Está en la página 1de 35

1

I. PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR – UNSUR


CUACA SECARA MANUAL

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Cuaca merupakan kondisi udara suatu wilayah didalam suatu wilayah
yang sempit dalam kurun waktu yang cepat. Cuaca memiliki beberapa
faktor yang menyebabkan beberapa daerah memiliki kondisi yang berbeda.
Salah satu unsur cuaca antara lain hujan, radiasi matahari, angin, tekanan,
kelembapan dan lain sebagainya.
Pengamatan cuaca ini sangat berguna bagi para praktikan
agroklimatologi. Hal ini disebabkan, saat ini bumi mengalami perubahan
cuaca dari waktu ke waktu yang sangat signifikan. Dengan mengetahui
unsur-unsur cuaca, maka praktikan dianjurkan untuk bisa melakukan
pengukuran terhadap kondisi cuaca dilingkungan pengamatan.
Dalam bidang pertanian, kondisi cuaca merupakan kondisi yang
sangat penting untuk diketahui. Hal ini disebabkan, setiap komoditi
pertanian memiliki daya adaptasi yang berbeda terhadap perubhan
lingkungannya. Oleh sebab itu, pengamatan mengenai cuaca perlu
diketahui, agar petani mampu melakukan penanaman komoditas sesuai
dengan kondisi yang ada, sehingga kerugian dapat dihindari. Dengan
mengetahui kondisi cuaca, maka dapat dimanfaatkan sebagai suatu strategi
khusus dalam penanaman komoditi.
Selain itu, pengamatan cuaca ini diperlukan agar, para praktikan dapat
mengetahui kondisi cuaca di masing-masing lokasi pengamatan yang ada.
Bahwasannya, pada beberapa lokasi pengamatan memiliki curah hujan yang
tinggi, suhu yang rendah, serta kelembapan yang tinggi. Kondisi cuaca
seperti itulah yang perlu diketahui, mengapa kondisi seperti hal tersebut bisa
terjadi hanya di daerah tersebut, tetapi di daerah lain tidak terjadi. Perbedaan
cuaca tersebutlah yang menyebabkan perbedaan komoditi di masing-masing

1
2

daerah. Keberagaman komoditi tersebut, salah satu penyebabnya akibat


perbedaan tingkat adaptasi setiap tumbuhan berbeda.
2. Tujuan Praktikum
Dalam pengamatan unsur-unsur cuaca terdapat beberapa tujuan yang
hendak dicapai, yaitu :
a) Mengetahui unsur-unsur cuaca dan cara penggunaannya
b) Mengetahui macam alat pengukur unsur cuaca dan penggunaannya
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Acara pengenalan alat dan pengamatan unsur cuaca secara manual
dilaksanakan pada tanggal Minggu, 11 oktober 2015 Pada pukul 13.00-
15.00 WIB bertempat di stasiun Klimatologi Jumantono Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Karanganyar.
3

B. Tinjauan Pustaka
1. Radiasi Surya
Radiasi sinar matahari merupakan sumber energi utama dalam
keberlangsungan hidup di muka bumi. Matahari merupakan suatu benda
yang mempunyai suhu +/- 6000oK, dengan peran penting sebagai
pengendali cuaca dan iklim. Selain itu, radiasi matahari juga memiliki
peran utama dalam proses fotosintesis tumbuhan, dengan intensitas radiasi
matahari yang besar, maka dapat meningkatkan laju fotosintesis yang ada.
Radiasi sinar matahari yang mencapai permukaan bumi memiliki
gelombang yang pendek, sedangkan bumi memancarkan gelombang yang
panjang. Proses-proses fisika atmosfer tersebut menentukan keadaan cuaca
dan iklim. Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima
bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: a) sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk
oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil
sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi
dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus, b) lama waktu penyinaran
matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang
diterima bumi, c) keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat
menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan
kebalikan dari sifat daratan, d) banyak sedikitnya awan, ketebalan awan
mempengaruhi panas yang diterima bumi, makin banyak atau makin tebal
awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi (Hartono 2007).
Lamanya penyinaran matahari tergantung pada posisi bumi
mengelilingi matahari. Matahari seakan-akan bergerak 23 1/2o lintang utara
dan 23 1/2o lintang selatan. Dengan adanya perubahan letak matahari
tersebut, menyebabkan belahan bumi selatan mengalami waktu siang lebih
lama, dan belahan bumi utara mengalami malam yang lebih panjang.
Fenomena ini, mengakibatkan perbedaan jenis vegetasi setiap daerah,
karena dengan perbedaan intensitas matahari tersebut, tanaman di dunia
dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu :
4

Long day plant, yaitu tumbuhan yang berbunga apabila penyinaran


lebih dari 14 jam, Short day plant, yaitu tumbuhan yang berbunga apabila
penyinaran kurang dari 12 jam, misalnya strawberry, dan Neutral day plant,
yaitu tumbuhan yang dapat berbunga tanpa dipengaruhi oleh lamanya
penyinaran, misalnya mentimun (Ance 2006).
Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
dan lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran
matahari adalah persen. Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus.
Kartu ini adalah kartu yang berperan sebagai pencatat data. Kartu Campbell
Stokes ini dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat
terbuka. Pencatat waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu.
Bagian yang hangus itulah yang menunjukkan intensitas sinar matahari
selama satu hari. Bekas bagian hangus yang berwarna coklat, dicocokkan
oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran. Lamanya penyinaran yang
diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran yang tertutup awan
(LIPI 2005).
2. Tekanan Udara
Tekanan Udara merupakan berat massa udara pada suatu wilayah.
Perbedaan pemanasan matahari mengakibatkan tekanan udara pada daerah
satu dengan daerah yang lain berbeda. Hal ini karena pemanasan udara
paling banyak terjadi pada atmosfer bagian bawah. Jadi, semakin ke atas
atau tinggi suatu tempat semakin rendah tekanan (LIPI 2000).
Tekanan udara pun bervariasi dari waktu kewaktu. Variasi ini
umumnya disebabkan oleh suhu udara. Udara dingin lebih berat dari pada
udara hangat. Pada saat tekanan udara tinggi cuaca biasanya kering dan
cerah. Sebaliknya, saat udara naik menyebabkan terjadi daerah tekanan
rendah, cuaca biasanya basah dan berawan (Rahayu 2009).
Selanjutnya, tekanan udara memiliki hubungan dengan suhu udara dan
musim yang terjadi di muka bumi. Hal tersebut dibuktikan, bahwa ketika
suhu dibelahan bumi utara seimbang dengan bumi belahan selatan, maka
tekanan udara diatasnya pun tidak jauh berbeda. Peristiwa tersebut terjadi
5

dua kali dalam setahun, yang disebut dengan musim pancaroba.


Keseimbangan tersebut membuat gerak angin, baik kekuatan maupun
arahnya menjadi tak menentu. Hal tersebut, terjadi karena suhu antara kedua
belahan bumi berimbang, tekanan udaranya pun juga berimbang. Dengan
adanya musim pancaroba, sering ditandai dengan banyak kejadian “angin
berputar”, sebagai akibat dari perbedaan tekanan udara setempat
(LIPI 2000).
3. Suhu Tanah dan Suhu Udara
Suhu merupakan derajat panas atau dingin yang diukur
berdasarkan skala tertentu menggunakan thermometer. Suhu di permukaan
bumi mengalami proses pemindahan melalui tiga cara, yaitu konveksi,
konduksi, dan radiasi. Proses perpindahan suhu secara konveksi merupakan
perpindahan suhu melalui benda padat, sedangkan konduksi melalui fluida,
dan radiasi melalui udara dalam bentuk gelombang elektromagnetik
(Vidiawan 2011).
Suhu memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan makhluk hidup,
salah satunya tanaman. Dalam proses pematangan buah, makin tinggi suatu
suhu yang ada, maka buah tersebut akan cepat matang. Hal tersebut, juga
terjadi pada benih, suatu tanaman akan akan mengalami proses pembenihan
semakin cepat, saat suhu udara di sekitar tanaman tersebut tinggi. Selain itu,
suhu juga mempengaruhi proses fisiologis, misalnya pembukaan stomata,
laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis dan respirasi.
Alat pengukur suhu disebut termometer. Termometer dibuat dengan
mendasarkan sifat – sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya
pengembangan benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya
tahanan listrik terhadap suhu (Visa 2005).
Selain suhu udara, suhu tanah juga perlu diperhatikan dalam proses
suatu pertumbuhan tanaman. Suhu tanah bervariasi secara berkelanjutan. Di
permukaan tanah, pada malam hari panas yang telah hilang menghasilkan
suhu yang menurun mencapai titik minimum dan ketika ada matahari suhu
tanah yang minimum tersebut meningkat. Dengan bantuan sinar matahari,
6

tanah memulai menyimpan energi yang kemudian menghilang, disebabkan


suhu meningkat. Proses tersebut akan terus berkelanjutan hingga sore hari
atau intensitas radiasi yang mengalami kemunduran disebabkan karena
jumlah energi yang diterima menurun hingga hilang sama sekali dari
permukaan tanah (Hartono 2007).
Dari data suhu pada awal pertumbuhan, dapat diramalkan waktu
kematangan tanaman. Suhu tanah lebih memberikan jawaban pada
perubahan setempat dari pada isolasi, topografi dan sebagainya. Suhu tanah
terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktivitas
akar kecepatan, dan umur tanaman, serta terjadinya keganasan penyakit
tanaman. Suhu tanah setiap saat dipengaruhi oleh rasio energi yang diserap
dan yang dilepaskan. Hubungan perubahan konstan ini digambarkan dlam
perhitungan berdasarkan musim, bulanan, dan suhu tanah harian.
Temperatur harian atau jam dari atmosfer udara dan tanah pada zona-zona
yang menunjukkan penandaan divergensi sesuai kondisi (Visa 2005).
4. Kelembapan Tanah dan Kelembapan Udara
Ada beberapa tipe dan prinsip kerja alat pengukur kelembapan udara.
Pada umumnya alat yang digunakan adalah psikrometer. Alat ini terdiri dari
dua termometer yang disebut termometer bola basah dan termometer bola
kering. Kelembapan udara sebanding dengan selisih kedua termometer yang
dapat dicari melalui tabel atau rumus. Alat pengukur kelembapan lain
adalah termohigrograf dengan sensor rambut. Prinsipnya bila udara lembab
rambut bertambah panjang dan udara kering rambut menyusut. Perubahan
panjang ini secara mekanis dapat ditransfer ke jarum penunjuk pada skala
antara 0 sampai 100 % (BMKG 2013).
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini
dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau
kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.
Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu
udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan
perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat
7

mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C


(32 °F) (Habibie et al 2011)
Kelembaban merupakan salah satu komponen iklim yang memiliki
pengaruh dalam budidaya tanaman terkhusus tanaman pertanian. Setiap
tanaman yang dibudidayakan pasti memiliki kisaran kelembaban udara yang
berbeda. Dalam hal ini kelembaban udara membantu tanaman dalam
menunjang pertumbuhan dan juga perkembangan (Hartono 2007).
Kelembaban udara merupakan komponen iklim yang dapat
mempengaruhi produksi suatu tanaman. Oleh karena itu, perlu untuk
dipahami dan juga diketahui cara penentuan kelembaban udara suatu
tempat. Karena hal ini, akan memperkecil kegagalan dalam budidaya
tanaman.
5. Curah Hujan
Hujan merupakan proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi
butiran air yang cukup berat untuk jatuh di daratan. Selain itu, hujan juga
dapat terjadi karena beberapa tipe gerakan udara bergabung menjadi satu.
Dalam waktu menjelang hujan terdapat dua keadaan yang menjadikan udara
di atmosfer semakin jenuh, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap
air ke udara (BMKG 2013).
Indonesia memiliki dua tipe curah hujan, yaitu tipe utama dan tipe
penting. Hujan tipe utama dikelompokkan menjadi dua yaitu curah hujan
konveksional dan curah hujan orografik. Hujan konveksional merupakan
hujan yang terjadi karena gaya apung konveksi akibat pemanasan bumi oleh
radiasi matahari. Hujan konveksional berasal dari awan konvektif yang
mempunyai radius antara 2 dan 10 km dengan skala luas antara 10 dan 2300
km, sehingga hujan konveksional mempunyai variabilitas yang besar,
dikarenakan awan konvektif menyebabkan hujan lebat, batu es dan petir .
Sedangkan, hujan orografik merupakan hujan akibat kondensasi dan
pembentukan awan dari udara lembap yang dipaksa naik oleh barisan
pegunungan ( Junarti Visa 2005).
8

Perbedaan tipe curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh monsoon


yang digerakkan oleh adanya sel tekanan tinggi dan sel tekanan rendah di
benua Asia dan Australia secara bergantian. Dalam bulan Desember,
Januari,Februari di belahan bumi utara terjadi musim dingin akibat adanya
sel tekanan tinggi di benua Asia, sedangkan di belahan bumi selatan pada
waktu yang sama terjadi musim panas, akibatnya terjadi sel tekanan rendah
di benua Australia. Karena ada perbedaan tekanan di kedua benua tersebut
maka pada periode Desember, Januari, Februari bertiup angin dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah di Australia, angin ini disebutmonsoon Barat atau
monsoon barat laut.Dalam bulan Juni, Juli, Agustus terjadi sebaliknya,
terdapat sel tekanan rendah di Asia dan sel tekanan tinggi di Australia yang
menggerakkan monsoon timur atau monsoon tenggara. Secara geografis
posisi wilayah Indonesia sangatlah strategis dan bersifat khusus, ia berada di
wilayah tropis yang kaya akan radiasi matahari dengan lama siang dan
malam sepanjang tahun hampir selalu sama, sehingga jumlah radiasi
matahari sepanjang hari relatif hampir konstan. Ia terletak diantara dua
benua Asia dan Australia, diantara dua samudra India dan Pasifik, dan
diantara dua Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan. Disamping itu
dengan kondisi permukaan yang sekitar 70 % didominasi oleh lautan, terdiri
atas lebih dari 17.500 pulaubesar dan kecil. Sementara itu sebaran pulaunya
yang banyak dikelilingi oleh laut dangkal atau dikenal dengan benua
maritim merupakan potensi penguapan yang cukup besar untuk
mempermudah pembentukan awan hujan dan umumnya permukaan daratan
bergunung gunung, sehingga menyebutnya sebagai maritim
continent.Kondisi ini mengakibatkan tidak terdapat iklim yang seragam di
seluruh wilayah Indonesia, keragaman iklim ini terjadi karena perbedaan
letak geografis, kondisi topografis yang kompleks dan kondisi orografis
yang berbeda beda, keadaan ini tercermin dari adanya perbedaan tipe hujan
di wilayah Indonesia, paling tidak terdapat tiga tipe curah hujan yaitu
monsunal, equatorial dan lokal (Rahayu Saptanti 2009).
9

Dalam mengukur intensitas curah hujan terdapat beberapa


instrumen yang sering digunakan yaitu ombrometer atau ombrograf. Alat
penakar hujan tersebut mengukur hujan yang jatuh di suatu daerah selama
kurun waktu tertentu, sehingga dapat diperoleh beberapa data mengenai
macam-macam curah hujan yaitu : curah hujan harian, merupakan hasil
pengukuran hujan selama 24 jam, curah hujan bulanan, merupakan curah
hujan selama satu bulan, curah hujan tahunan, merupakan curah hujan
selama 12 bulan (Hartono 2007).
Selain berdasarkan waktu pengukurannya, hujan dibagi menjadi dua
jenis, yaitu berdasarkan ukuran butirannya dan proses terjadinya.
Berdasarkan ukuran butirannya terdapat tiga macam, yaitu hujan gerimis
(drizzle) dengan diameter kurang dari 0,5 mm, hujan salju (snow) dengan
kristal-kristal es yang temperaturnya dibawah titik beku, dan hujan deras
(heavy rain), yaitu hujan yang berasal dari awan yang temperaturnya diatas
titik beku dan diameternya lebih dari 7 mm (Visa 2005).
6. Angin
Angin merupakan gerakan perpindahan massa udara dari satu tempat ke
tempat lain secara horisontal. Massa udara adalah udara dalam ukuran yang
sangta besar yang mempunyai sifat fisik ( temperatur dan kelembapan) yang
seragam dalam arah horizontal. Angin bergerak dari daerah bertekanan
tinggi menuju tekanan yang rendah (Habibie et al 2011)
Didaerah katulistiwa, udara menjadi panas mengembang dan menjadi
ringan, naik keatas dan bergerak ke daerah yang lebih dingin. Sebaliknya
daerah kutub yang dingin, udaranya menjadi dingin dan turun ke bawah.
Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara berupa perpindahan udara
dari kutub utara ke garis katulistiwa menyusuri permukaan bumi dan
sebaliknya suatu perpindahan udara dari garis katulistiwa kembali ke kutub
utara, melalui lapisan udara yang lebih tinggi.
Angin dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal dengan
kecepatan yang dinamis dan fluktuatif. Pergerakan angin secara horizontal
dinamakan adveksi, sedangkan pergerakan secara vertikal dinamakan
10

konveksi. Pergerakan perputaran bumi juga berpengaruh terhadap angin,


yang disebut gaya coriollis ( Hartono 2007).
Angin memiliki nama berdasarkan dari mana arah angin itu datang,
misalnya bertiup dari barat disebut angin barat angin timur artinya angin
yang bertiup dari timur, angin selatan adalah angin yang bertiup dari selatan.
Selain angin darat dan angin laut juga terdapat angin gunung dan angin
lembah. Pada siang hari angin gunung akan lebih cepat panas daripada
angin lembah,temperatur lebih besar dan panas lebih kecil maka akan terjadi
angin lembah. Pada malam hari sebaliknya akan terjadi angin gunung
(Visa 2005).
Prinsip terjadinya angin lokal (fohn), harus ada gunung yang tinggi
melebihi daerah kondensasi ( ± 2.000 m ) bila ada gerakan massa udara
menaiki suatu pegunungan mula-mula 26ºC, pada waktu mencapai
ketinggian 2.000 m massa udara mengalami kondensasi & timbul hujan
(winward side). Setiap naik 100 m suhu akan turun 1 – 0,6ºC jadi pada
ketinggian 2.000 m akan mengalami penurunan suhu massa udara akan
mencapai puncak. Penurunan setiap 100 m suhu turun 0,5ºC. Kemudian
turun dengan cepat turun dg cepat mengakibatkan naiknya suhu setiap 100
m,naik 1ºC. Daerah yg dilalui disebut leeward side, sifat udara pada leeward
side biasanya bersuhu tinggi, kecepatan besar, sedangkan kelembapan kecil,
yang disebut sebagai daerah bayang-bayang hujan (Rahayu 2009).
Dilihat dari sifatnya angin lokal tidak begitu baik bagi tanaman, karena
akan menyebabkan terjdnya proses evaporasi dari tanah dan transpirasi dari
tanaman akan lebih besar. Kadang-kadang angin ini pada tanaman akan
mengakibatkan layu, karena tanaman tidak dapat mengimbangi jumlah air
yang hilang dengan pengambilan air dari dalam tanah. Di indonesia angin
jenis ini ada di sumatera timur yaitu angin bahorok, yg merusak tanaman
tembakau yg masih muda. Namun di Pulau Jawa di Brebes, Cirebon dan
Majalengka disebut sebagai angin kumbang, yang justru tidak merusak
bahkan menguntungkan bagi tanaman bawang. ngin ini mengakibatkan
11

daerah di sekitar tanaman tidak lembap, di mana keadaan demikian tidak


disenangi penyakit dan hama tanaman (Kartasapoetra 2006) .
Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer mangkok
dan hasil catatannya disebut anemogram. Adapun satuan yang biasa
digunakan dalam menentukan kecepatan angin adalah kilometer per jam
atau knot (1 knot = 0,5148 m/det = 1,854 km/jam), sedangkan arah dari
mana angin datang, dapat diketahui menggunakan wind vane
(BMKG 2013).
7. Evaporasi
Evaporasi (diberi notasi E0) adalah penguapan yang terjadi dari
permukaan air (seperti laut, danau, dan sungai), permukaan tanah (genangan
air di atas tanah dan penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan
permukaan tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Apabila permukaan
air tanah cukup dalam, evaporasi dari air tanah adalah kecil dan dapat
diabaikan (BMKG 2013).
Pada saat di lapangan, sulit membedakan antara penguapan dari badan
air, tanah dan tanaman. Oleh karena itu, biasanya evaporasi dan transpirasi
dicakup menjadi satu yang disebut evapotranspirasi yaitu penguapan yang
terjadi di permukaan lahan, yang meliputi permukaan tanah dan tanaman
yang tumbuh dipermukaan tersebut (LIPI 2000).
Dilapangan, sulit membedakan antara penguapan dari badan air, tanah
dan tanaman. Oleh karena itu, biasanya evaporasi dan transpirasi dicakup
menjadi satu yang disebut evapotranspirasi yaitu penguapan yang terjadi di
permukaan lahan, yang meliputi permukaan tanah dan tanaman yang
tumbuh dipermukaan tersebut. Proses perubahan bentuk dari air menjadi
uap air terjadi baik pada evaporasi maupun evapotranspirasi. Penguapan
dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi : radiasi matahari,
temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Radiasi matahari
merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di
atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.
12

Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air


meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis
udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim
tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub
(daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara
di Indonesia relatif kecil (Monahan 2007).
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi
menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap
air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan
terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara
kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu
kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah
terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah
yang terlindung dan udara diam. Untuk di negara Indonesia, kecepatan
angin relatif rendah. Pada musim penghujan angin dominan berasal dari
barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim kemarau
angin berasal dari tenggara yang kering (Rahayu 2009).
8. Awan
Awan dapat terjadi pada setiap tingkat atmosfer dimana ada kelembaban
yang cukup untuk memungkinkan kondensasi berlangsung. Lapisan
atmosfer dimana awan itu berada biasanya di lapisan troposfer, meskipun
puncak beberapa badai petir sesekali menembus lapisan diatas troposfer
(tropopause). Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap
menjadi titik-titik air, terbentuklah awan. Berat titik-titik air dalam awan
boleh mencapai beberapa jutaan, namun biasanya saiz (isipadu) awan adalah
amat besar, jadi ketumpatan awan sebenarnya adalah cukup rendah untuk
membolehkan angin di bawah dan di dalam awan menyokongnya.
Awan tidak sama jenisnya dan selalu berubah bentuk. Awan bergantung
pada ketinggian dan suhunya. Awan dibedakan menurut bentuk dan
tingginya. Ada empat kumpulan yang utama, yaitu awan rendah, awan
sederhana tinggi, awan tinggi dan awan yang tinggi keatas. Awan Rendah
13

terdiri dari awan Stratokumulus, awan Nimbostratus dan awan Stratus, yang
terletak kurang daripada 3000 meter dari muka bumi.Stratokumulus (Sc)
ialah awan berwarna kelabu/putih yang terjadi apabila bahagian puncak
awan kumulus yang terbentuk pada waktu petang menghampar dibawah
songsangan suhu. Awan-awan ini terjadi pada lewat petang dan senja
apabila atmosfer mula menjadi stabil (BMKG 2013).
Awan Nimbostratus gelap dan mempunyai lapisan-lapisan jelas dan
dikenali juga sebagai awan hujan. Stratus ialah awan berupa cebisan kain
koyak terbentuk dalam udara lembab bergelora pada paras rendah atmosfera
selepas hujan. Warna kekuningan muda latar belakang adalah disebabkan
oleh pantulan sinaran suria waktu senja oleh sirrostratus yang terjadi selepas
aktiviti ribut petir pada waktu petang. Awan Stratus sangat rendah, tebal dan
berwarna kelabu (Visa 2005).
Awan Sederhana Tinggi tediri dari awan Altokumulus dan Altostratus,
yang letaknya antara 3000 hingga 6000 meter dari muka bumi. Awan
Altokumulus berkepul-kepul, tidak rata dan berlapis.Awan itu menandakan
keadaan cuaca yang baik. Tiap-tiap elemen nampak jelas tersisih antara satu
sama lain dengan warna keputihan dan kelabu yang mana membedakannya
daripada Sirokumulus. Altostratus(As), awan kekelabuan (bergantung
kepada ketebalan) peringkat pertengahan yang menghasilkan hujan apabila
cukup tebal. Awan-awan ini terjadi dalam lapisan atmosfera stabil dan boleh
menjadi tebal apabila cukup kelembapan dan penyejukan. Hujan berterusan
pada waktu senja dan malam selepas aktiviti ribut petir pada lewat petang
dan senja adalah disebabkan perkara ini. Awan-awan di atas terbentuk pada
waktu senja dan malam hari terdahulu, mula menghilang apabila matahari
terbit pada awal pagi. Awan Altostratus lebih padat, berwarna kelabu dan
kelihatan seperti air.
Awan Tinggi terdiri dari awan Sirus, Sirokumulus dan Sirostratus.
Awan Sirus (Ci) ditiupkan angin timuran yang bergelora. Awan ini
berwarna putih dengan pinggiran tidak jelas. Awan Sirus kelihatan seperti
14

kapas tipis dan awan ini menunjukkan cuaca agak cerah. Sirokumulus
kelihatan seperti sisik ikan.Awan Sirostratus ialah awan putih yang tipis.

C. Hasil Pengamatan
1. Radiasi Surya

Gambar 1.1 Sunshine Recorder Tipe Cambell Stokes


a. Bagian Utama Sunshine Recorder Tipe Cambell Stokes :
1) Busur penjepit bola kaca yang dilengkapi dengan skala derajat lintang
2) Bola kaca pejal
3) Tempat Pias dan Kertas Pias
4) Papan Penyangga
5) Papan skala untuk membaca pias (Sun shine scale).
6) Tiga buah skrup penyangga untuk memperoleh posisi horisontal dan
arah utara yang sebenarnya.
b. Prosedur Kerja Sunshine Recorder Tipe Cambell Stokes :
1) Memasang kertas pias pada tempat yang telah disediakan. Kertas pias
akan terbakar jika ada sinar matahari yang jatuh ke bola, bola kaca ini
berfungsi memfokuskan sinar yang jatuh di atasnya sehingga dapat
membakar kertas pias yang berada di bawahnya.
2) Menghitung persentase kertas pias yang terbakar
15

3) Menggambar kertas pias yang telah digunakan


4) Menentukan lamanya penyinaran matahari dalam satu hari tersebut
dari kertas pias yang terbakar
2. Tekanan Udara
a. Bagian Utama Barometer
1) Skrup Penggerak Nonius
2) Nonius
3) Bejana Barometer
b. Prosedur Kerja Barometer :
1) Membaca angka yang berada pada barometer, yang dibaca adalah angka
yang berbeda di baris kedua dari pinggir, yang paling dalam
2) Mencatat angka yang telah tertera pada petunjuk barometer
3. Suhu Tanah dan Suhu Udara

Gambar 1.3 Termometer Tanah Bengkok


a. Bagian Utama Termometer Tanah Bengkok :
1) Termometer kedalaman 5 cm
2) Termometer kedalaman 10 cm
3) Termometer kedalaman 20 cm
4) Besi penyangga
5) Termometer kedalaman 50 cm
6) Termometer kedalaman 100 cm, yang mana didalamnya terdapat parafin
wax
b. Prosedur Kerja Termometer Tanah Bengkok :
16

1) Memasang masing-masih termometer dengan kedalaman tertentu pada


tanah
2) Khusus untuk termometer kedalaman 50 cm dan 100 cm di dalam
termometer diberi parafin wax
3) Untuk mengetahui suhu tanah dapat dilakukan dengan mengamati angka
pada skala yang bertepatan dengan air raksa pada setiap kedalaman tanah
4) Untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm, termometer tanah di amati dengan
cara mengangkat termometer tersebut

Gambar 1.4 Termometer Minimum Maximum Tipe Six

a. Bagian Utama Termometer Minimum Maximum


1) Termometer Minimum
2) Termometer Maximum
b. Prosedur Kerja Termometer Minimum Maximum
1) Untuk mengetahui suhu terendah dalam suatu periode tertentu (term.
Min) dapat diketahui dengan membaca angka pada skala yang
bertepatan dengan ujung kanan penunjuk.
17

2) Untuk mengetahui suhu tertinggi dalam suhu tertinggi dalam suatu


periode tertentu (Term. Max) dapat dikeathui dengan membaca angka
pada skala yang bertepatan dengan air raksa.

4. Kelembapan Tanah dan Kelembapan Udara

Gambar 1.4 Termohigrograf

a. BagianUtama Termohigrograf :
1) Tabung Termohigrograf
2) Tangkai Petunjuk Suhu
3) Tangkai Penunjuk kelembapan udara
4) Kawat Higroskopsis
b. Prosedur Kerja
1) Termograf :menggerakkan sistem tuas sehingga pena pencatat suhu
udara bergerak dan menggores pada kertas grafik.
2) Higrograf : kenaikan kelembaban udara menyebabkan rambut
menyerap uap air sehingga rambut mengembang dan akan
menggerakan sistem tuas sehingga pena kelembaban udara bergerak
dan menggoreskan pada kertas grafik.
18

3) Prinsip kerja alat ini dengan pengembangan dan pengkerutan rambut


akibat kelembaban didalamnya.
5. Curah Hujan

Gambar 1.6 Ombrograf


a. Bagian Utama Ombrograf :
1) Kertas Grafik sebagai tempat mencatat grafik intensitas curah hujan
2) Saluran pembuangan air untuk saluran keluar air hujan dari tabung
penampung utama ,agar tabung bisa terus terisi dan tidak penuh
3) Point 3 : Tabung Penampung Utama, yang memiliki kapasitas 60 mm,
sebagai tempat air hujan yang berisi pelampung untuk menggerakkan
jarum pada kertas grafik
4) Point 4 : Tabung penampung 1, pada tabung penampung pertama terdiri
dari mulut penakar dan corong sempit
b. Prosedur kerja ombrograf :
1) Air hujan masuk melalui corong menuju tabung penampung 1
2) Air dari tabung penampung 1 masuk ke tabung penampung utama
3) Pada tabung penampung utama terdapat sebuah pelampung yang daat
bergerak bebas, apabila terdapat air hujan yang tertampung
19

4) Pelampung tersebut menggerakan jarum atau pena yang akan membuat


grafik pada silinder kertas grafik
5) Data yang ada pada silinder kertas grafik itulah yang dapat dibaca oleh
pengamat

Gambar 7. Ombrometer
a. Bagian utama Ombrometer :
1) Corong penamang air hujan dengan luas 100 cm2
2) Leher penakar hujan dengan diameter 13 cm, terbuat dari seng
3) Tabung penampung air hujan
4) Kran pembuangan air
b. Prinsip Kerja Ombrometer
1) Air hujan yang jatuh akan masuk melalui corong ombrometer
2) Air yang dari corong masuk ke tabung penampung air hujan
3) Air yang telah tersimpan pada tabung, harus dikeluarkan untuk
dilakukan pengukuran, dengan cara membuka kran dan membiarkan
air mengisi gelas ukur
20

4) Apabila curah huja dalam jumlah banyak sehingga melebihi gelas


ukur, maka pengukuran disesuaikan dengan gelas ukur yang dipakai.
Sehingga kran harus ditutup dan dilakukan perhitungan
5) Apabila masih terdapat air dalam tabung penampung air hujan, maka
pengukuran harus dilakukan kembali, dengan catatan menyimpan data
awal dan menjumlahkan dengan pengukuran yang baru
6. Angin

Gambar 1.8 Wind Vane

a. Bagian Utama Wind Vane :


1) Skala Kecepatan
2) Wind Vane
3) Penentu Arah
b. Prosedur Kerja Wind Vane :
1) Angin akan menggerakkan lembar logam indikator kecepatan
membentuk penyimpangan ke arah horisontal. Besarnya penyimpangan
tersebut tergantung dari besarnya tenaga aliran udara atau hembusan
angin
2) Membaca kecepatan angin yang terjadi pada skala kecepatan angin.
21

3) Membaca arah angin dari wind vane dimana ujung depan (terdapat bola
besi) adalah menunjukkan arah datangnya angin yang dapat diartikan
sebagai arah angin.

Gambar 1.9 Anemometer

7. Evaporasi

Gambar 1.9 Panci Evaporimeter


a. Bagian –Bagian Utama Evaporimeter
1) Panci dari stainlees dengan diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm
2) Floating Thermometer/termometer apung (termometer maksimum dan
minimum air).
3) Hook Gauge (Alat pengukur tinggi permukaan air dalam panci).
22

4) Still Well (Tempat Hook Gauge dan sekaligus pencegah terjadinya


gelombang saat pengukuran).
b. Prosedur Kerja Evaporimter
1) Pengukuran dilakukan pada permukaan air dalam keadaan tenang
didalam tabung peredam riak (Still Well Cylinder) berbentuk silinder
untuk mencegah terjadinya gelombang air pada ujung jarum yang
digunakan untuk mengukur tinggi permukaan air pada panci
evaporimeter.
2) Permukaan air pada panci berkurang karena penguapan.
3) Mengukur jumlah air yang menguap dalam jangka waktu tertentu
menggunakan hook gauge dengan merubah letak ujung jarum sampai
menyentuh permukaan air. Pengukuran dilakukan didalam still well
yang terdapat lubang pada dasarnya untuk jalan masuk air
4) Mengamati dan mencatat hasil pengukuran perubahan tinggi air pada
panci penguapan, mencatat kecepatan angin rata-rata dari anemometer
serta mencatat jumlah curah hujan dari penakar hujan yang terpasang.
Bila terjadi hujan dan masih mungkin dilakukan pengukuran,
pengukuran tetap dilakukan dan penghitungannya menambahkan
jumlah curah hujan yang terjadi dalam penghitungan selisih tinggi
permukaan air.
8. Awan

Gambar 10. Awan Alto C


23

a. Prinsip kerja :
1) Mengamati awan beserta ciri-cirinya kemudian memberikan nama sesuai
dengan famili awan dan ketinggiannya
2) Meenggambar brntuk awan yang ada setiap satu jam sekali

D. HASIL PENGAMATAN
1. Radasi Surya
Kegiatan praktikum yang berjudul Radiasi Surya berlangsung di
Stasiun Klimatologi, Desa Sukosari Kecamatan Jumantono, Karanganyar,
pada hari Minggu,13 Oktober 20131 pukul 10.30-12.00 WIB, sesuai
dengan ketentuan yang telah diterapkan oleh pihak pengelola praktikum
agroklimatologi.
Pengamatan yang dilakukan pada radiasi surya yang diukur,
merupakan jumlah energi radiasi yang sampai ke permukaan bumi dalam
intensitas radiasi harian. Intensitas yang dilakukan merupakan suatu
radiasi surya yang diukur berdasarkan jumlah energi radiasi yang
disampaikan kepermukaan bumi.
Lama penyinaran suatu radiasi surya akan membakar kertas yang
menunjukan lamanya penyinaran surya setiap garisnya satu jam, yang akan
menunjukan arah jam dimana radiasi surya yang diukur merupakan jumlah
energi radiasi yang sampai ke permukaan bumi dalam lamanya peyinaran
perhari. Sehingga Lamanya peyinaran yang dilakukan merupakan suatu
radiasi surya yang diukur berdasarkan jumlah energi radiasi yang
disampaikan kepermukaan bumi.
Sesuai dengan waktu pangamatan yang dilakukan pada bulan-bulan
tengah maka, kertas pias pun diletakkan di posisi tengah. Hal ini
dikarenakan, menyesuaikan posisi matahari, dengan maksud pada bulan-
bulan tengah matahari akan terletak diatas khatulistiwa, sehingga
penyinaran pun akan tegak lurus.
24

Intensitas radiasi sangat berpengaruh sekali bagi segala jenis


tumbuhan, karena intensitas cahaya membantu pertumbuhan pada setiap
tanaman untuk berfotosintesis, memasak zat-zat kimia yang ada pada daun
untuk dijadikan menjadi cadangan makanan dan membantu pertumbuhan
sel-sel tanaman pada permukaan kulit batang dan daun.
Intensitas radiasi merupakan gelombang elektromatik atau gelombang
pendek. Perlunya pengamatan radiasi surya ini dipelajari adalah untuk
dapat mengetahui seberapa besar intensitas cahaya matahari jatuh
kepermukaan bumi menyinari setiap tumbuhan dan terkhususnya adalah
tanaman yang dibudidayakan, karena tidak semua jenis tanaman budidaya
tahan terhadap radiasi surya.
Selain intensitas radiasi surya, lamanya penyinaran surya juga
mempengaruhi bagi tumbuhan, lama penyinaran adalah seberapa lama
radiasi surya menyinari permukaan bumi dalam kurung waktu tertentu.
Lama penyinaran disetiap garis lintang tidak lah sama dan pada umumnya
di aquator perbedaan panjang hari relatife. Semakin lama intensitas cahaya
menyinari permukaan bumi maka akan berdampak terhadap tumbuhan
baik berdampak positip yaitu semakin banyak udara O2 di keluarkan oleh
tumbuhan disebabkan fotosintesis berkepanjangan dan akan berdampak
negatip bagi tumbuhan yaitu kekeringan bagi daun karena lamanya
penyinaran memaksa tanaman untuk berpotosintesis hingga kandungan air
semakin lama semakin habis sehingga mengkibatkan kekeringan terhadap
daun.
Penerimaan radiasi surya dipermukaan Bumi sangat berfariasi
menurut tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh
perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfir terutama awan. Pada skala
mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang diterima.
2. Tekanan Udara
Tekanan Udara merupakan berat massa udara pada suatu wilayah.
Perbedaan pemanasan matahari mengakibatkan tekanan udara pada daerah
satu dengan daerah yang lain berbeda. Hal ini karena pemanasan udara
25

paling banyak terjadi pada atmosfer bagian bawah. Jadi, semakin ke atas
atau tinggi suatu tempat semakin rendah tekanan udaranya.
Dalam pengamatan kali ini, instrumen yang digunakan berupa
barometer, yang diletakkan dalam sangkar cuaca. Pada, saat penelitian
menunjukkan tekanan yang ada, adalah . Tekanan udara yang ada relatif
konstan, hal ini disebabkan karena barometer diletakkan dalam sangkar
cuaca yang berfungsi mencegah adanya fluktuasi tekanan udara di luar.
Penggunaan barometer ini pun, juga tidak terlalu susah, karena kita hanya
perlu membaca angka yang tertera pada termometer yang ada.
Tekanan memiliki keterkaitan tersendiri dalam pertumbuhan tanaman.
Hal ini disebabkan, terdapat beberapa tanaman hanya dapat tumbuh pada
tekanan udara yang tinggi, dan mati pada tekanan yang rendah. Fenomena
tersebut membuktikan, bahwa perlu adanya penyesuaian antara jenis
tanaman yang akan ditanam dengan suhu lingkungan sekitar tanaman
tersebut.
Seperti pada lingkungan di sekitar Jumantono, bahwasannya beberapa
vegetasi yang dapat tumbuh dengan baik adalah jagung, ketela pohon,
mangga, dan lain sebagainya. Sehingga, dapat diartikan bahwa daerah
Jumantono, memiliki tekanan udara yang standar, artinya tidak terlalu
tinggi maupun tidak terlalu rendah. Jadi, beberapa tumbuhan dapat hidup
di sekitar daerah tersebut. Karena, tekanan udara mempengaruhi laju
evaporasi dan fotosintesis pada suatu tanaman.

3. Suhu Tanah dan Suhu Udara

Suhu merupakan ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan


molekul – molekul. Secara umum, suhu diukur menggunakan termometer.
Namun, sering berkembangnya teknologi serta pengetahuan, termometer
pengukur suhu dibedakan menjadi beberapa macam, terdapat termometer
tanah bengkok untuk pengukur suhu dalam tanah, tetmometer minimum
maksimum tipe six, dan lain sebagainya.
26

Dalam pengamatan, terdapat tiga macam termometer yang digunakan


yaitu termometer tanah bengkok, termometer minimum maksimum, dan
termometer boa basah bola kering. Termometer tanah bengkok diletakkan
pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Pada kedalaman
50 cm dan 100 cm, termometer diberi parafin wax dengan tujuan, posisi
termometer tetap dan tidak bergerak terus.
Selain termometer tanah bengkok, juga terdapat termometer minimum
maximum, yang berfungsi untuk mengukur suhu terendah dan tertinggi
pada suatu tempat. Terometer ini bekerja secara otomatis dengan
menyesuaikan besar kecilnya temperatur udara. Termometer kedua yang
dilakukan pengamatan adalah termometer bola basah dan bola kering.
Pada termometer bola basah, suhu diukur dengan menggunakan
termometer yang bulbnya dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian
dialiri udara. Termometer ini berfungsi untuk mengetahui suhu dan
kelembapan udara. Dengan cara penggunaan menghitung selisih
temperatur udara dikomponen bola basah dengan komponen bola kering.
Pada pengamatan yang dilakukan, termometer bola basah dan bola
kering serta termometer minimum maksimum diletakkan dalam sebuah
sangkar, yang bernama sangkar cuaca. Sangkar ini, berfungsi mencegah
fluktuasi suhu, sehingga perubahan suhu yang terjadi tidak terlalu tinggi.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa suhu memiliki pengaruh langsung
terhadap kelangsungan hidup tanaman. Suhu udara mempengaruhi proses
fisiologis, misalnya pembukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan
air dan nutrisi, fotosintesis dan respirasi. Selain itu suhu udara juga
memiliki pengaruh terhadap proses pematangan buah dan pembentukan
benih.
Sedangkan suhu tanah memiliki pengaruh terhadap aktivitas akan,
perkecambahan biji, keganasan penyakit tanaman, dan umur tanaman.
Dari data suhu pada awal pertumbuhan, dapat diramalkan waktu
kematangan tanaman. Suhu tanah lebih memberikan jawaban pada
perubahan setempat dari pada isolasi, topografi dan sebagainya. Suhu
27

tanah terutama suhu ekstrim, akan mempengaruhi perkecambahan biji,


aktivitas akar kecepatan, dan umur tanaman, serta terjadinya keganasan
penyakit tanaman.
4. Kelembapan Tanah dan Kelembapan Udara

Ada beberapa tipe dan prinsip kerja alat pengukur kelembapan udara.
Pada umumnya alat yang digunakan adalah psikrometer. Alat ini terdiri
dari dua termometer yang disebut termometer bola basah dan termometer
bola kering. Kelembapan udara sebanding dengan selisih kedua
termometer yang dapat dicari melalui tabel atau rumus. Alat pengukur
kelembapan lain adalah termohigrograf dengan sensor rambut. Prinsipnya
bila udara lembab rambut bertambah panjang dan udara kering rambut
menyusut. Perubahan panjang ini secara mekanis dapat ditransfer ke jarum
penunjuk pada skala antara 0 sampai 100 % (Angga Vidiawan 2011)
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi
ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik
atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut
higrometer. Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat
untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara
berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada
tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak
melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F).
Kelembaban merupakan salah satu komponen iklim yang memiliki
pengaruh dalam budidaya tanaman terkhusus tanaman pertanian. Setiap
tanaman yang dibudidayakan pasti memiliki kisaran kelembaban udara
yang berbeda. Dalam hal ini kelembaban udara membantu tanaman dalam
menunjang pertumbuhan dan juga perkembangan (BMKG 2012).
Kelembaban udara merupakan komponen iklim yang dapat
mempengaruhi produksi suatu tanaman. Oleh karena itu, perlu untuk
dipahami dan juga diketahui cara penentuan kelembaban udara suatu
tempat. Karena hal ini, akan memperkecil kegagalan dalam budidaya
tanaman.
28

5. Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh di permukaan
selama periode tertentu yang diukur di atas permukaan permukaan
horizontal. Curah hujan yang jatuh biasanya diukur dengan satuan
milimeter (mm). Berdaarkan pengamatan yang telah dilakukan, hujan
dapat diukur menggunakan ombrometer dan ombrograf. Kedua alat
tersebut memiliki fungsi yang sama untuk mengukur curah hujan, namun
masing-masing dari alat tersebut memiliki perbedaaan, baik secara fisik,
fungsi, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Ombrometer
memiliki fungsi untuk mengukur curah hujan harian dan dapat diamati
setiap waktu. Penempatan atau penanaman tiang kolektor ombrometer ini,
telah dibakukan untuk menyamakan pengamatan yaitu, 120 cm dari
permukaan tanah. Pengaturan ini berfungsi agar turbulensi dan percikan air
hujan yang memantul dari tanah sangat kecil kemungkinannya. Kelebihan
alat ini yaitu pemakaiannya mudah dan praktis, selain itu, ketelitian alat
cukup kecil sehingga memungkinkan untuk memperoleh data hasil
pengukuran yang lebih valid. Selain itu, ombrometer juga memilki
kekurangan, yaitu memerlukan pengamatan berulang untuk mendapatkan
data hasil karena diamati harian.
Sedangkan, ombrograf berfungsi untuk mengukur curah hujan dalam
periode mingguan dengan dilengkapi pena beserta silinder kertas grafik
yang digunakan untuk mencatat curah hujan. Pada umumnya, ombrograf
ditempatkan di atas permukaaan tanah dengan prinsip kerja berdasarkan
sistem pelampung. Kelebihan dari ombrograf adalah pengamatannya lebih
efisien karena grafik akan terbentuk secara otomatis dengan perubahan
volume air di dalam tabung penampung. Dengan data yang berbentuk pada
grafik dapat diperoleh informasi mengenai curah hujan secara
bersinambungan dalam periode tertentu. Namun, alat juga mempunyai
kelemahan yaitu daya tampungnya hanya 60 mm sehingga tidak bisa
mengamati curah hujan lebih dari ukuran itu.Selain itu juga, kelemahan
pada ketelitian alat yang mencapai 2 mm sehingga data yang dihasilkan
29

kurang valid dibandingkan ombrometer. Hal ini disebabkan data yang


dihasilkan berdasarkan gerakan pena yang dimungkinkan bisa bergerak
juga akibat faktor selain pena seperti halnya akibat tersenggol pengamat.
6. Angin
Angin merupakan gerakan perpindahan massa udara dari satu tempat
ke tempat lain secara horisontal. Massa udara adalah udara dalam ukuran
yang sangta besar yang mempunyai sifat fisik (temperatur dan
kelembapan) yang seragam dalam arah horizontal. Angin bergerak dari
daerah bertekanan tinggi menuju tekanan yang rendah (BMKG 2012).
Pada pengamatan instrumen angin diketahui bahwa angin yang
berhembus saat itu memiliki kecepatan , dengan arah datang . Instrumen
yang digunakan dalam mengukur arah dan kecepatan angin adalah
anemometer mangkok dan wind vane. Pada lokasi pengamatan,
anemometer mangkok diletakakan tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan,
letak anemometer disesuaikan dengan tinggi vegetasi yang ada.
Anemometer memiliki nilai keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan
wind vane, karena kecepatan angin langsung masuk ke bagian pencatat
kecepatan. Akan tetapi, kekurangan dari anemometer cup ini adalah saat
penempatan di atap bangunan akan menyebabka perhitungan yang kurang
akurat (Adam Hug 2007).
Berbeda halnya dengan wind vane, pada dasarnya wind vane
hanya berfungsi untuk menentukan arah datangnya angin. Namun, alat ini
juga dapat digunakan untuk menentukan kecepatan angin, tetapi tingkat
keakuratannya sangat kecil sekali. Angin memiliki peran khusus bagi
pertumbuhan suatu tanaman, secara umum, angin merupakan media dalam
penyerbukan secara alami. Selain itu, angin juga berperan dalam proses
respirasi, serta transpirasi tumbuhan (LIPI 2000).
Namun, perlu diketahui, selain memberi dampak postitif bagi
tumbuhan, angin juga dapat merusak tanaman. Hal ini terjadi, apabila
angin yang bertiup sangat kencang. Oleh sebab itu, pada beberapa area
persawahan atau perkebunan diberi wind breaker atau pemecah angin yang
30

berupa pohon-pohon besar, dengan tujuan membelokkan angin, serta


melindungi vegetasi yang ada di area persawahan tersebut.
7. Evaporasi
Kegiatan praktikum yang berjudul Evaporasi berlangsung di Stasiun
Klimatologi, Desa Sukosari Kecamatan Jumantono, Karanganyar, pada
hari Minggu,11 Oktober 2015 pukul 13.00-15.00 WIB, sesuai dengan
ketentuan yang telah diterapkan oleh pihak pengelola praktikum
agroklimatologi. Pengamatan yang dilakukan adalah perhitungan terhadap
jumlah nilai evaporasi yang terjadi saat itu. Nilai evaporasi dihitung dari
ketinggian terakhir dikurangi nilai awal perhitungan. Hal ini, dilakukan
untuk mengetahui tingkat evaporasi yang terjadi saat itu, di wilayah
Jumanto. Dalam perhitungan digunakan Hook yang memiliki skala nonius
yang diletakkan dalam still well yang ada dalam evaporimeter. Still well
terebut digunakan untuk mencegah riak dari air yang ada. Selain itu, dalam
evaporimeter juga terdapat termometer apung yang berfungsi untuk
mengukur suhu dalam evaporimeter. Termometer ini diapungkan, dengan
tujuan tidak bersebtuhan langsung dengan air, yang mana akan
mempengaruhi perhitungan. Di bawah evaporimeter, terdapat kayu yang
berfungsi untuk mencegah kontak langsung evaporimeter dengan tanah,
hal ini disebabkan apabila bersentuhan langsung dengan tanah, maka
dalam evaporimeter memiliki suhu yang bercampur dengan suhu tanah.
Dalam pengamatan, dijelaskan bahwa perhitungan nilai evaporasi
memiliki rumus yang berbeda, antara waktu hujan dan tidak hujan. Pada
waktu tidak hujan, rumus perhitungannya adalah selisih tinggi permukaan
awal dengan tinggi akhir. Sedangkan pada saat hujan, selisih tinggi
permukaan awal drngan tinggi akhir dikalikan dengan besarnya curah
hujan.
Pada tumbuhan, evaporasi sering memiliki keterkaitan dengan
transpirasi, yaitu proses kehilangan air. Proses transpirasi tumbuhan-
tumbuhan tropis di negara Indonesiam memiliki kadar lebih tinggi dari
tumbuhan di kawasan lain. Oleh sebab itu, perlu penyiraman lebih sering,
31

jika tidak tumbuhan akan layu. Hal ini, membuktikan bahwa tingkat
evaporasi pun juga tinggi. Sehingga, ketika lingkungan sekitar tumbuhan
terebut memiliki evaporasi yang tinggi, tingkat transpirasi pada tumbuhan
pun juga tinggi.
8. Awan
Kegiatan praktikum yang berjudul awan yang berlangsung di Stasiun
Klimatologi, Desa Sukosari Kecamatan Jumantono, Karanganyar, pada
hari Minggu,11 Oktober 2015 pukul 13.00-15.00 WIB, sesuai dengan
ketentuan yang telah diterapkan oleh pihak pengelola praktikum
agroklimatologi. Awan yang terbentuk pada pengamatan waktu tersebut
merupakan awan jenis alto cumulus. Hal ini disebabkan, posisi awan yang
Altostratus berwarna kekelabuan dan meliputi hampir keseluruhan langit
( Kartasapoetra, et al 2006).
Apabila, diamati kondisi awan alto cumulus tidak terlalu
menganggu cuaca yang ada disekitar lokasi pengamatan. Hal ini
disebabkan, awan alto cumulus bukan termasuk golongan awan penyebab
hujan. Hanya saja apabila diamati awan tersebut berwarna kelabu yang
dapat menghalangi sinar matahari. Jika awan ini, semakin tebal maka sinar
matahari tidak dapat mencapai permukaan tanah dan tumbuhan. Sehingga,
dengan kondisi awan tersebut yang semakin tebal akan menganggu
keberlangsungan proses fotosintesis pada tumbuhan.
32

E. KOMPREHENSIF
Cuaca adalah gambaran kondisi atmosfer jangka pendek (kurang dari 24
jam) pada suatu lokasi tertentu, sedangkan iklim adalah rata-rata cuaca jangka
panjang (sekitar 30 tahun) dari suatu wilayah. Cuaca dan iklim memiliki
pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan daya bertahan hidup suatu
tanaman. Cuaca memiliki beberapa unsur yang menyebabkan suatu tanaman
dapat mempercepat proses fisiologi maupun metabolisme dalam tubuhnya.
Unsur cuaca memiliki delapan komponen yang utama, yaitu suhu,
kelembapan, kecepatan, tekanan, radiasi surya, hujan, evaporasi, dan angin.
Semua unsur tersebut memiliki suatu hubungan yang erat.
Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dalam suatu wilayah
persawahan atau perkebunan yang memiliki suhu yang sangat tinggi akan
menyebabkan tingkat evaporasi yang ada juga semakin tinggi, dengan nilai
kelembapan yang rendah. Suhu yang tinggi tersebut akan berpengaruh
terhadap suatu tekanan yang ada, karena suhu udara tinggi maka tekanan di
temoat tersebut pun menjadi tinggi pula. Suhu yang tinggi tadi dapat
diakibatkan karena penyinaran matahari yang sangat lama, sehingga dari
penyinaran yang lama dapat menyebabkan kenaikan suhu di suatu wilayah.
Selain itu, hembusan angin juga memiliki suatu keterkaitan dengan yang
lain. Angin yang berhembus kencang akan menyebabkan tingkat evaporasi
menjadi meningkat. Meningkatnya nilai evaporasi, akan berdampak pada
kelembapan yang berubah menjadi rendah. Pada kondisi lain, misalnya hujan
hubungan antar komponen pun akan terlihat jelas.
Pada saat musim hujan, secara otomatis radiasi matahari akan berkurang
karena tertutup awan, sehingga menyebabkan perlu adanya pemilihan
tanaman khusus yang mampu untuk bertahan hidup pada waktu hujan. Saat
musim hujan, suhu udara menjadi rendah dan kelembapan menjadi tinggi.
Kondisi seperti ini, harus diimbangi dengan kemampuan suatu tanaman untuk
beradaptasi. Sehingga, perlu adanya strategi khusu dalam proses penanaman,
perlu adanya pengetahuan mengenai kondisi cuaca yang sedang terjadi.
Selain itu perlu adanya, suatu kerjasamama antar komponen dalam bidang
33

pertanian, agar mampu menciptakan kondisi yang baik, sehingga dapat


mendukung pertumbuhan suatu tanaman dan kemampuan adaptasi.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam pengamatan Unsur-Unsur Cuaca Manual dapat diambil beberapa
simpulan, sebagai berikut :
1. Radiasi surya yang diukur berdasarkan jumlah energi radiasi yang
dipancarkan dalam sehari sebarapa besar intensitas dan lamanya peyinaran
energi tersebut. Radiasi yang dikeluarkan dipengaruhi oleh Jarak dari
matahari, Intensitas radiasi matahri, Lama penyinaran matahari/panjang
hari/duration, dan Atmosfer. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur
lama penyinaran matahari Campbell Stokes.
2. Tekanan Udara merupakan berat massa udara pada suatu wilayah. Tekanan
Udara diukur menggunakan barometer yang memiliki satuan mb. Tekanan
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, dalam suatu konteks tertentu
suatu jenis vegetasi tidak dapat hidup pada daerah bertekanan rendah.
Tekanan udara mempengaruhi tingkat evaporasi dan fotosintesis
3. Suhu merupakan ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan molekul
– molekul. Termometer tanah bengkok diletakkan pada kedalaman 5 cm,
10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Pada kedalaman 50 cm dan 100 cm,
termometer diberi parafin wax dengan tujuan, posisi termometer tetap dan
tidak bergerak terus. Untuk mengukur suhu udara terdapat termometer
minimum maximum. Termometer bola basah bola kering berfungsi untuk
mengukur suhu dan kelembaban Suhu udara mempengaruhi proses
fisiologis, misalnya pembukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan
air dan nutrisi, fotosintesis dan respirasi
4. Kelembaban harian adalah kelembaban yang ada pada suatu wilayah
selama satu hari. Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara
karena udara mengandung uap air. Kelembaban udara membantu tanaman
dalam menunjang pertumbuhan dan juga perkembangan.
5. Kelembaban merupakan salah satu komponen iklim yang memiliki
pengaruh dalam budidaya tanaman terkhusus tanaman pertanian. Setiap
34

tanaman yang dibudidayakan pasti memiliki kisaran kelembaban udara


yang berbeda. Dalam hal ini kelembaban udara membantu tanaman dalam
menunjang pertumbuhan dan juga perkembangan
6. Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh di permukaan selama
periode tertentu yang diukur di atas permukaan permukaan horizontal.
Curah hujan diukur menggunakan ombrometer dan ombrograf. Hujan
memiliki pengaruh terhadap suatu tumbuhan, dikarenakan curah hujan
memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Curah
hujan berperan sebagai sumber ketersediaan air bagi tanaman, yang mana
air berfungsi sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan
dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya.
7. Evaporasi (diberi notasi E0) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan
air (seperti laut, danau, dan sungai), permukaan tanah (genangan air di atas
tanah dan penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan
permukaan tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Nilai evaporasi
memiliki rumus yang berbeda, antara waktu hujan dan tidak hujan. Pada
tumbuhan, evaporasi sering memiliki keterkaitan dengan transpirasi, yaitu
proses kehilangan air. Proses transpirasi tumbuhan-tumbuhan tropis di
negara Indonesiam memiliki kadar lebih tinggi dari tumbuhan di kawasan
lain.
8. Awan yang terbentuk pada saat praktikum, merpakan awan Alto Cumulus,
yaitu awan penyebab hujan.
Saran
Dalam praktikum acara 1, pengenalan alat dan pengamatan unsur-unsur
cuaca secara manual secara umum cukup bagus. Akan tetapi, alangkah lebih
baiknya apabila dijelaskan secara detail bagaiman hubungan setiap dari unsur
tersebut secara komprehensif serta bagaimana pengaruh unsur tersebut dalam
bidang pertanian. Sehingga praktikan benar-benar memahami bagaimana setiap
dari kompenen cuaca memiliiki kendali dalam bidang pertanian.
35

DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Anemometer.


http ://www.staklimkarangploso.info. Diakses pada Minggu, 10 November
2013.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Semarang. Kelembapan Udara.
http://www.cuacajateng.com. Diakses pada Selasa, 12 November 2013.
Habibie Najib, Sasmito, Roni K 2011. Kajian Potensi Energi Angin Di Wilayah
Sulawesi dan Maluku. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 12 (2) : 181 -187.
Hartono 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung:
CV. Citra Praya
Kartasapoetra, Ance Gunarsih 2006. Klimatologi pengaruh Iklim terhadap Tanah
dan Tanaman. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2000. Artikel Unsur-Unsur Cuaca :
Tekanan. http ://www.fisikanet.lipi.go.id. Diakses pada Sabtu, 19
November 2013.
Monahan, Adam Hugh 2007. Empirical Models of the Probability Distribution of
Sea Surface Wind Speeds. Journal of Climate Volume 20.
Rahayu Saptanti 2009. Nuansa Geografi. Solo : PT Widya Duta Grafika
Vidiawan, Angga 2011. Analisa Pengaruh Kelembapan Tanah dengan
Menggunakan Metode Analysis of variance. Proyek Akhir Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar S.ST. Surabaya : Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.
Visa Junarti 2005. Penerapan Distribusi Peluang Untuk Identifikasi Perubahan
Klimatologis Curah Hujan Ekstrim. Jurnal Matematika 8 (3) : 95-101.

También podría gustarte