Está en la página 1de 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An A DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS DI RUANG CEMPAKA


RSU BANGLI TANGGAL 26 JUNI SAMPAI 29 JUNI 2017

Disusun Oleh :

Kelompok XX

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
Tahun Ajaran 2017
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan


profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu
keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di
indonesia, kedepannya diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta
teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan
keperawatan di sebagian besar rumah sakit di indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.

Pasien atau klien adalah individu yang tidak terlepas dari adanya masalah
kesehata. Bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan, maka di mungkinkan
kebutuhan dasarnya menjadi terganggu salah satunya adalah masalah dalam hal
gangguan pernafasan kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan
keperawaan, dalam hal ini perawat mempunyai pengetahuan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien melalui proses keperawatan.

Dari data 1 bulan terakhir di ruang Cempaka RSU Bangli didapatkan keluhan
pasien terbanyak adalah gangguan pernafasan dengan diagnosa ketidakefektifan
pola napas, dimana dalam kasus ini pemenuhan oksigenasi mengalami gangguan
setiap bulannya pasien dengan ketidakefektifan pola napas terus meningkat.
Sehingga penulis mengambil kasus seminar tentang ketidakefektifan pola napas
yang mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan oksigenasi.

B. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang diatas, kami dapat menarik beberapa rumusan
masalah yaitu:
1. Bagaimana konsep teori kebutuhan oksigenasi ?
2. Bagaimana tinjauan teori asuhana keperawatan kebutuhan dasar
oksigenasi ?
3. Bagaimana WOC oksigenasi ?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan Oksigenasi ?
C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari rumusan masalah diatas yaitu :

1. Untuk mengetahui konsep teori kebutuhan oksigenasi


2. Untuk mengetahui tinjauan teori asuhana keperawatan kebutuhan dasar
oksigenasi
3. Untuk mengetahui WOC oksigenasi
4. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Oksigenasi
D. Manfaat
1. Manfaat Umum

Mengetahui gambaran umum dan mampu membuat asuhan keperawatan


pada pasien dengan ketidakefektifan pola napas yang membutuhkan
oksigenasi, sehingga dapat menerapkan intervensi yang baik apabila
mendapat pasien dengan gangguan sistem pernapasan.

2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan
b. Memahami diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan
c. Memahami intervensi pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan
d. Memahami implementasi pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan
e. Memahami evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Kebutuhan


1. Definisi

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktifitas sel. (Wahit Iqbal Mubarak,2007)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2
ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan


manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism
sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi
tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus
paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta
mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tesebut
2. Anatomi Fisiologi Terkait Oksigen

Anatomi

1. Saluran Nafas Atas


a. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal

menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago.
Bagian internal hidung adala rongga belorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidng kanan dan kiri oleh pembagi vertical yang
sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan
membrane mukosa yang sangat banyak mengandung waskular yang
disebut mukosa hidung.
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang
mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran
untuk udara mengalir ked an dari paru-paru. Hidung juga berfungsi
sebagai penyaring kotoran dan melembabkan udara yang dihirup ke
dalam paru-paru. Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori
(penghirup) karena reseptor olfaktori trletak dalam mukosa hidung,
dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
b. Faring
Faring atau tenggorokan merupakan struktur seperti tba
yangmenghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring
dibagi menjadi tiga region: nasal(nasofaring), oral (orofaring), dan
laring (laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan
saluran pada traktus respiratorius dan degestif.
c. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai
kotak suara dan terdiri atas:
1) Epiglottis adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium
kea rah laring selama menelan
2) Glottis adalah ostium antara pita suara dalam laring
3) Kartilago tiroid: kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago
tiroid)
4) Kartilago arytenoid: digunakan dalam gerakan pita suara
dengan kartilago tiroid
5) Pita suara: ligament yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara (pit suara melekat pada lumen laring)

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya


vokalisasi,. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah
dari ostruksi benda asing dan memudahkan batuk.

d. Trakea
Disebut juga batang tenggorokan. Ujung traea bercabang menjadi
dua bronkus yang disebut karina.
2. Saluran Nafas Bawah
a. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Disebut bronkus lobaris
kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus
;obaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental. Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki:
arteri, limfatik dan saraf.
b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
Bronkiolus mengandung kelenjar submucosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi
bagian dalam jalan napas.
c. Alveoli
Merupakan tempat pertukan O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
1) Sel-sel alveolar tipe I: adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli
2) Sel-sel alveolar tipe II: adalah sel yang aktif secara metabolic
dan mensekresi sufraktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
3) Sel-sel alveolar tipe III: adalah makrofag yang merupakan sel-
sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
d. Paru-paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam
rongga dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum
sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kiri lebih kecil dan
terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi
beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
e. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan
elastic. Terbagi menjadi 2:
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2) Pleura viseralis yaitu menyelubungi setiap paru-paru

Fisiologi

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin


ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolism sel-sel tubuh dan
pertukaran gas. Melalui peran system respirasi oksegen diambil dari
atmosfir, ditransfer masuk ke paru-paru dan terjadi proses pertukaran
oksigen dan karbondiaksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di
difusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel darah dalam
proses metabolisme.

Proses oksigen dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfir,


kemudian oksigen mauk melalui organ pernafasan atas, seperti: hidung
atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan
bagian bawah seperti: trakea, bronkus utama, bronkus sekunder,
bronkus tersier (sekmental), terminal bronkukeolus, dan selanjutnya
masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ
pernafasan bagian bawah, organ pernafasan bagian atau juga berfungsi
untuk pertukaran gas, prooteksi terhadap benda asing yang akan masuk
ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan
melembabkan gas,. Sedangkan fungsi organ pernapasan bagiab bawah,
selain sebagai tempat masuknya oksigen, berperan juga dalam proses
difusi gas.

3. Factor Predisposisi dan Presipitasi Oksigen


1. Factor Predisposisi
a. Faktor Fisiologis
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian bawah
3) Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu
4) Meningkakan metabolism seperti adanya infeksi, demam,
ibu hamil, luka dll.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, musculoskleletal yang
abnormal, serta penyakit kronis seperti TBC.
b. Faktor Umur
Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak
dibandingkan orang dewasa. Hal itu disebabkan volume paru-
paru yang relative kecil dan sel-sel tubuh sedang berkembang
sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga
memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otot-
otot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih muda,
sehingga udara pernapasan lebih sedikit.
c. Fraktor Perkembangan
1) Bayi premature yang di sebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler nya adanya resiko infeksi saluran
pernapasn akut
3) Anak usia sekolah dan remaja resiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok
4) Dewasan muda dan pertengahan diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru-paru
5) Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, dan
ekspansi paru menurun.
d. Faktor Perilaku
1) Nutrisi: misalkan pada obesites mengakibatkn penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemi sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosclerosis.
2) Latihan: dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
3) Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan coroner,
4) Penyalahgunaan substansi (alcohol dan obat-obatan):
menyebabkan intake nutrisi menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
5) Kecemasan: meyebabkan metabolism meningkat.
e. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja (polusi)
2) Temperature lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut
f. Faktor posisi tubuh
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan.
Pada tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi
sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak
berdiri. Untuk itu diprukan banyak O2 dan diproduksi banyak
CO2. Pda posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya
meningkat. Pada posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh
disangga oleh sebagian besar bagian tubuh sehigga terjadi
penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energy yang
diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga
frekuensi pernapasannya juga rendah.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen: debu, bulu bintang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut: makanan dan obat-obatan
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit: perhiasan,
logam dan jam tangan
d. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan factor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angina serbuk bunga atau debu.
e. Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bias memperberat serangan asma yang
sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami sterr atau gangguan
emosi perlu diberi naseht untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatas maka gejala
asmanya belum bias diobati.

4. Gangguan (Etiologi, Proses terjadi< tanda Gejala dan Komplikasi)


a. Etiologi
1. Faktor Fisiologis
a) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian bawah
c) Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu
d) Meningkakan metabolism seperti adanya infeksi, demam,
ibu hamil, luka dll.
e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, musculoskleletal yang
abnormal, serta penyakit kronis seperti TBC.
2. Faktor Umur
Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak
dibandingkan orang dewasa. Hal itu disebabkan volume paru-
paru yang relative kecil dan sel-sel tubuh sedang berkembang
sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga
memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otot-
otot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih muda,
sehingga udara pernapasan lebih sedikit.
3. Fraktor Perkembangan
a) Bayi premature yang di sebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan.
b) Bayi dan toddler nya adanya resiko infeksi saluran
pernapasn akut
c) Anak usia sekolah dan remaja resiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok
d) Dewasan muda dan pertengahan diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru-paru
e) Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, dan
ekspansi paru menurun.
4. Faktor Perilaku
a) Nutrisi: misalkan pada obesites mengakibatkn penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemi sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosclerosis.
b) Latihan: dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan coroner.
d) Penyalahgunaan substansi (alcohol dan obat-obatan):
menyebabkan intake nutrisi menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
e) Kecemasan: meyebabkan metabolism meningkat.
5. Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja (polusi)
b) Temperature lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut

b. Proses Terjadinya
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma,
antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody
Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter
bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

c. Manifestasi Klinis
1. Gejala
a) Nafas pendek
b) Batuk produktif /tidak produktif
c) Riwayat pneumonia berulang
d) Faktor keluarga dan keturunan
e) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus-menerus
2. Tanda
a) Perubahan frekuensi pernafasan (cepat/lambat)
b) Penggunaan alat bantu pernafasan
c) Gerakan minimal pada diafragma
d) Bunyi nafas : wheezing, ronchi, roles
e) Kesulitan berbicara 4 kata atau 5 kata sekaligus
f) Adanya sianosis bibir dan dasar kuku
g) Karakteritis sputum(hijau, putih atau putih)

d. Komplikasi
1. Hiperventilasi
2. Hipoventilasi
3. Hipoksia
5. Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Penunjang Terkait Oksigen
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi thoraks merupakan upaya pengkajian
klien dengan gangguan system kardiovaskuler dan respirasi.
Pemeriksaan radiologi:
a) Foto rontogen
b) Thorax
c) VLS (vertebra, lumbal,sacral)
d) BNO (foto abdomen)
e) Scanning (head scanning, whole body)
f) IVP (kontras melalui intravena)
g) Cystografi
h) Uretrocystografi

Jenis-jenis gangguan system pernapasan menggunakan


pemeriksaan radiologi:

a) Kanker laring
b) Pneumonia
c) TB paru
d) Abses paru
e) Bronchitis kronik
f) Emfisema paru
g) Asma

2. Pemeriksaan Sputum BTA


Menemukan Basil Tahan Asam (BTA) dalam sputum penting
sekali artinya dalam diagnosis tuberculosis paru. Pemeriksaan
sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman
BTA, diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan.
Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
3. Pemeriksaan Bronkoskopi
Bronkoskopi merupakan tehnik yang memungkinkan
visualisasi langsung trakea dan cabang-cabang utamanya.
Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung
terhadap laring, trakea dan bronki baik melalui bronkoskopi
serat optic yang fleksibel atau bronkoskopi yang kaku.
4. Pemeriksaan AGD
Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan
dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun.
Analisa Gas Darah Normal
PH 7,35-7,45
Pa CO2 35-45 mmHg
Pa O2 80-100 mmHg
Total CO2 dalam 24-31 mEq/1
plasma 21-30 mEq/1
HCO3 -2,4 sampai +2,3
Base ekses

Saturasi O2 (SaO2) >90%

5. Ct-scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Farmakologi:
1) Antikoagulan
2) Trombolik
3) Antilipemik
4) Vasodilator perifer
Antikoagulan mencegah pembentukan bekuan darah, menyerang
dan melarutkan bekuan darah.

Antilipemik juga disebut hipolipemik atau antilipemik berefek


menurunkan konsentrasi lipid dalam darah. vasodilator perifer
bertujuan untuk meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang
menyempit karena vasospame. Secara farmakologis, obat-obatan
yang dapat membantu membatasi ukuran infark miokardium
adalah adalah antiplatelet, antikoagulan, dan trobolitik.

B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar


a. Pengkajian
1) Data Subjektif
Kaji riwayat gejala-gejala : nyeri dada, dispneu, batuk
 Terapi obat-obatan yang sekarang atau dahulu
 Riwayat medical atau bedah

Kaji faktor yang berhubungan

 Adanya faktor penyebab atau penunjang (merokok, alergi,


trauma tumpul, atau terbuka, pembedahan atau nyeri,
asma, faktor lingkungan, infeksi
2) Data Objektif
1) Kaji batasan karakteristik
2) Status mental
3) Pernafasan
4) Pemeriksaan fisik
5) Adanya sputum
6) Batuk
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan
oksigenasi diantaranya adalah :
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi : kondisi pasien tidak mampu membersihkan
secret/slem, sehingga meninggalkan obstruksi saluran pernafasan
dalam rangka mempertahankan saluran pernafasan.
Faktor yang berhubungan:
Lingkungan
 Perokok pasif
 Menghisap asap
 Merokok

Obstruksi Jalan Nafas

 Spasme jalan nafas


 Mukus dalam jumlah yang berlebihan
 Eksudat dalam alveoli
 Materi asing dalam jalan nafas
 Adanya jalan nafas buatan
 Sekresi yang tertahan atau sisa sekresi
 Sekresi dalam bronki

Fisiologis

 Jalan nafas alergik


 Asma
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Hyperplasia dinding bronchial
 Infeksi
 Disfungsi neuromuscular
2) Ketidakefektifan pola nafas
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi
ventilasi
Faktor yang berhubungan
 Ansietas
 Posisi tubuh
 Deformitas tulang
 Deformitas dinding dada
 Keletihan
 Hiperventilasi
 Sindrom hipoventilasi
 Gangguan musculoskeletal
 Kerusakan neurologis
 Imaturitas neurologis
 Disfungsi neuromuscular
 Obesitas
 Nyeri
 Keletihan otot pernafasan cedera medulla spinalis
3) Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelebihan atau deficit pada oksigrbasi dan/atau
eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-kapiler
Faktor yang berhubungan
 perubahan membrane alveolar-kapiler
 ventilasi-perfusi

c. Perencanaan
1. Prioritas diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan Pola Napas
2. Rencana Asuhan Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan 1
1) Rencana Tujuan: ketidakefektifan pola napas teratasi
2) Kriteria Hasil
 Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (16-
20x/menit)
 Tidak ada suara napas abnormal
 Tanta-tanda vital dalam rentang normal
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100x/menit
R : 16-20x/menit
S : 36,5-37,5ºC
 Pasien tidak sesak
3) Rencana Tindakan
Mandiri :

(1) Posisikan pasien dengan posisi semi fowler

Rasional:Memaksimalkan potensial ventilasi

(2) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Rasional: Memonitor kepatenan jalan nafas

(3) Monitor respirasi dan status oksigen terapi

Rasional: Memonitor respirasi dan keadekuatan


oksigen.

(4) Monitor aliran oksigen

Rasional: Menjaga aliran oksigen mencukupi


kebutuhan pasien.
(5) Monitoring tanda-tanda vital.

Rasional: Dengan melakukan penguran tanda-tanda


vital bisa mengetahui keadaan umum pasien.

(6). Monitor frekuensi dan irama pernafasan

Rasional: Monitor keadekuatan pernafasan


Delegatif :
(1) Pemberian obat melalui nebulizer

Rasional: Pemberian obat nebulizer berfungsi untuk


melonggarkan pernafasan , sehingga dapat
melegakan pernafasan

d. Pelaksanaan
Pelaksanaan / implementasi merupakan tahap keempat dalam
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan. Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya
fisik dan perlindungann kepada pasien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien, tingkat perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan
terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi
( Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1.
Page 111).

e. Evaluasi
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
a. Mempertahankan posisi pasien semi fowler.
b. Menunjukkan perilaku untuk memeperbaiki pola nafas,
misalnya pemasangan O2 dan melatih nafas dalam.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada pasien An. A dilakukan pada tanggal 26 juni 2017 pada
pukul 13.15 WITA di ruang Cempaka RSU Bangli dengan metode observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi (rekam medis).

1. Pengumpulan Data
Identitas Pasien Penanggung (kakak pasien)
Nama : An. A Ny. M
Umur : 18 tahun 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah -
Suku Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA -
Pekerjaan : Pelajar -
Alamat Terdekat : Br. Kubu Bangli Br. Kubu Bangli
Nomor Telepon : 081999665707 081999665707
Nomor Register :
Tanggal MRS : 25 Juni 2017

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari yang lalu pada tanggal 23 juni
2017
b. Keluhan Saat Pengkajian
Pada saat pengkajian tanggal 26 juni pasien mengeluh sesak, nyeri
uluhati, mual, muntah, dan batuk
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari yang yang lalu pada tanggal 23
juni 2017. Pasien mengatakan selama 2 hari tidak melakukan
pemeriksaan ke dokter atau klinik. Kemudian pada tanggal 26 juni
2017 pasien datang ke UGD RSUD Bangli dengan keluhan sesak dan
di UGD pasien diberi O2. Pasien di diagnosa oleh dokter ().
Kemudian disarankan untuk dirawat inap di ruang Cempaka. Pada
saat pengkajian pada tanggal 26 juni 2017 pasien mengeluh masih
sesak, nyeri uluhati, mual, muntah, dan batuk. Tanda – tanda vital :
TD : 100/70mmHg, N : 78x/menit, S : 36 , 70C.
d. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah di rawat inap sebelumnya pun
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan memiliki penyakit keturunan seperti asma
3. Pola Kebiasaan
a. Bernafas
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada sesak saat
bernafas.
Saat Pengkajian : Pasien mengeluh sesak saat bernafas, nyeri uluhati,
mual, muntah dan batuk.
b. Makan dan Minum
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan
nasi putih dengan lauk pauk.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan frekuensi makan 3 kali sehari,
pasien biasa mengkonsumsi dan lauk pauk, tidak ada makanan
pantangan, tidak memiliki alergi makanan, porsi makan sehari yaitu 1
porsi, pasien mengatakan biasa mengkonsumsi air sebanyak 7-8 gelas
dan tidak ada masalah dalam makan dan minum.
c. Eliminasi
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada masalah bab dan
bak.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan frekuensi bab 1 kali sehari,
dengan konsentrasi keras dengan feses khas dengan warna kuning dan
tidak terdapat darah, pasien juga mengatakan bak 7-8 kali sehari
berwarna jernih dengan bau khas urine dan volume kurang lebih
800cc.
d. Gerak dan aktivitas
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan biasa beraktivitas seperti
biasa, melakukan kegiatan sebagai mana mestinya.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan saat dirawat di rumah sakit
masih bias bergerak dan berjalan dibantu dengan keluarga.
e. Istirahat dan tidur
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan biasa tidur 6 sampai 8 jam
sehari.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan mulai tidur jam 22.00 wita dan
bangun jam 06.00 wita. Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
tidur.
f. Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan bahwa mandi dua kali
sehari menggunakan sabun, dan mengganti pakaian.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan mandi hanya satu kali sehari di
tempat tidurnya menggunakan lap.
g. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada tanda-tanda
badannya panas atau peningkatan suhu tubuh yang tinggi.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada tanda-tanda badannya
panas atau peningkatan suhu tubuh yang tinggi.
h. Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada nyeri.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan ada nyeri pada uluhati.
i. Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada rasa takut, cemas,
maupun gelisah.
Saat Pengkajian : Pasien merasa cemas dan dengan penyakitnya.
j. Data social
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
dan lingkungan sekitar harmonis.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga dan
tenaga kesehatan dan lingkungan rumah sakit juga harmonis.
k. Prestasi dan Produktivitas
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak ada prestasi hanya
belajar dan beraktivitas sebagaimana mestinya.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan tidak bias menjalankan tugasnya
sebagaimana mestinya sebagai pelajar.
l. Rekreasi
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan jarang melakukan rekreasi .
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan untuk menghilangkan rasa
jenuhnya di rumah sakit, biasanya pasien mengobrol dengan
keluarganya.
m. Belajar
Sebelum Pengkajian : data tidak terkaji
Saat Pengkajian : data tidak terkaji
n. Ibadah
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan beliau beragama hindu
setiap hari rutin sembahyang.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan hanya bias berdoa di tempat
tidur untuk kesembuhan penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1. Kesadaran : composmentis (kesadaran penuh) GCS :
15 (E=4, M=6, V=5)
2. Bangun Tubuh : sedang
3. Postur Tubuh : tegak
4. Cara Berjalan : lancar terkoordinir
5. Gerak Motorik : normal
6. Keadaan Kulit
Warna : normal
Turgor : elastis
Kebersihan : bersih
Luka : tidak ada luka
7. Gejala Kardinal
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 18 x/menit
b. Kepala
Inspeksi : kulit kepala : kotor, rambut : panjang, luka : tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : Konjungtiva : merah muda, Sklera: putih, Kelopak mata :
tidak ada gangguan, Pupil : reflek pupil baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi : Bentuk : simetris, Keadaan : bersih, Luka : tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk : simetris, Keadaan : bersih, Luka : tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pendengaran baik
f. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir : kering, Gusi : tidak berdarah, Gigi :
caries/karang gigi, Lidah : kotor, Tonsil : normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Leher
Inspeksi : Keadaan : normal
Palpasi : Keadaan : tidak ada pembesaran tiroid dan parotis,dan tidak
ada nyeri tekan
h. Thorax
Inspeksi : Bentuk : simetris, Gerakan : terbatas, Payudara : simetris
Palpasi : Pengembangan dada : simetris, Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi : Suara paru : sonor
Auskultasi : Suara paru : terdapat suara wheezing
i. Abdomen
Inspeksi : Keadaan : tidak ada distensi abdomen, Luka : tidak ada
luka
Auskultasi : Peristaltik usus : 18x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi thympani
j. Genetalia
Keadaan : tidak terkaji
k. Anus
Keadaan : tidak terkaji
l. Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi : tidak ada edema, terpasang infus di tangan kanan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada edema,tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot
555 554

555 555

m. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
No Hari/Tangg Jenis Hasil Satuan Nilai
al/Jam Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
Lab
1 25 Juni
2017, jam
20.45
WITA

Hasil Pemeriksaan Foto Thorax PA

1. Corakan brocnhovascular kesan normal


2. Tidak tampak bercak, cavitas, klasifikasi, fibrosis pada kedua paru
3. Cor dalam batas normal, Aorta tidak dilatasi
4. Kedua sinus lancip dan diafragma kesan baik
5. Tulang – tulang rongga dada yang tampak intak

Kesan : Tidak tampak kelainan pada foto thorax ini.

Analisa data Pasien Astma dengan Ketidakefektifan pola nafas

di Ruang Cempaka RSUD Bangli

Tanggal 22 juni 2017

Data Subjektif Data Objektif Masalah


 Pasien  Pasien tampak  Ketidak
mengeluh sesak efektifan pola
sesak.  Suara nafas nafas
 Pasien pasien terdengar
mengeluh sulit abnormal
bernafas (wheezing)
 Pasien tampak
terpasang O2
 TTV :
Td : 100/70
mmHg
N : 78x/mnt
S :36,7ºc
RR : 24

 Pasien  Pasien muntah  Resiko


mengeluh setiap sehabis kekurangan
mual muntah makan. volume cairan
 Pasien  Pasien terlihat
mengeluh lemas
lemas.  Tekanan darah
menurun. TTV :
Td : 100/70
mmHg
N : 78x/mnt
S :36,7ºC
RR : 24x/mnt

 Pasien  Pasien tampak  Ansietas


mengatakan gelisah
tidurnya  Pasien tampak
kurang meringis
nyaman 
 Pasien
mengatakan
mual dan nyeri
pada ulu hati.
Rumusan masalah

a) Ketidak efektifan pola nafas

b) Resiko kekurangan volume cairan

c) Ansietas

Analisa masalah

P : Ketidakefektifan pola nafas

E : Alergi

S : Pasien mengeluh sesak, sulit bernafas,pasien tampak sesak, suara


nafas pasien terdengar abnormal (wheezing), pasien tampak terpasang O2,
hasil tanda – tanda vital TD : 100/70 mmHg, N:78x/mnt, S:36,7ºC RR:
24x/mnt

Proses terjadinya : dimulai karena adanya reaksi alergi menyebabkan


perubahan kedalaman pernafasan, sehingga menunjukan perubahan irama
dan frekuensi pernapasan. Hal ini lama kelamaan akan mengakibatkan
peningkatan irama dan frekuensi pernapasan pasien, maka pasien akan
merasa lemas, dan sulit bernafas karena pasien merasa ada yang menahan
pada dadanya, itu sebabnya fase ekspirasi yang panjang akan
menimbulkan bunyi yang abnormal seperti wheezing dan pasien merasa
sesak sebagai tanda dan gejala ketidakefektifan pola napas.

Akibat jika tidak ditanggulangi: akan terjadi hiperventilasi


B. Diagnosa Keperawatan
Nama pasien : An. A No.RM : 227256
Umur : 18 tahun Ruang Rawat : Cempaka ruang 4 bed
5
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medis : Asthma serangan
sedang, Gastritis Akut

Tanggal
N Diagnosa Keperawatan Paraf/nama
o. Ditemukan Teratasi
1. Ketidakefektifan pola nafas 26-juni-2017 29-juni-2017
2. Resiko kekurangan volume 26-juni-2017 -
cairan
3. Ansietas 26-juni-2017 -

C. Perencanaan Keperawatan
1. Prioritas Masalah Keperawatan (berdasakan)
a. Ketidakefektifan pola nafas
2. Rencana Keperawatan / Nursing Care Plan
Rencana Keperawatan Pada Pasien Asma Dengan ketidakefektifan pola nafas Di Ruang Cempaka RSU Bangli Tanggal 26-juni-
2017 s/d 29-juni-2017

Diagnosa Tujuan & Kriteria paraf


Hari/tgl/jam Intervensi Rasional
No Keperawatan Hasil
Senin , 26 Ketidakefektifan pola Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
1. juni 2017 nafas berhubungan asuhan keperawatan 1. Posisikan pasien 1. Untuk
,13.15 dengan hiperventilasi selama 3x24 jam, dengan posisi semi memaksimalkan
WITA ditandai dengan : masalah fowler potensial ventilasi
DS : - Pasien ketidakefektifan 2. Auskultasi suara 2. Memonitor
mengatakan sesak pola nafas dengan nafas, catat adanya kepatenan jalan
DO : - Terdengar kriteria hasil : suara tambahan nafas
suara nafas abnormal 1. Frekuensi 3. Monitor respirasi 3. Memonitor
(wheezing) pernafasan dalam dan status oksigen respirasi dan
- Tanda-tanda vital : rentang normal (16- terapi keadekuatan
TD : 100/70 mmHg 20 x/menit ) oksigen.
S : 36,7 C 2. Tidak ada suara 4. Monitor aliran Menjaga aliran
N : 78 x/menit nafas abnormal oksigen oksigen mencukupi
R : 22 x/menit 3. Tanda-tanda vital kebutuhan pasien.
dalam rentang 5. Monitoring tanda- 5. Dengan
normal tanda vital. melakukan
TD : 120/80 mmHg penguran tanda-
S : 36,5-37,5 C tanda vital bisa
N : 60-100 mengetahui
x/menit keadaan umum
R : 16-20 x/menit pasien.
4. Pasien tidak 6. Monitor frekuensi 6. Monitor
sesak dan irama keadekuatan
pernafasan pernafasan
Delegatif : Delegatif :
1. Pemberian obat 1. Pemberian obat
melalui nebulizer nebulizer berfungsi
untuk
melonggarkan
pernafasan ,
sehingga dapat
melegakan
pernafasan.
D. Implementasi

Nama
Hari/tanggal/Ja Diagnosa
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Perawat/Pa
m Keperawatan
raf
Senin, 26 juni Ketidakefektfan pola  mengobservasi tanda DS: -
2017 nafas -tanda vital
( Dinas Siang) DO:
14:00 - TD: 100/70 mmHg
- N : 78X/menit
- S : 36,7oc
- R : 22x/menit

 memberikan posisi DS:


semi fowler - pasien mengatakan
merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler

DO:
- pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
fowler

DS:
- pasien mengatakan
 melakukan batuk dan sesak
monitoring frekuensi
dan irama pernafasan DO:
- pasien tampak sesak
dengan Respirasi
22x/menit dan nafas
pasien cepat dan
dalam

DS:
- pasien mengatakan
nyaman mengunakan
 melakukan O2
monitoring respirasi
dan status O2 terapi
DO:
- pasien tampak nyaman
mengunakan O2
15:00 - O2 terpasang 3 liter

DS :
- Pasien mengatakan
nyaman menggunakan
O2

DO:
 melakukan - O2 mengalir dengan
monitoring aliran O2 lancar

DS:
16:00 - Pasien mengatakan
masih sesak

DO:
- Terapi Nebulizer udah
diberikan
 memberikan terapi
Nebulizer secara DS:
delegtif dengan - Pasien mengatakan
Combivent masih sesak dan batuk

17:00 DO:
- Terdengar suara nafas
abnormal (wheezing )
 melakukan auskultasi
suara nafas dan
mencatat adanya
suara tambahan
2 Dinas Malam  memberikan pasien DS:
21:00 dengan posisi semi - pasien mengatakan
folwer merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler
DO:
- Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- pasien mengatakan
nyaman mengunakan
O2
 melakukan
monitoring respirasi DO:
dan status O2 - O2 terpasang 3 liter
- pasien nyaman
mengunakan oksigen

DS :
- Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
O2

DO:
- O2 mengalir dengan
22:00  melakukan lancar
monitoring aliran
O2
DS:
- Pasien mengatakan
masih sesak

DO:
- Terapi Nebulizer udah
diberikan

23:00
 memberikan terapi DS:
Nebulizer secara - Pasien mengatakan
delegtif dengan masih sesak dan batuk
Combivent
DO:
Terdengar suara nafas
 melakukan abnormal (wheezing )
auskultasi suara
nafas dan mencatat DS: -
adanya suara
05:00 tambahan DO:
- TD: 110/80 mmHg
- S: 36oC
- N: 80x/menit
- R: 22x/menit
 melakukan
observasi tanda- DS:
tanda vital - pasien mengatakan
batuk dan sesak
DO:
- R: 22x/menit
07:00 - Pernafasan cepat dan
 melakukan dalam
monitoring
frekuensi dan irama DS:
pernafasan - Pasien mengatakan
masih sesak

DS:
- Terapi nebulizer sudah
diberikan

 memberikan terapi
Nebulizer secara
delegatif Combivent
Selasa, 27 juni  melakukan observasi DS: -
2017 tanda-tanda vital
Dinas Pagi DO:
07:30 - TD: 120/70 mmHg
- N: 72x/menit
- R: 14x/menit
- S: 36,4oc

 melakukan auskultasi
bunyi nafas dan catat DS:
adanya suara nafas - Pasien mengatakan
tambahan batuk dan sesak
berkurang

DO:
- Tidak terdapat bunyi
 melakukan nafas tambahan
monitoring respirasi
dan O2 terapi DS:
- Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
O2
11:00
DO:
- Paien tampak nyaman
menggunakan Oksigen
- Oksigen terpasang 3
liter

DS:
- Pasien mengaatakan
 melakukan nyaman menggunakan
monitoring aliran O2 O2

DO:
- O2 mengalir dengan
lancar

12:30 DS:
- pasien mengatakan
batuk dan sesak
 melakukan
monitoring frekuensi DO:
dan irama pernafasan - R: 22x/menit
- Pernafasan cepat dan
dalam

DS:
- pasien mengatakan
merasakan nyaman
 memberi posisi semi dengan posisi semi
fowler fowler
DO:
- Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- Pasien mengatakan
masih sesak

DO:
- Terapi Nebulizer udah
 melakukan diberikan
pemberian obat
Nebulizer secara
delegatif ( Combivent
)

Dinas Sore  melakukan observasi DS: -


14:00 tanda-tanda vital
DO:
- TD: 110/80mmHg
- N: 80x/menit
- R: 16x/menit
- S: 36,3oc
 melakukan
monitoring frekuensi DS:
dan irama pernafasan - pasien mengatakan
batuk dan sesak

DO:
- R: 22x/menit
- Pernafasan cepat dan
dalam
 melakukan
monitoring respirasi DS:
dan O2 terapi - Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
O2

DO:
- Paien tampak nyaman
menggunakan Oksigen
- Oksigen terpasang 3
liter

DS:
- pasien mengatakan
merasakan nyaman
 memberi posisi semi dengan posisi semi
fowler fowler
DO:
- Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- Pasien mengatakan
masih sesak

DO:
- Terapi Nebulizer udah
 melakukan diberikan
pemberian obat
Nebulizer secara DS:
delegatif ( Combivent - Pasien mengaatakan
) nyaman menggunakan
O2
16:00
DO:
 melakukan - O2 mengalir dengan
monitoring aliran O2 lancar

DS:
- Pasien mengatakan
batuk dan sesak

18:00 DO:
- Terdapat bunyi nafas
tambahan
 melakukan auskultasi (wheezing)
bunyi nafas dan catat
adanya suara nafas DS:
tambahan - Pasien mengatakan
sesaknya berkurang

DO:
 melakukan - Terapi Nebulizer udah
pemberian obat diberikan
Nebulizer secara
delegatif ( Combivent DS:
) - pasien mengatakan
merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler
DO:
 memberi posisi semi - Posisi sudah diberikan
fowler - Pasien tampak nyaman
Dinas Malam dengan posisi semi
20:30 folwer

DS:
- Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
O2

DO:
- Paien tampak nyaman
menggunakan Oksigen
- Oksigen terpasang 3
 melakukan liter
monitoring respirasi
dan O2 terapi DS: -

DO:
- TD: 110/80mmHg
- N: 80x/menit
- R: 20x/menit
S: 36,3oc

DS:
- Pasien mengatakan
batuk dan sesak
berkurang

 melakukan observasi DO:


tanda-tanda vital - Tidak terdapat bunyi
nafas abnormal

DS:
- Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
 melakukan auskultasi O2
bunyi nafas dan catat
adanya suara nafas DO:
tambahan - O2 mengalir dengan
lancar

DS:
- pasien mengatakan
06:00  melakukan batuk dan sesak
monitoring aliran O2
DO:
- R: 20x/menit
- Pernafasan cepat dan
dalam

 melakukan
monitoring frekuensi
dan irama pernafasan
Rabu 28 Juni  melakukan DS:
2017 monitoring respirasi - Pasien mengaatakan
Dinas Pagi dan O2 terapi nyaman menggunakan
09:30 O2

DO:
- Paien tampak nyaman
menggunakan Oksigen
- Oksigen terpasang 3
liter
DS:
- Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
O2
 melakukan
monitoring aliran O2 DO:
- O2 mengalir dengan
lancar

DS:
- pasien mengatakan
merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler
 memberi posisi semi DO:
fowler - Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- pasien mengatakan
batuk dan sesak

DO:
- R: 26x/menit
- Pernafasan cepat dan
dalam
 melakukan
monitoring frekuensi DS: -
12:00 dan irama pernafasan
DO:
- TD: 120/80mmHg
- N: 80x/menit
- R: 26x/menit
- S: 36,4oc
 melakukan observasi
tanda-tanda vital DS:
- Pasien mengatakan
batuk dan sesak
berkurang

DO:
- Tidak terdapat bunyi
 melakukan auskultasi nafas abnormal
bunyi nafas dan catat
adanya suara nafas
tambahan
Dinas Siang  melakukan DS:
14:00 monitoring respirasi - Pasien mengaatakan
dan O2 terapi nyaman menggunakan
O2

DO:
- Paien tampak nyaman
menggunakan Oksigen
- Oksigen terpasang 3
liter
DS:
- Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
O2
 melakukan
monitoring aliran O2 DO:
- O2 mengalir dengan
lancar

DS:
- pasien mengatakan
merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler
 memberi posisi semi DO:
fowler - Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- pasien mengatakan
batuk dan sesak sudah
berkurang

DO:
- R: 26x/menit
- Pernafasan cepat dan
 melakukan dalam
monitoring frekuensi
dan irama pernafasan DS: -
15:00
DO:
- TD: 120/80mmHg
- N: 82x/menit
- R: 20x/menit
- S: 35,9oc

DS:
 melakukan observasi - Pasien mengatakan
tanda-tanda vital batuk dan sesak
berkurang

DO:
- Tidak terdapat bunyi
nafas abnormal
 melakukan auskultasi
bunyi nafas dan catat
adanya suara nafas
tambahan

Dinas Malam  melakukan DS:


22:00 pemberian obat - Pasien mengatakan
Nebulizer secara sesaknya berkurang
delegatif ( Combivent
) DO:
- Terapi Nebulizer udah
diberikan

DS: -
 melakukan observasi
06:00 tanda-tanda vital DO:
- TD: 120/80mmHg
- N: 80x/menit
- R: 20x/menit
- S: 36oc
 memberi posisi semi DS:
fowler - pasien mengatakan
merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler
DO:
- Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- Pasien mengatakan
sesaknya berkurang
 melakukan
pemberian obat DO:
Nebulizer secara - Terapi Nebulizer udah
delegatif ( Combivent diberikan
)
DS:
- Pasien mengatakan
batuk dan sesak
berkurang
 melakukan auskultasi
bunyi nafas dan catat DO:
adanya suara nafas - Tidak terdapat bunyi
tambahan nafas abnormal

DS:
- pasien mengatakan
batuk dan sesak
 melakukan berkurang
monitoring frekuensi
dan irama pernafasan DO:
- R: 20x/menit
- Pernafasan cepat dan
dalam
DS:
- Pasien mengaatakan
nyaman menggunakan
 melakukan O2
monitoring aliran O2
DO:
- O2 mengalir dengan
lancar

Kamis 29 juni - melakukan observasi DS: -


2017 tanda-tanda vital
Dinas Pagi DO:
09:00 - TD: 110/70mmHg
- N: 64x/menit
- R: 20x/menit
- S: 36,5oc
 memberi posisi semi
fowler DS:
- pasien mengatakan
merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler
DO:
- Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- Pasien mengatakan
 melakukan auskultasi batuk dan sesak
bunyi nafas dan catat berkurang
adanya suara nafas
tambahan DO:
- Tidak terdapat bunyi
nafas abnormal

DS:
 melakukan - pasien mengatakan
monitoring frekuensi batuk dan sesak
dan irama pernafasan berkurang

DO:
- R: 20x/menit
- Pernafasan cepat dan
dalam
DS:
 melakukan - Pasien mengaatakan
monitoring aliran O2 nyaman menggunakan
O2

DO:
- O2 mengalir dengan
lancar

Dinas Siang - melakukan observasi DS: -


15:00 tanda-tanda vital
DO:
- TD: 120/80mmHg
- N: 80x/menit
- R: 22x/menit
- S: 36,4oc
- melakukan monitoring
frekuensi dan irama DS:
pernafasan - pasien mengatakan
batuk dan sesak
berkurang

DO:
- R: 22x/menit
- Pernafasan cepat dan
dalam
- melakukan pemberian
obat Nebulizer secara DS:
delegatif ( Combivent - Pasien mengatakan
) sesaknya berkurang

16:00 DO:
- Terapi Nebulizer udah
diberikan
DS:
- memberi posisi semi - pasien mengatakan
fowler merasakan nyaman
dengan posisi semi
fowler
DO:
- Posisi sudah diberikan
- Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi
folwer

DS:
- Pasien mengatakan
batuk dan sesak
berkurang

- melakukan auskultasi DO:


bunyi nafas dan catat - Tidak terdapat bunyi
adanya suara nafas nafas abnormal
tambahan
E. Evaluasi

Di Ruang Cempaka RSU Bangli Tanggal 26 Juni s/d 29 Juni 2017

NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi Respon Nama


Keperawatan Perawat/
Paraf
1 Senin , 26 Ketidakefektifan S:
juni 2017 pola nafas - Pasien mengatakan masih
Dinas Siang berhubungan merasakan sesak
13:15 dengan
hiperventilasi O:
ditandai dengan: - Pasien tampak sesak dan lemas
- Terdengar suara nafas abnormal (
Ds: - pasien wheezing) saat dilakukan
mengatakan sesak auskultasi.
- Tanda –tanda vital
Do: - terdengar TD: 100/70mmHg
suara nafas S: 36,7 oc
abnormal ( N : 78x/menit
wheezing) R: 22x/menit
- Tanda-
tanda vital A:
TD: - Ketidakefektifan pola nafas belum
100/70 teratasi
mmgHg
S: 36,7 oc P:
N : - Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
78x/menit dan 7
R:
22x/menit

Dinas Malam S:
21:00 - Pasien mengatakan masih
merasakan sesak

O:
- Pasien tampak sesak dan lemas
- Terdengar suara nafas abnormal (
wheezing) saat dilakukan
auskultasi.
- Tanda –tanda vital
TD: 110/80mmHg
S: 36 oc
N : 80x/menit
R: 22x/menit
- Pasien terpasang oksigen nasal
kanul 3liter
- Terdapat retraksi otot dada

A:
- Tujuan belum tercapai masalah
ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

P:
- Lanjutan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan
7
Selasa 27 S:
juni 2017 - Pasien mengatakan masih
Dinas Pagi merasakan sesak
08:00
O:
- Pasien tampak sesak dan lemas
- Terdengar suara nafas abnormal (
wheezing) saat dilakukan
auskultasi.
- Tanda –tanda vital
TD: 120/70mmHg
S: 36,4 oc
N : 72x/menit
R: 14x/menit

A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
dan 7
Dinas Siang S:
- Pasien mengatakan masih
merasakan sesak
- Pasien mengeluh batuk
- Pasien mengeluh nyeri pada ulu
hati
- Pasien mengatakan mual muntah
setelah makan

O:
- Pasien tampak sesak dan lemas
- Terdengar suara nafas abnormal (
wheezing) saat dilakukan
auskultasi.
- Tanda –tanda vital
TD: 110/80mmHg
S: 36,3 oc
N : 80x/menit
R: 16x/menit
- Pasien terpasang oksigen
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
dan 7
Dinas Malam S:
20:30 - Pasien mengataka sesak sesaknya
sudah berkurang

O:
- Sesak pasien sudah berkurang
- Tanda –tanda vital
TD: 100/80mmHg
S: 36,3 oc
N : 80x/menit
R: 20x/menit

A:
- Ketidakefektifan pola nafas sudah
teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
dan 7
Rabu 28 Juni S:
2017 - Pasien mengatakan sesak sudah
Dinas Pagi berkurang
09:00 - Pasien mengeluh batuk
- Pasien mengeluh nyeri pada ulu
hati
- Pasien mengatakan mual muntah
setelah makan

O:
- Sesak pasien sudah berkurang
- Tanda –tanda vital
TD: 120/80mmHg
S: 36,4 oc
N : 80x/menit
R: 26x/menit
- Pasien terpasang oksigen
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
dan 7
Dinas Siang S:
14:00 - Pasien mengatakan sesak sudah
berkurang
O:
- Sesak pasien sudah berkurang
- Tanda –tanda vital
TD: 120/80mmHg
S: 35,9 oc
N : 82x/menit
R: 13x/menit
- Pasien terpasang oksigen
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
dan 7
Dinas Malam S:
22:00 - Pasien mengatakan sesak sudah
berkurang
O:
- Sesak pasien sudah berkurang
- Pasien tampak tidak lemas dan
sesak
- Tanda –tanda vital
TD: 120/80mmHg
S: 36 oc
N : 80x/menit
R: 20x/menit
- Pasien terpasang oksigen
- Suara nafas tambahan (-)
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi 1,3,4,5 dan 7
Kamis 29 S:
juni 2017 - Pasien mengatakan tidak sesak
Dinas Pagi O:
08:00 - Oksigen tidak terpasang
- Tanda –tanda vital
TD: 110/70mmHg
S: 36,5 oc
N : 64x/menit
R: 20x/menit
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
Dinas Siang S:
16:00 - Pasien mengatakan tidak sesak
O:
- Oksigen tidak terpasang
- Tanda –tanda vital
TD: 120/80mmHg
S: 36,4 oc
N : 80x/menit
R: 22x/menit
A:
- Ketidakefektifan pola nafas sudah
teratasi

P: -

También podría gustarte