Está en la página 1de 14

ARTIKEL

PERAWAT PALIATIF BAGI PENDERITA CANCER

Disusun Oleh :

Jenni Inggrit Yarangga 462015016

Rut Martavina Jambormias 462015025

Gracia Marceilina Pattinasarany 462015028

Rismayanti Mambela 462015052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2018
ABSTRAK

Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian
utama di dunia. Pasien kanker stadium lanjut mengalami berbagai masalah fisik, psikososial dan
spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien. Selain pengobatan gejala fisik, perlu diberikan
dukungan psikologis, sosial dan spiritual. Dukungan tersebut disebut perawatan paliatif.
Perawatan paliatif masih jarang ditemukan di Indonesia, hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman dan kesadaran perawat mengenai pentingnya perawatan paliatif pada pasien. Tujuan
Review Literature ini unutk mengetahui pentingnya perawat paliatif bagi pasien dengan penyakit
terminal yang prognosisinya memburuk. Berdasarkan pada 7 literature yang dianalisa, sebanyak 5
literature memiliki judul dan abstrak yang relevan, dan sebagai tambahan sebanyak 2 judul
digunakan sebagai referensi. Pada penelitian yang ditelaah dalam artikel ini belum ada yang
menggunakan penelitian Randomized Control Trial (RCT), keseluruhan penelitian hanya sebatas
studi observasional tentang pengaruh supervisi terhadap penatalaksanaan universal precaution.
Kesimpulan : Perawatan paliatif yang baik mampu merubah kualitas hidup penderita kanker
seseorang menjadi lebih baik. Saran : Di Indonesia masih sangat kurang dalam peminatan perawat
paliatif oleh karena itu diperlukan sekali kesadaran penuh untuk perawat paliatif di Indonesia guna
untuk kelangsungan kualitas hidup pasien dengan penyakit terminal.

Kata Kunci : Perawat Paliatif, Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Terminal
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………………………

Abstrak………………………………………………………………………………………..…….

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………….

Metode……………………………………………………………………………………………

Hasil………………………………………………………………………………………………...

Pembahasan…………………………………………………………………………………………

Kesimpulan…………………………………………………………………………………………

Saran………………………………………………………………………………………………..
LATAR BELAKANG

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007


Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa
dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif Kronis, cystic
fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi
seperti HIV/AIDS

World Health Organization atau WHO melaporkan 8,8 juta angka kematian pada 2015
akibat kanker dan akan meningkat secara signifikan menjadi sekitar 13,1 juta kematian pada tahun
2030. Sekitar 78% diantaranya berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti
Indonesia (WHO, 2017). Menurut laporan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
(InfoDATIN) pada tahun 2012 terdapat sekitar 8,2 juta kematian yang disebabkan oleh kanker.
Prevalensi kanker di Indonesia menurut Riskesdas pada 2013 terdapat 1,4% atau sekitar 347.792
orang mengalami kanker (Kemenkes RI, 2015). Jawa tengah merupakan provinsi dengan estimasi
kanker terbanyak yaitu 68.638 orang. Menurut Profil Kesehatan prevalensi kanker pada 2014
adalah 8.678 orang yang meliputi kanker paru, kanker mamae, kanker serviks dan kanker hati.
Prevalensi paling banyak 3 berada di RSUD yaitu 6.586 orang pada tahun 2014 (Dinkes, 2014).

Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian
utama di dunia. Pasien kanker stadium lanjut mengalami berbagai masalah fisik, psikososial dan
spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien. Selain pengobatan gejala fisik, perlu diberikan
dukungan psikologis, sosial dan spiritual. Semakin tingginya jumlah penderita kanker pada tahun-
tahun belakangan, terutama mereka yang didiagnosis pada stadium lanjut, membuat semakin rumit
dan kompleks terapi yang harus diberikan. Berbagai modalitas pengobatan kanker juga membuat
efek samping dan toksisitas menjadi berlipat ganda yang pada akhirnya terakumulasi dan
menyebabkan berbagai gangguan dan disabilitas pada penderita kanker sendiri. Pada sebagian
besar stadium yang tidak dapat disembuhkan tersebut, pendekatan yang diberikan adalah paliatif,
yang terutama bertujuan meningkatkan kualitas hidup penderita dan mengurangi gejala penyakit.
Dukungan tersebut disebut perawatan paliatif. Perawatan paliatif masih jarang ditemukan di
Indonesia, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kesadaran perawat mengenai
pentingnya perawatan paliatif pada pasien kanker. Pada akhirnya penderita diharapkan dapat
menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan agar
mampu melakukan hal-hal yang masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi spiritual penderita.
Perawatan paliatif lebih berfokus pada dukungan dan motivasi ke penderita. Kemudian setiap
keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit. Perawatan
paliatif ini bisa mengeksplorasi individu penderita dan keluarganya bagaimana memberikan
perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk menghadapi
kematian.
METODE

Berdasarkan pada 7 literature yang dianalisa, sebanyak 5 literature memiliki judul dan
abstrak yang relevan, dan sebagai tambahan sebanyak 2 judul digunakan sebagai referensi. Pada
penelitian yang ditelaah dalam artikel ini belum ada yang menggunakan penelitian Randomized
Control Trial (RCT), keseluruhan penelitian hanya sebatas studi observasional tentang pengaruh
supervisi terhadap penatalaksanaan universal precaution. Berdasarkan review artikel, ditemukan
bahwa perawatan paliatif berpengaruh terhadap kualitas hidup klien kanker stadium akhir.
HASIL

Menurut penelitian Nafisatul Wakhidah yang berjudul “Psychological Well-Being pada


Caregiver Penyakit Terminal di Kota Malang merupakan penelitian yang menggunakan metodel
penelitian kualitatif studi kasus karena dapat membuat peneiti memperoleh pemahaman utuh
mengenai interelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus khusus yang dikaji. Pemerolehan subjek
dilakukan dilakukan melalui metode non-probability sampling non random sampling jenis
purposive sampling. Informan penelitian merupakan caregiver berusia 25 sampai 65 tahun, sudah
menikah dan memiliki anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga partisipan memiliki
permasalahan dalam perannya sebagai caregiver dengan penyakit terminal (stadium akut/kronis)
dan berdasarkan hasil penemuan penelitian, berikut ini adalah deskripsi kesejahteraan psikologi
dari teori Carol D Ryff. Ketiga informan mampu untuk memberikan pelayanan yang maksimal
kepada anak, pasien, dan tetap berusaha semaksimal mungkin juga mencari nafkah. Ketiga
informan juga memiliki sifat positif dan negative pada dimensi autonomi. Ketiga informan juga
menunjukan keinginannya untuk terus berkembang, mereka selalu mencari informasi tentang
perkembangan penyakit dari pasien.

Menurut penelitian Agnis Tri Giarti (2018) yang berjudul “Gambaran Pengetahuan
Perawat Tentang perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker Di RSUD DR. Moewardi merupakan
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian
ini meliputi seluruh perawat di ruang Mawar 3 dan Melati 3 RSUD Dr. Moewardi. Populasi dalam
penelitian berjumlah 75 perawat. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
purposive sampling atau kriteria sampel ditentukan oleh peneliti. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah perawat yang memiliki pengalaman merawat pasien kanker lebih dari 1 tahun, kriteria
eklusi perawat yang sedang menjalani orientasi dan perawat yang baru dipindahkan di ruang yang
mengelola pasien kanker. Sampel berjumlah 55 perawat. Data dikumpulkan dengan instrumen
kuesioner yaitu PCQN (Palliative Care Quiz for Nursing). Data yang didapatkan dianalisa dengan
analisa univariat yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Karakteristik responden dalam
penelitian meliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama kerja serta keikutsertaan dalam
pelatihan perawatan paliatif yang dijabarkan dalam tabel sebagai berikut: Distribusi Frekuensi
Jenis Kelamin, menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan yaitu 33 perawat
(60%) dibandingkan responden laki-laki yaitu 22 perawat (40%). Distribusi Frekuensi Pendidikan
Terakhir, menunjukkan hasil bahwa pendidikan terakhir perawat paling banyak adalah Diploma 3
yaitu 34 perawat (61,8%), kemudian Strata 1 dan Ners yaitu masing-masing 7 perawat (12,7%),
serta Diploma 4 sebanyak 5 perawat (9,1%) dan yang paling sedikit adalah SPK yaitu 2 perawat
(3,6%). Distribusi Frekuensi Lama Kerja, menunjukkan hasil bahwa lama bekerja perawat paling
banyak terdapat pada kategori 1-5 tahun yaitu 28 perawat (50,9%) lebih banyak daripada perawat
yang bekerja 6-10 tahun yaitu 9 perawat (16,4%), 16-20 tahun yaitu 7 perawat (12,7%), 11-15
tahun yaitu 6 perawat (10,9%) dan paling sedikit berada dalam kategori >20 tahun yaitu 5 perawat
(9,1%). Distribusi Frekuensi Pelatihan sebagian besar perawat belum mengikuti pelatihan
perawatan paliatif yaitu sebanyak 49 perawat (89,1%) dibandingkan perawat yang telah mengikuti
perawatan paliatif yaitu 6 perawat (10,9%). Distribusi Frekuensi Pengetahuan, secara umum lebih
banyak dalam kategori cukup yaitu 35 perawat (63,6%) dibanding kategori baik dan kurang yaitu
masing-masing 10 perawat (18,2%). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa perawat dengan jenis
kelamin perempuan lebih dominan daripada laki-laki, pendidikan terakhir perawat mayoritas
adalah D3, perawat yang diteliti paling banyak bekerja pada rentang 1-5 tahun dan mayoritas
perawat yang diteliti belum mengikuti pelatihan tentang perawatan paliatif.

Menurut penelitian Anita dengan judul “Perawatan Paliatif Dan Kualitas Hidup Penderita
Kanker” merupakan penelitian dimana untuk mengetahui perawatan paliatif dan kualitas hidup
dengan kenyataan bahwa pengobatan kanker memberi dampak negatif pada fisik dan mental, serta
mempunyai pengaruh yang besar terhadap konsep diri. Jika konsep diri terganggu, maka
berpengaruh terhadap pikiran dan tingkah laku seseorang, antara lain: kesedihan, kekhawatiran
dan ketakutan akan masa depan dan kematian. Kondisi ini mempengaruhi kualitas hidup penderita
kanker. Kualitas hidup penderita kanker dipengaruhi pemahaman individu terhadap penyakitnya,
sehingga penderita tahu cara menjaga kesehatan. Aspek dimensi yang mempengaruhi kualitas
hidup penderita adalah fisik, psikologis, hubungan social dan lingkungan. Melalui perawatan
paliatif penderita diajak untuk lebih bisa menerima keadaannya sehingga masih bisa menjalani
hidupnya meskipun umurnya tak lama lagi. Kualitas hidup penderita dengan penyakit tak bisa
disembuhkan akan terus memburuk atau menurun jika harapan penderita tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada. Perawatan paliatif memberikan dukungan dalam hal spiritual dan psikososial,
dukungan moral kepada keluarga yang berduka. Untuk itu dibutuhkan empati yang besar dan
kemampuan khusus dalam melakukan perawatan paliatif dari tenaga kesehatan. Salah satu aspek
penting dalam perawatan paliatif adalah kasih, kepedulian, ketulusan, dan rasa syukur. Begitu
pentingnya aspek ini, sampai melebihi pentingnya penanganan nyeri yang mutlak harus dilakukan
dalam perawatan paliatif. Perawatan paliatif merupakan pendamping pengobatan medis.
Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan penderita kanker dengan prioritas
utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan penderita. Meningkatnya kualitas hidup
penderita karena perawatan paliatif, diharapkan akan membantu penderita siap secara psikologis
dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

Menurut penelitian Syifa Alkaf (2016) dengan judul “Terapi Paliatif Bagi Penderita Kanker
Ginekologi” merupakan penelitian yang dimana menjelaskan tentang Terapi paliatif merupakan
bentuk perawatan yang bertujuan mengurangi gejala penyakit dan memperbaiki kualitas hidup
pasien, tanpa dipengaruhi stadium dan keparahan penyakit. Terapi paliatif terdiri dari tiga fase
yaitu fase pertama yang terfokus pada peningkatan kualitas hidup, fase kedua yang berorientasi
menghilangkan gejala, dan fase terminal yang bertujuan mengurangi penderitaan pasien menjelang
kematian. Pendekatan terapi paliatif pada pasien keganasan ginekologi terutama bertujuan
mengurangi gejala yang umum antara lain kelelahan, nyeri, mual dan muntah, diare, sesak nafas,
dan konstipasi. Keganasan ginekologi juga dapat mencetuskan gangguan fungsi seksual dan
gangguan tidur yang dapat diatasi dengan terapi sulih hormon dan anti depresan. Pembedahan
paliatif dapat dilakukan pada kasus obstruksi usus maligna, sedangkan radioterapi dan kemoterapi
paliatif biasa digunakan baik sebagai terapi definitif maupun ajuvan. Radioterapi mengurangi
edema limfe dan mengatasi pendarahan ginekologik, sedangkan kemoterapi dikatakan dapat
memperpanjang overall survival dan progression free survival. Perawatan paliatif juga dapat
dilakukan dengan perawatan rumah.Perawatan rumah terutama dilakukan pada pasien stadium
dengan usia harapan hidup kurang dari enam bulan. Komunikasi adalah penting bagi dokter untuk
menyampaikan berita buruk (breaking bad news) dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat.
Pada pasien menjelang ajal, penting untuk membuat pasien merasa nyaman. Bila perlu, segala
bentuk pengobatan yang berlebihan dan sia-sia sebaiknya dihentikan. Simpulan, terapi paliatif
pada penderita keganasan ginekologi dapat diberi bersamaan ataupun setelah terapi definitif.
Terapi paliatif ditujukan untuk mengurangi gejala penyakit dan memperbaiki kualitas hidup
pasien.

Menurut penelitian Pradana, I Putu Wira dkk (2012) yang berjudul “Hubungan kualitas
hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien kanker di RSUP sanglah Denpasar”
merupakan penelitian yang bersifat korelatif dengan desain menggunakan (EORTC QLQC30)
versi 3 dan kuesioner Needs at the End of Life Screening Tool (NEST) . Setelah dilakukan
diperoleh data responden dengan kualitas hidup buruk (11,8%), sedang orang (71,8%), dan baik
(16,5%) jadi sebagaian besar kualitas hidupnya sedang. Sedangkan setelah dilakukan pengukuran
kebutuhan perawatan paliatif pada responden, diperoleh responden dengan kebutuhan perawatan
paliatif rendah (16,5%), sedang (76,5%), dan tinggi (7,1%). Data ini menunjukan bahwa sebagian
besar responden memiliki kebutuhan perawatan paliatif sedang .Setelah dilakukan analisis statistik
korelasi dengan uji Rank Spearman, didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,000 yang dibandingkan
dengan nilai α = 0,05. Menurut penelitian Akimaya Miki et all (2012) yang berjudul” Supportive
Care in Cancer in Japan“ merupakan penelitian berbentuk korelatif dengan cara peneitian melaui
kuesioner kepada 1619 pasien kanker. Hasilnya 28 % percaya bahwa opioid adiktif memperpendek
umur, 52 % percaya bahwa perawatan paliatif hanya untuk pasien yang sakit parah, ; 75 % setuju
bahwa diurus di rumah menempatkan beban berat pada keluarga dan 61 % setuju bahwa layanan
rumah - kunjungan tidak bisa menanggapi perubahan mendadak dalam kondisi pasien.
PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas perubahan yang terjadi pada kanker stadium akhir
menyebabkan perubahan kualitas hidup karena kualitas hidup terdiri dari empat dimensi yaitu
dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan yang tidak hanya ditangani dengan
kuratif tapi perlu pendekatan yang lebih bersifat personal pada fisik, psikologi, soaial dan spiritual
sehingga dapat disimpelkan bahwa perawtan paliatif memiliki pengaruh terhadap pasien kanker
stadium akhir. Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan mengurangi
penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta pengobatan nyeri dan masalah-
masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002) dan pelayanan masa
dukacita bagi keluarga (WHO, 2005) dalam Pedoman teknis pelayanan paliatif kanker, 2013).
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi
penderitaan, memperpanjang umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada
keluarga penderita. Meski pada akhirnya penderita meninggal, dan yang terpenting sebelum
meninggal penderita siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit
yang dideritanya. Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat.
Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak,
mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti
setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada
anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter,
perawat, pekerja social, psikolog, konselor spiritual, relawan, apoteker dan profesi lain yang
diperlukan. Kemenkes (2013), menjelaskan prinsip pelayanan paliatif pasien kanker:

1) menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain, 2) menghargai kehidupan dan menganggap kematian
sebagai proses normal, 3) tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian, 4)
mengintegrasikan aspek psikologis, social dan spiritual, 5) memberikan dukungan agar pasien
dapat hidup seaktif mungkin, 6) memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, 7)
menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya, 8)
menghindari tindakan sia-sia. Perawatan paliatif berupaya meringankan penderitaan penderita
yang sudah sakit parah dan tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker stadium akhir,
penderita penyakit motor neuron, penyakit degeneratif saraf dan penderita HIV/AIDS. Pada
akhirnya penderita diharapkan dapat menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat dan tidak putus
asa serta memberi dukungan agar mampu melakukan hal-hal yang masih bisa dilakukan dan
bermanfaat bagi spiritual penderita. Perawatan paliatif lebih berfokus pada dukungan dan motivasi
ke penderita. Kemudian setiap keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk
mengurangi rasa sakit. Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu penderita dan
keluarganya bagaimana memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya
serta kesiapan untuk menghadapi kematian. Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian
gejala dan keluhan, serta bukan terhadap penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat
disembuhkan. Dengan begitu penderita terbebas dari penderitaan akibat keluhan dan bisa
menjalani akhir hidupnya dengan nyaman. Perawatan paliatif diperlukan karena: Setiap orang
berhak dirawat dan mati secara bermartabat, menghilangkan nyeri: fisik, emosional, spiritual dan
sosial adalah hak asasi manusia, perawatan paliatif adalah kebutuhan mendesak seluruh dunia
untuk orang yang hidup dengan kanker stadium lanjut.
KESIMPULAN

Perubahan pada penderita kanker menyebabkan perubahan kualitas hidup. Kualitas hidup
terdiri dari dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan, keseluruhan dimensi
kehidupan tidak hanya dapat ditangani secara kuratif, tetapi perlu pendekatan yang lebih personal
berupa perawatan paliatif. Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir
hayat. Perawatan paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi Anita, Perawatan
Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker masih diteruskan dengan memberikan dukungan
kepada anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif mencakup pelayanan terintegrasi antara
dokter, perawat, pekerja social, psikolog, konselor spiritual, relawan, apoteker dan profesi lain
yang diperlukan. Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud adalah
menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis,
sosial dan spiritual. Perawatan paliatif yang baik mampu merubah kualitas hidup penderita kanker
seseorang menjadi lebih baik.

SARAN

Dalam peningkatan mutu kualitas kelangsungan pasien terminal sangat dibutuhkan


perawatan paliatif yang di Indonesia sendiri masih kurang peminatannya. Oleh karena itu
diharapkan di Indonesia dapat menerapkan perawatan paliatif guna untuk kelangsungan kualitas
hidup pasien dengan penyakit terminal yang prognosisnya memburuk.
DAFTAR PUSTAKA

Agnis Tri Giarti (2018) Jurnal Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang perawatan Paliatif Pada
Pasien Kanker Di RSUD DR. Moewardi

Ahlner-Elmqvist.2004. Place of death: hospitalbased advanced home care versus conventional


care - A prospective study in palliative cancer care

Anita. Jurnal . PERAWATAN PALIATIF DAN KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER.


Volume VII, Nomor 3, November 2016, hlm 508-513. Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang. Email: anitabustami@yahoo.co.id

Baker, Dean, Ph.2009. Do New Drugs Increase Life Expectancy? A Critique of a Manhattan
Institute Paper

Menurut penelitian Syifa Alkaf (2016) Jurnal Terapi Paliatif Bagi Penderita Kanker Ginekologi,
JK Unila Volume 1, Nomor 2. Oktober 2016. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Jl. Dr.
M Ali Km 3,5 Palembang. Email : dear.syifa@gmail.com

Nafisatul Wakhidah. Jurnal Psychological Well-Being pada Caregiver Penyakit Terminal di Kota
Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 1. September 2013.

Pradana, I Putu Wira dkk (2012) . Hubungan Perawatan Paliatif dengan Kualitas Hidup Pasien .
EBSCO.//2012

También podría gustarte