Está en la página 1de 7

A.

Lingkungan Hidup dan Problematika


1. Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup terdiri dari dua kata yaitu : lingkungan dan hidup. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), kata lingkung berarti memberi batas (pagar) sekeliling, sedangkan
lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk di dalamnya, semua yang
mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan. Menurut Dirdjosoemitro, lingkungan secara
harfiah berarti sekeliling atau sekitar, sehingga suatu lingkungan selalu menggambarkan keadaan
yang kompleks karena adanya berbagai faktor, misalnya cahaya, suhu, tanah, air, dan
kelembaban udara. Kata hidup diartikan sesuatu masih terus ada, bergerak, masih berjalan dan
tetap menyala.
Menurut Gunawan Suratmo, lingkungan hidup dapat diartikan sebagai segala sesuatu di
sekitar obyek yang saling mempengaruhi. Sedangkan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 pasal
1 (1) menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain. Ada
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Dari beberapa defenisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwalingkungan hidup
adalah daerah, semua benda dan daya yang mengelilingi, sertakeseluruhan keadaan yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
Jadi kalau berbicara tentang lingkungan hidup bumi, maka yang dimaksud adalah semua yang
terdapat di langit dan di bumi, termasuk keadaan di dalamnya.
2. Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Mencermati hubungan manusia dengan lingkungan hidup yang telah terjadi selama ini,
tidaklah selamanya manusia itu menjadi penentu keadaan lingkungan. Artinya hubungan itu
tidaklah sepenuhnya berjalan satu arah. Adakalanya lingkungan sangat berpengaruh terhadap
manusia. Seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan dan
tunduk kepada lingkungan. Pada suatu saat alam pernah dianggap mempunyai kekuatan yang
menentukan sehingga menjadi sesembahan. Walaupun sudah modern dan beberapa hal sudah
berubah, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa alam dan lingkungan masih tetap menjadi faktor
penentukan dan membentuk kepribadian, pola-pola hidup dan organisasi sosial manusia, baik di
kota maupun di desa.
Manusia dari alam lingkungan pertanian akan berbeda dengan manusia yang hidup dan
lahir di tengah perkotaan yang berlingkungan gedung-gedung bertingkat. Determinasi lingkungan
mempengaruhi watak mereka. Lingkungan fisik daerah pertanian didominasi oleh hukum-hukum
alam yang berkaitan dengan sistem biologis. Lingkungan ini memiliki hukum keteraturan tertentu
yang bersifat evolutif dan cenderung jauh dari intervensi manusia. Keadaan ini tentu akan
mempengaruhi sifat-sifat atau watak manusia-manusianya.
Sebaliknya manusia juga mempengaruhi dan menentukan keadaan dan bentuk
lingkungan sehingga terjadinya perubahan demi perubahan. Lingkungan hidup dengan proses
alaminya mampu merespon perubahan tersebut dalam bentuk perubahan pula. Apabila perubahan
itu menimbulkan efek negatif terhadap kesejahteraan manusia maka terjadilah apa yang disebut
masalah lingkungan. Saat ini jumlah ekosistem yang belum dipengaruhi oleh aktivitas manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung hanya tinggal sebagian kecil saja dan sebagian besar
telah dalam bentuk masalah.
Negara-negara di dunia telah sepakat bahwa masalah lingkungan harus segera
diselesaikan. Hanya dalam menentukan siapa yang paling bertanggung jawab timbul
pertentangan. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan antara negara maju yang menikmati
kekayaan alam dan menyebabkan rusaknya lingkungan dengan negara-negara berkembang yang
masih mengaharapkan sumber daya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi negara masing-
masing. Adanya perbedaan kepentingan ini menimbulkan perdebatan yang hebat dan tidak jarang
dalam sebuah pertemuan lingkungan hidup tingkat dunia hasilnya tanpa kesepakatan semua
anggota.
Sebenarnya, dunia ini tidak akan satu kata ketika berbicara tentang pertahanan keamanan,
ekonomi dan agama, karena masing-masing negara-negara punya tujuan dan kepentingan sendiri-
sendiri. Tidak demikian halnya ketika membicarakan tentang pelestarian dan perlindungan planet
ini, subyek dan tujuannya sama dan kita semua hidup di planet yang sama. Desakan kuat
penyelamatan lingkungan dari berbagai kalangan dan dari keadaan lingkungan itu sendiri telah
menimbulkan keinginan untuk menciptakan masyarakat global baru yang bertumpu dari
rasa tanggung jawab terhadaplingkungan hidup. Hal ini telah menyatukan para pakar, organisasi-
organisasi dan aktivis-aktivis lingkungan dari Barat dan Timur Tengah. Ketika berbicara isu
lingkungan hidup dapat menjadi kekuatan pemersatu antara Timur dan Barat. Ketika seorang
Muslim bicara tentang kebutuhan akan energi alternatif yang berkelanjutan misalnya, seorang
Kristen atau Yahudi juga sepakat tentang kebutuhan yang sama. Kalaupun kemudian timbul
perbedaan antar negara bukan karena persoalan lingkungan itu sendiri, melainkan lebih kepada
kepentingan ekonomi.

Perhatian dunia dalam bentuk kepedulian kepada lingkungan hidup yangkemudian


sampai menjadi agenda pertemuan rutin bagi organisasi dunia PBB tentang lingkungan hidup,
bukanlah suatu hal yang datang tiba-tiba dan seketika tetapi merupakan akumulasi pengalaman
dan pemikiran atau gerakan dalam rentang waktu yang sangat panjang.
Keterlibatan Masyarakat dengan Lingkungan

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan diakomodasi Undang-Undang


No 32 tahun 2009 melalui pasal 65 bahwa “Setiap orang berhak untuk berperan dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan”
dan pasal 67 menyatakan bahwa “Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”, serta
pada Bab XI pasal 70 (1) manyatakan bahwa “masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang
sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.” Rupa sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, setiap menteri baru muncul undang-undang
atau peraturan yang baru, tetapi sayang dalam banyak kasus peraturan perundang-undangan
tersebut hanya sebatas di atas kertas. Implementasinya masih jauh dari kenyataan, karena
sosialisasinya tidak dilakukan dengan baik kepada masyarakat, termasuk Undang-Undang No 32
tahun 2009 tersebut.
Walaupun begitu, jauh sebelumnya yakni pada tanggal 15 Oktober 1980 telah didirikan forum
yang dinamakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yaitu forum komunikasi
lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang berminat dan bergerak di bidang lingkungan hidup
yang tidak berafiliasi politik dan tidak mencari keuntungan (nirlaba). Lembaga ini dapat
membantu menyelesaikan pelbagai persoalan lingkungan melalui pertukaran informasi dengan
menyampaikan program-programnya kepada masyarakat dan menerima masukan dari
masyarakat yang tidak bisa menyampaikan kepada pemerintah, karena kedua kelompok ini
dianggap mempunyai kedekatan dengan masyarakat.
Organisasi lain yang berkiprah di bidang lingkungan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) Pemerhati Lingkungan Kita (PELITA). PELITA merupakan suatu wadah bagi
masyarakat yang lahir dari kesamaan konsep, visi, misi dan tujuan sama serta memiliki
keperdulian sosial tinggi terhadap lingkungan dan berjiwa sosial untuk selalu menanamkan rasa
keperdulian terhadap lingkungan sebagai suatu persediaan alamiah yang harus di jaga, dirawat
dan disayangi agar dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia di muka bumi ini.
Dari perguruan tinggi juga terdapat lembaga-lembaga pemerhati lingkungan, baik dari
kalangan mahasiswa biasa disebut dengan Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA) maupun dari
kalangan dosen dan peneliti disebut Pusat Studi Lingkungan.
Secara perseorang juga sudah banyak orang peduli lingkungan dan diapresiasi oleh
pemerintah dengan pemeberian penghargaan Kalpataru. Sejak tahun 1980 hingga 2006, jumlah
penerima penghargaan Kalpataru sebanyak 228 orang/kelompok, yang terdiri dari kategori
Perintis Lingkungan sebanyak 64 orang, Pengabdi Lingkungan sebanyak 58 orang, Penyelamat
Lingkungan sebanyak 73 kelompok masyarakat, dan Pembina Lingkungan sebanyak 33
orang. Dari data ini dapat dilihat bahwa keterlibatan person dalam lingkungan jauh lebih tinggi
dari bentuk kelompok, namun bila dibandingkan dengan luas wialyah tanah air maka jumlah
masih amat sedikit.
Persoalan Lingkungan Hidup di Indonesia

Indonesia adalah adalah salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alam.
Melimpah ruahnya sumber daya alam Indonesia sudah sangat terkenal sejak zaman dulu.
Penjajahan yang terjadi di tanah air tercinta ini pun awalnya adalah karena ingin menguasai
potensi sumber daya alam tersebut.
Indonesia yang selama ini dikenal sebagai negara subur dengan kondisi alam yang sangat
mendukung ditambah dengan potensi sumber daya mineral yang juga sangat melimpah ruah,
baru bisa digolongkan sebagai negara berkembang dengan sebagian besar masyarakat belum
sejahtera dan makmur. Sementara itu potensi sumber daya alamnya sudah mulai menipis, dan
bahkan habis serta meninggalkan lingkungan hidup yang rusak.Melihat kenyataan ini, terdapat
sesuatu yang tidak tepat dalam pengelolaan, khususnya dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Aturuan-aturan yang ada belum mampu menjadi pengendali baik dalam prosesnya mencapai
tujuan sehingga tujuannya belum tercapai tetapi telah menimbulkan berbagai masalah dalam
lingkungan.
a. Kerusakan Hutan
Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam menunjang
perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap
keseimbangan ekosistem dunia. Pembukaan lahan terjadi melalui penebangan, pembakaran dan
pertambangan. Bekas lahan pertambangan batu bara, timah, minyak bumi dan emas, hampir
semuanya menjadi areal yang rusak dan tercemar yang sulit ditanggulangi.
Menurut WALHI kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,7 juta hektar pertahun dan jumlah itu
menurut World Reserach Institut 72 persen hutan telah hilang dari jumlah 130 juta hektar hutan
Indonesia. Hal ini tidak hanya mendatang banjir di mana-mana, tetapi juga ikut mempercepat
pemanasan global yang berakhir dengan kehancuran alam. Indonesia menjadi negara dengan
laju deforestasi tercepat di seluruh dunia. Lajudeforestasi yang pada periode 1985-1997 adalah
1,6 juta hektar per tahun meningkat menjadi 2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-2001.
Setiap menit area hutan setara dengan luas lima lapangan sepak bola dihancurkan, sebagian besar
untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan pulp and paper. Kehancuran hutan tersebut tidak
hanya merugikan Indonesia dalam jangka panjang akan tetapi juga memberikan sumbangan yang
signifikan atas ketidakstabilan iklim dunia.
Sudah menjadi hukum alam, bila salah satu komponen dari suatu komunitas atau suatu ekosistim
dirusak, maka secara berantai komponen-komponen yang lainnya ikut rusak.Padahal keberadaan
hutan sangat berguna bagi keseimbangan hidrologik danklimatologik, termasuk sebagai tempat
hidup dan berlindungannya binatang serta tempat terjadinya siklus kehidupan berbagai makhluk.
Tanpa hutan, semuanya yang ada disana menjadi terhenti.
Selain hutan, juga terjadi penurunan tingkat kesuburan tanahnya yang disebabkan pemakaian
teknologi kimiawi yang over dosis. Awalnya manusia ingin memperoleh hasil yang banyak
dengan pemakaian pupuk buatan tersebut, tetapi dalam jangka waktu tertentu bahan tersebut
merubah tekstur tanah. Bahkan pemakaian pupuk kimiawi secara terus menerus ikut merusak
ekosistem pertanian, diantaranya semakin resistensi dan resurjensinya hama dan penyakit
tanaman. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa kembali alam menjadi semakin urgen,
khususnya pemakaian bahan-bahan organik dalam pertanian.
b. Sampah
Salah satu alasan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah karena sampah telah menjadi permasalahan Nasional sehingga
pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
dapat mengubah perilaku masyarakat. Artinya pemerintah menyadari bahwa pengelolaan
sampah selama ini belum secara komprehensif dan terpadu serta perilaku masyarakat yang
kurang terpuji sehingga menyebabkan terganggunya kesehatan, dan ketidakamanan bagi
lingkungan. Menurut UU ini, pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Melihat persoalan sampah yang ada di kota-kota besar memberikan tanda bahwa Undang-
undang ini belum memberi pengaruh yang berarti. Volume sampah di Jakarta terus meningkat
yang setiap tahun jumlah sampah yang dihasilkan naik sebesar 5 persen atau 337 ton per tahun.
Kini produksi sampah warga Ibu Kota, Jakarta mencapai 6.663 ton per hari atau 27.996 meter
kubik. "Setiap dua hari sampah Jakarta setara dengan candi Borobudur," kata ahli teknik
lingkungan Universitas Indonesia, Firdaus Ali dalam sebuah diskusi. Sayang pertambahan
jumlah sampah ini tidak diimbangi dengan kemampuan pengelolaan sampah yang baik, sehingga
tempat pembuangan akhir yang menjadi andalan Jakarta di Bantargebang seluas 108 hektare akan
penuh dalam jangka waktu delapan tahun lagi. "Harus ada solusi. Tidak ada kota yang bangkrut
gara-gara berinvestasi mengelola sampah," katanya. Senada dengan itu, aktivis lingkungan
Maryanto, mengatakan sampah yang dihasilkan di Jakarta menimbun bencana yang dahsyat.
"Bagai bom waktu, kejadian meledaknya tempat pembuangan sampah seperti di Leuwigajah
(Bandung) bisa saja terjadi," katanya. Kondisi makin diperparah oleh sikap konsumtif dan
kurangnya kesadaran masyarakat, misalnya pemakaian kantong plastik dan tissu yang suka
berlebihan.
c. Polusi Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
serta mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Jenis zat pencemar menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida
(CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Ozon (O3), Hidro Karbon (HC), PM 10, partikel debu ( PM 2,5
), TSP (debu), dan Pb (Timah Hitam), ditambah dengan mikro organisme seperti virus dan
bakhteri.Kehadiran partikel-partikel ini memang tidak bisa dihindari karena akibat aktivitas
manusia sehari-hari, apalagi ruang hutan sudah semakin hilang.
Polusi udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia. Dalam skala global,
Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan
Bangkok, Thailand) dengan kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam
udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia
pada tahun 2004.
Penyebab utama dari polusi udara di Jakarta adalah emisi kendaraan bermotor yang
menyumbang polutan ± 70 persen. Kenyataan ini tidak mengherankan karena berdasarkan data
Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta (tidak
termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah 9.993.867 kendaraan
dengan peningkatan jumlah mencapai 10,9 persen per tahun. Jumlah ini melebihi penduduk DKI
Jakarta yang pada bulan Maret 2009 tercatat 8.513.385 jiwa.
Peningkatan laju polusi udara di Jakarta disebabkan juga oleh kurangnya ruang terbuka
hijau kota. Ruang hijau kota di samping kenyamanan, perlindungan, peneduh, keindahan dan
penyerap air hujan juga sebagai tempat sirkulasi udara yaitu dengan menyerap karbon dioksida
(CO2) dan menghasil oksigen.
d. Masalah Air
Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan
ini mengakibatkan menurunnya kualitas air sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air
tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin
memprihatinkan, terutama di kota-kota baik besar maupun kecil.
Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia, berasal
dari limbah pemukiman seperti berupa sampah organik dan sampah ; limbah pertanian; dan
limbah industri termasuk pertambangan adalah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sungai-
sungai dan kali-kali menjadi sasaran pembuangan dari limbah-limbah tersebut sehingga airnya
bukan saja tidak jernih karena ditimbuni oleh berbagai sampah dan kotoran tetapi sumber
timbulnya berbagai bibit penyakit. Kalau kondisi ini terus berlanjut, maka air tanah sebagai
sumber air bagi masyarakat juga akan ikut tercemar dan tidak layak pakai.

Persoalan air tidak hanya datang dari pencemaran, tetapi juga kesulitan dalam
memperoleh air bersih. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi,
bahkan pada sungai-sungai di desa sekalipun. Di Jakarta permukaan air tanah rata-rata turun
antara 0,5-3 m pertahun disebabkan penyedotan yang dilakukan rumah tangga-rumah tangga dan
industri-industri. Di sisi lain sebenar curah hujan cukup tinggi 1700 mm/tahun ditambah aliran
dari daerah Puncak (3000 mm/tahun), mestinya membuat Jakarta berlimpah air tanah karena dari
dua sumber tersebut akan masuk ke dalam tanah, tetapi ternyata tidak. Berarti ada yang urus dan
salah kelola khususnya pembangunan yang tidak ramah lingkungan dan hilangnya tandon-tandon
air.
Lingkungan Indonesia Masa Dulu dan Masa Kini

Berbicara mengenai lingkungan di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya jaman,


lingkungan di Indonesia mulai berkembang dan berbeda. Keadaan lingkungan di Indonesia
tak lagi seperti dulu.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan
Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera
dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan
dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan
kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.
Pada zaman dulu, lingkungan di Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam. Mulai
dari hutan, sungai, laut, dan lain sebagainya. Berbeda dengan zaman sekarang, semua itu
hampir punah. Banyak hutan – hutan yang ditebang karena ingin dijadikan pabrik ataupun
perumahan. Akibatnya, sering terjadinya banjir disaat hujan dikarenakan sudah tidak adanya
lagi tempat untuk menampung air hujan. Adapula bentuk kerusakan lingkungan lainnya,
seperti terjadinya longsor, pencemaran lingkungan,
Banyak orang yang lupa akan kekayaan Indonesia. Mereka hanya mementingkan
keadaan saat ini dan tidak tahu apa yang akan terjadi pada Indonesia pada masa mendatang.
Apabila Indonesia tetap seperti ini, makan Indonesia tidak akan bertahan dalam beberapa
tahun mendatang.
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
Kita sebagai Warga Negara Indonesia harus berupaya untuk melestarikan lingkungan
kita. Adapun upaya yang harus kita lakukan seperti reboisasi, yaitu berupa penanaman
kembali tanaman terutama pada daerah-daerah perbukitan yang telah gundul, rehabilitasi
lahan, yaitu pengembalian tingkat kesuburan tanah-tanah yang kritis dan tidak produktif,
pengaturan tata guna lahan serta pola tata ruang wilayah sesuai dengan karakteristik dan
peruntukan lahan, menjaga daerah resapan air (catchment area) diupayakan senantiasa hijau
dengan cara ditanami oleh berbagai jenis tanaman keras sehingga dapat menyerap air dengan
kuantitas yang banyak yang pada akhirnya dapat mencegah banjir, serta menjadi persediaan
air tanah, pembuatan sengkedan (terasering) atau lorak mati bagi daerahdaerah pertanian
yang memiliki kemiringan lahan curam yang rentan terhadap erosi, penanaman dan
pemeliharaan hutan kota. Hal ini dimaksudkan supaya kota tidak terlalu panas dan terkesan
lebih indah. Mengingat pentingnya hutan di daerah perkotaan, hutan kota sering dinamakan
paru-paru kota.

También podría gustarte