Está en la página 1de 8

ARTIKEL PENELITIAN

Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar IPS Pokok Bahasan Keragaman Suku
Bangsa dan Budaya di Indonesia Melalui Model Pembelajaran STAD

Oleh :
Dra. IRIANTINI SISWAYADI
NIM. 600004671

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA – UPBJJ JEMBER
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM KARYA ILMIAH UNTUK GURU
JEMBER
2013
Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar IPS Pokok Bahasan Keragaman Suku
Bangsa dan Budaya Melalui Model Pembelajaran STAD

Oleh :
Dra. Iriantini Siswayadi
NIM. 600004671

Abstrak : masalah pokok penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah


penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktifitas
belajar siswa dalam pembelajaran IPS pokok bahasan Keragaman Suku
Bangsa dan Budaya pada siswa kelas V SDN Kebonsari 01 semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014? (b) Bagaimanakah penggunaan model
pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS pokok bahasan Keragaman Suku Bangsa dan Budaya
pada siswa kelas V SDN Kebonsari 01 semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014? Untuk memecahkan masalah tersebut dilakukan PTK dengan
2 siklus, yaitu prasiklus sebelum digunakan model pembelajaran
kooperatif STAD dan 2 siklus dengan menggunakan model pembelajaran
STAD. Lokasi penelitian SDN Kebonsari 01 Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember. Subyek penelitian meliputi 48 siswa pada semester
ganjil 2013/ 2014. Untuk mengumpulkan data digunakan 2 format yaitu
observasi dan tes tulis. Sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis
deskripsi kualitatif. Dari hasil analisis data dapat dikemukakan
kesimpulan, bahwa penggunaan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan hasil belajar IPS materi Keragaman Suku Bangsa dan
Budaya pada siswa kelas V SDN Kebonsari 01 Kabupaten Jember secara
optimal.

Kata Kunci : Hasil Belajar , Model Pembelajaran STAD


PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin canggih ini, tidak
akan lepas dari perkembangan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan sosial.
Perkembangan dari bidang ilmu pengetahuan sosial harus diimbangi dengan peningkatan
mutu pendidikan ilmu pengetahuan sosial. Selama ini pelajaran ilmu pengetahuan sosial
adalah ilmu yang berwawasan luas dan harus senang membaca dan merupakan
pelajaran yang sebenarnya agak sulit. Hal ini dapat dipantau dari hasil Nilai Ujian Sekolah
mata pelajaran IPS yang rata-ratanya cukup (6,0) bila dibandingkan dengan pelajaran
lainnya. Ini menunjukkan masih kurangnya mutu pelajaran IPS.
Untuk itu perlu adanya upaya dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran,
salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan pelajaran
agar diperoleh peningkatan prestasi belajar sisiwa khususnya pelajaran IPS.
Pembelajaran matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian
informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan
informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau
tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang
lain (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif siswa. Untuk itu perlu ada
metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.
Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok untuk menetapkan tujuan bersama (Felder, 1994: 2). Pembelajaran kooperatif
lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif
dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat
menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami
penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan
serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan” (Sulaiman dalam Wahyuni, 2001: 2).
Tidak demikian yang terjadi pada pembelajaran di kelas kami, kelas V SDN
Kebonsari 01 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Seperti biasa, guru
menyampaikan pembelajaran IPS pada materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di
Indonesia dengan metode ceramah yang sesekali diselingi canda. Proses pembelajaran
yang ada terlihat hanya terfokus pada guru, hanya sebagian siswa yang terlihat
memperhatikan apa yang disampaikan guru. Ada siswa yang terlihat melamun, ada yang
asyik bicara dengan temannya, bahkan ada hanya mencorat coret buku pelajarannya. Hal
ini jelas berdampak pada hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari skor keseluruhan
rata-rata hasil belajar sebesar 5,0 yang seharusnya rata-rata minimal adalah 6,5.
Berdasarkan hasil observasi dan data dokumen tentang hasil ulangan tersebut,
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran IPS di kelas V SDN Kebonsari 01 Kecamatan
Sumbersari belum efektif. Guru belum dapat merangsang siswa untuk melibatkan diri
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga menyebabkan hasil belajar kurang
optimal. Oleh karena itu perlu dicari alternatif dengan menggunakan model
pembelajaran yang cocok agar dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang di dalamnya
siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan khusus atau menyelesaikan sebuah
tugas. Dalam model pembelajaran ini nampak adanya komponen-komponen utama dari
pembelajaran kooperatif, yang kesemuanya (komponen-komponen utama) itu
merupakan bagian integral dari setiap model pembelajaran kooperatif. Pertama,
pembelajaran kooperatif mengajak siswa bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas, memecahkan masalah, mereview kuis, mengerjakan aktivitas laboratorium,
melengkapi lembar kerja. Kedua, pengaturan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen
manantang siswa untuk saling membantu, berbagi tugas, dan mendukung belajar teman
lainnya dalam kelompok. Ketiga, adanya saling ketergantungan positif di antara anggota
kelompok. Keempat, penumbuhan rasa tanggung jawab untuk belajar dan bekerjasama.
Kelima, terjadinya pemrosesan kelompok dalam belajar.

METODE PENELITIAN
Untuk memecahkan masalah penelitian ini dilakukan penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan 3 silklus (1 tahap pra siklus dan 2 siklus tindakan). Tahap pra siklus belum
menggunakan model pembelajaran STAD, siklus I sudah menggunakan model
pembelajaran STAD dengan RPP perbaikan, dan siklus II menggunakan model
pembelajaran STAD dengan RPP yang disusun berdasarkan refleksi dari siklus I. Lokasi
penelitian ini adalah SDN Kebonsari 01 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Adapun subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V yang berjumlah 48 orang. Untuk
pengumpulan data digunakan 2 format yaitu observasi dan tes tulis.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini mencakup tahap kegiatan sebagai berikut :
1. Rencana Tindakan, yang meliputi :
a. Kegiatan pra siklus meliputi pengumpulan data perkembangan nilai siswa. Dalam
hal ini peneliti bekerja sama dengan beberapa guru kelas yang dengan suka rela
membantu proses penelitian.
b. Menemukan kelemahan dan kemajuan siswa yang bertujuan untuk menentukan
metode pembelajaran yang akan diterapkan.
2. Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang disusun.
3. Observasi. Observasi dilakukan dengan memperhatikan :
1) Aktivitas siswa dengan siswa pada saat menerima pengarahan, ilustrasi materi.
2) Aktivitas siswa pada saat mempersiapkan pembelajaran praktek.
3) Aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas.
4) Nilai hasil belajar baik kelompok maupun individu.
4. Refleksi, yaitu tahap memerikasa kembali dan memberi solusi untuk mengatasi
masalah yang ditemui pada tahap sebelumnya.
Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, data kemudian dianalisis
dengan analisis deskripsi kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan masalah penelitian yang dikemukakan di BAB sebelumnya, dapat
diambil tiga kelompok data utama. Pertama, data yang diambil sebelum digunakan model
pembelajaran STAD mata pelajaran IPS materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di
Indonesia (pra siklus). Pada siklus ini diambil data tentang hasil belajar dan aktivitas
belajar siswa. Kedua, data tentang hasil belajar dan aktivitas belajar pada siklus I.
Pada siklus ini RPP pada pembelajaran ini di kelas sudah menggunakan model
pembelajaran STAD pada materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia.
Ketiga, data yang diambil dari siklus II. Pada siklus ini RPP yang digunakan adalah RPP
yang sudah disempurnakan hasil dari refleksi siklus I.
Data yang dimaksud di atas ada dua macam yaitu data hasil belajar dan aktivitas
belajar. Data hasil belajar diperoleh dari nilai tes tulis. Data aktivitas siswa diperoleh
melalui tes performansi siswa yang meliputi tanya jawab, tugas kelas dan tugas rumah.
Semua siklus dievaluasi dengan fromat yang sama.
Adapun data yang diperoleh disajikan sebagai berikut :

Tabel 1 : Hasil Belajar Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Aspek Penelitian Pra Siklus Siklus I Siklus II

Hasil belajar / nilai siswa yang tuntas (≥ 65) 47,92 % 65,58 % 85,41 %
Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan siswa dari penelitian pra siklus yang
dilanjutkan dengan penerapan siklus I dan siklus II. Setiap siklus menunjukkan
perkembangan siswa hasil belajar siswa. Sehingga skor akhir dari aktivitas belajar siswa
telah memenuhi kreteria. Dari kurang baik (pra siklus) yaitu 47,92 % (23 siswa) dari 48
siswa, menjadi cukup baik (siklus I) yaitu 65,58 % (31 siswa) dari 48 siswa dan semakin
berkembang menjadi lebih baik (siklus II) yang di tunjukkan dengan angka 85,41 % (41
siswa) dari 48 siswa mendapat nilai yang mencapai ketuntasan.

Adapun data tentang aktivitas siswa disajikan sebagai berikut :

Pra Siklus Siklus I Siklus II


No. Indikator penilaian
(%) siswa (%) siswa (%) siswa

Menjawab dan
1 Mengajukan 20,83 10 31,25 15 66,67 32
Pertanyaan (Tanya
jawab)

2 Diskusi Kelompok 37,50 18 56,25 27 77,08 37

3 Mengerjakan Tugas 45,83 22 62,25 30 85,41 41

Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa sejalan dengan hasil belajar,
aktivitas belajar juga memperlihatkan peningkatan yang cukup membanggakan peneliti.
Dari indikator tanya jawab awalnya hanya 20,83 % pada tahap pra siklus (10 siswa dari
48 siswa), bertambah menjadi 31,25 % pada siklus I (15 siswa dari 48 siswa), dan
menjadi lebih baik lagi menjadi 66,67 % (32 siswa dari 48 siswa). Dari indikator tugas
kelompok awalnya hanya 37,50 % (18 siswa dari 48 siswa) siswa yang aktif berdiskusi
dengan kelompok. Pada siklus I bertambah menjadi 56,25 % (27 siswa dari 48 siswa),
dan aktivitas siswa meningkat menjadi lebih baik lagi menjadi 77,08 % (37 siswa dari 48
siswa) pada siklus II. Sedangkan dari indikator mengerjakan tugas awalnya hanya 45,83
% (22 siswa dari 48 siswa) siswa yang aktif mengerjakan tugas dari guru. Pada siklus I
bertambah menjadi 62,25 % (30 siswa dari 48 siswa), dan aktivitas siswa meningkat
menjadi lebih baik lagi menjadi 85,41 % (41 siswa dari 48 siswa) pada siklus II.
Berdasarkan paparan data di atas, dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar IPS
pada materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia pada siswa kelas V
Semester I tahun pelajaran 2013-2014 di SD Negeri Kebonsari 01 Kabupaten Jember
dipengaruhi dan dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran STAD.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang berupa peningkatan kemampuan siswa dalam
aktifitas dan hasil belajar siswa meningkat dari nilai rata-rata yang kurang baik menjadi
baik, data yang diperoleh mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa :
1. Jika digunakan Model Pembelajaran STAD pada pembelajaran IPS pokok bahasan
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia, maka aktivitas belajar siswa
kelas V SDN Kebonsari 01 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember akan
meningkat.
2. Jika digunakan Model Pembelajaran STAD pada pembelajaran IPS pokok bahasan
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia, maka hasil belajar siswa kelas V
SDN Kebonsari 01 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember akan meningkat.
Berdasarkan hasil- hasil penelitian penulis dan pengalaman penulis di lapangan
disarankan untuk perlu penelitian lebih lanjut untuk menemukan temuan yang lebih
signifikan sehingga beberapa kekurangan penelitian dapat teratasi dan keberhasilan
dapat lebih meningkat. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini masih
merupakan instrumen yang tingkat validitasnya belum memuaskan. Penelitian berikutnya
dapat mencoba dengan instrumen yang lebih standar. Bagi peneliti lain hendaknya
menggunakan model dan media pembelajaran di kelas, karena dari beberapa penelitian
terlihat bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar, baik hasil belajar maupun aktivitas
belajar daripada metode mengajar yang konvensional. Dengan demikian diharapkan akan
meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil yang diperoleh peserta didik kita.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Aqib, Zainal, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Umar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Majid, Abdul. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pengembangan Standart Kompetensi


Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Masyhud, Sulthon. 2013. Panduan Publikasi Ilmiah dalam Rangka PKB Guru. Jember :
Universitas Terbuka UPBJJ Jember.

Melvin, L. Siberman. 2002. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa

Muklhis, Abdul (ed). 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan
Karya Ilmiah untuk guru-guru se Kabupaten Tuban.

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI
Universitas Terbuka.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Taniredja, Tukiran. 2011. Model- Model Pembelajaran Inovatif dan Afektif . Bandung :
Alfabeta.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

También podría gustarte