Está en la página 1de 34

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN POST PEMASANGAN WATER SEAL


DRAINASE (WSD)
DENGAN DIAGNOSA MEDIS EFUSI PLEURA
DI RUANG BEDAH RSUD DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG

OLEH:

Utin safinatun naja


NIM: 2012 6320 103

PRODI D.IV KEPERAWATAN SINGKAWANG


MAHASISWA SEMESTER VIII /TINGKAT IV
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat Rahmat dan Hidayah – Nya lah kami dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Post Pemasangan Water Seal
Drainase (WSD) dengan Diagnosa Medis di Ruang Bedah RSUD dr. Abdul Aziz
Singkawang”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak sekali menemukan kesulitan


dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan semua
bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah diberikan kepada kami akan dapat
diterima sebagai suatu amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT.

Kami sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak
kekurangannya, walaupun demikian kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya.

Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar penulis
dapat menghasilkan makalah yang lebih baik lagi. Permohonan maaf penulis
ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi mahasiswa dan pembaca lainnya.

Singkawang, Agustus 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. TUJUAN ........................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
A. KONSEP PENYAKIT .................... Error! Bookmark not defined.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANError! Bookmark not
defined.
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ 3
A. PENGKAJIAN ............................................................................... 14
B. ANALISA DATA ............................................................................ 20
C. DIAGNOSA MASALAH ............................................................... 22
E. RENCANA KEPERAWATAN ...... Error! Bookmark not defined.
F. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI .............. Error!
Bookmark not defined.
BAB IV PEMBAHASAN.................................. Error! Bookmark not defined.
A. PENGKAJIAN ............................................................................... 46
B. ANALISA DATA ............................................................................ 46
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................... 46
D. INTERVENSI ................................................................................. 47
E. IMPLEMENTASI ........................................................................... 47
F. EVALUASI ..................................................................................... 47
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 49
A. KESIMPULAN ............................................................................... 49
B. SARAN ........................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura seiring terjadi di negara–negara yang sedang berkembang,


salah satu di Indonesia. Negara – negara Barat, efusi pleura disebabkan oleh
gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi
pleura menyerang 1,3 juta orang / tahun. (Yoghie pratama, 19 Juni 2012)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 memperkirakan jumlah kasus efusi


pluera di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ke tiga setelah Ca paru
sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi pleura
suatu disease entity dan merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang
dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan pada efusi fleura
ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat
penekanan paru (Yoghie pratama, 19 Juni 2012)

Berdasarkan uraian di atas, dengan tingginya angka kejadian penyakit


efusi pleura serta akibat yang dapat ditimbulkan, maka penulis tertarik
membahas tentang Asuhan Keperawatan Pasien Post Pemasangan Water Seal
Drainase di Ruang Bedah RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Post
Pemasangan Water Seal Drainase di Ruang Bedah RSUD dr.
Abdul Aziz Singkawang

1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada Tn. A dengan Post
Pemasangan Water Seal Drainase di Ruang Bedah RSUD dr. Abdul
Aziz Singkawang
b. Untuk mengetahui rumusan diagnosa keperawatan pada Tn. A
dengan Post Pemasangan Water Seal Drainase di Ruang Bedah
RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada Tn. A dengan Post
Pemasangan Water Seal Drainase di Ruang Bedah RSUD dr. Abdul
Aziz Singkawang
d. Untuk mengetahui pengimplementasian asuhan keperawatan pada Tn.
A dengan Post Pemasangan Water Seal Drainase di Ruang Bedah
RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang
e. Untuk mengetahui evaluasi rencana asuhan keperawatan pada Tn. A
dengan Post Pemasangan Water Seal Drainase di Ruang Bedah
RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan dalam pleura
berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah
diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi
dari suatu penyakit (Muttaqin, 2008).

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses


penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai 20ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Brunner&Suddarth, 2002).

2. PENYEBAB

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat, dan hemoragi.

1. Transudat

Dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),


sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior
dan tumor.

3. Eksudat

Disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan
penyakit kolagen.

3
4. Efusi hemoragi

Dapat disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan tuberkulosis.

5. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada
(biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau
bernafas dalam).

1. Batuk

2. Dispnea

3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.

5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami


efusi.

6. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,


pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),
banyak keringat.

7. Perkusi meredup diatas efusi pleura.

8. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

9. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

10. Fremitus fokal dan raba berkurang.

11. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik,
bronkiektasis, abses dan TB paru.

6. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc
yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang

4
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura
viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian
kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar
sel – sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya
keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.

Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium


tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.
Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat
yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura,
iga atau columna vetebralis.

Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan


eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang –
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya
bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan

5
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi
pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung,
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain
yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.

Pathway

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan


pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis cairan pleura dapat
dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan
cairan pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa
cairan hemoragi, eksudat, dan transudat.

2. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada)

Pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih


300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat
pergeseran di mediatinum.

6
3. Ultrasonografi

4. Thorakosentesis / pungsi pleura

Untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis.


Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8.
Didapati cairan yang mungkin serosa (serothorak), berdarah (hemothoraks), pus
(piothoraks) atau kilus (kilothoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat
(hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

5. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil


tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan
kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis
sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.

6. Biopsi pleura berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura melalui


biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya
sel-sel ganaa atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy
tuberculoca dan tumor pleur)

8. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan


penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan
kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik
ditujukan pada penyebab dasar (gagal jantung
kongestif, pneumonia, sirosishepatis).

2. Thorasentesis dilakukan untuk membuang cairan,


untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis
dan untuk menghilangkan disneu.

3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi


kembali dalam beberapa hari tatau minggu,
torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan

7
protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks.
Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan
selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke
system drainase water-sealatau pengisapan untuk
mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.

4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti


tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk
mengobliterasi ruang pleural dan mencegah
akumulasi cairan lebih lanjut.

5. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan


termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan
terapi diuretik.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


adanya hipersekresisecret/mukus

2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan


menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukkan cairan dalam rongga pleura

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai


02 yang kurang

4. Gangguan rasa nyaman/Nyeri dada berhubungan


dengan proses peradangan pada rongga pleura

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan suplai 02 dengan kebutuhan atau
kelemahan.

6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
tubuh

8
7. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
pada rongga pleura

8. Resiko infeksi berhubungan dengan aspirasi cairan


pleura melalui jarum

10. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya


secret/mukus

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil : Secret bisa keluar, ronkhi (-), RR 16-20 x /menit

Intervensi Rasionalisasi

1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi 1. Penurunan bunyi napas mungkin


napoas tambahan, perubahan irama dan menandakan atelektasis, ronchi, wheezing
kedalaman, penggunaan otot-otot menunjukkan adanya akumulasi sekret, dan
aksesori ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
napas menyebabkan penggunaan otot
aksesori dan peningkatan usaha bernapas

2. Memaksimalkan ekspansi paru dan


2. Atur posisi semi fowler menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi
maksimal dapat membuka area atelektasis,
mempermudah pengaliran sekret keluar

3. Untuk mengencerkan secret


sehingga mudah dikeluarkan

3. Menganjurkan pasien untuk


banyak minum terutama air hangat
4. Memenuhi kebutuhan O2 dan
4. Mengajarkan nafas dalam dan mobilisasi secret
batuk efektif
5. Intake cairan mengurangi

9
5. Pertahankan intake cairan penimbunan sekret, memudahkan
2500 ml/hari pembersihan

4. Kolaborasi :

a. Pemberian oksigen lembab a. Mencegah mukosa membran


kering,mengurangi sekret

b. Menurunkan sekret pulmonal


b. Mucolytic agent
danmemfasilitasi bersihan
c. Bronchodilator
c. Memperbesar ukuran lumen pada
perca-bangan tracheobronchial dan
menurunkan pada percabangan
tracheobronchial dan menurunkan
pertahanan aliran.

d. Mengatasi respons inflamasi


sehingga tidak terjadi hipoxemia.
d. Kortikosteroid

2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya


ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan :

Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil :

Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batasnormal, pada


pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan

adanya akumulasi cairan, bunyi napas terdengar jelas.

10
Tindakan :

Intervensi Rasionalisasi

1. Mengidentifikasi faktor 1. Denganmengidentifikasikan


penyebab penyebab, kita dapat menentukan jenis
efusi pleura sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat

2. Dengan mengkaji kualitas,


frekuensi dan kedalaman pernafasan,
kita dapat mengetahui sejauh mana
perubahan kondisi pasien

3. Penurunan diafragma
2. Mengkaji kualitas, frekuensi memperluas daerah dada sehingga
dan kedalaman pernafasan, laporkan ekspansi paru bisa maksimal
setiap perubahan yang terjadi.

3. Membaringkan pasien dalam


posisi yang nyaman, dalam posisi
duduk, dengan kepala tempat tidur 4. Peningkatan RR dan tachcardi
ditinggikan 60–90 derajat merupakan indikasi adanya penurunan
fungsi paru

4. Mengobservasi tanda-tanda
vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan 5. Auskultasi dapat menentukan
respon pasien) kelainan suara nafas pada bagian paru-
paru

5. Melakukan auskultasi suara


nafas tiap 2-4 jam 6. Menekan daerah yang nyeri
ketika batuk atau nafas dalam.

11
Penekanan otot-otot dada serta
abdomen membuat batuk lebih efektif

7. Pemberian oksigen dapat


menurunkan beban pernafasan dan
6. Membantu dan mengajarkan mencegah terjadinya sianosis akibat
pasien untuk batuk dan nafas dalam hiponia. Dengan foto thorax dapat
yang efektif dimonitor kemajuan dari berkurangnya
cairan dan kembalinya daya kembang
paru

7. Melakukan kolaborasi dengan


tim medis lain untuk pemberian O2 dan
obat-obatan serta foto thorax

3. Gangguan rasa nyaman/ Nyeri dada berhubungan dengan proses


peradangan pada rongga pleura

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol,


pasien tampak tenang

Intervensi Rasionalisasi

1. Mengkaji terhadap adanya 1. Untuk mengetahui nyeri


nyeri, skala dan intensitas nyeri yang dialami pasien sehingga dapat
mengambil intervensi yang cepat

12
dan tepat

2. Mengajarkan pada klien 2. Tehnik distraksi dan


tentang manajemen nyeri dengan relaksasi efektif untuk mengurangi
distraksi dan relaksasi rasa nyeri

3. Mengamankan selang dada


untuk membatasi gerakan dan
3. Memberikan kenyamanan
menghindari iritasi
pada pasien dan mencegah infeksi
4. Memberikan analgetik akibat timbulnya iritasi
sesuai indikasi

4. Mengurangi rasa nyeri

13
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. A DENGAN POST PEMASANGAN WATER SEAL DRAINASE
(WSD)

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A

Umur : 51 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat :

Agama : Katholik

Suku/Bangsa : Dayak/ Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Diagnosa Medis : Efusi Pleura

No.Rm :

Dokter Yang Menangani : dr. Rantapina Sari, Sp. B

Tanggal Operasi : 20 Juli 2016

Tanggal Pengkajian : 26 Juli 2016

2. Keluhan Utama MRS

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tanggal 25 juli 2016, klien mulai menjalani operasi

Klien mengatakan nyeri didaerah yang dioperasi

14
- P :saat bergerak
- Q :ditusuk-tusuk
- R :abdomen bawah
- S :sedang (4-6)
- T :sering

Klien mengatakan terdapat luka operasi diabdomen bawah

Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya

4. Riwayat penyakit dahulu


Klien tidak pernah masuk RS sebelumnya, dan baru pertama kali menjalani
operasi dengan riwayat penyakit BPH

5. Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dan
penyakit generatif serta menular lainnya

6. Genogram

15
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
1. Kesadaran : Compos Mentis E4 M6 V5 GCS = 15
2. TTV : TD : 130/70 MmHg
N : 88 x / menit
RR : 23 x / menit
T : 36,6 ˚ C

b. Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala simetris, terdapat uban dirambut klien
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

c. Mata
- Inspeksi : Penglihatan normal, bentuk simetris, starbismus (-),
konjungtiva non anemis, sclera non ikteris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

d. Hidung

- Inspeksi :bantuk simetris, penciuman baik, tidak ada polip


- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

e. Telinga

- Inspeksi :Bentuk Simetris, tidak ada Serumen, Pendengaran baik


- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

f. Leher

- Inspeksi : Tidak Ada Penonjolan vena Jagularis


- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan, Arteri Karotis Teraba

g. Thorax

1) Paru-Paru
- Inspeksi :Bantuk Simetris, Repirasi Normal
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi :Resonan
- Auskultasi :Normal, Tidak Ada Suara Nafas Tambahan

16
2) Jantung
- Inspeksi :Iktus Kordis Tidak Teraba
- Palpasi :Tidak Ada Nyeri Tekan
- Perkusi :dulness
- Auskultasi :S1 S2 Reguler

h. Abdomen

- Inspeksi :Bentuk Simetris, terdapat luka operasi diabdomen


bawah dan terpasang perban
- Palpasi :terdapat nyeri tekan diabdomen yang dioperasi
- Auskultasi :bising usus 7 x/m

i. Genetalia

Tidak Ada kelainan dibagian genetalia klien

j. Integumen

- Inspeksi :Terdapat Lesi Daerah abdomen akibat luka insisi


- Palpasi :Tugor Kulit Normal

k. Ekstremitas
Tonus otot
5 5 5 5 5 5 5 5
( kanan ) 5 5 5 5 5 5 5 5 ( kiri )

Keterangan :

- Tidak Ada Kelainan Di Ekstermitas Atas dan bawah

8. Data Biologis
a. Pola Nutrisi

- Sebelum Sakit :Pasien Makan 3 Kali / Hari,Porsimakan Normal


- Saat Sakit : Pasien Makan 3 Kali / Hari,Porsi Rs Tidak Habis
Sisa ½ Porsi

17
b. Pola Minum

- Sebelum Sakit : Pasien Minum 1500-2000 Cc/ Hari


- Saat Sakit : Pasien Minum 1000-1200 Cc/ Hari

c. Pola Eliminasi

- Sebelum Sakit :Pasien BAB 1-2 Kali / Hari, BAK 4-6 Kali / Hari
- Saat Sakit :Pasian jarang BAB
BAK Pasien dibantu dengan penggunaan kateter

d. Pola Istirahat Tidur

- Sebelum Sakit :Pasien Tidur 7-8 Jam / Hari


- Saat Sakit :Pasien Tidur 6-7 Jam/ Hari Pola Aktivitas

Kemampuan Keterangan :
0 1 2 3 4
Perawatan Diri
0 =Mandiri
Makan / Minum 
1=Alat Bantu
Mandi 
Tolleting  2=Dibantu Orang Lain
Berpakaian  3=Dibantu Orang Lain
Dan Alat
Mobilitas Di Tempat

Tidur 4=Tergantung Total
Berpindah 
Ambulasi / Rom 

e. Pola Kebersihan

- Sebelum Sakit :Pasien Mandi 2 Kali / Hari


- Saat Sakit :Pola Pasien kebersihan klien bersih dibantu oleh
keluarga

9. Data Psikologis
a. Status Emosi

Pasien Dapat Mengendalikan Emosi Dengan Baik

18
b. Konsep Diri
Konsep Diri Pasien Menurun Karena Sakit

c. Pola Hubungan Dan Interaksi

Hubungan Dan Interaksi Antara Pasien, Keluarga Dan Perawat Baik

d. Sistem Nilai Dan Keyakinan

Pasien Beragama Islam

e. Gaya Komunikasi

Pasien Menggunakan Bahasa Verbal

10. Terapi

- Infus Rl 500 ml / 20 Tetes Permenit


- Injeksi cefriaxone 1 x 1000 mg
- Injeksi ranitidin 2 x 50 mg
- Injeksi ketorolac 3 x 30 mg
- Injeksi kalnex 3 x 500 mg

11. Pemeriksaan Penunjang


21 Juli 2016

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Hb 13,2 g/dl L: 13,2-17,3

Leukosit 6.600 Ul L: 3.800-10.600

Trombosit 114.000 Ul 150.000-440.000

Hematokrit 38,5 % L: 40-52

Eritrosit 4,18 10/ul L: 4,4-5,9

HIV Non Reaktif - Negatif

19
HBSaG Reaktif - Negatif

Glucose 80 Mg/dl 71-135

Creatinine 1 Mg/dl 0,7-1,5

UREA 51,2 Mg/dl 10-50

B. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data Subjektif : Post Operasi BPH Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri
daerah abdomen bawah
akibat insisi pembedahan
P : pada saat bergerak
Q : ditusuk-tusuk
R : abdomen bawah
S : sedang (4-6)
T : sering

Data Objektif :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak menkerutkan
wajahnya
- TTV: TD : 130/70 mmHg
N : 88 x/m
R : 23 x/m
S : 36,6℃

2. Data Subjektif : Luka insisi Kerusakan


- Pasien mengatakan terdapat integritas kulit
luka operasi diabdomen
bawah
- Pasien mengatakan terdapat
luka jahitan dan terpasang
perban

20
Data Objektif :
- Terdapat luka jahitan
diabdomen bawah
- Terpasang perban
- Luka insisi bedah ±9 cm
3. Data Subjektif : Kurangnya informasi Kurang
- Pasien mengatakan tidak Pengetahuan
mengetahui tentang
penyakitnya

Data Objektif :
- Pasien tampak bingung
- Pasien banyak bertanya

21
C. DIAGNOSA MASALAH
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH PARAF
DITEMUKAN TERATASI
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen 26-07-2016
cedera fisik. Ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nyeri daerah
abdomen bawah akibat insisi
pembedahan
P : pada saat bergerak
Q : ditusuk-tusuk
R : abdomen bawah
S : sedang (4-6)
T : sering

Data Objektif :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak menkerutkan
wajahnya
- TTV: TD : 130/70 mmHg
N : 88 x/m
R : 23 x/m
S : 36,6℃

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan 26-072016


dengan faktor mekanik. Ditandai
dengan:
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan terdapat luka
operasi diabdomen bawah
- Pasien mengatakan terdapat luka
jahitan dan terpasang perban

Data Objektif :
- Terdapat luka jahitan diabdomen
bawah
- Terpasang perban
Luka insisi bedah ±9 cm
3. Kurang Pengetahuan berhubungan 26-072016
dengan kurangnya informasi. Ditandai

22
dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakitnya

Data Objektif :
- Pasien tampak bingung
- Pasien banyak bertanya

23
D. RENCANA KEPERAWATAN

NO NOC NIC RASIONAL


1. Setelah dilakukan tindakan 1. observasi TTV 1. untuk mengetahui keadaan
keperawatan selam 2x24 jam 2. kaji skala nyeri klien umum klien
diharapkan nyeri berkurang, 3. ajarkan manajemen nyeri: 2. untuk mengetahui tingkat
KH: tehnik relaksasi nafas dalam nyeri klien
- Tand-tanda vital normal 4. gunakan kata-kata yang sesuai 3. relaksasi nafas dalam dapat
- Skala nyeri 0 usia klien mengalihkan nyeri
- Klien mengatakan nyeri 5. manajemen nyeri: kendalikan 4. hal ini meningkatkan
hilang faktor lingkungan yang kepercayaan klien
mempengaruhi respon klien 5. memberi ketenangan dan
6. kolaborasi dalam pemberian kenyamanan saat istirahat
analgetik 6. analgetik dapat mengurangi
nyeri

2. Setelah dilakukan tindakan 1. inspeksi adanya kemerahan 1. untuk mengetahui tanda-


keperawatan selam 2x24 jam dan pembengkakan tanda infeksi
diharapkan nyeri kerusakan 2. kaji luka terhadap 2. untuk mengetahui keadaan
integritas kulit teratasi, KH: karakteristik: lokasi, luas dll luka pasien
- luka tampak bersih 3. lakukan perawatan luka denagn 3. agar keadaan luka dan
- menunjukkan penyatuan mengganti balutan atau perban balutan tetap bersih
kulit 4. ajarkan keluarga perawatan 4. membantu mengajarkan
- tidak ada tanda gejala luka serta tanda gejala infeksi keluarga untuk perawatan
infeksi dirumah

3. Setelah dilakukan tindakan 1. anjurkan klien mengkonsumsi 1. meningkatkan


keperawatan selam 1x24 jam nutrisi yang baik penyembuhan dan
diharapkan klien dan keluarga 2. batasi aktivitas awal klien mencegah komplikasi
mengetahui tentang 3. ajarkan klien dan keluarga 2. peningkatan tekanan
penyakitnya, KH: tentang perawatan luka tehnik abdominal menyebabkan
- klien berpartisipasi dalam aseptik perdarahan
program pengobatan 4. anjurkan klien minum obat 3. meningkatkan pengetahuan
- klien dan keluarga sesuai jadwal dalam perawatan luka

24
memahami tentang 5. lakukan pendidikan kesehatan 4. penggunaan obat yang
penyakit yang diderita tentang penyakit benar dapat mempercepat
penyembuhan
5. memberikan informasi
mengenai penyakit

E. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI

NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1. 26-07-2016 1. Mengobservasi TTV S: px mengatakan nyeri daerah
R/ TD: 130/70 mmHg abdomen akibat insisi
N: 88 x/m pembedahan
R: 23 x/m P: pada saat bergerak
o
S: 36,6 C Q: ditusuk-tusuk
2. Melakukan pemeriksaan fisik R: abdomen bawah
R/ klien menyebutka nama dan S: sedang (4-6)
umur T: sering
3. Mengkaji skala nyeri klien O:
R/ px mengatakan nyeri - Px tampak meringis
diabdomen bawah dengan skala - Px tampak
nyeri sedang (4-6) mengkerutkan wajahnya
- Ttv: TD: 130/70 mmHg
N: 88 x/m
R: 23 x/m
S: 36,6 oC
2. 26-07-2016 1. Menginspeksi adanya
kemerahan atau pembengkakan
pada luka
R/ tidak ada kemerahan pada
luka
2. Mengkaji karakteristik luka
insisi

25
R/ luka insisi diabdomen bawah
dengan panjang

3. 26-07-2016 1. Menanyakan pengetahuan


keluarga dan klien mengenai
penyakit
R/ klien dan keluarga belum
mengetahui mengenai BPH
2. Melakukan kontrak kepada
klien dan keluarga dalam
pemberian PenKes
R/ keluarga dan klien
menyetujui

26
BAB V PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah pasien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan.
Pengkajian kepada pasien dilakukan pada tanggal 26 Juli 2016.
Pada tahap ini melakukan pengkajian dasar, dari identitas pasien, riwayat
kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, data biologis, data psikologis, terapi
yang diberikan, dan pemeriksaan penunjang. Pengkajian data dasar ini
dilakukan dengan cara wawancara dengan pasien, mengobservasi
keadaan pasien serta wawancara kepada perawat ruangan bedah RSUD
dr. Abdul Aziz Singkawang.

Hasil dari pengkajian tersebut menunjukan tidak jauh berbeda data


fokus yang di dapatkan pada tinjauan kasus dengan tinjauan tiori yang ada,
hanya saja ada beberapa data yang berbeda salah satunya pada tinjauan
kasus dirdapat data bahwa pasien mengatakan nyeri akibat insisi
pembedahan serta kurang mengetahui tantang penyakit yang dideritanya.
Dan dipemeriksaan fisik bagian abdomen didapat data terdapat luka
operasi yang etrpasang perban.

B. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil analisa data pada tanggal 26 Juli 2016, didapatkan data
yang hampir sesuai dengan manifestasi klinis penyakit, sehingga masalah
keperawatan yang muncul yaitu :

1. Nyeri akut
2. Kerusakan integritas kulit
3. Kurang pengetahuan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data, kami mendapatkan diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat yaitu :

46
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen cidera injuri
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Pada diagnosa keperawatan ini tidak jauh perbedaan dengan patofisiologi


penyakit, hanya saja diangkat diagnosa kurang pengetahuan karena pasien
belum mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya.

D. INTERVENSI
Pada tahap perencanaan terdiri dari perumusan tujuan, sasaran
dan penyusunan rencana tindakan. Hal ini telah dilaksanakan sesuai
dengan konsep. Dalam rangka penyusunan rencana tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan Mahasiswa bekerja sama dengan pasien
untuk memberikan gambaran rinci kondisi yang sedang di alami pasien .
Adapun intervensi keperawatan yang akan di lakukan disesuaikan
dengan tinjauan pustaka yang sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang di angkat yang bersumber dari buku saku diagnosa keperawatan
diagnosis NANDA intervensi NIC kriteria hasil NOC yang diolah sebagai
acuan perencanaan .

E. IMPLEMENTASI
Tahap pelaksanaan merupakan lanjutan dari tahap perencanaan
dimana kita mengaplikasikan dari tahap perencanaan yang sudah kita buat
dan ini merupakan upaya dari mengatasi masalah kesehatan yang
ditemukan dalam perencanaan berdasarkan analisa pada tahap
pelaksanaan.
Adapun implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat dengan aplikasinya disesuaikan dengan
kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di lapangan.

F. EVALUASI
Evaluasi diarahkan pada program yang telah direncanakan, untuk melihat
tingkat keberhasilan yang dicapai. Dengan metode pencatatan SOAP pada

47
evaluasi tindakan keperawatannya dimana indikator kriteria hasil NOC pada
intervensi keperawatan NIC sebagai acuan pada tahap evaluasinya.

Evaluasi yang dilakuakan dinilai berdasarkan diagnosa yang diambil setiap


harinya, pada diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen
cidera fisik, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
dilakukan evaluasi selama 2x24 jam. Sedangkan, untuk diagnosa keperawatan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dilakukan
evaluasi selama 1x24 jam.

48
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
BPH merupakan kelainan pembesaran kelenjar yaitu hiperplasia yang mendesak
jaringan asli keporifer. Pada pasien BPH usia lanjut sangat memerlukan tindakan
yang tepat untuk mengantisipasinya. Sebagai salah satu tindakan yang akan
dilakukan adalah dengan operasi prostat atau prostatektomi untuk mengangkat
pembesaran prostat. Dari pengangkatan prostat, pasien harus dirawat inap
sampai keadaannya membaik, guna mencegah komplikasi lebih lanjut. (Suwandi,
2007).
Pada kasus Tn. S dengan post operasi abdomen BPH. Terdapat
manifestasi klinis serta komplikasi sebagai akibat BPH. Pemeriksaan diagnostik
pada BPH meliputi; Foto Rontgen, Pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah.
Penatalaksanaan terapetik salah satunya Pengobatan. Asuhan keperawatan
ditujukan pada penyelesaian masalah aktual maupun potensial dengan diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen cidera fisik


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah dengan tema yang sama, pembaca
dapat lebih melengkapi teori dan meningkatkan ketelitian dalam melakukan
pengkajian guna meningkatkan kesempurnaan makalah.

49
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah,
edisi:Volume 1. Jakarta: EGC.

Baughman C Diane,.2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi: 3. Jakarta: Media


Aesculapius.

Craft Martha, Smith Kelly. 2012. Nanda Diagnosa Keperawatan.


Yogyakarta:Digna Pustaka.

Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi: 3. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

50

También podría gustarte