Está en la página 1de 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya
mengalami peningkatan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang
dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995
menunjukkan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita
gangguan kesehatan jiwa. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini, data tersebut
dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak-gejolak lainnya diseluruh
daerah. Bahkan masalah dunia internasionalpun akan ikut memicu terjadinya peningkatan
tersebut.
Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah
kesehatan lainnya yang ada dimasyarakat. Kesehatan Jiwa masyarakat (community
mental health) telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang
dihadapi semua negara.
Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak
modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan
kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung
namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban
bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dari data tersebut diatas,
kami tertarik untuk membahas masalah kesehatan jiwa masyarakat sebagai judul makalah
kami.
B. Tujuan
a. Umum
Agar mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan jiwa.
b. Khusus
Agar mahasiswa dapat memahami:
1. Apa itu keperawatan kesehatan jiwa.
2. Peran dan fungsi perawat dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa.

1
3. Prinsip keperawatan kesehatan jiwa
4. Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri (copping mechanism) , consep
stress related to mental disorders.
5. Trend dan isu keperawatan kesehatan jiwa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
B. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga,
tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah
diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. Sertifikasi
adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki
pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan
memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa
pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang
keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit
psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun, dengan
adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang
asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi
yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian, perawatan
residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.

3
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home,
hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, shelter,
nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care,
dan organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
1) Aktivitas asuhan langsung
2) Aktivitas komunikasi
3) Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan
dalam domain praktik yang tumpang tindih ini. Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam
tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan
lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua
perawat berperan serta pada semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
a. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
b. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan
keluarga yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat
menimbulkan sakit.
c. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi,
mengakses, menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan
perbaikan bagi individu dan keluarga.
d. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan
kelompok untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas
termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling
tepat.
e. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh
gangguan jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
f. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah
psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
g. Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan
pasien, keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.

4
C. PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a. Prinsip Keperawatan Jiwa
1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar
yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan
individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap
individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar
tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap
individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua
perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran,
perasaan dan tindakan.
2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya
dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan
dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar
dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak
untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik.

5
D. BENTUK-BENTUK MEKANISME PERTAHANAN DIRI
1. Represi (Repression)
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan, impuls-impuls
pikiran, kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya,
disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar.
Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai atau
menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak sadar. Repression yang terus menerus
akan menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”
2. Kompensasi (Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada mengejar suatu tujuan,
dengan usaha yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk mengatasi rasa kekurangan
yang sebenarnya atau yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik atau karena frustrasi dalam
suatu bidang, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang yang lain (kompensasi
berlebihan). Kompensasi dilakukan terhadap perasaan kurang mampu (inferior).
3. Konversi (Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional memperoleh ekspresi luar melalui manifestasi
motorik, sensoris, somatik.
4. Penyangkalan (Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan kenyataan yang menimbulkan sakit
dan rasa cemas, dengan secara tidak sadar menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal
itu mungkin berupa suatu pikiran, keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal
realitas yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu, atau cemas.
5. Memindahkan (Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi2 yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah
ideide, objek-objek, atau orang lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi
terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.

6
6. Disosiasi (Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah. Mekanisme
dimana suatu kumpulan proses-proses mental dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran
dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari
ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia.
7. Fantasi (Fantasy) atau Khayalan (Image)
Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan berkhayal untuk memberikan
pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaianpencapaian
kenikmatan yang bersifat khayal atau mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa.
8. Identifikasi (Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan
dirinya serupa dengan orang lain (tabiat-tabiatnya meniru orang lain). Menambah rasa
harga diri dengan menyamakan harga dirinya seperti seorang atau suatu hal yang
dikaguminya.
9. Introyeksi (Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur egonya sendiri, semua atau
sebagian dari kepribadiannya sendiri.
10. Negativisme (Negativism)
Proses perlawanan yang aktif atau pasif terhadap permintaan-permintaan yang ditujukan
kepada seseorang. Negativisme aktif kalau seseorang berbuat kebalikan dari apa yang
diminta darinya. Negativisme pasif kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan dari
padanya.
11. Proyeksi (Projection)
Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-
tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada
orang lain. Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.
12. Rasionalisme (Rationalization)
Mekanisme dimana seseorang membenarkan tingkah lakunya yang tidak konsekuen dan
tidak baik. Termasuk membenarkan kepercayaan, keterangan, alasan-alasan (motivasi)
dengan memberikan penjelasan dan keterangan baginya. Berusaha untuk membuktikan

7
bahwa perbuatannya (yang sebenarnya tidak baik) dianggap rasional adanya, dapat
dibenarkan, dan dapat diterima.
13. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Proses dimana seseorang mengambil kedalam struktur egonya sendiri, semua atau
sebagian dari suatu objek, yang kemudian dianggap sebagai suatu unsur dari
kepribadiannya sendiri. Supaya tidak menuruti keinginannya yang jelek, maka sebagai
penghalang diambil sikap atau perilaku yang sebaliknya.
14. Regresi (Regression)
Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam
adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan).
Keadaan seorang yang kembali ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang
matang dalam adaptasi.
15. Sublimasi (Sublimation)
Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan
menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak2 yang
tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.
16. Menghapuskan (Undoing)
Mekanisme dimana seseorang secara simbolis melakukan kebalikan sesuatu yang telah
dikerjakannya, atau pikiran yang tidak dapat diterima oleh egonya dan masyarakat. Dia
secara simbolis menghapus pikiran, perasaan, atau keinginan yang tidak dapat diterima
egonya atau masyarakat.
17. SimpatismeBerusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan berbagai
kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan-kesulitan lainnya. Bila ada yang
menyatakan simpati kepadanya maka rasa harga dirinya diperkuat, biarpun ada
kegagalan.
E. TREND DAN ISU KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
1. Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa
Terdapat beberapa trend peningkatan masalah kesehatan jiwa sebagai berikut :
a. Meningkatnya kasus di era globalisasi
b. Beban hidup yang semakin berat
c. Tidak mengenal status sosial

8
d. Kasus neurosis pada anak dan remaja (trauma fisik dan non fisik)
e. Perubahan sosekonomi cepat, situasi politik tidak menentu makin tinggi angka
pengangguran , kemiskinan , kejahatan, meningkatkan kejadian krisis dan gangguan
jiwa
2. Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi, Penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas,
juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Klien gangguan jiwa dari kalangan
menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress dan ada juga
kasus mereka yang mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.

3. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri


Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara
global, harus fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas
(community based care) yang memberi penekanan pada preventif dan
promotif. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, perlu
peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi
pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan
jiwa. Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber,
yang dalam hal ini masih mengacu pada Negara-negara Barat terutama Amerika, maka
perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang didapatkan dari
luar.
4. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi
Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat psikotropika
yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat tidak
terbatas di RS, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus
pada pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan hospital based care menjadi community
based care. Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan diri dalam community
mental health, dengan 3 kunci utama :

9
1. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan
perawat dengan profesi lain di komunitas.
2. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
3. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi
kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan
pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik
dlm jumlah maupun kualitas.
5. Issue Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri
Pelayanan keperawatan mental Psikiatri, kurang dapat dipertanggung jawabkan karena
masih kurangnya hasil hasil riset keperawatan Jiwa Klinik. Perawat Psikiatri, kurang siap
menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang rendah dan belum adanya licence untuk
praktek yang diakui secara internasional. Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan
pendidikan dan pengalaman sering kali tidak jelas “Position description.” job
responsibility dan sistem reward di dlm pelayanan. Menjadi perawat psikiatri bukanlah
pilihan bagi peserta didik (mahasiswa keperawatan).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantanganhidup, dapat menerima orang lainsebagaimana adanya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa masyarakat (Community
Mental Health) merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang dilaksanakan di
masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan
preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. (Kep MenKes No. 220).
Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model
keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa, terapi
aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.

B. Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam
penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa yang ada
serta upaya penanganannya dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna; Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta:
EGC.
Stuart, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

12

También podría gustarte