Está en la página 1de 12

Jurnal Penelitian Pendidikan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP COGNITIVE LOAD MATEMATIS SISWA SMA

1)
Dr. Aan Hendrayana, M.Pd., 2) Ria Sudiana, M.Si.,
3) Anggy Desmita Pratiwi

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Email: anggydesmita.ad@gmail.com

Abstract. This study aims to analyze the effect of Problem Based Learning
model of learning on Cognitive Load mathematical categories of low, medium,
and high. This research type is qualitative descriptive and the subject of this
research is class XI IPA 1 in SMA Negeri 4 Serang City. Subjects in this study
consisted of 3 students who have a cognitive load of low category mathematics,
3 students of medium category, and 3 students of high category. Selection of
the subject using purposive sampling technique. Based on the result of the
research, it is found that the influence of PBL model on the mathematical
cognitive load that is owned by the students is different considering that this
cognitive load depends on individual views and responses from the learning
characteristics, the material, and the atmosphere of the learning environment.
The result of the analysis of the researcher are: (1) the influence of the PBL
model on the students who have low mathematical cognitive load is good
because the students can easily accept and understand the material presented
by the teacher, the students are able to follow the learning process and have
good focus while studying. Learning by PBL model is suitable if applied to low
category, (2) the influence of PBL model to students who have medium
mathematical cognitive load is good enough because students have been able
to follow the learning process, but to understand it required more detailed
delivery by the teacher that is in the form of scaffolding aid And have a
different focus each child depends on the condition of the class while studying.
Learning by PBL model is quite appropriate if applied to this category, (3) the
influence of PBL model on students who have high mathematical cognitive
load is not good because students are less able to follow the learning process
submitted by the teacher, according to them will be more understanding if
explained directly And they have very little focus on learning. Lessons learned
with the PBL model are less suitable if applied to this category.

Keywords: Problem Based Learning Model (PBL), Mathematical Cognitive


Load
PENDAHULUAN sebagai beban melakukan tugas tertentu
yang berdampak pada sistem pengolahan
Matematika adalah suatu alat kognitif. Menurut Sweller (2010) bahwa
untuk mengembangkan cara berpikir beban kognitif dalam memori kerja
(Hudojo, 2005:36). Belajar matematika disebabkan oleh tiga sumber, yaitu; 1)
akan memberikan efek perkembangan Intrinsic cognitive load (kemampuan
kognitif yang membawa pada ke- menerima dan mengolah informasi); 2)
mampuan berpikir yang lebih kompleks. Extraneous cognitive load (usaha mental);
Semakin sering siswa mencurahkan dan 3) Germane cognitive load (ke-
usahanya pada belajar matematika akan mampuan penalaran).
membentuk pemikiran yang mengarah Sebuah situs berita online, Antara
pada sudut pandang lebih rumit terhadap News, memberitakan bahwa pakar
suatu konsep matematika. Sehingga, pendidikan dari School of Education,
sebagian peserta didik masih menjadikan University of New South Wales Sydney,
matematika sebagai salah satu mata Australia, Slava Kalyuga mengatakan teori
pelajaran yang tidak mereka kuasai dan beban kognitif sendiri telah berhasil
juga sukai. Kenyataan itu meninggalkan digunakan pengentahuan dalam mem-
sedikit bukti bahwa tidak sedikit ditemui bentuk karakteristik mendasar arsitektur
peserta didik yang merasa terbebani oleh kognitif manusia. Hal itu untuk
materi-materi matematika. meningkatkan efektivitas prosedur pem-
Dalam pembelajaran matematika, belajaran di berbagai domain khususnya
materi yang disampaikan terkadang dalam bidang teknis dan matematika.
bersifat abstrak sehingga peserta didik Menurutnya, pemahaman konseptual
perlu pemahaman yang lebih untuk dapat berkaitan erat dengan perolehan struktur
menerapkan materi yang diperoleh agar pengetahuan yang terorganisasi dengan
dapat memecahkan permasalahan. Tu- baik dalam memori jangka panjang yang
runan Fungsi merupakan cabang dari merupakan tujuan utama dari teori beban
matematika yang berhubungan dengan kognitif.
aljabar dan trigonometri. Siswa yang Oleh karena itu, guru harus dapat
menjadi kesulitan atau kendala dalam memilih model pembelajaran yang cocok
belajar turunan fungsi aljabar juga dan lebih efektif, yang sesuai dengan
trigonometri adalah memahami konsep materi serta kemampuan peserta didik.
dan meghafal rumus trigonometri. Banyak Model- model yang dapat menunjang
siswa yang tidak paham mengenai konsep pencapaian tujuan pelajaran matematika
turunan fungsi aljabar yang dikaitkan serta model pembelajaran yang lebih fokus
dengan rumus trigonometri. Menurut Lin pada pemecahan masalah dan dapat
& Lin, 2013 juga membuktikan bahwa memfasilitasi peserta didik untuk
jumlah elemen informasi, tingkat membangun sendiri pengetahuannya. Salah
interaksi elemen, dan tingkat operasi satu alternatif model pembelajaran yang
mental merupakan tiga sumber utama bisa mencakup hal tersebut yaitu
beban siswa dalam konfigurasi pe- menggunakan model pembelajaran
mahaman, terutama berkenaan dengan Problem Based Learning (PBL). Problem
konsep pemecahan masalah. Based Learning merupakan suatu konsep
Adanya permasalahan di atas akan pembelajaran yang memusatkan pada
membebani siswa dalam menerima suatu masalah yang sedang dihadapi.
informasi ketika proses pembelajaran Bedasarkan latar belakang di atas,
berlangsung, beban yang diterima siswa didapat rumusan masalah yaitu bagaimana
dalam hal ini menurut Sweller, (2010) pengaruh model pembelajaran Problem
yaitu Cognitive Load. Cognitive Load Based Learning terhadap Cognitive Load
(beban kognitif) dapat didefinisikan Matematis siswa SMA?
Pembelajaran PBL merupakan Menurut Sweller (Sugiman,
pembelajaran yang menekankan kepada 2013:21), memahami suatu materi
keaktifan siswa untuk memecahkan pembelajaran merupakan proses kognitif
yang terjadi secara individu. Informasi
masalah. Guru di dalam kelas sebagai
yang telah dikenali polanya oleh memori
pembimbing mengajukan masalah yang penginderaan dan dipilih untuk diberi
harus mampu menarik minat siswa. makna selanjutnya dikirim ke memori
Selanjutnya, dalam memecahkan masalah pekerja melalui proses selection. Memori
yang diajukan, siswa bertanggung jawab pekerja akan memberi makna informasi
atas pembelajarannya sendiri. Siswa tersebut dengan memanggil (retrieval)
akan menerapkan pengetahuan yang pengetahuan awal yang telah disimpan
di memori jangka panjang. Informasi
dimilikinya, mencari dan mempelajari
yang telah diolah dalam memori pekerja
informasi yang mereka butuhkan, baik dari akan disimpan ke dalam memori jangka
buku, guru, maupun internet. panjang melalui koding (encoding)
Ada beberapa teori-teori belajar yang pengetahuan baru atau dengan meng-
berkaitan dengan PBL antara lain adalah elaborasi (elaboration) atau meng-
teori belajar konstruktivisme dan integrasikan (integration) pengetahu-an
teori Jerome S. Bruner. Dalam baru dengan pengetahuan yang telah ada.
Disisi lain, jika memori jangka
teori belajar konstruktivisme lebih di-
panjang tidak cukup mempunyai peng-
tekankan bahwa guru tidak hanya sekedar
etahuan awal yang menjadi pra-syarat
memberikan pengetahuan kepada peserta
untuk memaknai dengan tepat informasi
didik, tetapi peserta didik harus
yang sedang diolah, maka memori pekerja
membangun sendiri pengetahuan di dalam
akan kesulitan mem-berikan makna dan
benaknya. Dengan kata lain, guru
mengkonstruksi pengetahuan tersebut
mengajar peserta didik menjadi sadar dan
sebagai pe-ngetahuan. Dengan kata lain,
secara sadar menggunakan strategi mereka
memori pekerja kelebihan beban me-
sendiri untuk belajar dan menemukan
mahami permasalahan.
pengetahuannya sendiri. Menurut Hudoyo
Sweller dalam cognitive load theory
(Sutiarso, 2000 :630) menyatakan bahwa
(Sugiman, 2013:21) menyatakan bahwa
belajar matematika itu merupakan proses
proses memahami suatu informasi di-
membangun/ mengkonstruksi pemahaman
pengaruhi oleh tiga macam beban yang
seseorang sesuai dengan kemampuan yang
diakibatkan selama proses pembelajaran,
dimilikinya.
antara lain beban kognitif intrinsik (in-
Adapun tahap pembelajaran PBL
trinsic cognitive load), beban kognitif
sebagai berikut yaitu :
ekstrinsik (extraneous cognitive load), dan
1. Orientasi masalah pada siswa
beban kognitif konstruktif (germane
2. Mengorganisasikan siswa untuk
cognitive load). Instrinsic load berkaitan
belajar
dengan kekompleksan materi pem-
3. Membantu menyelidiki secara
belajaran, extraneous load diakibatkan
mandiri dan kelompok
oleh susunan materi pembelajaran atau
4. Mengembangkan dan
desain instruksional, dan germane load
menyajikan hasil karya
berkaitan dengan proses pengkonstruksian
5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil
informasi menjadi pengetahuan.
pemecahan masalah
Beban kognitif intrinsik ditentukan (2013:22) juga mengemukakan bahwa
oleh tingkat kekompleksan informasi atau penelitian kualitatif dilakukan secara
materi yang sedang dipelajari (Nursit, intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di
2015:44). Beban kognitif intrinsik tidak lapangan, mencatat secara hati–hati apa
dapat dimanipulasi karena sudah yang terjadi, melakukan analisis reflektif
menjadi karakter dari interaktifitas terhadap berbagai dokumen yang di-
elemen–elemen di dalam materi temukan di lapangan, dan membuat la-
(Sugiman,2013:24). Beban kognitif eks- poran penelitian secara mendetail.
trinsik ditentukan oleh teknik penyajian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa
materi yang sedang dipelajari, sehingga kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Kota
beban kognitif ekstrinsik ini dapat Serang semester genap tahun ajaran
dimanipulasi. Menurut Sugiman 2016/2017. Penelitian ini dilakukan dalam
(2013:24), teknik penyajian materi yang beberapa tahapan yakni tahap persiapan,
baik adalah yang tidak menyulitkan tahap pelaksanaan dan tahap akhir
pemahaman, dan akan menurunkan baban kesimpulan.
kognitif ekstrinsik. Beban kognitif
konstruktif adalah beban kognitif yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diakibatkan oleh banyaknya usaha mental
yang diberikan dalam proses kognitif 1. Hasil Skala
yang relevan dengan pemahaman materi Dari 39 siswa yang menjadi sampel
yang sedang dipelajari dan proses penelitian, hanya diambil sembilan orang
konstruksi (akuisisi skema) pengetahuan yang mewakili 3 siswa untuk tingkatan
BKM rendah, 3 siswa untuk tingkatan
(Sugiman, 2013:24). BKM sedang dan 3 siswa untuk tingkatan
Berdasarkan penjabaran di atas, BKM tinggi. Berdasarkan hasil skala
dapat disimpulkan bahwa beban kognitif beban kognitif pada saat penelitian maka
adalah istilah untuk kelebihan kapasitas didapat sembilan siswa yang dijadikan
yang terjadi pada memori pekerja dalam sebagai subjek penelitian sebagai berikut :
memahami suatu informasi yang di-
sebabkan karena kurang atau tidak adanya Tabel 4.1
pengetahuan awal yang menjadi prasyarat Hasil Skala Beban Kognitif Matematis
untuk memahami informasi tersebut di (Cognitive Load Scale)
memori jangka panjang. Beban kognitif Skala Beban Kognitif
yang terjadi di memori pekerja tersebut Matematis
terdiri dari beban kognitif intrinsik, beban Simpulan
Siswa Hasil Interpretasi
kognitif ekstrinsik, dan beban kognitif BKM
Skala Skala
konstruktif. BKM BKM
S-5 53,187 Rendah Rendah
METODE PENELITIAN S-15 54,741 Rendah Rendah
S-32 56,214 Rendah Rendah
Penelitian ini dilakukan bertujuan S-34 57,121 Sedang Sedang
untuk mengidentifikasi pengaruh model S-20 57,603 Sedang Sedang
pembelajaran PBL terhadap beban kognitif S-1 61,528 Sedang Sedang
matematis (cognitive load) siswa SMA. S-35 66,370 Tinggi Tinggi
Metode penelitian yang digunakan adalah S-3 68,437 Tinggi Tinggi
metode penelitian kualitatif. Sugiyono S-4 73,891 Tinggi Tinggi
2. Hasil Observasi Tabel 4.4
Pengamatan dilakukan untuk Hasil Observasi Guru Melakukan
mengetahui bagaimana proses kegiatan Proses Pembelajaran
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan 9 siswa yang menjadi subjek pe-
nelitian dikelas. Pengamatan juga di-
lakukan pada saat siswa mengisi skala
BKM.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Kegiatan
Pembelajaran Siswa

3. Hasil Wawancara
Wawancara terhadap sembilan siswa
dilakukan secara terpisah. Salah satu
tujuan wawancara ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh meng-
gunakan model pembelajaran Problem
Based Learning yang diberikan terhadap
beban kognitif (Cognitive Load) matematis
siswa khususnya bagi siswa yang memiliki
Tabel 4.3 beban kognitif rendah sedang tinggi yang
Hasil Observasi Ketika dijadikan sebagai subjek penelitian.
Siswa Mengisi Skala BKM Wawancara dilakukan setelah pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model PBL.
Dari hasil wawancara dengan siswa
yang memiliki beban kognitif rendah,
secara keseluruhan tiga siswa yang
diwawancarai memahami benar materi
prasyarat sebelum membahas materi
turunan fungsi, menganggap bahwa materi
turunan fungsi termasuk materi yang
mudah walaupun ada beberapa sub materi
yang mereka anggap agak sulit dipahami,
salah satunya pada sub materi turunan
fungsi trigonometri. Dapat memahami
proses pembelajaran yang disampaikan
oleh guru, menjawab dan mengkonstruksi
latihan soal yang diberikan, banyaknya
materi dan tugas yang diberikan dapat
mereka terima dengan baik, tetap fokus
dalam proses pembelajaran. Mereka selalu
meluangkan waktu untuk mempelajari
matematika, karena mereka menyukai digunakan oleh guru didalam kelas
pelajaran matematika. terhadap beban kognitif (cognitve load)
Siswa dengan beban kognitif sedang matematis siswa. Model pembelajaran
masih mengalami sedikit kesulitan dalam yang digunakan didalam kelas merupakan
mengingat materi prasyarat yang telah bagian dari jenis beban kognitif ekstrinsik.
dipelajari sehingga perlu banyak diberikan Beban kognitif ekstrinsik ditentukan
bantuan scaffolding saat proses pem- oleh teknik penyajian materi yang
belajaran berlangsung. Menurut mereka sedang dipelajari, sehingga beban kog-
materi turunan fungsi termasuk materi nitif ekstrinsik ini dapat di-manipulasi.
yang mudah hanya saja pada sub materi Menurut Sugiman (2013:24), teknik
tertentu memerlukan penjelasan yang lebih penyajian materi yang baik adalah yang
jelas oleh guru agar dapat mereka pahami tidak menyulitkan pemahaman, dan akan
dengan baik, terkadang mengalami menurunkan baban kognitif ekstrinsik.
kesulitan dalam mengkonstruksi latihan Model pembelajaran yang akan dibahas
soal yang diberikan, banyaknya materi yakni model pembelajaran Problem Based
yang diberikan dapat mereka terima Learning. Inilah pembahasan mengenai
dengan baik, kurang mampu membagi bagaimana proses pembelajaran dikelas
fokus dalam kondisi kelas yang tidak pada saat menggunakan model PBL.
kondusif. Mereka kurang meluangkan
waktu dalam mempelajari matematika, a. Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah
namun mereka menyukai pembelajaran
matematika. Temuan berdasarkan hasil observasi
Sedangkan pada siswa dengan beban dan wawancara yang dilakukan, pada
kognitf tinggi sangat memiliki kendala tahap ini rata – rata ketiga siswa yang
dalam mengingat materi prasyarat, memiliki BKM kategori rendah terlihat
sehingga mereka mengalami kesulitan sangat bisa mengikuti. Karena mereka
dalam menerima materi baru pada turunan dapat dengan mudah menerima materi
fungsi. Mereka merasa kesulitan dengan serta memahami informasi awal yang
proses pembelajaran yang disampaikan disampaikan oleh guru. Dan pada fase
oleh guru, karena mereka hanya dapat yang sama juga dialami oleh ketiga siswa
memahami materi dengan baik ketika yang memiliki BKM kategori sedang
dijelaskan secara langsung oleh guru. hanya saja pada saat mereka memahami
Sangat kesulitan dalam mengkonstruksi informasi, banyak pertanyaan yang timbul
latihan soal yang diberikan, semakin yang mereka tanyakan kepada guru terkait
banyak materi yang dijelaskan menjadikan masalah yang diberikan. Untuk siswa yang
mereka bingung dalam memahaminya. memiliki BKM kategori tinggi hanya 1
Mereka kurang mampu dalam membagi orang saja yang dapat menerima materi
fokus ketika kegiatan pembelajaran dan berusaha memahami informasi apa
berlangsung. Tidak pernah meluangkan yang disampaikan guru. Sedangkan 2
waktu untuk mempelajari matematika, siswa lainnya hanya dapat menerima
kurang menyukai matematika. materi namun kurang dapat memahami
informasi yang diberikan oleh guru karena
PEMBAHASAN kurangnya pengetahuan awal terkait materi
yang akan dipelajari. Seperti yang
1. Pelaksanaan Pembelajaran meng- dikatakan (Nursit, 2015:45), Pemahaman
gunakan model Problem Based suatu materi dapat mudah terjadi jika ada
Learning (PBL) pengetahuan prasyarat yang cukup dapat
Pembahasan dalam penelitian ini dipanggil dari memori jangka panjang.
adalah untuk membahas bagaimana Jika pengetahuan prasyarat ini dapat hadir
pengaruh suatu model pembelajaran yang di memori pekerja secara otomatis, maka
beban kognitif ekstrinsik akan semakin didapatkan bahwa, bagi siswa yang
minimum. Semakin banyak pengetahuan memiliki BKM kategori rendah pada
yang dapat digunakan secara otomatis, kegiatan ini sangat membantu karena
maka semakin minimum beban kognitif di proses pembelajaran dengan berdiskusi
memori pekerja. Dalam hal ini, kapasitas seperti ini lebih memudahkan mereka
memori pekerja menjadi semakin dalam menyelesaikan permasalahan yang
meningkat. diberikan. Menurut siswa yang memiliki
BKM kategori sedang juga memberikan
b. Fase 2 : Mengorganisasikan siswa pengaruh yang baik, karena dalam proses
untuk belajar pembelajaran ini siswa dituntut untuk
mandiri dalam belajar, ada beberapa teori-
Temuan berdasarkan hasil oservasi teori belajar yang berkaitan dengan PBL
dan wawancara pada fase kedua ini antara lain adalah teori belajar
pengaruh yang diberikan cukup baik pada konstruktivisme dan teori Jerome S.
siswa yang memiliki BKM kategori Bruner. Dalam teori belajar kontruktivisme
rendah, hanya saja menurut salah satu dari lebih ditekankan bahwa guru tidak hanya
mereka kurang menyenangkan karena sekedar memberikan pengetahuan kepada
dirasa tidak kondusif, kebanyakan jika peserta didik, tetapi peserta didik harus
dibuat kelompok tidak semua siswa membangun sendiri pengetahuan di dalam
bekerjasama dengan baik malah banyak benaknya. Dengan kata lain, guru
mengobrol. Bagi siswa yang memiliki mengajar peserta didik menjadi sadar dan
BKM kategori sedang juga demikian secara sadar menggunakan strategi mereka
menurut mereka proses pembelajaran yang sendiri untuk belajar dan menemukan
dibuat berkelompok sangat baik karena pengetahuannya sendiri. Menurut Hudoyo
dalam penyelesain materinya bisa (Sutiarso, 2000 :630) menyatakan bahwa
didiskusikan bersama. Lain hal nya pada belajar matematika itu merupakan proses
fase ini agak berbeda dengan apa dialami membangun/ mengkonstruksi pemahaman
siswa yang memiliki BKM kategori tinggi, seseorang sesuai dengan kemampuan yang
satu orang dari mereka senang dengan dimilikinya. Namun dari ketiga siswa yang
model pembelajaran yang dibuat kelompok diwawancarai salah satunya sama sekali
karena menurut mereka dengan tidak tertarik melakukan kegiatan pada
pembelajaran yang dibuat kelompok, fase ini. Dia mengungkapkan bahwa dia
mereka bisa bekerjasama dalam akan lebih mengerti jika dijelaskan
menyelesaikan masalah namun dua siswa langsung oleh guru, dan menurutnya
yang memiliki beban kognitif tinggi dibuat kelompok justru akan membuat
merasa kurang bisa memahami materi tidak paham. Sedangkan bagi siswa yang
serta informasi apa yang dibahas oleh memiliki BKM kategori tinggi kebanyakan
guru. Dia lebih suka jika dijelaskan secara merasa sangat bingung pada kegiatan di
langsung oleh guru. Karena jika fase ini, karena menurut mereka bagi
berkelompok mereka hanya mengandalkan teman – temanya yang sudah memiliki
teman – teman yang bisa mengerjakan kemampuan matematika baik akan dengan
saja. Tetapi tidak bisa mengerti apa yang mudah menerima serta memahami
telah dipelajari. informasi secara cepat, namun bagi mereka
yang memiliki kemampuan matematika
c. Fase 3 : Membimbing penyelidikan yang rendah itu sangat membebani mereka
individu dan kelompok dalam menerima dan memahami informasi
dengan model pembelajaran seperti PBL.
Temuan yang didapat dari hasil
observasi serta wawancara langsung d. Fase 4 : Mengembangkan dan
kepada sembilan subjek yang diteliti menyajikan hasil karya
Temuan berdasarkan hasil dilakukan semuanya menyenangkan. Bagi
pengamatan yang dilakukan terhadap siswa yang memiliki BKM kategori
siswa BKM kategori rendah, mereka sedang mereka pun bisa mengikuti proses
terlihat sangat aktif dan bekerja dalam ini dengan cukup baik, namun kendalanya
penyusunan laporan hasil diskusi, dan dari jika menemukan penyelesaian masalah
hasil jawaban wawancara yang pernah yang lumayan rumit, mereka akan banyak
diberikan mereka kebanyakan menjawab bertanya kepada guru, sehingga guru harus
dengan adanya kegiatan menyajikan hasil lebih banyak memberikan bantuan berupa
karya, mereka bisa saling bersaing untuk scaffolding untuk mereka. Untuk siswa
bisa mengerjakan hasil dengan baik. Hal yang memiliki BKM kategori tinggi
yang sama pun dijabarkan oleh siswa yang mereka tetap mengikuti fase ini dengan
memiliki BKM kategori sedang. Namun baik namun mereka masih terlihat bingung
pada kegiatan ini berbeda dengan dalam menganalisa proses pemecahan
penjelasan yang diberikan oleh siswa yang masalah. Sedangkan menurut Van Gog et
memiliki BKM kategori tinggi, al (Jalani et al., 2012) bahwa dengan
kebanyakan dari mereka menjelaskan memberikan contoh-contoh solusi
bahwa pada saat penyajian hasil karya ini masalah dalam proses pengajaran
menurut mereka hanya teman – teman nya diharapkan akan menurunkan beban
yang paham lah yang dapat kognitif ekstraneous siswa, karena secara
mempresentasikannya didepan kelas, tidak langsung akan membantu siswa
mereka hanya diam kerena merasa kurang membangun skema solusi masalah.
menguasai materi. Berdasarkan adanya permasalahan di atas
Dalam hal ini yang menjadi masalah akan memberikan dampak beban kognitif
adalah beban kognitif intrinsik siswa yang extraneous yang tinggi bagi siswa
tidak dapat dimanipulasi karena sudah karena beban kognitif extraneous dapat
menjadi karakter dari interaktifitas terbentuk akibat faktor lain dalam
elemen–elemen di dalam materi pembelajaran selain dari materi ajar,
(Sugiman,2013:24). Sehingga, beban misalnya iklim kelas maupun model
kognitif intrinsik ini bersifat tetap. pembelajaran yang diberikan (Sweller,
Beban kognitif intrinsik merujuk kepada 2010). Sehingga dibutuhkan bimbingan
beban yang harus dipikul memori kerja yang intensif terhadap anak yang memiliki
karena karakteristik dari materi yang beban kognitif tinggi untuk mereka dapat
sedang dipelajari. Kasus yang sering mengetahui proses pemecahan masalah,
ditemukan dalam pembelajaran ma- maka diakhir pembelajaran guru dan siswa
tematika yaitu ketika seorang siswa tidak mengevaluasi bersama, baru mereka
menguasai materi yang sedang diajarkan paham dan mengerti.
karena tingkat kesulitannya tinggi
disebabkan pemahaman terhadap materi 2. Pengaruh model pembelajaran
prasyaratnya tergolong rendah. Problem Based Learning terhadap
Beban Kognitif Ekstrinsik matematis
e. Fase 5 : Menganalisa dan mengevaluasi siswa
proses pemecahan masalah
a. Pengaruh model PBL terhadap siswa
Temuan berdasarkan hasil peng- kategori BKM rendah
amatan serta wawancara yang dilakukan,
menurut siswa yang memiliki BKM Temuan berdasarkan hasil observasi
kategori rendah, mereka bisa mengikuti serta wawancara yang dilakukan terhadap
proses menganalisa serta mengevaluasi siswa dengan beban kognitif matematis
pemecahan masalah yang disajikan. Dan kategori rendah merasa sangat mudah
mereka menganggap dari semua fase yang dalam memahami informasi atau materi
yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut kategori BKM sedang
disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya yaitu proses pembelajaran Pengaruh model PBL terhadap beban
yang menyenangkan dari fase – fase yang kognitif ekstrinsik yang dialami oleh
dilakukan pada tahap pembelajaran siswa dengan BKM kategori sedang
menggunakan model PBL. Menurut adalah pada saat menerima dan
mereka model pembelajaran yang memahami informasi yang disampaikan
menggunakan diskusi kelompok lebih baik oleh guru dapat mereka terima dengan
karena mereka dapat berdiskusi dan baik. Proses pembelajaran yang digunakan
menyelesaikan permasalahan terkait materi oleh guru menggunakan model PBL ini
yang sedang dipelajari. Siswa dituntut sangat direspons baik oleh mereka, karena
secara mandiri dalam menyelesaikan menurut mereka proses pembelajaran
pemecahan masalah yang diberikan. menggunakan belajar kelompok sangat
Menurut Bound dan Feletti (Putra, 2013) membantu, mereka bisa saling bertanya,
PBL merupakan gambaran dari ilmu berdiskusi kepada teman dan saling
pengetahuan, pemahaman, dan menyelidiki permasalahan soal yang rumit
pembelajaran yang sangat berbeda diselesaikan. Banyaknya materi yang
dengan pembelajaran subject based diterima dirasa sesuai dengan jumlah
learning. PBL juga merupakan waktu yang diperlukan pada setiap
pembelajaran yang menggunakan masalah pertemuan. Usaha yang mereka lakukan
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi dalam memahami latihan soal serta tugas
siswa untuk belajar tentang cara berpikir yang diberikan tidak terlalu sulit karena
kritis dan keterampilan pemecahan dapat didiskusikan bersama sehingga
masalah, serta memperoleh pengetahuan mengerti bagaimana cara penyelesaiannya.
dan konsep yang esensial dari materi Situasi dan kondisi ruang kelas yang
pelajaran. Terkait dengan banyaknya membuat siswa dengan BKM kategori
materi yang diberikan dan jumlah waktu sedang menjadi tidak nyaman yaitu
yang diperlukan dalam proses keadaan kelas yang gaduh. Selain
pembelajaran. Menurut siswa pada BKM membuat tidak nyaman, keadaan tersebut
kategori rendah, materi yang disampaikan juga membuat siswa kategori sedang
cukup pada setiap pertemuan dan alokasi menjadi kurang berkonsenterasi ketika
waktu yang digunakan tidak melebihi memproses informasi. Keadaan tersebut
waktu pempelajaran. Proses pembelajaran sependapat dengan hasil penelitian yang
menggunakan model PBL ini sangat dilakukan oleh Nursit (2015:51) bahwa
membantu dalam proses pembelajaran dan beban kognitif ektrinsik juga dipengaruhi
penyelesaian permasalah terkait dengan oleh gangguan dari luar, salah satunya
materi pada turunan fungsi. Situasi dan yaitu suasana kelas yang gaduh.
kondisi ruang kelas yang tidak nyaman
biasanya akan membuat siswa menjadi c. Pengaruh model PBL terhadap siswa
terganggu pada saat memproses informasi BKM tinggi
materi pembelajaran. Namun, lain halnya
dengan siswa yang memiliki BKM Berdasarkan hasil penelitian,
kategori rendah tetap justru merasa nyaman pengaruh model PBL terhadap beban
dan tidak terganggu dalam situasi dan kognitif ekstrinsik yang dialami oleh
kondisi ruang kelas yang gaduh ini. siswa dengan BKM kategori tinggi adalah
Mereka tetap dapat berkonsenterasi ketika sebagai berikut: Pada saat menerima dan
menerima dan memproses informasi dari memahami informasi siswa kurang dapat
guru. memahami secara mandiri sehingga
mereka masih harus diberikan penjelasan
b. Pengaruh model PBL terhadap siswa secara rinci oleh gurunya langsung. Proses
pembelajaran yang dilakukan kurang menganggu fokus dan membuat siswa
diminati oleh siswa karena dengan diberi tidak dapat berkonsentrasi. Uraian di atas
permasalahan dan diminta untuk juga sejalan dengan hasil penelitian yang
berkelompok malah makin membuat dilakukan oleh Nursit (2015:51) bahwa
mereka tidak paham mengenai materi beban kognitif ektrinsik juga dipengaruhi
turunan fungsi, hanya beberapa teman oleh gangguan dari luar, misalnya yaitu
yang paham saja yang bisa suasana kelas yang gaduh, siswa berbicara
mengerjakannya sedangkan siswa yang dengan teman lain di luar topik yang
memiliki BKM tinggi tidak bisa sedang dibahas, keadaan meja atau kursi
melakukan kegiatan apapun selain sibuk yang kurang nyaman, pikiran siswa di
sendiri. Banyaknya materi dan jumlah luar materi yang sedang dibahas seperti
waktu yang lama dalam proses memikirkan rencana berpergian setelah
pembelajaran juga malah semakin pulang sekolah, memikirkan tentang janji
membebani mereka, karena menurut bertemu seseorang, dll.
mereka materi matematika adalah materi
yang sulit sehingga jika dari awal sudah KESIMPULAN
diberi permasalahan, mereka akan
menganggap materi itu sulit dipahami 1. Pengaruh model pembelajaran
ditambah dengan waktu belajar yang lama. Problem Based Learning (PBL) pada
Nursit (2015:50) juga menjelaskan bahwa siswa BKM kategori rendah
beban kognitif ekstrinsik adalah beban
kognitif yang harus diminimalisir dalam Pengaruh model PBL terhadap siswa
proses pembelajaran. Kognitif tersebut yang memiliki beban kognitif matematis
muncul pada siswa ketika guru rendah adalah baik karena siswa dapat
menyajikan materi. Beban kognitif dengan mudah menerima serta memahami
ekstrinsik yang diemban siswa terdiri dari materi yang disampaikan oleh guru, siswa
faktor bahasa yang digunakan guru mampu mengikuti proses pembelajaran
dalam pembelajaran, ucapan guru yang dan memiliki fokus yang baik saat belajar.
saat bertanya atau memberikan informasi Pembelajaran dengan model PBL cocok
kurang jelas atau fasih, waktu yang jika diterapkan pada kategori rendah
digunakan untuk memberikan materi lebih
lama, serta gangguan dari luar saat 2. Pengaruh model pembelajaran
pembelajaran berlangsung. Problem Based Learning (PBL) pada
Dari hasil temuan pada ketiga siswa siswa BKM kategori sedang.
yang memiliki BKM kategori tinggi ini
dapat disimpulkan bahwa model Pengaruh model PBL terhadap siswa
pembelajaran menggunakan model PBL yang memiliki beban kognitif matematis
ini malah semakin membebani mereka, sedang adalah cukup baik karena siswa
karena yang mereka inginkan adalah sudah mampu mengikuti proses
penjelasan materi langsung yang pembelajaran, namun untuk memahaminya
disampaikan oleh guru. Usaha dalam dibutuhkan penyampaian yang lebih rinci
memahami latihan soal serta tugas yang oleh guru yakni berupa bantuan
diberikan oleh guru pun jadi agak scaffolding dan memiliki fokus yang
terhambat karena pada pelaksanaan berbeda – beda setiap anaknya tergantung
pembelajarannya mereka tidak dapat dari kondisi kelas saat belajar.
mengikutinya dengan baik. Ditambah Pembelajaran dengan model PBL cukup
dengan situasi dan kondisi ruangan kelas tepat jika diterapkan pada kategori ini
yang dapat mempengaruhi fokus ketika
pembelajaran berlangsung, situasi dan
kondisi yang kelas gaduh sangat
3. Pengaruh model pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
Problem Based Learning (PBL) pada
siswa BKM kategori tinggi Azwar, S. (2012). Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Pengaruh model PBL terhadap Hadi, & Bambang S. ( 2015). Matematika
siswa yang memiliki beban kognitif Dinilai Dapat Membantu Se-
matematis tinggi adalah kurang baik lesaikan Masalah Kehidupan.
karena siswa kurang mampu mengikuti Antara News Jogja Online.
proses pembelajaran yang disampaikan Hudojo, H. (2005). Pengembangan
oleh guru, menurut mereka akan lebih Kurikulum dan Pembelajaran
mengerti jika dijelaskan secara langsung Matematika.Malang: UM Press.
dan mereka memiliki fokus yang sangat Jalani, N.H. & Serin, L.C. (2012).
kurang saat belajar. Pembelajaran dengan Beban Kognitif Dalam Pem-
model PBL kurang cocok jika diterapkan belajaran Berasaskan Masalah.
pada kategori ini. Proceedings of 2012 World
Congress, 26-36.
SARAN Kayulga, S. (2010). Cognitive Load
Theory: Schema Acquesition and
Teori beban kognitif yang dikemukakan Source of Cognitive Load.
oleh Sweller dapat menjadi masukkan Cambridge: Cambridge University
untuk dapat diterapkan guru ketika Lin, J. J., & Lin, S. S. J. (2013). Cognitive
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) load for configuration comprehension
berlangsung. Di dalam pelaksanaannya, in computer-supported geometry
model pembelajaran yang sejalan dengan problem solving: an eye movement
teori beban kognitif adalah pembelajaran perspective, (November 2013), 605–
kontekstual karena pembelajaran ini 627.
mendorong siswa untuk dapat membuat Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan
hubungan antara pengetahuan yang Dalam Proses Belajar
dimilikinya dengan penerapan dalam Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta :
kehidupan nyata. Artinya siswa diminta Bina Aksara.
untuk dapat mengkontruksi pengetahuan Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual
yang didapatkannya sebelumnya (yang (Contextual Teaching and Learning).
telah disimpan dalam memori jangka Jakarta: Depdiknas Dirjen
panjangnya ) dengan masalah matematis Dikdasmen.
yang dihadapkan padanya. Pembelajaran Nursit,I.(2015). Pembelajaran Matematika
kontekstual ini juga dipilih karena sifatnya Menggunakan Metode Discovery
yang fleksibel dapat diterapkan di Berdasarkan Teori Beban Kognitif.
kurikulum apa saja, apalagi kurikulum Malang : Jurnal Pendidikan
2013 yang mengedepankan pem- Matematika vol. I, No. 1, Februari
belajaran yang berpusat pada siswa, agar 2015, Hal. 42 – 52.
siswa lebih aktif. Teori beban kognitif Paas, F., & Gerven, P. W. M. Van. (2003).
Sweller menyebutkan bahwa dengan Cognitive Load Measurement as a
mengelola beban kognitif intrinsik, Means to Advance Cognitive Load
mengurangi beban kognitif ekstrinsik, dan Theory, 38(1), 63–71.
meningkatkan beban kognitif konstruktif Plass, J.L., Kalyuga, S., & Leutner, D.
peserta didik, proses pengolahan informasi (2010). Cognitive Load Theory:
pada peserta didik dapat menjadi lebih Individual Differences and
efektif, sehingga proses pembelajaran juga Cognitive Load Theory, Dalam Plass
lebih efektif. J.L., Moreno R., & Brünken, R.
(eds.). Cognitive Load Theory.
Cambridge: Cambride University Sugiman dkk. (2013). Pengembangan
Press. Laboratorium Pendidikan
Putra, S. R. (2013). Desain Belajar Matematika Virtual : Adaptive E-
Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Learning dan Cognitive Load
Jember: Diva Press. Theory. Laporan Tahunan Hibah
Rahmat, A. dan Anna F. H. (2014). Beban Bersaing UNY.
Kognitif Mahasiswa dalam Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pembelajaran Fungsi Terintegrasi Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Struktur Tumbuhan Berbasis Belajar. Bandung: Alfabeta.
Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 20, No 1 Suherman, E. (2003). Evaluasi
Rahmat, A. (2014). Efektivitas Pembelajaran MAtematika.
Pembelajaran Two Stay Two Stray Bandung: JICA Universitas
dalam Upaya Menurunkan Beban Pendidikan Indonesia.
Kognitif Sesuai Gaya Belajar Siswa Suparno, P. (1997). Filsafat
The Effectiveness of Learning Two Konstruktivisme Dalam Pendidikan.
Stay Two Stray to Reduce Cognitive Yogyakarta : Kanisius.
Load Accordance Student Learning Sutiarso, S. (2000). Strategi Efektif
Styles. Jurnal Pendidikan Biologi. Meningkatkan Aktivitas Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam Pembelajaran Matematika.
Rahmawati, E. (2010). Efektifitas Model Prosiding Konperensi Nasional
Pembelajaran Problem Solving Matematika X IT, 17-20 Juli 2000.
dalam Materi Sistem Persamaan Sweller, J. (2010). Cognitive Load Theory:
Linear Dua Variabel di Kelas VIII Recent Theoretical Advances, Dalam
MTsN Tanjung Tani Prambon Plass J. L., Moreno R., & Brünken,
Nganjuk Tahun Pelajaran R. (eds.), Cognitive Load Theory.
2009/2010. Skripsi Institut Agama Cambridge: Cambride University
Islam Negeri Wali Songo, Semarang. Press.
Retnowati, E. (2008). Keterbatasan Yohanes B., Rudi S. (2010). Teori
Memori dan Implikasinya dalam Vygotsky dan Implikasinya
Mendesain Metode Pembelajaran Terhadap Pembelajaran
Matematika. Universitas Negeri Matematika. Jurnal Widya Warta
Yogyakarta. No. 02 Tahun XXXIV / Juli 2010
Rusman. (2011). Model – Model ISSN 0854-1981.
Pembelajaran: Mengembangkan Zulaiha, R. ( 2008). Analisis Soal
Profesionalisme Guru. Jakarta. secara Manual.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan
Jenis, Metode, dan Prosedur.
Jakarta: Prenada Media Group
Satori, D. dan Aan K. (2009).
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Slavin, R. E. (2003). Educational
Psychology: Theory Into
Practice. Fourth Edition.
Massachusetts: Allyn and Bacon
Publishers.
Subanji. (2015). Teori Kesalahan
Konstruksi Konsep dan Pemecahan
Masalah Matematika. Malang:
Universitas Negeri Malang.

También podría gustarte