Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Khutbah Pertama
ق َلفير و
ظفهنرره َنعنلىَ َفدويفن َركللفه َنولنوو َنكفرنه َالنكاَففرروونن ل َاللفذيِ َأنورنسنل َنررسوولنره َفباَلهرندىَ َنوفدويفن َالنح ل
النحومرد َ ف
ك َلنهر
ل َا َنووحندره َنل َنشفروي ن نوأنوشهنرد َنأن َ ل
ل َإفلننه َإف ل
Amma ba’du:
Sungguh banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Nikmat yang paling besar adalah Allah
masih memberikan nikmat Iman dan Islam. Tugas kita adalah mensyukurinya dengan terus memperbaiki
ketakwaan kita pada Allah. Allah memerintahkan,
ق َترنقاَتففه َنونل َتنرموترلن َإفلل َنوأنونتروم َرموسلفرمونن نياَ َأنيَينهاَ َاللفذينن َآننمرنوا َاتلرقوا َ ل ن
ا َنح ل
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, suri tauladan kita, dan yang menjadi
pembuka pintu surga di akhirat kelak, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
begitu pula kepada para sahabat, dan para tabi’in serta setiap orang yang mengikuti jejak mereka
dengan baik hingga akhir zaman.
Maksiat dan setiap yang Allah larang mesti kita jauhi sebagaimana perintah dalamn ayat,
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”
(QS. Al-Muthaffifin: 14).
Coba lihat bagaimanakah keadaan seorang alim yang berbuat maksiat. Pernah terjadi pada Imam
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah ketika beliau mengeluhkan hafalannya pada gurunya.
Padahal Imam Syafi’i sebenarnya orang yang hafalannya sungguh amat luar biasa. Diriwayatkan dari
Imam Asy Syafi’i, ia berkata, “Aku telah menghafalkan Al Qur’an ketika berumur 7 tahun. Aku pun telah
menghafal kitab Al Muwatho’ ketika berumur 10 tahun. Ketika berusia 15 tahun, aku pun sudah
berfatwa.” (Thorh At Tatsrib, 1: 95-96).
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk
meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah
tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).
Lihatlah itu salah satu bukti maksiat itu menggelapkan hati. Beda kalau memang kita sudah terbiasa
bermaksiat, sudah terbiasa enggan shalat, sudah terbiasa memakan riba, bahkan menganggap biasa
dosa syirik.
Maksiat bisa dilakukan terang-terangan, bisa pula dilakukan seorang diri. Perhatikan hadits berikut ini.
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku
mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung
Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata,
“Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti
mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka
sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi
mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR.
Ibnu Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Kita bisa mendeteksi terlebih dahulu sebab-sebab kita mudah menerjang yang haram.
Sebab pertama:
Lemahnya iman, itu ada karena kurangnya ilmu, kurang ma’rifatullah (mengenal Allah). Kalau iman
seseorang itu kuat, jika ada maksiat di depannya, ia akan mengedepankan rasa takut pada Allah daripada
kesenangan dunia yang sementara.
Sebab kedua:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan
menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu
Hurairah. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545).
Sebab ketiga:
Pandangan yang begitu bebas, tidak mau ditundukkan. Karena dari pandangan, panah iblis mulai
dimainkan, makanya Allah perintahkan,
َصفرى
ف َبن ن َنعون َننظنفر َاولفرنجاَنءفة َفنأ ننمنرفنىَ َأنون َأن و-صلىَ َا َعليه َوسلم-َ ا
صفر ن نسأ نول ر.
ت َنررسونل َ ل ف
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai pandangan yang tidak di
sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim, no. 2159)
Sebab keempat:
Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia –termasuk pula hamba yang faqir ini-. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
صلحرة َنواولفننرا ر
غ نفوعنمنتاَفن َنموغربورن َففيفهنماَ َنكفثيرر َفمنن َاللناَ ف
ُ َال ل،َ س
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR.
Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Sebab kelima:
Bermudah-mudahan dalam yang haram. Karena semakin bermudah-mudahan, kita bisa terjerumus
dalam yang haram yang lebih parah.
Sebab keenam:
Dekat dengan tempat-tempat yang dapat membangkitkan syahwat seperti duduk-duduk di pinggir jalan.
Karena syahwat dapat bangkit lewat pandangan ketika berada di jalan-jalan.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan”. Mereka bertanya, “Itu kebiasaan kami yang sudah biasa
kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami bercengkrama”. Beliau bersabda, “Jika kalian tidak
mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut”. Mereka bertanya, “Apa hak
jalan itu?” Beliau menjawab, “Menundukkan pandangan, menyingkirkan gangguan di jalan, menjawab
salam dan amar ma’ruf nahi munkar.” (HR. Bukhari no. 2465)
Termasuk juga yang mudah membangkitkan syahwat adalah musik dan berada di tempat yang
melalaikan dari Allah.
تْ َنفاَوستنوغففررووره َإفنلره َهرنو َالنغفروورر َاللرفحويرم أنقروورل َقنووفليِ َهننذا َأنوستنوغففرر َ ن
ا َفليِ َنولنركوم َنولفنساَئففر َالرموسلففموينن َنوالرموسلفنماَ ف
Khutbah Kedua
ُ َنوأنوشهنرد َأنلن َننبفيلنناَ َرمنحلمددا َنعوبردره َنونررسوولرهر،ك َلنره ُ َنوأنوشهنرد َأنون َنل َإفلننه َإفلل َ ر،َ أنوحنمرد َنرلبيِ َنوأنوشركررره
ا َنووحندره َنل َنشفروي ن
الللهرلم َ ن
صلل َنعنلىَ َننبفيلنناَ َرمنحلمعد َنونعنلىَ َآلففه َنونمون َتنبفنعهروم َبفإ فوحنساَعن َإفنلىَ َينووفم َاللدويفن
Lemahnya iman.
ك َاولرموننكنرا ف
ْت ك َففوعنل َاولنخوينرا ف
تْ َنوتنور ن الللهرلم َإفلنىَ َأنوسأ نلر ن
“Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot.” (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu
untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran). (HR. Tirmidzi no. 3235 dan Ahmad
5: 243. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, kami ingatkan untuk memperbanyak shalawat pada Nabi kita
Muhammad, juga mudah-mudahan doa kita diperkenankan di hari penuh berkah ini.
ت َاولنولهاَ ر
ب ك َأنون ن
ك َنروحنمدة َإفنل ن نربلنناَ َنل َترفزوغ َقررلوبننناَ َبنوعند َإفوذ َهنندويتننناَ َنوهن و
ب َلننناَ َفمون َلنردون ن
ك َالرمنولحفدوينن
صور َفعنباَند ن الللهرلم َأنفعلز َافلوسلننم َنوالرموسلففموينن َنوأنفذلل َاللشور ن
ك َنوالرموشفرفكوينن َنواون ر
نربلنناَ َآتفنناَ َففيِ َاليَدوننياَ َنحنسنندة َنوففيِ َاولفخنرفة َنحنسنندة َنوقفنناَ َنعنذا ن
ب َاللناَفر
صوحبففه َون َنمون َتنبفنعهروم َبفإ فوحنساَعن َإفنلىَ َينووفم َالقدوين صللىَ َ ر
ا َنعنلىَ َننبفيلنناَ َرمنحلمعد َنونعنلىَ َآلففه َنو ن .نو ن
ب َاولنعاَلنفموينن
نوآفخرر َندوعنوانناَ َأنفن َاولنحومرد َل َنر ل
Referensi:
Mufsidaat Al-Qulub. Cetakan pertama, tahun 1438 H. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. Penerbit Al-
Obekan.
Silakan Download:
—
Artikel Rumaysho.Com
Print Friendly Version of this pagePrint Get a PDF version of this webpagePDF
Sumber : https://rumaysho.com/16115-khutbah-jumat-6-sebab-terjadinya-maksiat.html