Está en la página 1de 59

BAB I

A. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang


batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas
yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid
sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas
yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja
sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa
dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia
belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia
juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya
dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan
yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena
kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik
bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua a lasan
yaitu : pertama, pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah
diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut
untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut
untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru,
sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan
tersebut.

Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang mengerti tujuan
hidup, memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan
kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan terus menerus memperbaiki diri.
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan
sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan,
dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang
pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual.
Kecepatan perkembangan tersebut adalah fisik 3, intelektual 20%, emosional
30%, dan spiritual 15%

A. TUJUAN
Tujuan Umum :
Pemahaman tentang konsep remaja dan asuhan keperawatan pada
kelompok remaja dalam tatanan komunitas
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui konsep usia remaja
2. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada kelompok remaja di
komunitas
3. Mengetahui perumusan plan of action pada asuhan keperawatan
kelompok remaja di komunitas

B. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Memahami konsep pemberian asuhan keperawatan pada kelompok
remaja di komunitas
2. Bagi Pembaca
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang konsep remaja
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberi gambaran dan kerangka acuan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada kelompok remaja di komunitas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PADA AGREGAT REMAJA

I. Konsep Dasar
A. Pengertian Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di
mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remaja menurut
WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah
maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Istilah adolesens
biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan
hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang
muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk
menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu
mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami
perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh karenanya, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau
kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-
KJM,2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan
manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak
terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal
keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan
untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada
akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau
sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan
sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia
belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang
sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak
memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan
sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap
mandiri dan dewasa.
1) Karakteristik Masa Remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki
karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode
perkembangan lainnya. Menurut Aulia (2006) rinciannya adalah
sebagai berikut:
a) Masa remaja adalah periode yang penting
Periode ini dianggap sebagai masa penting karena
memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa
yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki
dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis
individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang
cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk
bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya
menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.
b) Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan
sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola
perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan
meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan
dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak
jelas mengani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya,
pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka
mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya,
namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku
seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku
terlalu dewasa untuk usianya.
c) Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung
secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi
terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat.
Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode
ini yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang
menyertai kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan
peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah
baru, (4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi
pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja merasa
ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.
d) Masa remaja adalah usia bermasalah
Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk
ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini
disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anak-anak
paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau
guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut
untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang
tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam
menyelesaikan persoalan tersebut.
e) Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya
memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari
identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku
sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara
remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan
simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya
yang dapat dilihat oleh orang lain.
f) Masa remaja adalah usia yang ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri
dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak
masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka
berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu
sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan
meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan
masalahnya.
g) Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup
secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang
lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia
sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang
tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi
keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka
akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak
dapat mereka capai.
h) Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap
dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype
remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati
dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti
orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan
status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan
obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
B. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja
1. Perubahan Fisik Masa Remaja
a) Tinggi badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia
17/18 tahun dan bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usia
tersebut.
b) Berat badan
Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan
perubahan tinggi badan, hanya saja sekarang lebih menyebar ke
seluruh tubuh.
c) Proporsi tubuh
Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya.
Misal : badan lebih lebar dan lebih kuat.
d) Organ seksual
Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran
dewasa pada periode remaja akhir, namun fungsinya belum
matang sampai dengan beberapa tahun kemudian
e) Karakteristik sex sekunder
Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan
pada level dewasa pada periode remaja akhir.
2. Emosionalitas Masa Remaja
Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi
perubahan dalam emosionalitas remaja yang cukup mengemuka,
sehingga ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari perubahan
pada aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa “storm
and stres” dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang
dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal.
Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol
dan nampak irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku
emosional pada setiap usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14
tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan meledak
secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya
mereka mengatakan tidak terlalu merasa khawatir.
Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka
diperlakukan seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan
tidak adil. Ekspresi kemarahannya mungkin berupa mendongkol,
menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang juga
cukup mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap
mereka yang memiliki materi lebih.
3. Perubahan Sosial pada remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa
remaja adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan
terhadap jenis kelamin yang berlainan dalam suatu relasi yang
sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar
keluarga dan lingkungan sekolah.
Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu
mereka di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka,
sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh
terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku
remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya
perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual,
mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi
menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat
dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain
itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru
dalam memilih teman, dimana sekarang remaja lebih memilih yang
memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, bisa memahami dan
membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai
hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada
masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai
seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.
4. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remaja
Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis
dan sosial pada remaja yang sangat cepat dan drastis menuntut
remaja tersebut untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan
tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya.
Pada kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan
perubahan tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian
diri yang salah pada remaja :
a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan sekolah.
b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas
dirinya.
c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus
menyesuaikan dengan standar kelompok.
d. Homesickness
e. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk
mengkompensir ketidakpuasan dari kehidupan sehari-hari.
f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal,
misalnya ngompol, ngamuk pada saat marah dan lain-lain.
g. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti
rasionalisasi, proyeksi, fantasi, dan displacement.

C. Masalah Kesehatan Spesifik pada Remaja


1. Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan
yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-
orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam
rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok
adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap
perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang
lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat
tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat
dengan kelompoknya. Penyebab remaja merokok, antara lain :
a) Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-
anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan
rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,
Pengantar psikologi, 1999:294).
b) Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak
remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-
temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari
fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama
remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-
teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non
perokok (Al Bachri, 1991).
c) Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa,
membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian
yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk
rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor
tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi
pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah (Atkinson,1999).
d) Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang
kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu
untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus
penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah
20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.
a) Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Aditif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan
dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup,
maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau
perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis
narkotika adalah :
1) Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu,
jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina,
tanaman ganja, dan damar ganja.
2) Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina,
serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang
mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang- Undang
No. 5/1997).
Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK),
Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis
Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah
bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat
dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat
mengganggu sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan
untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan,
mulai dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing
status social, ingin melupakan persoalan maka narkoba kemudian
disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut
juga dengan kecanduan
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan
narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di
kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan
narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama
dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
b) Alkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun
dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan.
Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda,
misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15%
alkohol) dan minuman keras yang biasa disebut dengan spirit
(35 – 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai
dalam 30 – 90 menitsetelah diminum.
Pengaruh alkohol terhadap tubuh (fisik dan mental)
bervariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1) Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
2) Usia, berat badan, dan jenis kelamin
3) Makanan yang ada di dalam lambung
4) Pengalaman seseorang minum-minuman beralkohol
5) Situasi dimana orang minum-minuman beralkohol
Tabel1. Pengaruh Alkohol pada Perilaku
Pengaruh alkohol pada perilaku
Konsentrasi alkohol dalam Pengaruh yang ditimbulkan
darah
Perasaan Sampai dengan 0.50 g% • Banyak bicara

segar (well- • Santai


Risiko 0.05 – 0.08 g % • Banyak bicara
being) • Lebih percaya diri
Rendah • Bertindak dan lebih
merasa percaya diri
• Berkurangnya kemampuan
untuk berfikir dan bergerak
• Berkurangnya rasa malu
Risiko 0.08 – 0.15 g % • Bicara cadel
Sedang • Berkurangnya
keseimbangan dan
koordinasi tubuh
• Refleks menjadi lambat
• Penglihatan kabur
• Emosi yang labil
Risiko tinggi 0.15 – 0.30 g % • Tidak dapat berjalan
•tanpa
Mual, muntah - muntah
3. Remaja dan Penyimpangan Seksual
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah
diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi
anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan". Namun tidak
semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu
saja ada yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus ke
pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu
masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya
penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa
remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri
seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja
yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik
elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap
perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait
dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah
masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan.
Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi
yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua
pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi
kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah
sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan
dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari
lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung
mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika
karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian
pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani
remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi
secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani
sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak
sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk
rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan
budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya,
perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas,
ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk
mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan
juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang
mengidap HIV/AIDS.
4. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolesens
(sekitar 70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang merupakan
penyebab umum terbanyak, mengakibatkan hamper setengah kematian
pada usia 16 sampai 19 tahun (Edelmen da Mandel, 1994). Kecelakaan
ini sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan
obat.
5. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens
usia antara 15 dan 24 tahun (Hawton, 1990); kecelakaan dan
pembunuhan merupakan penyebab utama. Depresi dan isolasi social
biasanya mendahului usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai
akibat dari kombinasi beberapa factor.

D. Remaja dan Perilaku Hidup Sehat


Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang mengerti
tujuan hidup, memahami faktor penghambat maupun pendukung
perkembangan kematangannya, bergaul dengan bijaksana, dan terus
menerus memperbaiki diri. Dengan demikian remaja dapat diharapkan
menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui
dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja
harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap
remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan
perkembangan tersebut adalah fisik 3, intelektual 20%, emosional 30%,
dan spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya
berkembang tidaksama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah
yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta
hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina.
Kadang-kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa,
orang lain dianggap sebagai orang tua, teman. Hubungan dirinya dengan
orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter demokratis
2. Tertutup terbuka
3. Formal informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam perjalanan menuju"
Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada
dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa.
"Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:
1. Fisik yang kuat
2. Emosi yang cepat tersinggung
3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang
4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya
kadang-kadang saja dipakai.
"Dalam perjalanan menuju" yang paling penting diketahui oleh
remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :
a. Menuju fisik yang ideal
b. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh
c. Menuju cara berfikir dewasa
d. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan
bersifat tatakrama
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client
pada kelompok remaja :
1. Data inti, terdiri dari :
a) Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi
perilaku remaja, semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah,
semakin melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah tersebut
pada diri remaja.
b) Demografi
c) Vital statistik
1) Kelahiran
2) Mortalitas :
a. Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS kelompok usia
15-19 berjumlah 151 orang (4,14%) ; 19-24 berjumlah 930
orang (25,50%)
b. Bukan karena penyakit :
1) Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data
Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu
lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun
2) Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun
mempunyai 2-5 kali resiko kematian ketika persalinan
dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25
tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun
faktor lain. Ahmad (2004) dari laporan Save the
Children : 1 dari 10 persalinan dialami oleh ibu yang
masih anak2, berusia 11-12 tahun menyebabkan
komplikasi kehamilan dan persalinan membunuh
70,000 remaja puteri tiap tahun
3) Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 :
a. Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja
antara lain : fraktur karena trauma, penyakit kulit, tipoid,
penyakit infeksi, DBD, dan lain-lain.
1) HIV/AIDS kelompok usia 15 - 19 berjumlah 151 orang
(4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%).
2) Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia
dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana
70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun
3) Penyakit menular seksual (PMS) sepertiga dari infeksi
PMS di Negara-negara berkembang terjadi pada mereka
yang berusia 13-20 tahun.
b. Bukan karena penyakit
1) Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia
PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia
mencapai 30 ribu orang per tahun
2) Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan
yang tidak diinginkan. Survey di Negara-negara
berkembang hamper 60 % kehamilan dibawah usia 20
tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan
pendidikan formal pada tahun 2006, SLTP dan SLTA
menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD
dengan 8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus
(anonim,2007)
d) Tipe Keluarga
Remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara lain : orang
tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh dan
tidak punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan
ekonomi yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di
atas rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi
pembentukan kepribadian remaja.
e) Status perkawinan
Sebagian besar remaja belum menikah namun ada pula remaja
yang sudah menikah.
f) Kelompok etnis :
1) Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada gadis di
bawah usia 14 tahun masih sangat umum
2) Beberapa budaya menyatakan bahwa pria muda diharapkan
mendapatkan pengalaman pertama kali melakukan hubungan
seksual dengan pekerja seks komersil (PSK)
3) Di negara berkembang kehidupan remaja jalanan memaksa
mereka melakukan “survival sex” yakni menukar seks untuk
memperoleh uang, makanan, jaminan keamanan maupun obat
terlaran
4) Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara
tertentu sebagai bentuk perayaan
g) Nilai dan keyakinan :
1) Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja kebanyakan
dijual oleh orangtua mereka sendiri untuk biaya hidup anggota
keluarga yang lain
2) Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya dan
pengaruh teman yang sesama perokok meyebabkan tingginya
jumlah perokok remaja di Indonesia
3) Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan, kejantanan dan
keglamoran
2. Komponen sub sistem
a. Lingkungan fisik
Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan
a) Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor
memungkinkan remaja lebih banyak melakukan kegiatan
negatif
b) Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja
berinteraksi dengan baik dengan tetangga
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :
a) Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid,
warung-warung pinggir jalan dan lain-lain
b) Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur
sekolah
c) Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji,
kursus, dan lain-lain), negatif (merokok, mencoba narkoba,
tawuran, berkelahi, membolos, nongkrong, minum alkohol,
free sex, dan lain-lain)
5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang
menyebabkan sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya
ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan
6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat
pelayanan KRR di sekolah (meliputi : informasi akurat PMS,
kontrasepsi, keterampilan remaja menghadapi tekanan
kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja),
pelatihan kader remaja untuk menjadi edukator dan pemberi
dukungan
7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di
mall, pasar, pusat perbelanjaan
8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura
9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi
10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman
11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen
dan anak jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi
ekonomi yang sulit dan bahkan ada remaja yang kabur dari
rumahnya karena perseteruan denagn orang tua sehingga
menjadi glandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :
1) Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu
remaja
2) Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang
berhubungan dengan gender, kekerasan, perilaku seksual
bertanggung jawab dan PMS
c. Ekonomi
1) Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki
penghasilan sendiri dan masih bergantung pada orang tua.
Namun ada sebagian remaja yang mempunyai pekerjaan
sehingga mempunyai penghasilan sendiri, namun kebanyakan
penghasilan tersebut hanya digunakan untuk menambah uang
saku.
2) Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki
pekerjaan karena mereka masih sekolah. Namun, ada pula
remaja yang putus sekolah (kebanyakan karena masalah
ekonomi) dan memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa
dilakukan oleh remaja antara lain, berjualan kue, koran,
pelayan restoran, mengamen, bahkan banyak pula remaja yang
menjadi PSK, dan lain-lain.
d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh
remaja adalah sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil
dan sepeda mini. Dan sering pula remaja kurang memperhatikan
keamanan dirinya karena sering mengebut saat mengendarai
kendaraaan mereka.
e. Politik dan pemerintahan
Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja,
antara lain : Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKS
f. Komunikasi
1) Komunikasi formal : Koran, Radio, TV
2) Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang
narkoba, free sex, merokok), internet
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD,
SMP, dan SMA. Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-
sekolah untuk kesehatan remaja. Selain itu pendidikan KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja) telah dilakukan atas dukungan
Depkes dan WHO di sekolah dan lembaga pendidikan.
h. Rekreasi :
1) Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan
baik yang positif maupun negatif. Positif : kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah, les pelajaran tambahan, les minat
dan bakat, mengaji di masjid, dan lain-lain. Negatif :
nongkrong sampai malam, main game sampai larut malam
2) Media hiburan yang digunakan remaja, misalnya mall, tempat
rekreasi, pusat perbelanjaan, warnet, dan lain-lain.

3.1 Diagnosa Keperawatan


Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :
a) Penggunaan NAPZA di kalangan remaja
b) Resiko penyimpangan seksual
c) Resiko tinggi konflik keluarga
d) Resiko terjadi kenakalan pada Remaja
e) Gangguan citra tubuh
f) Perilaku destruktif
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan
h) Depresi
i) Nutrisi kurang/lebih
j) Resiko cedera
k) Kurang Perawatan diri
l) Kurang pengetahuan
Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :
1) Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja di RT X RW Y
Kelurahan Z Surabaya berhubungan dengan
a. kurangnya kasih sayang dari orang tua
b. dasar-dasar agama yang kurang
2) Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW X kelurahan X Surabaya
berhubungan dengan :
a. Kurang pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang dan masalah-
msalah kenakalan remaja dan akibatnya.
b. Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatesiko cedera
pada remaja di di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya kebut-kebutan
dijalan raya
3) Potensial dukungan LSM di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya untuk
memaksimalkan potensi yang dimiliki remaja
3.2 Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan
remaja
Intervensi yang dilakukan :
a) Pada Klien :
Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah
ketergantungan
Intervensi :
1. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan
2. Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang
dapat memberi pengaruh yang buruk
3. Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan
4. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam
kelompok
5. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
b) Pada Keluarga :
Tujuan :
- Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
- Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
- Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA
- Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
Intervensi :
1. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga
2. Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam merawat
klien
3. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau
keterganungan zat (tanda gejala, penyebab, akibat) dan tahapan
penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi)
4. Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS
5. Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar
terbuka pada keluarganya
6. Memperhatikan pergaulan klien
7. Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja
dan tugas perkembangan remaja
c) Pada Masyarakat :
Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai
keadaan klien yang sedang menjalani proses rehabilitasi
Intervensi :
1. Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi pasien
NAPZA ketika sudah kembali di masyarakat
2. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya
3. Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja
dalam karang taruna
4. Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan
tentang penggunaan NAPZA dan akibatnya
2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual
Intervensi yang dilakukan:
a) Pada Klien :
Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksual
Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari
free sex bagi kehidupan sosial
3) Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman
yang dapat memberi dampak yang buruk
4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang
perasaannya
5) Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang
akan dilaluinya
6) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial,
emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan
otonomi dan tanggung jawab
7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
i. Pada Keluarga
Tujuan :
- Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien
- Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja
Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2) Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi
remaja sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan
yang dimiliki keluarga.
3) Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan
4) Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang
sebagian besar merupakan dampak dari penyimpangan sex agar
dapat bertanggung jawab
5) Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan
tugas yang akan dilalui oleh remaja
j. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan remaja
Intervensi :
1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan
tentang akibat penyimpangan sex
2) RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00) untuk
remaja berada di luar rumah sehingga meminimalisasi kegiatan
remaja yang kurang bermanfaat yang dapat memberikan dampak
yang buruk
3) Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk melakukan
berbagai kegiatan positif melalui karang taruna
3. Resiko cedera
a. Pada Klien :
Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas)
Intervensi :
1. Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan
akibatnya jika dilanggar
2. Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas
3. Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu lintas
4. Menganjurkan remaja untuk selalu memakai atribut pengaman dalam
berkendara
b. Pada Keluarga
Tujuan : - Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan kendaraan
bermotor untuk remaja
- Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja tentang
bahaya berkendara kebut-kebutan
Intervensi :
1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja bahaya
berkendara kebut-kebutan dan pentingnya menaati peraturan lalu
lintas
2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat berkendara
3) Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan anaknya
(misalnya anak berteman dengan geng motor)
c. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja
Intervensi :
1) Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan
penyuluhan tentang cara berkendara yang baik dan dampak
melanggar peraturan lalu lintas
b. Intervensi dari Pemerintah
1. Melalui Puskesmas
a. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan,menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait
dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan
kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima,
sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Tujuan umum dari adanya
program ini adalah Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di
Puskesmas.Kemudian tujuan umumnya yakni:
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang
berkualitas
2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja.
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
Langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di Puskesmas
1. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana:
a. Gambaran remaja di wilayah kerja :
- Jumlah remaja, pendidikan, pekerjaan.
- Perilaku berisiko: Seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
lainnya.
- Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalah-
gunaan NAPZA
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai
berhubungan dengan perilaku berisiko, masalah kesehatan yang
ingin diketahui, dan pelayanan apa yang dikehendaki
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk buku-buku
pedoman tentang kesehatan remaja. Metoda kajian adalah dengan
mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan
swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung (remaja) atau tidak
langsung (orang tua, guru, pengurus asrama remaja dan sebagainya).
Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk
menentukan:
1. Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat
pendidikan dan permasalahan yang dihadapi
2. Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah
remaja di wilayah kerja.jenis pelayanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan remaja di wilayahnya
3. Kelompok sasaran prioritas yang akan diintervensi
4. Terobosan dan inovasi kegiatan
5. Strategi advokasi sebelum dilaksanakannya PKPR
6. Strategi menjalin kemitraan
7. Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan PKPR di kemudian hari.
2. Melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah
suatu wadah kegiatan program PKBR yang dikelola dari, oleh dan
untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling
tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama
generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik
minat remaja datang ke PIK remaja, nama generik ini dapat
dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan
program dan selera remaja setempat.
Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan
informasi PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan
Hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan PKBR.
Disamping itu, juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas
dan sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai Tegar Remaja
dalam rangka tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera.
Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan
pemberian informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan,
Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan konseling, rujukan,
pengembangan jaringan dan dukungan, serta kegiatan-kegiatan
pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.
PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi
seperti tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota atau
provinsi. Artinya PIK Remaja dapat melayani remaja lainnya yang
berada di luar lokasi wilayah administrasinya. PIK Remaja dalam
penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan institusi pembinanya
seperti PIK Remaja Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK remaja
Pesantren, dan lain-lain.
Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang pnya
komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti
pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standard yang
telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja
terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan
Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya.
Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai
kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan
dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik yang berasal dari
Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi
kepemudaan/remaja lainnya, seperti:
1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan
SKPDKB
2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi
masyarakat (seperti: pengurus masjid, partor, pendeta, pedande,
bukisu) dan pimpinan kelompok dan organisasi pemuda.
3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio, dan TV)
4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan pondok
pesantren, komite sekolah.
5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR), majlis ta’lim,
program PKK.
6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang taruna,
pramuka, remaja masjid/gereja/vihara.
c. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan
Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam Program Indonesia Sehat
2010 di atur oleh Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun
1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan
Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.Program ini bertujuan
meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat
kesehatan. Dan tujuan khusus dari program ini:
1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku
masyarakat sekolah yang sehat
3. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan masyarakat sekolah
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan
dan kedudukan strategi dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan
lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12
berjumlah 5.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif
dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah
12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam
sekolah (sumber: Depdiknas,2007).
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a)
penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan
di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga
kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.
Kegiatan Promkes ini antara lain:
1. Membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan
2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun
4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan
individu, dan kesehatan masyarakat
5. Program pemberantasan kecacingan
6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
8. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang
terlibat di sekolah,mencakup:
- Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian
tugas guru pembina dan Komite Sekolah
- Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya
d. Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN)
Tujuan : Membentuk masyarakat / organisasi yg kompeten dalam
berpartisipasi mengenali keberadaan dan dampaknapza
Komponen : Tokoh masyarakat, pemuda (kartar), PKK, Tenaga kesehatan
(perawatkomunitas), LSM-LSM dan BNP.
Kegiatan :
1. Demand Reduction (Preventif, Kuratif, Rehabilitatif)
2. Supply Control (Pengawasan, Pemberantasan, Harm Reduction)
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudarman, Momon, 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat Azis Alimul, 2005 “Pengantar Ilmu Keperawatan” Jakarta : Salemba


Medika

Jurnal Provitae Volume 3 “Penyesuaian Diri Siswa Yang Mengikuti Program


Akselerasi” No 1 , Mei 2007

Jurnal Provitae Volume 1,Nomor 1,Desember 2009

Efendi, Ferry.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek dalam


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Sarlito Wirawan Sarwono, 2009. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo


Persada

Santrock, J.W. (2007). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup


Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Prof. Dr. H. Sunarto dan Dra. Ny. B. Agung Hartono. 2007. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 4-9 juni 2018 yang
dilakukan oleh 13 mahasiswa. Berdasarkan wawancara dengan ketua
RT didapatkan hasil bahwa jumlah KK RT 03 33 KK dan RT 04 50
KK.
Berdasarkan hasil pengkajian di desa Langensari RT 03 dan RT 04
RW 03 didapatkan data sebagai berikut :

Luas Wilayah 166.915 Hektar

Batas Wilayah Utara : Kel. Gedang Anak

Selatan : Kel. Wujil

Barat : Kel. Beji

Timur : Ds. Gebugan

Ketinggian tanah dari permukaan laut ± 800 meter

Topografi Dataran tinggi

Suhu udara rata-rata 28-330C

Kel. Langensari

Luas : 1,67 km2

Jumlah penduduk : 9.539 jiwa

Kepadatan penduduk : 5.716,77 km2


Jumlah Penduduk berdasarkan
Pekerjaan
Karyawan
Wiraswasta
0%
8%1%
Tani
13% 31%
Pensiunan
Nelayan
24% PNS
19%
0%
2%
0%
1%
1%
TNI/Polri
Pelajar/Mahasiswa

Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian/pekerjaan

Pekerjaan Jumlah penduduk

Karyawan 2.908

Wiraswasta 1.781

Tani 68

Pensiunan 78

Nelayan 1

PNS 156

TNI/Polri 55

Pelajar/Mahasiswa 2.252

Tidak bekerja 1.279

Rumah Tanggan 742

Pedagang 84

Lain-lain 5

9.409
Jenis Kelamin
laki-laki perempuan

45%

55%

Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki 5.213

Perempuan 4.326
Jenjang Pendidikan

15% 14%
TK
SD

28% SMP
43% SMA

Pendidikan Jumlah

TK 284

SD 889

SMP 593

SMA 317

2083
DISTRIBUSI FREKUENSI

RW. 003 RT. 003/004

Jumlah KK

Jumlah KK

40%

60% RT 3
RT 4

Jumlah KK di RT 03 yaitu sejumlah 33 KK dan di RT 04 yaitu sejumlah 50 KK

Jumlah jiwa

Jumlah jiwa di RT 03

34%

66%

RT 3 RT 4

Jumlah jiwa di RT 03 yaitu sejumlah 95 orang dan di RT 04 yaitu sejumlah 187 orang
Distribusi berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin di RT 03

43%
57% Laki-laki
Perempuan

Distribusi jiwa berdasarkan jenis kelamin di RT 03 yaitu laki-laki sebanyak 41 orang dan
perempuan 54 orang

Jenis kelamin di RT 04

51% 49%
Laki-laki
Perempuan

Distribusi jiwa berdasarkan jenis kelamin di RT 04 yaitu laki-laki sebanyak 91 orang dan
perempuan 96 orang
Distribusi frekuensi Usia

Distribusi Usia di RT 03

2% 7%
24%
12%

11%

44%

Balita Pre School Sekolah Remaja Dewasa Lansia

Jumlah jiwa berdasarkan usia RT 03 yaitu bayi terdapat 0 orang, balita terdapat 2 orang,
pre school terdapat 7 orang, sekolah terdapat 11 orang, remaja terdapat 10 orang,
dewasa terdapat 42 orang, dan lansia terdapat 23 orang

Distribusi Usia di RT 04

9% 1%
3%2%
7%

15%

63%

Bayi Balita Pre School Sekolah Remaja Dewasa Lansia

Jumlah jiwa berdasarkan usia RT 04 yaitu bayi terdapat 1 orang, balita terdapat 6 orang,
pre school terdapat 4 orang, sekolah terdapat 13 orang, remaja terdapat 29 orang,
dewasa terdapat 117 orang, dan lansia terdapat 17 orang
Distribusi berdasarkan tingkat Pendidikan

Distribusi Pendidikan di RT 03

13% SD
29% SMP
15%
SMA
0%
3%
1% D3
S1
39%
S2
TS

Jumlah jiwa berdasarkan usia RT 03 yaitu SD terdapat 12 orang, SMP terdapat 14 orang,
SMA terdapat 37 orang, D3 terdapat 1 orang, S1 terdapat 3 orang, S2 terdapat 0 orang,
dan Tidak Sekolah terdapat 27 orang

Distribusi Pendidikan di RT 04

13% SD
21%
2% SMP
SMA
14%
D3

4% S1
21%
S2
25% TS

Jumlah jiwa berdasarkan usia RT 04 yaitu SD terdapat 39 orang, SMP terdapat 40 orang,
SMA terdapat 47 orang, D3 terdapat 7 orang, S1 terdapat 27 orang, S2 terdapat 3 orang,
dan Tidak Sekolah terdapat 24 orang
B. Pengkajian Komunitas Kelompok Remaja
1. Distribusi Kelompok Remaja
Jumlah remaja di desa Langensari RW 03 RT 03 sebanyak 10
0rang , dan RW 03 RT 04 sebanyak 29 orang.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketua RT setempat mengatakan
bahwa terdapat perkumpulan “Karang Taruna” antar RW.
2. Masalah yang ada pada kelompok remaja

Kebiasaan Merokok

36% Merokok

64% Tidak merokok

Kebiasaan merokok Jumlah persentase

Merokok 14 35.89%

Tidak merokok 25 64.11%

39 100%

Pengetahuan Desminore

35% Desminore
Tidak desminore
65%
Desminore 15 65.21%

Tidak desminore 8 34.79%

23 100%

Pengetahuan tentang PMS


Pengetahuan
31% kurang tentang PMS

69% Pengetahuan cukup


tentang PMS

Pengetahuan kurang tentang PMS 27 69.23%

Pengetahuan cukup tentang PMS 12 30.77%

39 100%

Kenakalan remaja

26%
Kenakalan remaja
Tidak nakal
74%

Kenakalan remaja 10 25.64%

Tidak nakal 29 74.36%

39 100%
Aktivitas Germas

26% Kurang aktivitas


germas
Cukup aktivitas
74% germas

Kurang aktivitas germas 10 25.64%

Cukup aktivitas germas 29 74.36%

39 100%

Kebiasaan Konsumsi
Alkohol

Mengonsumsi
26% Alkohol
Tidak mengonsumsi
74%
Alkohol

Mengonsumsi Alkohol 10 25.64%

Tidak mengonsumsi Alkohol 29 74.36%

39 100%
ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. Data Subyektif : Merokok dan Perilaku kesehatan
Dari hasil wawancara dan mengonsumsi cenderung beresiko
pemberian kuesioner kepada alkohol
kelompok remaja di desa
Langensari RW 03 RT 03 dan
RT 04 ditemukan bahwa remaja
banyak yang memiliki
kebiasaan buruk seperti
merokok, dan mengonsumsi
alkohol
Data obyektif :
1. Berdasarkan instrumen
yang disebarkan kepada
kelompok remaja RW 03
RT 03 dan RT 04 desa
Langensari bahwa dari 39
remaja terdapat 14 remaja
yang memiliki kebiasaan
buruk merokok atau
sekitar 35,98 % sedangkan
25 remaja lainnya tidak
memiliki kebiasaan buruk
merokok yaitu sekitar
64,11%.
2. Berdasarkan instrument
kuesioner yang
disebarkan kepada
kelompok remaja RW 03
RT 03 dan RT 04 desa
Langensari bahwa terdapat
10 atau 25,64 % remaja
yang mengonsumsi
alkohol sedangakan 29
remaja tidak mengonsumsi
alkohol yaitu sebesar
74,36%.

2. Data subyektif : Kurang Ketidakefektifan


1. Dari hasil wawancara pengetahuan pemeliharaan kesehatan
yang dilakukan kepada
sekelompok remaja di
desa langensari RW 04
RT 03 dan RT 04
didapatkan hasil bahwa
sebagian besar remaja
putri mengalami
desminore
2. Dari hasil wawancara
yang dilakukan kepada
sekelompok remaja di
desa langensari RW 04
RT 03 dan RT 04
didapatkan hasil bahwa
remaja kurangg
pengetahuan mengenai
penyakit menular
seksual dan tidak
adanya penyuluhan yang
dilakukan oleh tim
kesehatan untuk
menjelaskan mengenai
penyakit menular
seksual di desa . remaja
sebagian mendapat
pengetahuan mengenai
penyakit menular
seksual dari sekolahnya.
Data obyektif :
1. Berdasarkan instrumen
yang disebarkan
kepadakelompok remaja
RW 03 RT 03 dan RT
04 desa Langensari
bahwa 15 remaja putri
atau sekitar 65, 21%
mengalami desminore
sedangkan 8 remaja lin
yaitu sebanyak 34,79 %
tidak mengalami
desminore.
2. Berdasarkan instrumen
yang disebarkan
kepadakelompok remaja
RW 03 RT 03 dan RT
04 desa Langensari
bahwa sebanyak 27
remaja kurang
pengetahuan mengenai
penyakit menular
seksual atau sebanyak
69,23% sedangkan
remaja lainnya yaitu
sebanyak 12 remaja atau
30, 77% memiliki
pengetahuan cukup
tentang penyakit
menular seksual.
RUMUSAN DIAGNOSIS

1. Prioritas Masalah (Depkes. 2003)

No Diagnosa Keperawatan KRITERIA TOTAL

A B C D E F G H HASIL
1 Prilaku kesehatan cenderung beresiko 3 5 4 2 4 4 4 5 31

2 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 5 5 3 5 4 5 5 5 37

Keterangan:
A: Risiko keparahan E: dana pembobotan:
B: Minat masyarakat F: fasilitas 1: sangat rendah
C: kemungkinan diatasi G: sumber daya 2: rendah
D: waktu H: tempat 3:cukup
4:tinggi
5: sangat tinggi
2. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah menurut Depkes (2003)
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan desa langensari RW 03 RT 03 dan RT 04 berhuubungan dengan
kurangnya pengetahuan mengenai penanggulangan desminore dan pengetahuan mengenai penyakit menular
seksual
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada remaja di desa langensari RW 03 RT 03 dan RT 04 berhubungan
dengan merokok, dan konsumsi alkohol.

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Aktivitas Ttd

Ketidakefektifan Setelah diberikan (2700): kompetensi (8500): pengembangan (8500):


pemeliharaan kesehatan asuhan keperawatan komunitas kesehatan komunitas (01) identifikasi bersama
berhubungan dengan selama 30 hari (2804): kesiapan (5510): pendidikan kesehatan komunitas mengenai
kurangnya pengetahuan diharapkan : komunitas terhadap (5515): peningkatan masalah, kekuatan, dan
mengenai penanganan (2701): status bencana kesadaran kesehatan prioritas kesehatan
desminore dan penyakit kesehatan komunitas (2807): keefektifan (6520): skrining kesehatan (02) pembentukan kader
menular seksual meningkat skrining kesehatan kesehatan komunitas
komunitas remaja
(2801): kontrol resiko: (4) lakukan dialog untuk
penyakit kronik menentukan masalah-
masalah kesehatan
komunitas dan
mengembangkan rencana
tindakan
(5510):
(8) prioritaskan kebutuhan
belajar komunitas
(9) rumuskan tujuan dan
program pendidikan
kesehatan
(10) identifikasi sumber
daya yang diperlukan untuk
melaksanakan program
(5515):
(16) sediakan materi
kesehatan tertulis yang
mudah dipahami
(18) gunakan beberapa alat
komunikasi
(6520):
(1) tentukan populasi target
untuk di lakukannya
pemeriksaan kesehatan
(7) dapatkan persetujuan
prosedur skrining
kesehatan
(8) berikan privasi dan
kerahasiaan
(10) dapatkan riwayat
kesehatan yang sesuai,
termasuk deskripsi
kebiasaan kesehatan, faktor
resiko, dan obat-obatan.

Perilaku kesehatan Setelah diberikan 1408: menahan diri dari 5520: Fasilitasi pembelajaran (1) Gunakan alat bantu
cenderung beresiko pada asuhan keperawatan bunuh diri 5230: Peningkatan koping untuk menggambarkan
remaja di desa langensari selama 30 hari 1302: Koping 6610: Identifikasi resiko materi yang penting
RW 03 RT 03 dan RT 04 diharapkan : 1625: Prilaku berhenti 5370: Peningkatan peran (2) Jika diperlukan berikan
berhubungan dengan (1702): kepercayaan merokok pamphlet, video, atau
merokok, dan konsumsi mengenai kesehatan: 1903: Kontrol resiko: bahan-bahan dari
alkohol. kontrol diterima penggunaan alkohol internet.
(2013): keseimbangan 1906: Kontrol resiko: (3) Gunakan bahasa yang
gaya hidup penggunaan tembakau mudah diingat
1215: Kesadaran diri (4) Jangan terlalu lama
1703: Kepercayaan dalam memberikan
mengenai kesehatan: penkes
sumber-sumber yang (5) Kenali latar belakan
diterima budaya/ spiritual pasien
0900: Koping (6) Eksplorasi pencapaian
1504: Dukungan sosial pasien sebelumnya
(7) Diskusikan dan
rencanakan aktivitas-
aktivitas pengurangan
resiko berkolaborasi
dengan individu atau
kelompok
(8) Fasilitasi diskusi
mengenai adaptasi
peran.

PLAN OF ACTION

Masalah Kesehatan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Penanggung Jawab


1. Ketidakefektifan Pencegahan primer: Kelompok Swadaya Mahasiswa Kelompok
pemeliharaan Proses kelompok remaja yang mahasiswa agregrat remaja
kesehatan desa
Proses kelompok berada di RW (dana sendiri) (Mahasiswa
langensari RW 03
RT 03 dan RT 04 dilakukan dengan 03 dan RT 03 Universitas Ngudi
berhubungan memanfaatkan RT 04 desa Waluyo)
dengan kurangnya
kelompok Langensari Rina sukawati
pengetahuan
mengenai masyarakat yang Insan marta saputra
penanggulangan sudah ada seperti Iwan priyono
desminore dan PKK RT dengan
pengetahuan memberikan .
mengenai penyakit
penyuluhan tentang
menular seksual
penanganan
desminore dan
penyuluhan tentang
penyakit menular
seksual
Empowerment
Dalam upaya
menurukan resiko
bertambahnya
remaja terjangkit
penyakit menular
seksual
Patnership
Kerjasama :
a. Melakukan kerja
sama dengan lintas
sektoral (dinas
kesehatan atau
puskesmas)
penyuluhan atau
konseling dalam
upaya peningkatan
informasi dan
sumber informasi
tentang penanganan
desminore dan
pencegahan
penyakit menular
seksual.

Pendidikan kesehatan
a. Memberikan
penyuluhan tentang
penatalaksanaan
desminore dan
pencegahan
penyakit menular
seksual.
b. Anjurkan pada
kelompok
melakukan
penanganan
desminore secara
nonfarmakologi dan
melakukan tindakan
pencegahan
penyakit menular
seksual
c. Memberikan
demonstrasi tentang
penanganan
desminore secara
non farmakologi
2. Prilaku kesehatan Pencegahan primer : Kelompok Swadaya Mahasiswa Kelompok
cenderung beresiko Proses kelompok remaja RT 03 mahasiswa Agregat remaja
pada remaja di desa Proses kelompok da RT 04 RW (dana sendiri) (Mahasiswa
langensari RW 03 RT dilakukan dengan 03 desa Universitas Ngudi
03 dan RT 04 memanfaatkan Langensari Waluyo)
berhubungan dengan kelompok Rina Sukawati
merokok, dan masyarakat yang Insan Marta Saputra
konsumsi alkohol. sudah ada seperti Iwan Priyono
karang taruna
dengan
memberikan
penyuluhan tentang
bahaya merokok
dan konsumsi
alkohol serta cara
pengalihannya
Empowerment
Dalam upaya
meningkatkan
informasi tentang
bahaya merokok
dan konsumsi
alkohol
Patnership
(Kerjasama) :
Patnership
Kerjasama :
a. Melakukan kerja
sama dengan lintas
sektoral (dinas
kesehatan atau
puskesmas)
penyuluhan atau
konseling dalam
upaya peningkatan
informasi dan
sumber informasi
mengenai bahaya
merokok dan
konsumsi alkkohol

Pendidikan kesehatan
a. Memberikan
penyuluhan tentang
bahaya merokok
dan konsumsi
alkohol serta cara
pengalihannya.

También podría gustarte