
Klien merasakan sesak nafas ditandai dengan ketika produksi sekret
berlebih, klien memberi isyarat untuk disuction (GCS E4VxM6)
2) Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki alergi baik terhadap
obat-obatan maupun makanan yang dikonsumsi
3) Medication
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan sebelum sakit ini
4) Past Medical History
Keluarga klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat jantung ,
asma atau penyakit menular lainnya, keluarga tidak mengetahui tentang
penyakit DM yang dialami klien
5) Last Oral Intake
Sebelum sakit klien makan nasi, lauk dan sayur, selama sakit diberikan
makanan berupa susu cair
6) Event leading Up to illness or Injury
Keluarga klien mengatakan klien mengalami kaku pada mulut dan
rahang sampai tidak bisa bicara, sebelumnya klien tertusuk paku
13
b. Vital Sign
1. Keadaan Umum : KU klien lemah
2. Tanda-tanda vital tanggal 02 Maret 2015
Jam TD (mmHg) HR (x/menit) RR (x/menit) SPO2 (%) Suhu (0C)
14.00 145/80 80 24 95 37
15.00 140/76 100 22 97 36,8
16.00 152/79 82 32 97 36,8
17.00 127/80 76 28 97 36,7
18.00 160/74 83 30 98 37
19.00 140/92 80 21 98 36,5
20.00 137/80 74 20 99 36
21.00 140/99 70 24 97 37
14
Inspeksi : mukosa bibir kering, mulut simetris, tidak ada trismus (-),
tidak ada lesi, ETT dengan ventilator, terdapat sekret pada
ETT, terdapat kumis berwarna putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan diarea sekitar mulut
6. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
7. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi,
warna kulit sawo matang, tidak terdapat gerakan otot
bantu pernafasan
Palpasi : taktil fremitus tidak terkaji
Perkusi : terdengar bunyi sonor pada seluruh lapang dada
Auskultasi : terdengar suara ronkhi pada apeks paru kanan dan kiri
b. Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat , tidak ada lesi
Palpasi : Ictus cordis teraba pada rongga intercostal kelima kiri pada
garis medio-klavikularis (LMCS)
Perkusi : terdengar bunyi pekak pada
Batas atas : IC II
Batas bawah : IC V
Bagian kiri : media clacicularis sinistra
Bagaian kanan : mediaclavicularis paraternalis dextra
Auskultasi : BJ I & BJ II normal, tidak ada suara murmur
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut,
perut papan (-)
Auskultasi : peristaltic usus 6 kali/menit
Perkusi : terdengar bunyi timpani
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
9. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
15
Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut,
kekuatan otot kanan/kiri 5/5
b. Ekstremitas bawah
Warna kulit sawo matang, kekuatan otot kaki kanan kiri 5/5, terdapat
luka kaki sebelah kanan dengan ukuran 1x1x1/2 tidak ada pus, tidak
ada kemerahan dan kering
10. Genitalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada lesi, terpasang kateter, warna sama
dengan kulit lain, skrotum kotor
d. Kebutuhan Dasar manusia
1. Oksigenasi
Pasien bernafas menggunakan ventilator dengan mode spontan, PEEP 5,
Volume tidal 360, frekuensi nafas 30 kali/menit, FiO2 40 %, I : E = 1 :
1,9
2. Cairan dan Nutrisi
a. Antropometri
BB : 55 kg
TB : 160 cm
BB 55
IMT : = TBXTB = 2,55 = 21,48 (normal)
b. Biokimia
Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien makan
dengan nasi, sayur dan lauk sehari 3 kali
Nilai Hb : 10,2 g/dL
Nilai Hematokrit : 30,7 g/dL
c. Clinical
- KU : lemah
- Kesadaran : compos mentis, GCS : E4VETTM6
- Mukosa bibir kering
- Konjungtiva anemis
d. Diit
Selama sakit : klien mendapatkan diit cair tinggi kalori tinggi protein
melalui NGT
Kalori : BBx30 kalori = 55 x 30 = 1650 kalori
16
Balance Cairan dalam 7 jam
Input Output
Obat Urine
Aminofluid 500 15.00 : 50 cc
14.00 : 200 cc 19.00 : 150 cc
15.00 : 50 cc IWL
17.00 : 100 cc 240
18.00 : 50 cc
19.00 : 150 cc
Paracetamol
16.00 : 100 cc
Infus
Asering
21.00 : 100 cc
Sonde
16.00 : 200 cc
20.00 : 200 cc
Total 1050 Total 440
Balance cairan : 1050 – 440 = +610
3. Eliminasi
Pada klien terpasang DC, urin berwarna kuning pekat. Jumlah urin :
cc/KgBB/jam = 200/55/7 dalam 7 jam adalah 0.51 cc/jam, terpasang
pampers, BAB (-)
4. Istirahat dan tidur
Keluarga klien mengatakan klien tidur 5-6 jam per hari
17
5. Aktifitas dan latihan (ADL)
BARTEL INDEKS Skor
FEEDING 0
0 = Tidak mampu
5 = Dengan bantuan memotong, mengoleskan selai, meminta
diet
10 = Mandiri
BATHING 0
0 = Tergantung
5 = Mandiri (atau dengan shower)
GROOMING 0
0 = Butuh bantuan
5 = Mandiri dandan, menyisir rambut, memotong kuku, dll
DRESSING 0
0 = Tergantung
5 = Butuh bantuan tetapi dapat melakukan sebagian sendiri
10 = Mandiri (termasuk memasukan kancing, hak,dll.)
BOWELS 0
0 = Tidak mampu/inkontinen (butuh pemberian enema)
5 = Butuh bantuan
10 = Dapat/kontinen/mandiri
BLADDER 0
0 = inkontinen, atau dikateter dan tidak dapat mengatur sendiri
5 = Butuh bantuan
10 = Dapat melakukan sendiri
TOILET USE 0
0 = Tergantung
5 = Butuh bantuan, tetapi kadang dapat melakukan sendiri
10 = Mandiri (memakai dan melepas pakaian)
TRANSFERS (BED TO CHAIR AND BACK) 0
0 = Tidak mampu, tidak ada keseimbangan saat duduk
5 = mayoritas dengan bantuan (1 atau 2 orang), dapat duduk
10 = sedikit bantuan (verbal dan fisik)
15 = mandiri
MOBILITY (ON LEVEL SURFACES) 0
0 = Tidak mampu atau < 50 yards
5 = Tergantung kursi roda, > 50 yards
10 = Berjalan dengan dibantu 1 orang (verbal atau fisik) > 50
yards
15 = Mandiri (tapi menggunakan batuan seperti tongkat) > 50
yards
STAIRS (NAIK TANGGA) 0
0 = Tidak mampu
5 = Butuh bantuan(verbal, fisik, membawa tongkat)
10 = Mandiri
TOTAL SKOR 0
Klasifikasi penilaian:
0-20: dependen total
18
21-40: dependen berat
41-60: dependen sedang
61-90: dependen ringan
91-100: independen/mandiri
Total skor indeks Barthel Tn. S = 0 dengan kriteria dependen total.
Semua aktivitas klien dibantu oleh perawat.
6. Hygiene
Selama sakit, klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri, kebersihan diri dibantu oleh perawat, disibin setiap pagi dan
sore.
7. Seksualitas
Klien merupakan seorang laki-laki yang sekarang menjadi duda setelah
ditinggal istrinya
8. Stress koping
Tidak terkaji
9. Spiritualitas
Berdasarkan hasil observasi, keluarga klien memenuhi kebutuhan
spiritual klien dengan cara berdoa pada saat menjenguk klien.
10. Informasi
Tidak terkaji
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Nilai Rujukan 02/03/2014 01/03/2014
Hematologi
Paket
Hb 12,00 - 15,00 g/dl 10,2 (L) 10,0 (L)
Ht 35 - 47 % 30,7 (L) 29,7 (L)
Eritrosit 4,4 - 5,9 10⁶/uL 3,47 (L) 3,50 (L)
MCH 27,00 - 32,00 pg 29,3 28,7
MCV 76 - 96 fL 88,6 85,5
MCHC 29,00 - 36,00 g/dL 33,1 33,6
Leukosit 3,6 - 11 103 9,28 8,5 (L)
Trombosit 150 - 400 103/uL 171 149,1 (H)
RDW 11,60 - 14,80 % 15,3 16,5
MPV 4,00 - 11,00 fL 6,92 9
Kimia klinik
Asam laktat 0,4 - 2,0 mmol/L 13,4 (H) 17,2 (H)
Nb 3,4 - 5,0 3,1 (L) 2,6 (L)
19
Magnesium 0,74 - 0,99 mmol 0,68 (L) 48 (L)
Calcium 2,1 - 2,5 mmol/L 2,0 (L) 0,68
Elektrolit
Natrium 136 - 145 mmol/L 143 139
Kalium 3,5 5,1 mmol/L 3,2 (L) 2,9 (L)
Chlorida 98 – 104 101 100
KIMIA KLINIK
Analisa Gas
Darah
Ph 7,37 – 7,45 7,433 7,47 (H)
BE -2 - +3 - 0,4
pCO₂ 27,0 – 41,0 mmHg 35,9
pO₂ 70,0 – 108,0mmHg 96,0 86
Hematokrit 37-50 % 34 7,48 (H)
HCO₃⁻ 21 – 26 mmol/L 24 29,1 (H)
TCO₂ 19,0 -24,0 mmol/L 21,3 30,3
4. Terapi Medis
Nama obat, Indikasi Kontraindikasi Efek samping
dosis, cara
pemberian
Salbutamol 3 Bronkitis kronis dan Penderita yang Tremor halus pada
x ½ tab emphysema hipersensitif terhadap otot skelet (biasanya
Oral obat ini tangan)
Kejang otot
Takikardi, sakit kepala
Candesartan 4 Hipertensi, Pasien yang hipersensitif Infeksi saluran
mg/ 24 jam pengobatan pada dengan candesartan, pernafasan bagian atas
Oral pasien gagal jantung wanita hamil dan Nyeri punggung
dengan gangguan menyusui, gangguan hati Pusing
fungsi sistolik berat, ketoasidosis
ventrikel kiri ketika
obat ACE tidak
ditoleransi
Tamoliv 50 Demam Hipersensitifitas Malaise
mg/ 8 jam Nyeri derajat sedang, terhadap obat ini, Kadar transaminase
Jika T > ringan Gangguan hati berat naik
20
37,50C Hepatotoksik
Cefixime 2 gr/ Bronkitis akut dan Penderita dengan Syok
8 jam kronis eksaserbasi riwayat syok atau Hematologic
IV akut yang disebabkan hipersensitif terhadap Nyeri lambung
oleh streptococcus obat ini Diare
pneumoniae
ISK tanpa komplikasi
yang disebabkan
Escherichia coli dan
proteus mirabilis
Ca gluconas 1 Kekurangan kalsium Kelebihan kalsium Gangguan pencernaan
gr/ 12 jam Alergi, haemoptysis dalam darah dan urin Nadi lemah
IV Keracunan oleh timbal Aritmia
21
nosokomial, ISK,
infeksi
intraabdominal,
infeksi ginekologi,
pengobatan empiric
pada pasien dengan
febrile neutropenia
OMZ Terapi jangka pendek Kontraindikasi jika ada Sakit kepala,
400mg/12jam ulkus duodenal dan keganasan pada ulkus gangguan
lambung, refluks gaster gastrointestinal, ruam
esofagitis kulit
Paracetamol Diinkasikan untuk Parasetamol tidak boleh Efeksamping
1gr/8 jam mengurangi nyeri diberikan pada orang parasetamol jarang
ringan sampai sedang yang alergi terhadap ditemukan, efek
seperti sakit kepala, obat antiinflamasi non samping dapat berupa
sakit gigi serta streroid, menderita gejala ringan seperti
menurunkan demam, hepatitis, gangguan hati pusing sampai efek
selain itu juga untuk atau ginjaldan berat seperti gangguan
antiradang alkoholisme ginjal, gangguan hati,
reaksi alergi dan
gangguan darah
Livofloxacin Untuk pengobatan Penderita yang Efeksamping yang
infeksi yang hipersensitif terhadap dapat terjadi : diare,
disebabkan oleh levofloxacin, mual, kembung,
bakteri yang peka antimikroba golongan konstipasi, nyeri perut,
terhadap levofloxacin kuinolon dan komponen sakit kepala, insomnia,
seperti, sinusitis dari obat ini agitasi, anorexia,
maxilaris akut, ansietas
eksaserbasi akut
bronchitis kronik,
community acquired
pneumonia
Metronidazol Pengobatan dan Hipersensitifitas Gangguan intestinal,
22
500mg/8jam pencegahan infeksi terhadap metronidazole, somnolen, vertigo,
jika diduga kehamilan trimester 1 sakit kepala
disebabkan oleh
bakteri anaerob
Amiodaron Indikasi untuk Sinus bradikardi, Mual, muntah, mulut
3x1 gangguan sinoatrial heart block, berubah rasa,
kardiovaskuler kecuali pacemaker fitted, gangguan tidur,
cegah pada gangguan hipertiroid,
konduksi yang parah, fototoksitas, aritmia
disfungsi tiroid bertambah parah
Bisolvon 3x1 Obat batuk pengencer Hindari penggunaan Bisolvon pada
dahak Bisolvon pada tiga bulan umumnya dapat
pertama kehamilan dan ditoleransi dengan
pada masa menyusui baik. Efek samping
diare, mual, muntah,
dan efek samping
gastrointestinal
lainnya
Kalmetason 1 Digunakan terutama Seperti persiapan Dapat menyebabkan
gr/8jam dalam pengobatan glukokortikoid tidak demam, myalgia,
inflamasi dan kondisi boleh digunakan pada arthralgia, dan malaise
alergi dan penyakit pasien dengan herpes
lain yang responsive simpleks okuler. Tidak
terhadap boleh digunakan sendiri
glucocorticoid tanpa bersamaan
pemberian terapi kasual
yang tepat pada pasien
dengan piogenik atau
infeksi jamur
23
24
B. ANALISA DATA
NO HARI/TANGGAL DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Senin, 2 Maret DS: - Ketidakefektifan Bersihan penumpukan sputum
2015 DO: Jalan nafas
a. SpO2 : 98%
b. Terdapat sumbatan pada jalan nafas klien berupa sekret pada
ETT dan mulut
c. Terdengar suara gurgling
d. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan, warna putih kental
25
C. RENCANA KEPERAWATAN
Aspiration Precautions
1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, muntah dan
kemampuan menelan.
2. Posisikan klien semi-fowler untuk mengurangi dyspnea
26
03/03/2015 2 Setelah dilakukan tindakan NIC:
keperawatan selama 4x24 jam
pasien menunjukkan keefektifan ● Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
● Keluarkan sekret dengan suction
pola nafas, dibuktikan dengan ● Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
kriteria hasil: ● Berikan bronkodilator :
● Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
a. Tanda-tanda vital dalam batas ● Monitor respirasi dan status O2
normal = TD: 120/80 mmHg, ● Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
HR: 60-100 x/menit, RR : 16-24 ● Pertahankan jalan nafas yang paten
x/menit, T: 36,5-37,5 oC ● Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi\
b. Irama jantung : sinus rhythm ● Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
c. Menunjukkan ventilasi adekuat ● Monitor vital sign
● Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi
(RR normal 16-24 x/menit,
untuk memperbaiki pola nafas.
ekspansi dinding dada simetris, ● Monitor pola nafas
suara nafas bersih, tidak ada :
penggunaan otot-otot nafas
tambahan, retraksi dinding dada,
nafas cuping hidung, dyspnea,
taktil fremitus)
d. GDA dalam batas normal = PH:
7.35-7.45, PCO2: 35-45 mmHg,
PO2: 83-108 mmHg, HCO3: 18-
23 mmol/L, BE: -2- (+2)
mmol/L.
27
hasil : 2. Beritahu keluarga untuk membatasi jumlah pengunjung
1. Suhu normal : 36,5-37,50C 3. Bersihkan peralatan setelah digunakan untuk pada pasien
2. Nilai hemoglobin dalam batas 4. Gunakan sarung tangan, masker dan pakaian pelindung untuk
normal 12-15 g/dl, leukosit 4-11
mencegah infeksi
ribu/mmk
3. Luka operasi tidak ada tanda- 5. Anjurkan pengunjung pasien untuk cuci tangan pada saat masuk
tanda infeksi (tubor, kalor, dolor, dan keluar ruang ICU.
tumor, fungsio laesa) 6. Lakukan perawatan luka aseptic pada klien
7. Gunakan kateter intermiten untuk untuk menurunkan kejadian
blader infeksi
8. Kolaborasi dalam observasi hasil pemeriksaan leukosit.
9. Kolaborasi pemberian antibiotik
28
D. IMPLEMENTASI dan EVALUASI
Tanggal No. Dx Waktu Implementasi Evaluasi TTD
29
- Tamoliv : 100 cc
- Asering : 150 cc
- Sonde : 200 cc
OUTPUT
- Urine :400 cc
Balance cairan : Input-Output = -50 cc
30
x/mnt, T: 36,7 C
31
1,2,3 18.00 12. Melakukan suction S:
O : sekret keluar, SpO2 98 %
32
peralatan oksigenasi O: ventilator terpasang, VT 270, PEEP 5 FiO2
50%
33
1,2,3 17.10 12. Memberikan nebulizer S:-
O : berotec dan atrovent masuk 16 tts, NaCl 1
cc
34
E. EVALUASI SUMATIF
A:
Masalah ketidakbersihan jalan
napas teratasi sebagian ditandai
dengan RR dalam batas normal
dan produksi sekret berkurang
P:
Lanjutkan intervensi dengan
tetap melakukan pemantauan RR
dan bunyi napas tambahan.
Lakukan terapi nebulizer sesuai
program dan suction jika perlu
07/03/15 Ketidakefektifan S :- Novadilah
14.00 pola nafas Prapti
berhubugan O : Nur Hidayati
Tidak ada tanda-tanda sianosis
dengan spasme
Mulut terlihat kering
otot-otot Klien tidak terlihat sesak
pernafasan TD : 150/86 mmHg
HR : 105 kali/mnt
RR : 17 kali/mnt
Sp02 : 97%
pH : 7,449 (H)
PO2 : 162.5 (H)
BE : -2.1 mmHg (L)
PCO2 : 31.4 mmHg (N)
HCO3 : 22.6 mmol/L (N)
Total CO2 19.7 mmol/L
Hematokrit : 30 %
O2 saturasi 99,5 %
35
A:
Masalah gangguan pola nafas
teratasi sebagian ditandai dengan
klien tidak terlihat sesak napas
dan tidak ada tanda-tanda
sianosis
P:
Lanjutkan intervensi dengan
tetap melakukan pemantau BGA
dan posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
07/03/15 Risiko infeksi S:- Novadilah
06.00 berhubungan Prapti
dengan adanya O: Nur Hidayati
tindakan prosedur Suhu: 36.6 C
invasif Akral pada ekstremitas hangat
Masih terpasang ET, folley
cateter, , selang NGT,
Klien tidak mengekspresikan
nyeri
A:
Masalah teratasi sebagian
ditandai dengan tidak adanya
tanda-tanda infeksi pada klien
P:
Lanjutkan intervensi dengan
melakukan monitor
hemodinamik, observasi tanda-
tanda infeksi, dan lakukan
personal hygiene, perawatan
alat-alat dan kolaborasi
pemberian antibiotik setiap hari
36
BAB IV
PEMBAHASAN
37
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran nafas
melalui penghisapan. Terapi inhalasi ini bekerja dengan cepat pada saluran nafas
sehingga memberikan efek lebih cepat karena akan langsung menuju paru-aru
untuk melonggarkan saluran pernafasan yang menyempit dan mengencerkan
sekret sehingga pasien menjadi lebih lega untuk bernafas.
Tindakan suction merupakan salah satu penanganan obstruksi jalan nafas
akibat akumulasi sekret, yaitu dengan melakukan tindakan pengisapan lender
dengan memasukan selang kateter melalui hidung/mulut/ETT. Jika sekret
terakumulasi banyak namun tidak dilakukan tindakan suction maka pasien akan
mengalami kekurang suplai oksigen (hipoksemia) dan apabila suplai O2 tidak
terpenuhi maka dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Tn. S mengalami
penumpukan sekret baik pada ETT maupun mulutnya untuk itu klien diberikan
tindakan suction sehingga jalan nafas klien bersih dan tidak sesak. Penelitian yang
dilakukan Berty dkk didapatkan hasil jika tindakan pengisapan (suction) lender
endotrakeal tube (ETT) berpengaruh terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien
yang di rawat di ruang ICU.11
Masalah Keperawatan yang terakhir adalah resiko infeksi. Pemberian
tindakan untuk mengatasi resiko infeksi adalah dengan perawatan alat-alat yang
masuk ke dalam tubuh pasien seperti perawatan kateter, NGT, dan juga ventilator.
Selain itu juga dialkukan tindakan kolaborasi yaitu dengan memberikan obat
antibiotik untuk mencegah infeksi terjadi pada pasien.
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah keperawatan yang dialami Tn. S adalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, dan resiko infeksi. Masalah
keperawatan ketidakefektidan jalan nafas dan ketidakefektifan pola nafas
diberikan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
memberikan posisi semifowler, memberikan inhalasi dengan nebulizer dan
memberikan tindakan suction pada ETT dan mulut jika produksi mukus
banyak, dari hasil tindakan terasi sebagian yang ditandai dengan Masalah
ketidakbersihan jalan napas teratasi sebagian ditandai dengan RR dalam batas
normal dan produksi sekret berkurang pemantauan RR dan bunyi napas
tambahan. Lakukan terapi nebulizer sesuai program dan suction jika perlu.
Masalah keperawatan yang ketiga yaitu resiko infeksi, tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah dengan merawat dan menjaga kebersihan
alat-alat yang ada pada pasien seperti pemasangan kateter, NGT, ETT dan
juga kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian antibiotik. Evaluasi
dari asuhan keperawatan yang dilakukan didapatkan hasil jika masalah belum
teratasi untuk itu dilakukan tindakan lanjut untuk pemantauan leukosit,
pemantauan alat-alat yang terpasang pada pasien, dan juga pemberian
antibiotik. Masalah teratasi sebagian ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda
infeksi pada klien monitor hemodinamik, observasi tanda-tanda infeksi, dan
lakukan personal hygiene, perawatan alat-alat dan kolaborasi pemberian
antibiotik.
39
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan agar mahasiswa mempunyai motivasi untuk mengetahui lebih
banyak tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan tetanus beserta
cara penanganannya
2. Saran Untuk Rumah sakit
Perawatan untuk tetanus sudah baik, dan diharapkan semua pelayan medis
di rumah sakit dapat meningkatkan tindakan perawatan pada pasien
dengan tetanus
3. Bagi pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala tetanus
dan penanganannya sehingga tidak lagi terjadi komplikasi
40
Daftar Pustaka
41