Está en la página 1de 8

1.

Jelaskan bagaimana pergerakan lempeng Indo Australia dengan yang masuk


dibawah sumatra serta hubungannya dengan gunung api dan sesar sumatra.

Kondisi detail yang dapat diperhatikan pengaruhnya pembentukan


pegunungan Himalaya terhadap Tektonik Indonesia Barat yaitu pada akhir
Kenozoikum, wilayah Asia Tenggara tercirikan oleh interaksi sekurangnya
antara tiga buah lempeng kerak bumi.

Batas antara Samudera India dan Lempeng Erasia di barat Sumatera


dan di selatan Jawa serta Nusa Tenggara, tercirikan oleh sistem palung busur.
Di Sumatera, keadaanya menjadi rumit karena hadirya sesar Sumatera yang
terentang sepanjang 1350 km (Katili, 1973). Sistem palung-busur Jawa
terbentuk oleh penunjaman kerak samudera ke bawah kerak benua. Di sini
kerak benuanya tipis saja, mengingat sebagian hanya terdiri dari busur
volkano-pluton Tersier. Menyamping ke arah benua, kandungan kalium batuan
gunung api berangsur-angsur meningkat. Hal itu tcrlihat nyata di P. Jawa
(Hatherton & Dickinson, 1969) dengan jalur Benioffnya paling dalam sekitar
700 km. Ketika pinggiran lempengan India-Australia bertabrakan dengan
lempengan Eurasia, lempengan tersebut longsor jauh ke dalam bumi, di bawah
Indonesia. suhu yang sangat tinggi melelehkan pinggiran lempengan sehingga
menghasilkan magma. kemudian magma muncul melalui retakan di permukaan
bumi dan membentuk gunung-gunung api. Busur gunung api di Indonesia
terbentuk dengan cara seperti itu.

Proses pergerakan dan bergesernya Lempeng Benua India – Australia


ke Utara memberikan dampak hingga ke wilayah Asia yaitu dari mulai
Myanmar – Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara dan Laut Banda, pergerakan
lempeng ini yang mengakibatkan pembentukan barisan pegunungan dari Ujung
Sumatera hingga Laut Banda Indonesia yang dikenal dengan Sistem
Persebaran Pengunungan Sunda.

Apabila diperhatikan, penunjaman yang terjadi di sebelah barat


Sumatra tidak benar-benar tegak lurus terhadap arah pergerakan Lempeng
India Australia dan Lempeng Eurasia. Lempeng Eurasia bergerak relatif ke
arah tenggara, sedangkan Lempeng India-Australia bergerak relatif ke arah
timurlaut. Karena tidak tegak lurus inilah maka Pulau Sumatra dirobek sesar
mendatar yang dikenal dengan nama Sesar Semangko. Subduksi dari Lempeng
Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada masa Paleogen
diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk Sumatra
searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah E-W
menjadi SE-NW dimulai pada Eosen-Oligosen. Perubahan tersebut juga
mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar mendatar Sumatra seiring
dengan rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra
menjadikan kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra (Darman
dan Sidi, 2000). Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai dengan
pembentukkan cekungan-cekungan belakang busur sepanjang Pulau Sumatra,
yaitu Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan
Sumatra Selatan,

Pulau Sumatra diinterpretasikan dibentuk oleh kolisi dan suturing dari


mikrokontinen di Akhir Pra-Tersier (Pulunggono dan Cameron, 1984; dalam
Barber dkk, 2005). Sekarang Lempeng Samudera Hindia subduksi di bawah
Lempeng Benua Eurasia pada arah N20°E dengan rata-rata pergerakannya 6 –
7 cm/tahun. 9 Konfigurasi cekungan pada daerah Sumatra berhubungan
langsung dengan kehadiran dari subduksi yang menyebabkan non-volcanic
fore-arc dan volcano-plutonik back-arc.
2. Jelaskan bagaimana cara menentukan mekanisme fokal, serta apa makna dari
strike, dip, dan slip.
Mekanisme focal dari suatu gempa merupakan penggambaran dari deformasi
inelastis dikawasan sumber yang menghasilkan gelombang seismik.
Saat terjadi gempa bumi, terjadi pelepasan energi yang menyebar keseluruh
bagian bumi. Mekanisme fokal dapat diturunkan dengan mengamati pola
gerakan pertama (first motion) dari gempa bumi. Apakah gelombang P yang
tercatat pertama kali pada seismometer berupa puncak atau lembah. Dalam hal
ini, energi yang tersebar oleh gempa bumi akibat sesar membagi bumi menjadi
empat bagian. Perbedaan fisrt motion ini terjadi karena posisi dari stasiun
terhadap sumber gempa.

Gambar di atas menjelaskan contoh cara pembuatan mekanisme fokus.

Dalam pembuatan mekanisme fokal, gelombang P yang tercatat dari berbagai


stasiun dikumpulkan. Lalu, gelombang P dibedakan berdasarkan pola fisrt
motionnya.
a. Masing-masing simbol first motion di-plot terhadap bidang dari pusat ke
azimuth relatif stasiun terhadap fokus gempa bumi. Dalam hal ini sumber
gempa ditandai sebagai (+). Pada contoh di atas.
b. Penentuan kuadran berdasarkan titik-titik yang sudah di-plot.
c. Kuadran yang telah dibuat diberi warna.

Metode ini digunakan sebelum gelombang dicatat dan di analisis secara digital.
Solusi momen tensor biasanya ditampilkan secara grafis menggunakan
diagram beachball. Pola energi radiasi selama gempa bumi dengan satu arah
gerakan pada satu bidang patahan dapat dimodelkan sebagai pasangan ganda,
yang digambarkan secara matematis sebagai kasus khusus dari sebuah tensor
urutan kedua (sama dengan tegangan dan regangan) yang dikenal sebagai
momen tensor.

Pengertian Strike, slip, dan dip :


Aspek terpenting dari geometri sesar adalah pergeseran. Atas dasar ini, sesar
dapat diklasifikasikan sebagi berikut:

A. Berdasarkan Sifat Pergerakan Relatif Semu


1. Strike separation fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan
jurus bidang sesar, yang terdiri dari:
a. Strike left separation fault
Jika kita berdiri disuatu blok dari suatu sesar maka akan terlihat jejak
pergeseran semu pada blok yang lain bergeser kearah kiri.

b. Strike right separation fault


Jika kita berdiri disuatu blok dari suatu sesar maka akan terlihat jejak
pergeseran semu pada blok yang lain bergeser kearah kanan.

2. Dip separation fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan


kemiringan bidang sesar, yang terdiri dari :
a. Normal sparation fault
Jika sesar dilihat penampang vertikal, jejak pergeseran pada footwall
ditemukan d8i atas jejak yang sama pada hangingwall.

b. Reverse separation fault


Jika sesar di lihat pada penampang vertikal, jejak pergeseran pada footwall
dtemukan di bawah jejak yang sama pada hangingwall.

B. Berdasarkan Sifat Pergeseran Relatif Sebenarnya


1. Strike slip fault adalah pergeseran relatif semu sesarh dengan jurus
bidang sesar, yang etrdiri dari:
a. Strike left slip fault
Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka akan terletak jejak
pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kiri.

b. Strike right slip fault


Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu seasr maka akan terlihat jejak
pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kanan.

2. Dip Slip fault adalah pergeseran relatif sebenarnya searah dengan


kemiringan bidang sesar, yang terdiri dari:
a. Normal slip fault
Blok hangingwall relatif turun terhadap footwall.

b. Reverse slip fault


Blok hangingwall bergerak relatif naik terhadap footwall.

Untuk sesar vertical : tentukan salah satu blok relative bergerak terhadap blok lain,
contoh “Vertikal dip slip fault”.
3. Oblique slip fault adalah pergeseran miring relative sebernarnya terhadap
bidang sesar. Untuk penamaan sesar ini dipakai kombinasi istilah “dip slip
dan strike slip” seperti dibawah ini
a. Normal left slip fault

b. Normal right slip fault

c. Reverse left slip fault

d. Reverse right slip fault

e vertical oblique slip fault.


4. Sesar Rotasi adalah yeng memperlihatkan pergeseran berputar pada
bidang sesarnya.
a. Clokwise rotation fault
Blok yang berlawanan bergerak searah jarum jam.

b. Anticlokwise rotation fault


Blok yang berlawanan bergerak berlawanan arah jarum jam
3. Jelaskan pengertian dari (a). Kerentanan Seismik, (b). Metode HVSR.

a. Kerentanan seismik merupakan suatu kondisi dimana tingkat kerawanan


masyarakat dalam menghadapai bahaya gempa bumi yang ditentukan
berdasarkan kondisi material batuan daerah setempat (Nakamura, 2000).
Hubungan antara nilai kerentanan seismik dengan kerapatan material batuan
dasar menunjukan bahwa semakin rendah kerapatan material batuan dasar
cenderung memiliki nilai kerentanan seismik yang semakin tinggi.

Indek Kerentanan Seismik

Untuk mengetahui indeks kerentanan seismik pada suatu wilayah, dengan


membagi kuadrat amplifikasi dengan frekuensi dominan pada lokasi
pengukuran.Perhitungan indeks kerentanan seismik berdasarkan persamaan
Nakamura (2000) sebagai berikut :
Kg=Ao/fo
Dimana Kg adalah Indeks kerentanan seismik, Ao adalah nilai Amplifikasi
dan fo adalah besaran Frekuensi dominan (Hz) lapisan sedimen di wilayah
pengukuran.
b. Metode HVSR
Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan
metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan yang dapat digunakan pada
wilayah permukiman. Metode HVSR biasanya digunakan pada seismik pasif
(mikrotremor) tiga komponen. Nakamura menyebutkan bahwa metode HVSR
untuk analisis mikrotremor bisa digunakan untuk memperoleh frekuensi
natural sedimen (Mufida dkk, 2013).
Teknik HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) pada analisis data
mikrotremor telah digunakan secara luas untuk studi efek lokal dan
mikrozonasi. Saat ini, teknik HVSR juga dapat digunakan untuk mengamati
tingkat aktivitas gunungapi. Pada penelitian ini, metode HVSR (Horizontal to
Vertical Spectral Ratio) diterapkan untuk memantau aktivitas vulkanik yang
berhubungan dengan gejala atau tanda–tanda akan terjadinya erupsi. Sebelum
terjadinya erupsi, adanya pola HVSR bisa menjadi indikator perubahan
dinamika gunungapi sehingga kita dapat mengurangi resiko bahaya erupsi.
Namun, tidak semua perubahan frekuensi HVSR berkaitan dengan perubahan
aktivitas vulkanik (Syahbana, 2013).

También podría gustarte