Está en la página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinivitis akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi
degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia
30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria dari pada wanita. Penyakit ini terutama
menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofalangeal kaki.
( Ns. Arif Muttaqin, S.Kep : 2009).
Gout disebabkan karena adanya peningkatan jumlah asam urat, yang adalah hasil akhir
metaboilisme purin. Sebagai hasil hyperurisemia, Kristal asam urat berkumpul di dalam sendi
yang paling umum ibu jari kaki (podagra), menyebabkan sakit ketika sendi bergerak. Asam
urat dibersihkan dari tubuh melalui ginjal. Pasien dapat juga berpotensi kearah penyakit batu
ginjal ketika asam urat mengkristal di dalam ginjal. Seseorang bias juga berpotensi kearah
penyakit gout sekunder , ini karena proses penyakit lain atau penggunaan pengobatan, seperti
diuretic, atau beberapa agen kemoterapeutik
( Donna Jackson, 2009).

B. Rumusan masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengungkapkan beberapa
rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah :
1. Apa pengertian gout ?
2. Bagaimana klasifikasi gout?
3. Apa etiologi gout?
4. Apa saja manifestasi klinis gout?
5. Bagaimana patofisiologi gout?
6. Bagaimana pathways gout ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang gout ?
8. Bagaimana penatalaksanaan gout ?
9. Apa saja komplikasi gout ?
10. Apa saja pengkajian keperawatan pada pasien gout ?

1
11. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gout ?
12. Apa saja intervensi keperawatan pada pasien gout ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan tentang gout.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa :
a. Mampu menjelaskan pengertian gout ?
b. Mampu menjelaskan klasifikasi gout ?
c. Mampu menjelaskan etiologi gout ?
d. Mampu menjelaskan manifestasi klinis gout?
e. Mampu menjelaskan patofisiologi gout?
f. Mampu menjelaskan pathways gout ?
g. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang gout ?
h. Mampu menjelaskan penatalaksanaan gout?
i. Mampu menjelaskan komplikasi retinopati gout ?
j. Mampu menjelaskan pengkajian keperawatan pada pasien gout ?
k. Mampu menjelaskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
gout?
l. Mampu menjelaskan intervensi keperawatan pada pasien gout ?
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang retinopati
diabetik secara umum dan tentang pendekatan asuhan keperawatan retinopati diabetik.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan untuk pengembangan pemberian layanan kesehatan yang
optimal kepada klien dengan retinopati diabetik.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui untuk selalu waspada terhadap penyakit
retinopati diabetik, karena penyakit ini masih kurang popular dikalangan masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi
Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinivitis akut berulang-ulang
( Ns. Arif Muttaqin, S.Kep : 2009).
Gout adalah gangguan metabolisme dimana protein berbasis purin tidak dapat
dimetabolisme tubuh dengan baik
( Mary Digiulio, 2007).
Gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar diseluruh dunia. Gout
merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada
jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraselular
( Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi : 2009).
Gout merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh kelebihan kadar senyawa
urat didalam tubuh; baik karena produksi berlebih, eliminasi yang kurang atau peningkatan
asupan purin
( Esther Chang, John Daly, Doug Elliott : 2008 ).

B. Klasifikasi
Gout dibagi dua, yaitu :
1. Gout primer
Gout primer dipengaruhi oleh factor genetic. Terdapat produksi/ sekresi asam urat yang
berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2. Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada :
A. Kelainan mieloproliferatif
B. Sindrom Lesch-Nyhan
C. Gangguan penyimpanan glikogen
D. Penatalaksanaan anemia pernisiosa karena maturasi sel megaloblastik mewnimulasi
pengeluaran asam urat.
b. Sekresi asam urat yang berkembang, misalnya pada gagal ginjal kronis, pemakaian obat
salisilat, beberapa macam diuretic dan sulfonamide ( Ns. Arif Muttaqin, S.Kep : 2008).

3
C.Etiologi
Adanya peningkatan jumlah asam urat, yang adalah hasil akhir metaboilisme purin.
Sebagai hasil hyperurisemia, Kristal asam urat berkumpul di dalam sendi yang paling umum
ibu jari kaki (podagra), menyebabkan sakit ketika sendi bergerak

Gout ada dua, yaitu gout primer yang dipengaruhi factor genetic, dan gout sekunder
disebabkan oleh Produksi asam urat yang berlebihan dan Sekresi asam urat yang berkembang.
Factor predisposisi terjadinya penyakit gout :
1. Usia
Umumnya pada usia pertengahan, tetapi gejala dapat terjadi lebih awal bila terdapat factor
herediter.
2. Jenis kelamin
Lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan 20 : 1.
3. Iklim
Lebih banyak ditemukan pada daerah dengan suhu yang lebih tinggi.
4. Herediter
Factor herediter dominan autosom sangat berperan dan sebanyak25% disertai adanya
hiperurisemia
Penyebab Gout (Asam urat) yaitu :
1. Produksi asam urat dalam tubuh meningkat disebabkan oleh:
a. Genetik
b. Aktivitas berlebihan enzim yang mempercepat penghancuran postpat didalam
tubuh
c. Konsumsi makanan tinggi protein( purin) seperti daging, jeroan, kepiting, kerang,
keju, buncis, kacang tanah, bayam dan lain-lain.
2. Pembuang asam urat berkurang karena :
a. Makan obat TB
b. Puasa/ diet ketat : pembakaran lemak yang berlebihan menghasilkan keton yang
menghambat tumbuhnya asam urat.
c. Olahraga terlalu berat
d. Kegemukan.
( Mary Digiulio, : 2007).

4
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik gout terdiri dari artritis gout akut, interkritikal, gout dan gout menahun.
1.Artritis gout akut : keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah, dengan
gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
2.Interkritikal gout : terjadinya periode interkritik asimptomatik, pada aspirasi sendi
ditemukan tanda-tanda radang akut.
3.Artritis gout menahun : disertai batu saluran kemih.
Manifestasi sindrom gout mencangkup artritis gout yang akut (serangan rekuren
inflamasi artrikuler dan periartikuler yang berat), tofus ( endapan kristal yang
menumpuk dalam jaringan artikuler, jaringan oseus, jaringan lunak serta kartilago),
netropati gout (gangguan ginjal ) dan pembentukan batu asam urat dalam traktus
urinarius.
( Mary Digiulio, : 2009).

5
E. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat akan
menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif diseluruh tubuh, penumpukan
ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi menyebabkan masalah ganguan perfungsi jaringan.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal
menyebabkan resiko ketidakseimbangan cairan.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki,
tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan
demam ringan dan adanya benjolan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung
berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
( Mary Digiulio, : 2008).

6
F. PATHWAYS

7
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan
akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000 - 10.000/mm3.
3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
4. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam
urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di
dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi
pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk
menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material
aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan
diagnosis definitif gout.
6. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif
maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi
(Pudiyono, 2011).

8
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan adalah kombinasi pengistirahatan sendi dan terapi
makanan/diet.
Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus disuruh umtuk meninggikan bagian yang
sakit untuk menghindari penahanan beban dan tekanan yang berasal dari alas tempat tidur dan
memberikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit.
Terapi makanan mencakup pembatasan makanan dengan kandungan purin yang tinggi,
alkohol serta pengaturan berat badan. Perawat harus mendorong pasien untuk minum 3 liter
cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan calculi ginjal dan perintahkan untuk
menghindari salisilat.
Pola diet yang harus diperhatikan adalah :
1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :
Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak
daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng
2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :
Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung
3. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :
Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan
4. Bahan makanan yang diperbolehkan :
a. Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam jumlah
terbatas)
b. Semua jenis buah-buahan
c. Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol
d. Semua macam bumbu

9
Penatalaksanaan Medis

Tindakan akut diatur dengan colchicines dan anti radang nonsteroid. Pengobatan ini
dilanjutkan sampai rasa sakit terkendali. Gout kronis diobati dengan allopurinol atau suatu agen
uricosuric untuk mengurangi jumlah asam urat di dalam system. Pengobatan ini digunakan
untuk jangka panjang guna mengurangi jumlah serangan rasa sakit yang terjadi.
1. Memberikan colchicines selama peristiwa akut untuk mengurangi respons peradangan akibat
asam urat. Ini akan membantu mengurangi sakit.
2. Memberikan NSAID untuk mengurangi peradangan guna membantu menghilangkan rasa sakit.
3. Memberikan medikasi xanthine oxidase inhibitor untuk mengurangi total asam urat tubuh.
Diberikan sebagai perawatan jangka panjang bagi pasien dengan gout kumat.
4. Memberikan medikasi uricosuric ketika total jumlah asam urat tubuh perlu diturunkan.
5. Diet rendah lemak, rendah kolesterol
6. Imobilisasi sendi untuk kenyamanan.
Secara umum penanganan artritis gout adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatann dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan
sendi ataupun komplikasi lain, misalnya pada ginjal.
5. Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan makanan gol.A, sedangkan
konsumsi gol.B dibatasi
6. Batasi konsumsi lemak
7. Banyak minum air putih
Obat – obat penurun kadar asam urat terdiri dari :
a. Kelompok urikosurik yaitu probenesid, sulfinpirazon, bensbromaron, azapropazon
b. Kelompok xanthine oxydase yaitu : allopurinol.
(Pudiyono, 2011).

10
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
1. Deformitas pada persendian yang terserang
2. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
3. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal
(Pudiyono, 2011).

11
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
IDENTITAS
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
TANDA-TANDA VITAL
Nadi : normal ( 60-80 x/i)
TD : normal (120/80 mmHg)
Pernapasan : normal (16-24x/i)
Suhu : normal (37,5ºC)
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Biasanya terjadi nyeri hebat pada sendi, bengkak pada sendi, pada umumnya pada penderita
asam urat akan mengalami pembengkakan pada daerah sekitar ibu jari kaki, ibu jari tangan atau
ujung jari-jari, jari kaki, dan sendi lutut, kulit berwarna kemerahan , permukaan sendi teraba
panas, dan gangguan berjalan.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Biasanya gout disebabkan oleh produksi asam urat dalam tubuh yang meningkat dan pembuang
asam urat yang berkurang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ada atau tidaknya keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien,
apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keturunan.
PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala dan Wajah : Biasanya tidak terlihat sianosis, wajah tampak meringis
2. Mata : Biasanya sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
3. Kesadaran : Biasanya compos mentis
4. Hidung : Biasanya septum berada di tengah-tengah
5. Mulut : Biasanya tidak kering, tidak pecah-pecah, tidak ada lesi
6. Leher : Biasanya tidak ada pembesaran vena jugularis
7. Thorak/dada
Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi.

12
Palpasi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan
Perkusi : Biasanya sonor
Auskultasi : Biasanya vesikuler
8. Abdomen
Inspeksi : Biasanya datar, tidak ada lesi
Auskultasi : Tidak ada bising usus
palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
perkusi : Biasanya nyeri ( normalnya tidak ada nyeri )
9. Genitalia : biasanya didak ada edema
10. Ekstremita : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada odema, ROM kedua
lengan baik, Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua lengan dan gerakan sendi kedua lengan
baik.
Bawah :
a) Sendi lutut tungkai kiri bengkak, warna kemerahan, dan terdapat tofi pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kanan warna kemerahan dengan diameter 2x2 cm.
b) ROM terbatas karena klien merasa nyeri.
c) Nyeri tekan pada sendi lutut tungkai kiri, dan sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki
kanan. Teraba hangat pada kedua sendi tersebut.
d) Klien sulit bergerak karena nyeri pada sendi lutut tungkai kiri dan sendi ibu jari kaki
kanan.
e) Aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga

POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


No Pola Sehat Sakit
A. Eliminasi :
-BAK Biasanya 7-8x/hari
-BAB Biasanya 1-2x/hari
B. Nutrisi :
-Pola Makan Biasanya 3x/hari

-Pola Minum Biasanya 8x/hari

13
C. Tidur/Istirahat :
-Waktu Tidur Biasanya 7-9 jam Biasanya kurang dari 7
jam

D. Aktivitas dan Latihan :


-Kesulitan atau Biasanya aktivitas dan Biasanya aktivitas
Keluhan dalam hal : latihan teratur terganggu, mudah terasa
kelelahan, sering nyeri di
sendi, dan selalu gelisah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d adanya benjolan di tulang sendi dan disertai demam
2. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d hipertensi
3. Resiko infesi b.d Respon inflamasi
4. Ganguan perfungsi jaringan b.d kerusakan jaringan
C. Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Nyeri akut NOC NIC


Definisi : Pengalaman sensori Pain Management
dan emosional yang tidak  Pain Level,
menyenangkan yang muncul  Pain control 1. Lakukan pengkajian
akibat kerusakan jaringan yang  Comfort level nyeri secara
aktual atau potensial atau komprehensif
digambarkan dalam hal termasuk lokasi,
kerusakan sedemikian rupa Kriteria Hasil : karakteristik, durasi
(International Association for frekuensi, kualitas
the study of Pain): awitan yang 1. Mampu dan faktor
tiba-tiba atau lambat dan mengontrol nyeri presipitasi
intensitas ringan hingga berat (tahu penyebab 2. Observasi reaksi
dengan akhir yang dapat nyeri, mampu nonverbal dan
diantisipasi atau diprediksi dan menggunakan ketidaknyamanan
berlangsung <6 bulan. tehnik 3. Gunakan teknik
nonfarmakologi komunikasi
Batasan Karakteristik : untuk mengurangi terapeutik untuk
nyeri, mencari mengetahui
1. Perubahan selera makan bantuan) pengalaman nyeri
2. Perubahan tekanan darah 2. Melaporkan pasien
bahwa nyeri

14
3. Perubahan frekwensi berkurang dengan 4. Kaji kultur yang
jantung menggunakan mempengaruhi
4. Perubahan frekwensi manajemen nyeri respon nyeri
pernapasan 3. Mampu mengenali 5. Evaluasi
5. Laporan isyarat nyeri (skala, pengalaman nyeri
6. Diaforesis intensitas, masa lampau
7. Perilaku distraksi frekuensi dan 6. Evaluasi bersama
(mis,berjaIan mondar- tanda nyeri) pasien dan tim
mandir mencari orang 4. Menyatakan rasa kesehatan lain
lain dan atau aktivitas nyaman setelah tentang
lain, aktivitas yang nyeri berkurang ketidakefektifan
berulang) kontrol nyeri masa
8. Mengekspresikan Iampau
perilaku (mis, gelisah, 7. Bantu pasierl dan
merengek, menangis) keluarga untuk
9. Masker wajah (mis, mata mencari dan
kurang bercahaya, menemukan
tampak kacau, gerakan dukungan
mata berpencar atau 8. Kontrol lingkungan
tetap pada satu fokus yang dapat
meringis) mempengaruhi
10. Sikap melindungi area nyeri seperti suhu
nyeri ruangan,
11. Fokus menyempit (mis, pencahayaan dan
gangguan persepsi nyeri, kebisingan
hambatan proses berfikir, 9. Kurangi faktor
penurunan interaksi presipitasi nyeri
dengan orang dan 10. Pilih dan lakukan
lingkungan) penanganan nyeri
12. Indikasi nyeri yang dapat (farmakologi, non
diamati farmakologi dan
13. Perubahan posisi untuk inter personal)
menghindari nyeri 11. Kaji tipe dan
14. Sikap tubuh melindungi sumber nyeri untuk
15. Dilatasi pupil menentukan
16. Melaporkan nyeri secara intervensi
verbal 12. Ajarkan tentang
17. Gangguan tidur teknik non
farmakologi
13. Berikan anaIgetik
18. Faktor Yang untuk mengurangi
Berhubungan : nyeri
19. Agen cedera (mis, 14. Evaluasi
biologis, zat kimia, fisik, keefektifan kontrol
psikologis) nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan

15
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
18. Analgesic
Administration
19. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
20. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
21. Cek riwayat alergi
22. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih
dari satu
23. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
24. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
25. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
26. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
27. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
28. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

16
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: 1. Kaji adanya alergi makanan


kurang dari kebutuhan a. Nutritional status: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
tubuh Adequacy of nutrient untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake pasien
memasukkan atau mencerna c. Weight Control 3. Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan tindakan mengandung tinggi serat untuk
biologis, psikologis atau keperawatan mencegah konstipasi
ekonomi. selama….nutrisi kurang 4. Ajarkan pasien bagaimana
DS: teratasi dengan indikator: membuat catatan makanan
1. Nyeri abdomen 1. Albumin serum harian.
2. Muntah 2. Pre albumin serum 5. Monitor adanya penurunan BB
3. Kejang perut 3. Hematokrit dan gula darah
4. Rasa penuh tiba- 4. Hemoglobin 6. Monitor lingkungan selama
tiba setelah makan 5. Total iron binding makan
DO: capacity 7. Jadwalkan pengobatan dan
a. Diare 6. Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam
b. Rontok rambut makan
yang berlebih 8. Monitor turgor kulit
c. Kurang nafsu 9. Monitor kekeringan, rambut
makan kusam, total protein, Hb dan
d. Bising usus kadar Ht
berlebih 10. Monitor mual dan muntah
e. Konjungtiva pucat 11. Monitor pucat, kemerahan, dan
f. Denyut nadi lemah kekeringan jaringan konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen

17
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
16. § Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. § Anjurkan banyak minum
18. § Pertahankan terapi IV line
19. § Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko : A. Immune Status a. Pertahankan teknik aseptif
a. Prosedur Infasif B. Knowledge : Infection b. Batasi pengunjung bila perlu
b. Kerusakan control c. Cuci tangan setiap sebelum
jaringan dan C. Risk control dan sesudah tindakan
peningkatan D. Setelah dilakukan keperawatan
paparan tindakan keperawatan d. Gunakan baju, sarung tangan
lingkungan selama…… pasien sebagai alat pelindung
c. Malnutrisi tidak mengalami e. Ganti letak IV perifer dan
d. Peningkatan infeksi dengan kriteria dressing sesuai dengan
paparan hasil: petunjuk umum
lingkungan E. Klien bebas dari tanda f. Gunakan kateter intermiten
patogen dan gejala infeksi untuk menurunkan infeksi
e. Imonusupresi F. Menunjukkan kandung kencing
f. Tidak adekuat kemampuan untuk g. Tingkatkan intake nutrisi
pertahanan mencegah timbulnya h. Berikan terapi
sekunder infeksi antibiotik:.................................
(penurunan Hb, G. Jumlah leukosit i. Monitor tanda dan gejala
Leukopenia, dalam batas normal infeksi sistemik dan lokal
penekanan respon H. Menunjukkan j. Pertahankan teknik isolasi k/p
inflamasi) perilaku hidup sehat k. Inspeksi kulit dan membran
g. Penyakit kronik I. Status imun, mukosa terhadap kemerahan,
h. Imunosupresi gastrointestinal, panas, drainase
i. Malnutrisi l. Monitor adanya luka

18
B. - - Pertahan primer genitourinaria dalam m. Dorong masukan cairan
tidak adekuat (kerusakan batas normal n. Dorong istirahat
kulit, trauma jaringan, o. Ajarkan pasien dan keluarga
gangguan peristaltik) tanda dan gejala infeksi
B. - Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam

1. Ketidakefektifan 5. NOC 10. NIC


perfusi jaringan a. Circulation 11. Peripheral Sensation Management
perifer status 12. (Manajemen sensasi perifer)
b. Tissue a. Monitor adanya daerah
2. Definisi : Penurunan Perfusion : tertentu yang hanya peka
sirkulasi darah ke cerebral terhadap
perifer yang dapat panas/dingin/tajam/tumpul
mengganggu 6. Kriteria Hasil : b. Monitor adanya paretese
kesehatan 7. Mendemonstrasikan c. lnstruksikan keluarga untuk
status sirkulasi yang mengobservasi kulit jika
3. Batasan Karakteristik : ditandai dengan : ada isi atau laserasi
a. Tidak ada nadi a. Tekanan d. Gunakan sarung tangan
b. Perubahan systole dan untuk proteksi
fungsi motorik diastole dalam e. Batasi gerakan pada kepala,
c. Perubahan rentang yang leher dan punggung
karakteristik diharapkan f. Monitor kemampuan BAB
kulit (warna, b. Tidak ada g. Kolaborasi pemberian
elastisitas, ortostatik analgetik
rambut, hipertensi h. Monitor adanya
kelembapan, c. Tidak ada tromboplebitis
kuku, sensasi, tanda tanda 13. · Diskusikan menganai
suhu) peningkatan penyebab perubahan sensasi
d. Indek ankle- tekanan
brakhial <0 intrakranial
span=""> (tidak lebih
e. Perubahan dari 15 mmHg)
tekanan darah 8. Mendemonstrasikan,
diekstremitas kemampuan kognitif
f. Waktu yang ditandai dengan :
pengisian a. Berkomunikasi
kapiler > 3 dengan jelas
detik dan sesuai

19
g. Klaudikasi dengan
h. Warna tidak kemampuan
kembali b. Menunjukkan
ketungkai saat perhatian,
tungkai konsentrasi
diturunkan dan orientasi
i. Kelambatan c. Memproses
penyembuhan informasi
luka perifer d. Membuat
j. Penurunan keputusan
nadi dengan benar
k. Edema 9. Menunjukkan fungsi
l. Nyeri sensori motori cranial
ekstremitas yang utuh : tingkat
m. Bruit femoral kesadaran membaik
n. Pemendekan tidak ada gerakan
jarak total gerakan involunter
yang ditempuh
dalam uji
berjalan 6
menit
o. Pemendekan
jarak bebas
nyeri yang
ditempuh
dalam uji
berjalan 6
menit
p. Perestesia
q. Warna kulit
pucat saat
elevasi

4. Faktor Yang
Berhubungan :
a. Kurang
pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis,
merokok, gaya
hidup
monoton,
trauma,

20
obesitas,
asupan garam,
imobilitas)
b. Kurang
pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis,
diabetes,
hiperlipidemia)
c. Diabetes
melitus
d. Hipertensi
e. Gaya hidup
monoton
Merokok

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah
satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.
Asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak
mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh.
Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi
bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
Gejala Asam Urat seperti ; kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat
bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar
biasa pada malam dan pagi.

B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat
mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan got,
pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan
keluarga.
Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan gout maka tugas perawat
yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gout

22
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Arif Muttaqin, S.Kep . 2008-2010 asuhan keperawatan nganguan muskolektal
Jakarta:salemba Medika
Donna Jackson, 2009.rencana asuhan & dokumentasi keperawatan PT EGGC, Jakarta
Mary Digiulio, 2007 konsep klinis proses-proses peyakit edisi empat,buku ke dua EGGC
Jakarta
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi : 2009 Ilmu penykit muskolektal jilid 3 Jakarta:FKUI
Esther Chang, John Daly, Doug Elliott : 2008 .Buku ajaran medikal bedah .Jakarta:EGC
Pudiyono, 2011 asuhan keperawatan nganguan muskolektal Jakarta:salemba Medika
NANDA internasional 2013. Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012-2014
Jakarta
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Medi

23

También podría gustarte