Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Oleh
Nama : A.RISKY
Nim : 14901.04.17001
A. Definisi HNP
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) adalah ruptur pada dikus vebrata yang
diakibatakan oleh menonjolnya materi nukleus pulposus yang menekan anulus fibrosus
yang menyebabkan kompresi pada syaraf terutama banyak terjadi di daerah lumbal dan
servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri punggung) yang
didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan (Muttaqin, 2015)
Hernia Nukleus pulposus (HNP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi
penonjolan pada diskus intervertebralis menekan ligament posterior longitudinal sehingga
menyempit ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang
terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (Kesumaningtyas, 2014)
Herniasi diskus invertebralis ke segala arah dapat disebabkan oleh trauma ataupun
stress fisik. Kebanyakan herniasi terjadi ke arah posterolateral, berkaitan dengan letak
nucleus pulsosus di bagian posterior dan adanya ligamentum longitudinalis posterior yang
cenderung memperkuat annulus fibrosis di posterior yang cenderung memperkuat annulus
fibrosus di posterior tengah. Peristiwa ini juga sering disebut dengan istilah lain, seperti
rupture annulus fibrosis, hernia nucleus pulposus, rupture diskus, herniasi diskus dan saraf
terjepit (Barbara, 2014).
B. Anatomi Fisiologi
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang terbenteng
dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk
kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf
spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :
1) 8 pasang saraf cervical
2) 15 pasang saraf thorakal
3) 5 pasang saraf lumbal
4) 5 pasang saraf sacral
5) 1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu
substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis
centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis.
Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf
myelin (akson).
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang
berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka.
Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang
berdekatan.
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat
discus intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara
dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di
tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan
dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus ini
mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga
berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
C. Etiologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
1) Riwayat trauma
2) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama.
3) Sering membungkuk.
4) Posisi tubuh saat berjalan.
5) Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6) Struktur tulang belakang.
7) Kelemahan otot-oto perut, tulang belakang
D. Manifestasi Klinis
1) Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.
2) Spasme otot.
3) Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat
beban berat, berdiri secara tiba-tiba.
4) Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstermitas.
5) Deformitas.
6) Penurunan fungsi sensori, motorik.
7) Konstipasi, kesulitan saat defekasi dan berkemih.
8) Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.
E. Patofisiologi
Hernia Nukleus Pulposus atau ruptur diskus intervetebralis (HNP) dapat terjadi
oleh karena adanya trauma seperti kecelakaan, mengangkat beban berat, duduk,
mengemudi dalam waktu yang lama, posisi tubuh yang tidak benar saat berjalan maupun
beraktivitas, sering membungkuk, proses degeneratif, kelemahan otot perut, punggung,
serta struktur tulang belakang. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan ruptur/kerusakan
tulang belakang dan kelemahan elastisitas diskusvertebralis dan anulus fibrosus sehingga
dapat menyebabkan keluarnya nukleus pulposus yang ada di dalam anulus fibrosus ke
diskus vertebralis. Kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan sendi faset dan gangguan
suplai darah ke jaringan akibat dari terjepitnya serabut syaraf spinal
Bila terjadi keadaan yang demikian berlangsung akan muncul adanya keluhan nyeri
punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah bokong, bahu atau lengan. Nyeri seperti
tertusuk-tusuk akan semakin bertambah apabila terjadi penekanan disaat batuk, mengedan,
bersin, membungkuk, mengangkat beban berat, berdiri secar tiba-tiba dari posis duduk.
Terjadi penurunan sensorik dan motorik, kesemutan, kekakuan dan kelemahan ekstremitas
serta ketidakmampuan melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Akibat lanjut dari
proses penyakit ini adalah kelemahan, atropi oto, trauma pada serabut saraf dan jaringan
lain, kehilangan kontrol sphinter, paralis/ketidakmampuan pergerakan, pendarahan.
Tindakan yang dapat dilakukanuntuk mengoreksi penyakit HNP yaitu dengan therapi
konservatif dan pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat tulang, kartilago
dan materi penyebab herniasi tetapi tindakan ini juga dapat menyebabkan infeksi dan
inflamasi di tingkat pembedahan diskus spinal.
F. Pathway
trauma dan stress fisik
Rupture diskus
Mual, muntah
Nucleus pulposus
INTOLERANSI
keluar melalui
AKTIVITAS
serabut annulus Ileus
paralitik
Tirah HNP Tindakan pembedahan: Reaksi
baring Laminektomi anastesi
Spasme otot Ujung syaraf spinal tertekan
ADL tidak
terpenuhi
I. Penatalaksanaan
1) Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras
Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
Terapi panas dingin.
Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset
Terapi diet untuk mengurangi BB.
Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
2) Pembedahan
Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan
tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan
neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.
Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau
pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki
luka pada spinal.
Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C. Long,
2014).
Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra, osteophytis, dan
herniated nucleus pulposus.
3) Venogram epidural
4) Fungsi lumbal : Mengetahui adanya infeksi dan darah.
5) Tanda leseque (tes mengangkat kaki lurus keatas).Mendukung diagnosa awal dari
herniasai diskus intervertevralis ketika muncul nyeri pada kaki pesterior. spinal yang
mengecil, adanya protursi diskus intervertebralis.
6) Skan CT : Dapat menunjukkan kanal
7) MRI : Pemeriksaan noninvasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan
jaringan lunak serta dapat memperkuat bukti adanya herniasi secara spesifik.
8) Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan kompresi syaraf, spasme otot.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketidakmampuan spasme otot, therapi
restriktif (tirah baring, traksi),kerusakan neuromuskular.
3) Koping indifidu inefektif, cemas berhubungan dengan krisis situasi, status kesehatan,
status sosioekonomik, peran fungsi gangguan nyeri berulang, ketidakkuatan relaksasi dan
metode koping.
b. Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik : trauma, pembedahan
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromoskular, keterbatasan akibat
kondisi, nyeri.
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan akibat kondisi
4) Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
5) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan reaksi anastesi
L. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Ket :
1 : Skala nyeri 10
2 : Skala nyeri 7-9
3 : Skala nyeri 4-6
4 : Skala nyeri 1-3
5 : Skala nyeri 0
2 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan
Status keperawatan selam 1x24 jam (5820)
perubahan kecemasan klien berkurang dengan 1. Gunakan pendekatan
kesehatan Kriteria Hasil : yang tenang dan
Tingkat kecemasan (1211) meyakinkan
2. Bantu klien
Kode Indikator SA ST
121105 Perasaan mengidentifikasikan
gelisah faktor kecemasan
121107 Wajah 3. Dengarkan klien
4. Berikan informasi
tegang
Ket : terkait diagnosis dan
1 : Berat perawatan
5. Kolaborasi pemberian
2 : cukup berat
obat-obatan
3 : sedang
mengurangi
4 : ringan
kecemasan
5 : tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Jakarta.
Dikutip dari e-journal UEU-undergraduate-1423-BABI.pdf diakses pada tanggal 26 Maret
2018 Pukul 16.00 WIB.
Engram, Barbara, 2014, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC,Jakarta.
Kesumaningtyas, Ami. 2014. Jakarta : Universitas Indonesia. Dikutip dari e-journal HNP.pdf .
diakses pada tanggal 26 Maret 2018 Pukul 19.00 WIB.
Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
2. Mata :
Bentuk iris terdapat garis putih
Sklera : kuning mengamati kolestrol atau adanya pengapuran pada darah
Konjungtiva : ananemis
3. Mulut :
Bibir :mukosa bibir kering
Peradangan : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih
Bau : tidak berbau
Fungsi pengecapan : baik
Kemampuan bicara : baik
Menelan : baik
Ujung lidah( tergolong jantung dan paru ) : tidak ada kelainan
Kedua sisi lidah (tergolong hati –empedu) : tidak ada kelainan
Daerah tengah lidah (limpa lambung) : tidak ada kelainan
Pangkal lidah: tidak ada kelainan
4. Ekstremitas :
Atas :
klien mengatakan tidak ada masalah pada kedua tangannya dan bebas di
gerakkan dan jari klingking ansimetris antara kanan dan kiri
Bawah :
Rentang gerak : klien mengatakan kaki kanan dan kiri jika di buat berjalan terasa
berat
5. Neurologis :
a. Tingkat kesadaran : komposmentis
GCS : 4-5-6
6. Kulit dan kuku
a. Kulit : kulit kering,
b. Kuku : Crt < 2 detik
Gelombang : kuku tidak bergelombang
Lekukan: terdapat lekukan
Kuku warna gelap: tidak berwarna gelap
Garis Putih: tidak ada garis putih
Keadaan focus yang dikeluhkan : Klien mengatakan nyeri pada pinggang , terasa berat
jika berjalan , nyeri hilang timbul, skala nyeri 5
V. Terapi
Klien pernah di lakukan akupuntur daerah pingang dan bahu
Dan pernah di bekam di pinggang
ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA ANALISA
KEPERAWATAN
1. Subjektif (S) : Klien mengatakan nyeri Rupture diskus Nyeri
pada pinggang , terasa berat jika Aliran darah ke diskus
RR = 20x/menit
Tampak meringis
ANALISA DATA
NO DATA ANALISA MASALAH
KEPERAWATAN
1. Subjektif (S) : Rupture diskus Gangguan pola
Klien mengatakan sulit tidur malam Aliran darah ke diskus tidur
( sering terbangun ) berkurang
Pemisahan lempeng
tulang rawan dan
Objektif (O) : sering bangun pada malam
korpus vertebrae
hari
Nucleus pulposus
keluar melalui serabut
K/U : Baik
annulus
HNP
tekanan darah =120/ 80 mmHg
Ujung syaraf spinal