Está en la página 1de 48

6

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Tinjauan Teoritis Medis
2. 1. 1 Anatomi Fisiologi Jantung

Ukuran dan bentuk jantung terdiri dari organ berongga berbentuk


kerucut tumpul yang memiliki empat ruang yang terletak antara kedua
paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak
di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya.

Pelapis dari jantung terdiri dari dua bagian yaitu perikardium adalah
kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat
pada diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di
dalam perikardium terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan
lapisan serosa dalam.Rongga perikardial adalah ruang potensial antara
membran viseral dan parietal.

Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu, epikardium luar


tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan
ikat, miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan
darah keluar ruang menuju arteri besar dan endokardium dalam
tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi pembuluh darah yang
memasuki dan meninggalkan jantung.

2.1.2 Tanda–tanda permukaan jantung terdiri dari 2 bagian yaitu :


2.1.2.1 Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara
atrium dan ventrikel.

6
7

2.1.2.2 Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan


ventrikel kanan dan ventrikrl kiri.
Rangka fibrosa jantung tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian
atas septum interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling
bagian dasar trunkus pulmonar dan aorta.

Ruang jantung terdiri dari ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas
yang dipisahkan oleh septum intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah
dipisahkan oleh septum interventrikular. Dinding atrium relatif tipis.
Atrium menerima darah dari vena yang membawa darah kembali ke
jantung. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung,
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru :
a.Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak
mengandung oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
b.Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri.
Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari
atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat
vena pulmonalis yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.

Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung


menuju arteri yang membawa darah meninggalkan jantung. Ventrikel
kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir
melewati jarak yang pendek ke paru-paru sedangjan ventrikel kiri terletak
di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya tiga kali tebal
dinding ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta
dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru. Trabeculae
carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol
dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler
8

Katup Jantung terdiri dari tiga bagian yaitu, katup Trikuspid yang terletak
antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup Bikuspid yang terletak
antara atrium kiri dan ventrikel kiri, katup Semilunar aorta dan
pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular jantung sampai ke aorta ke
trunkus pulmonar

Aliran Darah ke Jantung melalui sirkuit pulmonar adalah jalur untuk


menuju dan meninggalkan paru-paru. Sisi kanan jantung menerima darah
terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkannya ke paru-paru untuk
dioksigenasi. Darah yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri
jantung. Atrium kanan katup trikuspid dan ventrikel kanan katup
semilunar arteri pulmonar kanan dan kiri kapilar paru vena pulmonar
atrium kiri. Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan
bagian tubuh.
Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru dan
mengalirkannya seluruh tubuh. Atrium kiri katup bikuspid dan ventrikel
kiri katup semilunar trunkus aorta regia dan organ tubuh (otot, ginjal,
otak). (http://lindseylaff.blogspot.com/2008/09/anatomi-jantung.html,
diakses pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 09.15 Wita))

Fungsi fisiologis organ jantung adalah :


a. Memompa darah keseluruh bagian tubuh
b. Salah satu organ utama fungsi kehidupan manusia
c. Mengedarkan/menyuplai O2 keseluruh tubuh

Apa yang terjadi jika organ jantung mengalami gangguan


Jika organ jantung mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan di
seluruh sistem organ tubuh, seperti gagal ginjal, gangguan pencernaan,
gangguan perfusi jaringan, gangguan peredaran darah, gangguan sistem
otak, gangguan volume cairan dan elektrolit dan lain sebagainya.
9

Gambar 2.1 Anatomi Jantung

Peredaran darah manusia dibedakan menjadi 2, yaitu peredaran darah besar


(sistematik) dan peredaran darah kecil (pulmonari)
10

a) Peredaran darah kecil (pulmonari)

Darah miskin oksigen dari seluruh bagian tubuh terkumpul di serambi


kanan, kemudian di alirkan ke bilik kanan. Bilik kanan akan memompa
darah ke dalam batang paru-paru . Saat darah mengalir melalui kapiler
paru-paru, karbon dioksida dilepaskan dan oksigen diikat. Darah kaya
oksigen kembali ke serambi kiri melalui venula paru-paru yang bergabung
membentuk vena paru-paru. secara garis besar, urutan peredaran darah
pulmonari adalah ventrikel kanan (bilik kanan) → arteri pulmonalis →
paru-paru → vena pulmonalis → atrium kiri (serambi kiri)

b) Peredaran darah besar (sistemik)

Darah kaya oksigen dari serambi kiri masuk ke bilik kiri. Saat bilik
kontraksi, darah menuju aorta. Kemudian darah menuju cabang aorta, lalu
ke jaringan, setelah itu ke vena dan vena kava lalu kembali lagi ke jantung
di serambi kanan. Urutan peredaran darah sistematik adalah ventrikel kiri
(bilik kiri) → aorta → arteri → arteriola → kapiler → venula → vena →
vena kava superior → vena kava inferior → atrium kanan (serambi kanan).
11

Gambar 2.2 Anatomi Peredaran Darah


12

2.2 Tinjauan Teoritis Hipertensi

2.2.1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas dan kematian (mortalitas). Tekanan
yang abnormal tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung,
dan kerusakan ginjal. (Indriyani, 2009 : 39)

Hipertensi adalah istilah medis untuk tekanan darah tinggi.Hal ini


dikenal sebagai pembunuh diam "silent killer" karena tidak memiliki
gejala awal tetapi dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan
komplikasi. (http://www.emedicinehealth.com/high_blood_pressure,
diakses pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 09.15 Wita)

Tekanan darah tinggi atau Hipertensi adalah tekanan tinggi


tensi/tegangan pada arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang
menyalurkan darah dari pompa jantung ke seluruh jaringan dan organ
seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi bukan berarti tegangan emosi
yang berlebihan walaupun kondisi emosi dan stres kadang-kadang
meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah normal kira-kira 120/80
mmHg dan 139/89 mmHg disebut pre-Hipertensi dan tekanan darah
diatas 140/90 mmHg menandakan tinggi tekanan darah atau
Hipertensi.
(www.medicinenet.comdiseases_and_conditionsarticle.html, diakses
pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 09.15 Wita)

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik


dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosa keperawatan
berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali.
13

Tekanan darah harus diatur dalam posisi duduk atau berbaring.


(Baradero, 2008 : 49 )

Hipertensi adalah kadaan peningkatan tekanan darah yang


memberikan gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti
stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner dan hipertrofi ventrikel
kanan (untuk otot jantung. Dengan target organ otak yang berupa
strok, Hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa
kematian. (Bustan. 2007 :60)

WHO memakai batasan berikut: Hipertensi jika tekanan darah sistolik


>160 mmHg atau tekanandarah diastolik >95 mmHg. Berdasarkan
keparahan ada tiga jenis Hipertensi yaitu :
2.2.1.1. Hipertensi Ringan
yaitu jika tekanan diastol antara 90 - 140 mmhg
2.2.1.2. Hipertensi Sedang
yaitu jika tekanan diastol antara 110 - 130 mmhg
2.2.1.3. Hipertensi Berat,
lebih dari 130

Di sini tampak bahwa WHO memakai tekanan diastolik sebagai


tekanan dipakai dalam kriteria diagnosa dan klasifikasi. Tekanan darah
manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah waktu jantung
menguncup dan tekanan darah diastolik yakni tekanan darah waktu
istirahat. (Bustan, 2007 : 62)

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan/atau melebihi 90 mmHg diastolic pada seseorang
yang tidak sedang makan obat antihipertensi. (Aziz,dkk. 2008:168)
14

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Hipertensi adalah


peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg yang dilakukan beberapa
kali pengukuran dan dalam waktu yang berbeda.

2.2.2. Klasifikasi Hipertensi


Beberapa klasifikasi hipertensi:
2.2.2.1 Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education

Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46

professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka

mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional

Amerika Serikat (Sani, 2008).


Tabel 2.1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High
Blood Pressure)

Kategori Kategori Tekanan Tekanan Darah dan/ Tekanan


Tekanan Darah menurut Sistol (mmHg) atau Darah
Darah JNC 6 Diastol
menurut JNC (mmHg)
7
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110
(Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan


15

peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini

mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra

hipertensi (Sani, 2008).

2.2.2.2 Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)


WHO dan International Society of Hypertension Working

Group (ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam

klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan,

hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).


Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi
140-159 90-99
Ringan)
140-149 90-94
Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi
160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Sumber: Sani, 2008)

2.2.2.3 Klasifikasi Menurut Chinese Hypertension Society


Menurut Chinese Hypertension Society (CHS) pembacaan

tekanan darah <120/80 mmHg termasuk normal dan kisaran

120/80 hingga 139/89 mmHg termasuk normal tinggi

(Shimamoto, 2006).
Tabel 2.3
Klasifikasi Hipertensi Menurut CHS

Tekanan Darah Tekanan Darah Diastol CHS-2005


Sistol (mmHg) (mmHg)
< 120 < 80 Normal
120-129 80-84 Normal-Tinggi
16

130-139 85-89
Tekanan Darah
Tinggi
140-159 90-99 Tingkat 1
160-179 100-109 Tingkat 2
≥ 180 ≥ 110 Tingkat 3
≥ 140 ≤ 90 Hypertensi Sistol
Terisolasi
(Sumber: Shimamoto, 2006)
2.2.2.4 Klasifikasi menurut European Society of Hypertension (ESH)
Klasifikasi yang dibuat oleh ESH adalah:
2.2.2.4.1 Jika tekanan darah sistol dan distol pasien berada

pada kategori yang berbeda, maka resiko

kardiovaskuler, keputusan pengobatan, dan

perkiraan afektivitas pengobatan difokuskan pada

kategori dengan nilai lebih.


2.2.2.4.2 Hipertensi sistol terisolasi harus dikategorikan

berdasarkan pada hipertensi sistol-distol (tingkat 1,

2 dan 3). Namun tekanan diastol yang rendah (60-

70 mmHg) harus dipertimbangkan sebagai resiko

tambahan.
2.2.2.4.3 Nilai batas untuk tekanan darah tinggi dan

kebutuhan untuk memulai pengobatan adalah

fleksibel tergantung pada resiko kardiovaskuler

total

Tabel 2.4
Klasifikasi menurut ESH
Kategori Tekanan Darah Tekanan
Sistol (mmHg) Darah Diastol
(mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi tahap 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi tahap 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi tahap 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
17

Hipertensi sistol ≥ 140 Dan < 90


terisolasi
(Sumber: Mancia G, 2007)
2.2.2.5 Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in

Blcks (ISHIB) (Douglas JG, 2003)


Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:
2.2.2.5.1 Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien

termasuk ke dalam dua kategori yang berbeda,

maka klasifikasi yang dipilih adalah berdasarkan

kategori yang lebih tinggi.


2.2.2.5.2 Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata

dari dua kali atau lebih pengukuran yang diambil

pada setiap kunjunga.


2.2.2.5.3 Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada

hipertensi tingkat 1 sampai 3 berdasarkan tekanan

darah sistol (≥ 140 mmHg) dan diastole ( < 90

mmHg).
2.2.2.5.4 Peningkatan tekanan darah yang melebihi target

bersifat kritis karena setiap peningkatan tekanan

darah menyebabkan resiko kejadian

kardiovaskuler.
Tabel 2.5
Klasifikasi Hipertensi Menurut ISHIB
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal < 130 dan/atau < 85
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Tahap 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi Sistol ≥ 140 Dan < 90
terisolasi
(Sumber: Douglas JG, 2003)
18

2.2.2.6 Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan

Hipertensi Indonesia (Sani, 2008).

Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan

hipertensi Indonesia 13-14 Januari 2007 di Jakarta, telah

diluncurkan suatu konsensus mengenai pedoman penanganan

hipertensi di Indonesia yang ditujukan bagi mereka yang

melayani masyarakat umum:

2.2.2.6.1 Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan

prosedur standar dan ditujukan untuk

meningkatkan hasil penanggulangan ini

kebanyakan diambil dari pedoman Negara maju

dan Negara tetangga, dikarenakan data penelitian

hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan

meliputi jumlah penderita yang banyak masih

jarang.
2.2.2.6.2 Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan

ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

merujuk hasil JNC dan WHO.


2.2.2.6.3 Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan

berdasarkan tingginya tekanan darah, adanya faktor

resiko lain, kerusakan organ target dan penyakit

penyerta tertentu.

Tabel 2.6
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Tekanan Darah dan/atau Tekanan Darah


19

Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 ≥160-179 Atau ≥100
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
terisolasi
(Sumber: Sani, 2008)
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi

sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986). Pertama yaitu

hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga

dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan

dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi

(denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri pada

suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah

sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah

kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar

tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan

tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan

tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi

diantara dua denyutan. Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U

(2001) faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain

ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya riwayat

hipertensi dalam keluarga.


20

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu

sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang

penyebab spesifiknya dapat diketahui (Sustrani, dkk, 2004).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna

adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala,

biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi

Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya

disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat

komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal ( Azam,

2005).

2.2.3 Etiologi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:


Hipertensi esensial/primer, yaitu Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya dan ada kemungkinan adanya faktor keturunan atau
genetik (90%)
2.2.3.1 Hipertensi sekunder, yaitu Hipertensi yang merupakan
akibat dari adanya penyakit lain seperti kelainan pembuluh
ginjal dan ganguan kelenjar tiroid (10%). Faktor ini
biasanya juga erat hubunganya dengan gaya hidup dan pola
21

makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat


mempengaruhi yaitu kelebihan lemak (obisitas), komsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minuman
beralkohol. (Nur I, 2009 : 51).

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi


serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, dan jenis kelamin.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas
dan nutrisi.
2.2.3.2 Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga tersebut mempunyai resiko
menderita Hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat Hipertensi.
2.2.3.3 Umur
Insidensi Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi
yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
2.2.3.4 Jenis kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita
Hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko
yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi
lebih banyak terjadi pada perempuan.
2.2.3.5 Stress
22

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer


dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas
saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal.
2.2.3.6 Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan
antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien
Hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak
ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai
peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan
peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.
2.2.3.7 Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari Hipertensi esensial,
asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran
berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak
langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan
tekanan darah yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14
gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok
makan adalah lebih dari dua sendok makan.
2.2.3.8 Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi
salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi.
Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk
ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan
Hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara
umum di Indonesia. (http://rajawana.com/artikel/kesehatan)

2.2.4 Patofisiologi
23

Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi


jantung. Tekanan perifer ditentukn oleh diameter arteriole. Bila
diameternya menurun (vasokontriksi), tahanan perifer meningkat :
bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan
menurun.

Mekanisme terjadinya Hipertensi adalah dengan melalaui


terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-
converting anzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis yang
sangat penting terutama dalam mengantur tekanan darah dalam
tubuh. Darah mengandung angiotensinogen yang di produksi oleh
hati. Selanjutya, oleh adanya hormon, rennin (yang diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II oleh ACE yang ada di paru-paru.
Angiotensin II inilah yang memiliki peran kunci dalam menaikan
tekanan darah melalui dua aktivitas utama.
2.2.4.1 Aktivitas pertama adalah meningkatkan sekresi hormone
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pitutari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urien yang dikelurkan
ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga terjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraselular akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler, akibatnya volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
darah.
2.2.4.2 Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldesteron dari
korteks ardenal. Aldesteron merupakan hormone steroid
yang memiliki peranan penting terutama pada ginjal. Untuk
mengukur volume cairan ekstraseluler, aldesteron akan
24

bekerja mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara


mengabsorbsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan vaskuler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan. (Rusdi dan Isnawati,
2009: 29)

Aliran darah ke ginjal

Angiotensinogen rennin

Angiotensin I kerja enzim ACE

Angiotensin II

Vasokontriksi aldesteron

sekresi ADH meningkat

Volume darah retensi air dan natrium

Tekanan Darah Meningkat

Gambar 2.3 Bagan Patofisiologi Hipertensi


25

Sumber : McCance, K. L. & Huether, S. E. (2002). Pathophisiology: The


biologic basic for disease in adults & children (4th ed.). Missouri: Mosby
Inc.

2.3 PATOFISIOLOGI
26

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya


(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati.

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah


menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)


dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya.

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan


dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting


pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron
akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
27

Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor yaitu aliran darah dan resisten
darah. Tekanan darah arteri sama dengan tekanan cardiac output.
meningkatnya tkanan darah akan menyebabkan meningkatnya tahanan
vaskulerperifer, meningkatkan cardiac output vasokontriksi ketika
aliran darah ke ginjal menurun. ini karena sekresi renindan bentuk
angiotensin akan menyebabkan meningkatnya sekresi aldosteron
menyebabkan retensi air dan sodium di ginjal. Akibatnya terjadi
peningkatan volume cairan ekstra seluler.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatnya


cardiak output dan meningkatnya tekanan arteri. Sistem saraf simpatik
juga mengontrol tekanan darah oleh non pineptin dalam situasi setress
menyebabkan vasokontriksi primer biasanya mulai dengan
meningkatnya secara intermeffen tekanan darah dan hal lain yang
menopang meningkatnya tekanan darah biasanya tanpa gejala.

2.4 Tanda dan Gejala

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala.


Masa laten ini menyelubungi perkembangan hipertensi sampai
terjadinya kerusakan organ yang spesifik. Kalaupun menunjukkan
gejala, gejala yang timbul biasanya ringan dan tidak spesifik, misalnya
pusing-pusing.

Meskipun jika kebetulan beberapa gejala muncul bersamaan dan


dinyakini berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala tersebut sering
kali tidak terkait dengan hipertensi. Akan tetapi, jika hipertensinya berat
atau menahun dan tidak diobati, timbul gejala antara lain : sakit kepala,
kelelahan, mual dan muntah, sesak napas, napas pendek, gelisah,
pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah,
telinga mendengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk. Nyeri pada
28

daerah kepala bagian belakang, nyeri dada, otot lemah, bengkaka pada
kaki, kulit tampak pucat, denyut jantung yang kuat dan cepat. (Nur I.
2009 : 51)

Pada umumnya Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas dan


sering tidak disadari kehadirannya. Ada kalanya secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
pendarahan dari hidung, wajah kemerahan dan kelelahan. Semua gejala
tersebut bisa terjadi pada siapa saja, baik pada penderita Hipertensi
maupun seseorang yang tekanan darahnya normal.

Pada Hipertensi berat atau yang telah menahun bisa timbul gejala-gejala
yang berasal dari kerusakan otak, mata, jantung, dan ginjal seperti :
2.4.1 Sakit kepala
2.4.2 Kelelahan
2.4.3 Mual dan muntah
2.4.4 Sesak napas
2.4.5 Gelisah
2.4.6 Pandangan menjadi kabur
Pada Hipertensi berat, penurunan kesadaran sampai koma dapat
terjadi, karena adanya pembengkakan otak yang disebut
ensefalopati Hipertensi. (Junaidi. 2010 :17-18)

Individu yang menderita Hipertensi kadang tidak menampakkan


gejala sampai bertahun-tahun. Gejala biasanya ada
menunjukknan kerusakan kerusakan vaskular, dengan
manifestasiyang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan. (Muttaqin, 2006 : 120)

2.5 Pemeriksaan Penunjang


29

Pemeriksaan penunjang bagi pasien yang mengalami penyakit


Hipertensi yaitu :
2.5.1 Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin/Hemotokrit : Untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Urea Nitrogen (BUN)/Kreatinin : Memberikan
informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
d. Urinalisa : Darah, protein, glukosa, mengisaratkan
disfungsi ginjal dan ada DM.
2.5.2 CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
2.5.3 EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
2.5.4 Interpro Ureum Protein (IUP): Mengidentifikasikan
penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
2.5.5 Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.

2.6 Penatalaksanan

Tujuan penatalaksanan pada klien dengan hipertensi adalah mencegah


terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan penyapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas
30

setiap program ditentukan oleh derajat Hipertensi, komplikasi, biaya


perawatan, dan kualitas hudup sehubungan dengan terapi. (Muttaqin,
2009.117)

Secara garis besar, pengobatan Hipertensi dibagi dalam dua kategori :


pengobatan non farmakologis (non medis) dan pengobatan farmako-
logis (medis).
2.6.1 Pengobatan non farmakologis, merupakan pengobatan tanpa
obat-obatan yang diterapkan pada Hipertensi. Dengan cara ini,
penurunan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan
dengan menjalani pola hidup sehat, yaitu
a. Jika Anda perokok, sesegera mungkin hentikan kebiasaan
merokok Anda. Nikotin dalam rokok dapat meningkatkan
detak jantung Anda, yang tentu saja berpengaruh pada
peningkatan tekanan darah.
b. Penderita obesitas juga harus menurunkan berat badan,
terlebih lagi obesitas tak hanya rentan pada satu jenis
penyakit seperti darah tinggi. Penyakit gula darah juga
membayangi orang dengan berat badan yang berlebih.
c. Penderita darah tinggi juga perlu berolahraga secara teratur.
Olahraga yang dianjurkan cukup olahraga ringan, seperti
jalan kaki atau jogging. Hal lain, batasi asupan sodium.
d. Bagi beberapa penderita darah tinggi, sodium tak banyak
berpengaruh pada kesehatan mereka, namun bagi sebagian
besar penderita dianjurkan untuk membatasi konsumsi
sodium karena berpotensi menaikkan tekanan darah.
e. Jadi, idealnya jangan tambahkan garam pada makanan Anda
untuk antisipasi agar hal terburuk tak terjadi. Anda juga
perlu menghentikan konsumsi alkohol jika minuman
tersebut gemar Anda nikmati. Kenapa?
31

f. Sama halnya seperti sodium, beberapa orang yang minum


banyak alkohol mengalami kenaikan tekanan darah yang
drastis. Jika Anda tak bisa menghentikan kebiasaan minum
alkohol, sebaiknya batasi satu gelas saja per hari untuk
perempuan, dan dua gelas per hari untuk laki-laki.
g. Hindari stres. Stres juga bisa berakibat pada naiknya
tekanan darah. Untuk mencegah efek stres ini, Anda bisa
lakukan relaksasi secara rutin.
2.6.2 Pengobatan farmakologis, adalah pengobatan yang
menggunakan obat-obatan modern. Pengobatan farmakologi
dilakukan pada hipertensi dengan tekanan darah 140/90mmHg
atau lebih. Biasanya pengobatan farmakologis dengan obat-
obatan modern dilakukan bersamaan dengan pengobatan non
farmakologis. Obat-obat golongan antihipertensi yaitu:
a. Golongan diuretik, membantu ginjal membung garam dan
air yang akan mengurangivolume cairan dalam tubuh
sehingga menurunkan tekanandarah
b. Penghambat adrenergik, cara kerjanya menghambat efek
sistem saraf simpatis atau kerjahormon epinefrin dan
menghambat pengeluaran renin yang dapat memproduksi
angiotensin II yang menyebabkan kontraksi arteri.
c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-
Inhibitor), penurunan tekanan darah dengan cara
menghambat enzimyang memproduksi angiotensin II
menyebabkan penyempitan arteri, serta merangsang
pelepasan hormon aldesteron yang bersifat menahan
natrium dan air dalam tubuh. Selain itu penggunaan ACE-
Inhibitor dapat mempertahankan kadar bradikinin sehingga
pembuluh darah melebar dan tekakan darah menurun.
d. Angiotensin II Receptor Blocer (ARB), ARB
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan mekanisme
32

yang mirip dengan ACE-Inhibitor, yaitu menghambat kerja


angiotensin II yng cukup efektif bagi penderita Hipertensi
dengan gagal jantung.
e. Vasodilator yang langsung bekerja pada saraf pusat, obat
ini bekerja langsung pada otak, mencegah otak
mengirimkan sinyal kepada sistem saraf yang
meningkatkan denyut jantung dan menyempitkan pembuluh
darah arteri.(Junaidi, 2010 : 29-35)

Tujuan dari pengobatan adalah menurunkan tekanan darah menuju


140/90 mmHg atau dibawahnya, dengan efeksamping yang minimal.
Pendidikan kesehatan kepada pasien dan tindak lanjut adalah hal yang
penting dalam menghadapi penyakit ini. (Louis. 2000 : 252)

2.6.3 Pengobatan Dengan Tanaman Obat


Tujuan pengobatan hipertendi dengan tanaman obat adalah mengobati
hipertensi dengan memperbaiki penyebabnya sesuai filosofi tanaman
obat sebagai obat konstruktif, yaitu memperbaiki/ membangun organ
atau sistem yang rusak yang mengakibatkan terjadinya hipertensi.
Tetapi mengingat 90% - 95% penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi esensial) maka kerja dari tanaman obat dalam
memperbaiki/membangun organ/sistem yang rusak juga tidak
diketahui. Sebagai akibatnya, karena penyebab hipertensi yang tidak
diketahui ini dipastikan lebih dari satu penyebab maka terdapat
banyak tanaman obat yang ternyata cocok untuk banyak penderita
yang berbeda satu sama lain, penderita satu cocok dengan tanaman
tertentu dan penderita yang lain cocok dengan tanaman lain. Namun
demikian pada beberapa tanaman obat hipertensi dapat diketahui
fungsinya dalam menurunkan tekanan darah, seperti antara lain :
a. Diuretikum, sangat banyak jenis
b. Anti-andrenergik
33

c. Vasodilator

Tetapi selain fungsi-fungsi yang sudah diketahui tersebut tidak


diketahui fungsinya dalam memperbaiki/ membangun organ atau
sistem yang rusak sebagai penyebab sebenarnya dari hipertensi.
Tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan hipertensi karena
umumnya tanaman obat memiliki fungsi selain mengobati hipertensi
juga mengobati penyakit penyerta atau penyakit komplikasi sebagai
akibat tekanan darah tinggi.
2.6.3.1 Tanaman Obat Penting untuk Hipertensi
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Familia :Oxalidaceae

Deskripsi :
Pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak
begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm.
Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan
ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m dpi. Pohon yang
berasal dari Amerika tropis ini menghendaki tempat tumbuh
tidak ternaungi dan cukup lembab. Belimbing wuluh
mempunyai batang kasar berbenjol-benjol,percabangan sedikit,
arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti
beludru, warnanya coklat muda. Daun berupa daun majemuk
menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun
bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung
runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar
1-3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda.

Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau


percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang
warnanya ungu kemerahan. Buahnya buah buni, bentuknya bulat
34

lonjong bersegi, panjang 4-6,5 ern, warnanya hijau kekuningan,


bila masak berair banyak, rasanya asam. Biji bentuknya bulat
telur, gepeng. Rasa buahnya asam, digunakan sebagai sirop
penyegar, bahan penyedap masakan, membersihkan noda pada
kain, mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan,
membersihkan tangan yang kotor atau sebagai bahan obat
tradisional. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.

2.6.3.2 Nama Lokal :


Limeng, selimeng, thlimeng (Aceh), selemeng (Gayo),; Asom,
belimbing,balimbingan (Batak), malimbi (Nias),; balimbieng
(Minangkabau), belimbing asam (Melayu),; Balimbing
(Lampung). calincing, balingbing (Sunda), Balimbing wuluh
(Jawa), bhalingbhing bulu (Madura).; Blingbing buloh (Bali),
limbi (Bima), balimbeng (Flores),; Libi (Sawu), belerang ,
(Sangi).

Bagian Yang Digunakan :Buah.


Cara Pemakaian :
Tiga buah dicuci lalu dipotong-potong seperlunya, rebus dengan
gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring,
minum setelah makan pagi.

2.6.4 Pendekatan Pengobatan dengan Herbal

2.6.4.1 Beberapa tanaman tradisional telah dibuktikan secara


preklinis dan kinis dapat mengontrol tekanan darah
35

2.6.4.2 Mekanisme umum tanaman obat adalah:


a. Efek dilatasi pada pembuluh darah
b. Penghambatan ACE
c. Diuretik.

2.6.5 Tanaman Berkhasiat


2.6.5.1 Mentimun
a. Nama latin: Cucumis sativus
b. Kandungan Kimia: mengandung zat saponin
(mengeluarkan lendir), protein lemak, kalsium, pospor,
besi, belerang, vitamin A, B1, C dan E.
c. Sebagai diuretik (memperlancar air seni) dapat
menurunkan hipertensi
d. Vitamin E dapat menghambat proses penuaan dan
keriput
e. Timun mentah dapat bersifat menurunkan panas
f. Timun juga mengandung flavonoid dan polifenol
sebagai anti radang, asam malonat menekan gula agar
tidak berubah menjadi lemak, baik untuk mengurangi
berat badan.
g. Kandungan seratnya tinggi untuk memperlancar buang
air besar.

2.6.5.2 Seledri
a. Nama: Apium graveolens
b. Kandungan Kimia: Flavonoid apiin, apigenin,
isokuersitrin, apigrafin, apiumetin, selereosida,
isoimperatorin. Vitamin A, B, C. Minyak atsiri
c. Deskripsi tanaman: tumbuhan tegak, tinggi sektar 50
cm dengan bau aromatik yang khas, batang bersegi,
beralur, neruas, tidak berambut. Anak daun betangkai,
pertulangan menyirip. Bunga majemuk berbentuk
payung. Buah kotak berbentuk kerucut.
36

d. Akar dan daun Seledri berkhasiat memacu enzim


pencernaan dan peluruh kencing (diuretik), berkhasiat
antihipertensi
e. Buah dan biji sebagai pereda kejang (antispasmodik),
menurunkan kadar asam urat darah (antireumatik, gout)
f. Dosis:Buah kering 0,5-2,0 g dibuat dekokta, sehari tiga
kali
g. Khasiat:
meluruhkan air seni
antihipertensi
Memacu ensim pencernaan,
Antireumatik
Sedatif,
antihiperkolesterolemia

2.6.5.3 Kumis Kucing


a. Nama latin : Orthosiphon stamineus
b. Nama lokal : Remujung, Remuk jung, Kumis kucing,
songot kucing, sesalaseyan.
Kandungan zat dalam kumis kucing : Kalium, Saponin,
minyak atsiri, zat samak, lemak dan glucosit
orthosiphonin.
c. Tanaman herbal jenis ini (kumis kucing) juga termasuk
tanaman yang memiliki banyak kandungan zat
berkhasiat (sebagaimana tersebut diatas), sehingga bisa
dimanfaatkan untuk pengobatan sebagai obat herbal.
Adapun pemanfaatan untuk pengobatan adalah sebagai
berikut :
1) Untuk mengobati batu ginjal. Ambil kumis kucing 5
gr. Meniran (sudah ditumbuk) 7 gr, atau daun
meniran 1 genggam, jagung muda atau juga bisa
dengan rambut jagung 1 genggam, keji beling 3,5 gr.
37

biji kayu anyang 7 gram, sawi lemah 7 tumbuhan.


Semua bahan dikeringkan dan di rajang halus lalu
dicampur. Tiap hari 2 sendok besar ditambah dengan
air belanda,. Dimium 2-3 kali sampai habis.
2) Batu ginjal resep II : Ambil; meniran 15 gr. Daun
murbei 15 gr, daun rem,ujung (kumis kucing) 80 gr,
bonggol jagung muda 70 mgr. Semua bahan
dicampur dan digiling halus dan dicampur dengan
air panas,. Tiap hari 6 gr dari campuran itu lalu
diseduh diminum 1 hari sekali sampai sembuh.
3) Infeksi saluran kencing, sering buang air kecil
sedikit-sedikit (anyan-anyangen) : Gunakan herba
meniran, kumis kucing dan alang-alang masing-
masing 30 gram. Semuanya di bersihkan terlebih
dahulu dengan dicuci, potong kecil-kecil, rebus
dengan air sebanyak 3 gelas didihkan dan sisakan
setengahnya. Setelah dingin minum masing-masing
setengah gelas 3 x sehari.
4) Kencing batu : Gunakan tanaman herbal kumis
kucing sebanyak 90 gram. Bersihkan dengan dicuci
terlebih dahulu. Rebus dengan air 1 liter. Didihkan
dan sisakan 750 ml. Setelah dingin minum 3 kali
sehari-hari masing-masing 1/3 bagian.
5) Demam : Gunakan kumis kucing yang telah
dibersihkan terlebih dahulu dengan dicuci sebanyak
100 gr. Rebus dengan air sebanyak 2 liter. Dinginkan
dan saringlah. Selanjutnya diminum sekali sehari.
6) Darah tinggi : Gunakan kumis kucing yang telah
kering sebanyak 50 gr. Bersihkan terlebih dahulku
dengan dicuci. Setelah itu rebus dengan air, saring
dan dinginkan. Apabila menggunakan daun yang
38

masih basah seduh sebagaimana menyeduh teh.


Minum sehari 1 gelas.

2.6.5.4 Mengkudu
a. Kandungan kimia: metil etil ester, senyawa morindon
b. Khasiat:
Hipertensi
Diuretik
Diabetus
Diare

2.6.5.5 Allis sativi Bulbi (Bawang Putih)


a. Simplisia alii sativi berupa umbi segar atau telah
dikeringkan berasal dari tanaman allium sativum
b. Deskripsi tanaman: berupa herba, jika dihancurkan akan
mengeluarkan bau khas menyengat, daun tinggi bisa
mencapai 40 cm. memiliki batang semu terbentuk dari
pelepah daun, bunga maajemuk bentuk payung warna
putih, akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil
berjumlah banyak.
c. Khasiat:
Antihipertensi
Antikanker
Disentri
Flu
d. Kandungan Kimia:
1) minyak atsiri, aliin, kalium
2) Senyawa sulfur yang volatil, tidak stabil (alisin)
3) Senyawa sulfur larut dalam lemak: dialil sulfida, dialil
disulfida
4) Senyawa sulfur non volatil ; s-alil sistein
e. Farmakologi:
1) Memiliki sifat antioksidan, menurunkan kadar gula
darah, hepatoprotektor karena paracetamol,
antihiperlipidemia, agregasi platelet, fibribnolitik,
menurunkan tekanan darah
39

2) Memiliki tiga senyawa utama sebagai antioksidan:


dialil silfida, dialil disuklfida, dialil trisulfida

2.6.5.6 Andrographidis Herba (herba Sambilto)


a. Farmakologi
1) Ekstrak sambiloto dapat mencegah iskhemia miokard
2) Kandungan kimia diterpen lakton, andrografolid,
neoandrografolid berefek kardioprotektif karena
mempunyai efek antioksidan penangkap radikal bebas
3) Selain mempunyai efek kardioprotektif, juga
mempunyai efek antihipertensi.
b. Simplisia: berupa herba yang telah dikeringkan berasal
dari tanaman andrographis paniculata.
c. Deskripsi tanaman: pohon kecil tinggi sampai 10 m,
batang tidak begitu besar, batang kasar banyak tonjolan.
Daun bulat telur memanjang, wana hijau bertangkai.
Bunga berkelompok kecil-kecil.
d. Simplisia berupa daun yang telah dikeringkan.
e. Kandungan Kimia:
Senyawa diterpen alkohol asilkik, dietil ftalat, flavonoid,
tanin, sulfur, asam format, asam sitrat, kalium sitrat.

2.6.5.7 Centerline herba (Herba Pegagan)


a. Deskripsi tanaman: merupakan herba menahun,
mempunyai rimpang. Daun tunggal bundar, melebar.
Bunga mempunyai payung.
b. Kandungan kimia: asiatikosida, madekasosida, asam
asiatat, asam madekastat, kuersetin, kamfenol, asam
betulat, hidrokotilina, valerin, asam klorogenat.

2.6.5.8 Ginseng radix(akar Ginseng)


40

a. Farmakologi
1) Aktivitas kardiovaskuler, menurunkan adesi platelet,
mempengaruhi kanal ion, mengubah pelepasan
neurotransmiter otonom
2) antihipertensif;, dengan penghambatan ACE
3) Antiplatelet
4) antihiperlipidemik.

2.6.5.9 Alpukat
a. Khasiat:
1) Antihipertensi
2) Sariawan
3) Bronkhitis
4) Kencing manis
b. Mengobati darah tinggi dengan daun alpukat:
Bahan-bahan:
1) 3-5 lembar daun alpukat
2) 1 gelas air bersih
3) 5-10 gram gula batu
c. Cara membuat ramuan :
Daun alpukat dan gula batu direbus dengan air sampai
mendidih lalu air rebusannya dimunum setelah dingin 1
kali dalam sehari.
2.6.5 Resep buah untuk mengobati darah tinggi Jus buah untuk
darah tinggi:

a. Buah mengkudu (buah pace) diblender atau di buat jus, Setelah


jadi teris diminum secara rutin setiap hari.
41

b. Buah belimbing dibuat jus terus diminum tiap hari.


Untuk membuat jus belimbing caranya sama seperti membuat
jus mengkudu diatas.

c. Daun seledri diberi air hangat, tunggu beberapa saat terus


diminum, air seledri ini bisa membuat tekanan darah langsung
turun drastis (drop), jadi sebaiknya 2 kali diminum seminggu.

d. Jus Buah semangka. Manfaat Buah Semangka bisa


menyegarkan pembuluh darah Anda. Asam amino jenis arginin
yang ada dalam buah semangka memproduksi nutrisi penting
yang dapat menguatkan sekaligus melebarkan dinding arteri.
Cara membuat dengan cara di jus atau dimakan secara langsung.

e. Buah Delima. Buah Delima mengandung antioksidan yang


sangat tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan tekanan darah
dapat turun secara signifikan dengan mengkonsumsi buah
delima. Buah delima bisa dibuat jus atau dimakan secara
langsung.

f. Buah tomat. Mengapa buah tomat bisa menurunkan darah tinggi


secara alami ? Masalah ini sangat berkaitan dengan kandungan
dalam tomat yang begitu kaya nutrisi. Tomat mengandung 0 gr
kalori dan itu berarti sayur ini sangat baik bagi yang menjalani
diet bagi penderita hipertensi. Menurut dari sebuah hasil
penelitian mengonsumsi ekstrak tomat selama 16 minggu
menunjukkan bahwa tomat menurunkan rata-rata 10 poin
tekanan darah sistolik (saat jantung berkontraksi) dan rata-rata 4
poin tekanan darah diastolik (saat jantung berelaksasi). Buah
tomat bisa dikonsumsi lansung juga dibuat jus.

g. Bawang putih dan lemon. Campuran antara bawang putih dan


lemon akan menghasilkan khasiat yang luar biasa untuk darah
42

tinggi, Bawang putih juga berfunsi sebagai antibiotik yang


alami. Nah anda jangan membayangkan bagaimana rasanya
perpaduan keduanya jika diminum. (sumber : jurnal ekstrak
buah untuk antihipertensi/ 02 /5/13/11;54 wita)

2.7 Komplikasi Hipertensi

Kondisi hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan gangguan


pembuluh darah di seluruh organ tubuh manusia. Angka kematian yang
tinggi pada penderita darah tinggi terutama disebabkan oleh gangguan
jantung :
2.7.1 Organ Jantung
Kerja yang keras akibat hipertensi berupa Kompensasi jantung
terhadap penebalan otot jantung kiri. Kondisi ini akan
memperkecil rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung
akan semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai
dengan adanya gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner)
akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan
menyebabkan nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan
menimbulkan kematian.
2.7.2 Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian
dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat
pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan melebar saat terjadi
hipertensi, dan memungkinkan terjadi pecah pembuluh darah yang
akan menyebabkan gangguan penglihatan.
2.7.3 Sistem Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari
pembuluh darah ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang
zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik, akibatnya
terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat
43

merusak organ tubuh lain terutama otak.


(http://.godiabetescare.com/hipertensi.html, diakses pada tanggal
26 Maret 2013 pukul 09.15 Wita)

Orang sering tidak mencari perawatan medis sampai mereka


memiliki gejala yang timbul dari kerusakan organ yang disebabkan
oleh kronis (terus-menerus, panjang) tekanan darah tinggi lama.
Jenis berikut kerusakan organ yang sering terlihat di tekanan darah
tinggi kronis:
a. Serangan jantung
b. Kelumpuhan jantung
c. Stroke atau serangan iskemik transient (TIA)
d. Gagal ginjal
e. Kerusakan mata dengan kehilangan visi progresif.
(http://www.emedicinehealth.com/high_blood_pressure, diakses
pada tanggal 26 Maret 2013 pukul 09.15 Wita)

2.8 Tinjauan Asuhan Keperawatan Hipertensi

2.8.1 Pengkajian (menurut marilyn E. Doengoes (2000:39-51) diagnosa


keperawatan klien dengan hipertensi ada lima yaitu:

2.8.1.1 Aktivitas istirahat


Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup
monoton
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea
2.8.1.2 Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda: kenaikan tekanan darah, hipotensi postural,
takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin.
44

2.8.1.3 Integritas Ego


Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, factor stress multipel
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
2.8.1.4 Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
2.8.1.5 Makanan / Cairan
Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol,mual muntah
dan perubahan berat badan.
Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema
2.8.1.6 Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut
sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode
epistaksis
Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik
2.8.1.7 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit
kepala oksipital berat, nyeri abdomen
2.8.1.8 Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda: distress respirasi/penggunaan otot aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
2.8.1.9 Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
45

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi


psotural
2.8.1.10 Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon.

2.8.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Marilynn E. Doengoes (2000 : 39-51) diagnosa keperawatan


klien dengan hipertensi ada lima yaitu :
2.8.2.1 Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular
2.8.2.2 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2.8.2.3 Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
2.8.2.4 Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan
metabolik
2.8.2.5 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
situasional/maturasional; perubahan hidup beragam; relaksasi
tidak adekuat; sistem pendukung tidak adekuat;
kuang/tidak pemah olahraga; nutrisi buruk, kerja berlebi
han; persepsi tidak realistik; harapan yang tidak terpenuhi.
2.8.2.6 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri.

2.8.3 Intervensi Keperawatan


46

2.8.3.1 Dignosa keperawatan I : Resiko tinggi terhadap penurunan curah


jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
a. Pantau tekanan darah.
rasional: perbandingan dari tekanan darah memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang
masalh vaskular.
b. Catatan keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
rasional: denyut karotis, jugularis, radialisdan fumoralis
mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin
menurun mencerminkan vasokontriksi
c. Auskultasi tonus denyut jantung dan bunyi nafas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
karena adanya hipertrofi atrium (peningkatan volume/ tekanan
atrium) perkembangan S3 menunjukkan hipperttrofi ventrikel
dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi,
dapatmengidentufikasi kongesti paru terjadinya atau gagal
jantung kronik.
d. Kolaborasi memberikan obat sesuai indikasi : misal diuritik
tiazid.
Rasional : tiazid mungkin digunakan sendiri tau dicampur
dengan obat lain untuk menurunkan tekana darah pada pasien
dengan fungsi ginjal relatif normal. Diuritik ini memperkuat
agen-agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan.

2.8.3.2 Diagnosa Keperawatan II : Intoleransi aktifitas berhubungan


dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
a. Kaji respon klien terhadap aktivitas,
perhatikan frekuensi nadi berlebih dari 20 kali permenit diatas
frekuensi istirahat. Peningkatan tekanan darah yang nyata
47

selama / sesudah aktivitas , dispnea atau nyeri dada, keletihan


dan kelemahan yangs berlebih, pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam
mengkajirespon fisiologis terhadap stres aktivitas dan bila ada
merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
b. Intruksikan pasien tentang teknik penghemat
energi.
Rasional : teknik menghemat energi mengurangi penggunaan
energi dan juga membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Berikan dorongan untuk melakukan
aktivitas dan berikan bantuan sesuai kebutuhan pasien.
Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.

2.8.3.3 Diagnosa Keperawatan III : Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan


dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
a. Pertahankan tirah baring,
lingkungan yang tenang, se-dikit penerangan.
Rasional : meminimalkan stimulasi/peningkatan relaksasi.
b. Berikan tindakan non
farmakologis untuk menghilang-kan sakit kepala, misak
kompres dingin, pijat punggung, tekni krelaksasi dan
aktivitas waktu senggang.
Rasional tindakan menurunkan tekanan vaskular serebral
dan yang memperlambat respon simpatis elektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
48

c. Hindari aktivitas yang dapt


meningkatkan vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala seperti mengejan saat BAB.
Rasional : aktivitas yang dapat meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala karena adanya peningkatan
tekanan vaskular serebral.
d. Kolaborasi berikan obat
analgesik sesuai indikasi.
Kolaborasi : menurunkan atau mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsangan saraf sinpatis.

2.8.3.4 Diagnosa Keperawatan IV : nutrisi, perubahan, lebih dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik
a. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan
darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jantung berkaitan peningkatan massa
tubuh.
b. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional : mengidentifikasi kekutan/kelemhan dalam
program diri terakhir. Membantu dalam menentukan
kebutuhan individu untuk menyesuaikan/penyeluhan.
c. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan
makanan harian termasuk kapan dan dimana dilakukan
dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
diamkan.
Rasional : memberikan data dasar tentang keadekuatan
nutrisi yang dimakan dan keadadn emosi saat makan .
49

membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor


mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
d. Intruksikan dan bantu memilih makakn yang tepat.
Hindari makakn yang mengandung kejenuham lemak
tinggi (mentega, keju, es krim, telur, daging) dan
kolestrol (daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan dan jeroan).
Rasiobnal : menghindari makanan yang tinggi lemak
jenuh dan kolestrol penting dalam mencegah
perkembangan antrogenesis.
e. Kolaboratif : rujuk keahli gizi sesuai indikasi.
Rasional : memberikan konseling dan bantuhan dalam
memenuhi kebutuhan diet individu.

2.8.3.5 Diagnosa Keperawatan V : koping individu tidak evektif


berhubungan dengan krisis situasional/maturasional,
perubahan hidup beragam situasional/maturasional, per-
ubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem
pendukung tidak adekuat, kuang/tidak pemah
olahraga, nutrisi buruk, kerja berlebihan, persepsi tidak
realistik, harapan yang tidak terpenuhi.
a. Bantu klien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
Rasional : pegenalan terhadap stresor adalah langkah
utama dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor.
b. Libatkan klien dalam perencanaan keperawatsan dan beri
dorongan partisipasi maksimum dalam rencana
pengobaan.
Rasional : keterlibatan memberikan pasien perasaan
kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki ke-
50

terampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama


dalam regimen terapetik.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai
merencanakan, ketimbang membatalkan tujuan diri/
keluarga.
Rasional : perubahan yang harus diprioritaskan secara
relistikuntiuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak
berdaya.

2.8.3.6 Diagnosa Keperawatan VI : Kurangnya pengetahuan ber-


hubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri.
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang
dekat.
Rasional : kesalahan konsep dan menyangkat diagnosa
karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minat pasien untuk mempelajari penyakit,
kemajuan dan proknosis.
b. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal,
jelaskan tentang Hipertensi dan efeknya pada jantung,
pembuluh darah, ginjal dan otak.
Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman tentang
peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah
medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa tekanan
darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini dapat
memungkinkan pasien melanjutkan melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
c. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu
pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
Rasional : nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin,
mengakibatkan frekuensi jantung, tekanan darah dan
51

vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan


meningkatkan beban kerja miokardium.

2.8.4 Evaluasi

2.8.4.1 Dignosa keperawatan I : Resiko tinggi terhadap penurunan


curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah.
b. Mempertahan kan tekanan darah dalam rentang yang
dapat diterima.
c. Mempertahan irama dan frekuensi jantung stabil.

2.8.4.2 Diagnosa Keperawatan II : Intoleransi aktifitas


berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
a. Berpartisifasi dalam beraktivitas yang
diinginkn/diperlukan.
b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.
c. Menunjukkan penurunana dalam tanda-tanda intoleransi
aktivitas.

2.8.4.3Diagnosa Keperawatan III : Nyeri (sakit kepala)


berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
a. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit
kepala dan tampak nyaman.
52

2.8.4.4 Diagnosa Keperawatan IV : nutrisi, perubahan, lebih dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
a. Menyatakan
pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan.
b. Mempertahank
an tekanan darah parameter normal.
c. Mengedentifik
asi efeksamping obat dan kemungkinan komplikasi
yang perlu diperhatikan.

2.8.4.5 Diagnosa V : koping individu tidak evektif berhubungan


dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup
beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, kurang/tidak pernah olahraga, nutrisi buruk, kerja
berlebihan, persepsi tidak realistik.
a. Klien akan mengidentifikasi prilaku koping efektif dan
konskuensinya.
b. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan
pribadi.

2.8.4.6 Diagnosa Keperawatan VI : Kurangnya pengetahuan ber-


hubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit dan perawatan diri.
a. Pasien mengungkapkan pengetahuan dan
ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini.
Melaporkan pemakai-an obat-obatan sesuai pesanan.
53

También podría gustarte