Está en la página 1de 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, hukum laut yang merupakan cabang
hukum internasional telah mengalami perubhan-perubahan yang mendalam.
Bahkan, dapat dikatakan telah mengalami revolusi sesuai dengan perkembangan
dan tuntuan zaman. Peran hukum laut bukam saja karena 70% atau 140 juta mil
persegi dari permukaan bumi terdiri dari laut, bukan saja karena laut merupakan
jalan raya yang menghubungkan suatu bangsa dengan bangsa yang lain ke seluruh
pelosok dunia untuk segala macam kegiatan, bukan saja karena kekayaannya
dengan segala macam jenis ikan yang vital bagi kehidupan manusia, tetapi juga dan
terutama karena kekayaan mineral yang terkandung di dasar laut itu sendiri.

Bila dulu hukum laut pada pokonya hanya mengurus kegiatan-kegiatan di


atas permukaan laut,tetapi sekarang ini juga telah diarahkan pada dasar laut dan
kekayaan mineral yang terkandung di dalamnya. Hukum laut yang dulunya bersifat
unidimensional sekarang telah berubah menjadi pluridimensional yang sekaligus
merombak filosofi dan konsepsi hukum laut di masa lalu.

1.2 Rumusan Masalah

- Apa penyebab timbulnya sengketa tersebut?

- Peraturan apa yang dipakai dalam penyelesaian sengketa tersebut?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Zona Ekonomi Eksklusif

Menurut Konvensi Hukum Laut yang baru, yang dimaksud dengan ZEE
adalah: “The exlusive Economic Zone is a are a beyond and adjacent to the
territorial sea, subject to the specific legal rezim established in this part under which
the rights and jurisdiction of the coastal State and the rights and freedom of other
States are governed by the relevant provisions of this Convention”.

Maksudnya adalah ZEE adalah jalur diluar dan dengan laut wilayah, yang
tunduk kepada rezim hukum khusus sebagaimana yang ditetapkan pada bagian ini
yang meliputi hak-hak dan yurisdiksi negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-
kebebasan dari pada Negara-negara lain yang ditentukan sesuai dengan konvensi
ini. Zona Ekonomi Eksklusif didefinisikan sebagai suatu wilayah laut diluar laut
teritorial, dimana negara-negara pantai memiliki kedaulatan atas semua sumber
daya alam didalamnya. Zona ini berada pada 200 mil dari garis pangkal laut
teritorial. Sekiranya lebar laut teritorial 12 mil, maka sebenarnya lebar zona
ekonomi eksklusif adalah 200 mil - 12 mil = 188 mil.

Konsep dari ZEE telah jauh diletakan di depan untuk pertama kalinya oleh
Kenya pada Asian-African Legal Constitutive Committee pada Januari 1971, dan
pada Sea Bed Committee PBB di tahun berikutnya. Proposal Kenya menerima
support aktif dari banyak Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar waktu yang sama
banyak Negara Amerika Latin mulai membangun sebuah konsep serupa atas laut
patrimonial. Dua hal tersebut telah muncul secara efektif pada saat UNCLOS
dimulai, dan sebuah konsep baru yang disebut ZEE telah dimulai.

Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan ZEE
terdapat dalam bagian ke-5 konvensi tersebut. Sekitar tahun 1976 ide dari ZEE
diterima dengan antusias oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka telah

2
secara universal mengakui adanya ZEE tanpa perlu menunggu UNCLOS untuk
mengakhiri atau memaksakan konvensi.

Penetapan universal wilayah ZEE seluas 200 mil akan memberikan


setidaknya 36% dari seluruh total area laut. Walaupun ini porsi yang relatif kecil,
di dalam area 200 mil yang diberikan menampilkan sekitar 90% dari seluruh
simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak dunia, dan 10% simpanan
mangan.

Lebih jauhnya, sebuah porsi besar dari penelitian scientific kelautan


mengambil tempat di jarak 200 mil dari pantai, dan hampir seluruh dari rute utama
perkapalan di dunia melalui ZEE negara pantai lain untuk mencapai tujuannya.
Melihat begitu banyaknya aktifitas di zona ZEE, keberadaan rezim legal dari ZEE
dalam Konvensi Hukum Laut sangat penting adanya.

2.2 Permasalahan dalam Zona Ekonomi Eksklusif

Dalam zona ekenomi eksklusif tentunya pernah terjadi permasalahan, salah


satunya adalah pemancingan ilegal antara China dan Korea Selatan. Korea Selatan
dan Komando PBB memulai patroli gabungan yang bertujuan untuk menghentikan
praktik pemancingan ilegal oleh kapal nelayan cina di lepas pantai barat. Patroli
bersama ini diluncurkan menyusul berbagai keluhan yang dilaporkan oleh banyak
nelayan Korea Selatan karena banyaknya penyimpangan yang dilakukan kapal
nelayan China di perairan itu. Bulan ini, nelayan Korsel bahkan menggunakan tali
untuk menyita dua kapal penangkap ikan China dan menyerahkannya ke pihak
berwenang. Angkatan Laut dan polisi air Korea Selatan bergabung dengan
Komando PBB untuk berpatroli di sekitar 60 km sepanjang perairan di muara
Sungai Han yang membentang hingga ke perairan antara Korsel dan Korea Utara.
"Angkatan Laut kami, penjaga pantai dan Komando menyiapkan polisi militer
untuk meluncurkan operasi mengusir kapal-kapal nelayan China," kata pejabat
Departemen Pertahanan Korsel yang tidak dipublikasikan namanya kepada
Reuters, Jumat (10/6). Rival Korsel, Korea Utara, sudah diberitahu soal operasi ini
sebagai tindakan pencegahan keamanan, menurut keterangan dari pejabat Kepala
Staf Gabungan secara terpisah Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih
berperang karena Perang Korea periode 1950-1953 berakhir dengan gencatan

3
senjata, bukan dengan perjanjian damai. Kepala Staf Gabungan melaporkan
terdapat lebih dari 10 kapal China yang kedapatan melakukan praktik pemancingan
ilegal di muara Sungai Han pada Jumat, namun seluruh kapal berhasil melarikan
diri ke sejumlah daerah dekat pantai Koret sejak patroli Korsel-PBB diluncurkan.
Hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari Kementerian Luar Negeri China
terkait hal ini.

Praktik pemacingan ilegal marak terjadi di perairan yang dekat Garis Batas Utara,
perbatasan maritim yang disengketakan dengan Korea Utara. Di perairan ini pernah
terjadi bentrokan angkatan laut mematikan antar kedua Korea, dan juga konfrontasi
kekerasan antara polisi air Korsel dan kapal nelayan China.
Korea Selatan sudah berulang kali melaporkan keluhan soal praktik pemancingan
ilegal kapal ikan China. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel, Cho Joon-
hyuk, mendesak Beijing untuk membantu memberikan solusi yang permanen atas
masalah ini.

2.3 Metode Penyelesaian Sengketa

Untuk sementara sengketa ini masih berlanjut/belum selesai, namun dalam


hal prosesnya, Korea selatan bergabung dengan Komando PBB untuk berpatroli di
sekitar 60 km sepanjang perairan di muara Sungai Han yang membentang hingga
ke perairan antara Korsel dan Korea Utara. Kepala Staf Gabungan melaporkan
terdapat lebih dari 10 kapal China yang kedapatan melakukan praktik pemancingan
ilegal di muara Sungai Han pada Jumat, namun seluruh kapal berhasil melarikan
diri ke sejumlah daerah dekat pantai Koret sejak patroli Korsel-PBB diluncurkan.

Menurut kami, metode penyelesaian yang tepat dalam menyelesaikan


sengketa ini adalah dengan cara melakukan arbitrasi, ini dilakukan agar sengketa
ini dapat diselesaikan melalui jalan damai. Dengan demikian, sengketa tidak akan
dilanjutkan ke Lembaga peradilan. Dengan adanya perjanjian abritase, pengadilan
negri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak tersebut.

Menurut kami, penyelesaian yang dilakukan oleh China dan Korea Selatan
menggunakan jalur arbitrase. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase menurut
hukum Internasional adalah prosedur untuk penyelesaian sengketa antara negara-

4
negara dengan penghargaan yang mengikat berdasarkan hukum. Sebagaimana
halnya penyelesaian sengketa secara damai yang lain, prinsip sukarela juga
mendasari penyelesaian sengketa melalui lembaga ini.

5
KESIMPULAN

ZEE adalah jalur diluar dan dengan laut wilayah, yang tunduk kepada rezim
hukum khusus sebagaimana yang ditetapkan pada bagian ini yang meliputi hak-hak
dan yurisdiksi negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan dari pada
Negara-negara lain yang ditentukan sesuai dengan konvensi ini.
Salah satunya persoalan ZEE adalah kasus illegal fishing antara koreasel dan china
dalam kasus ini china melanggar batas territorial, tidak menghormati kedaulatan
dari korsel, china tanpa izin mengambil kekayaan alam seperti mengambil ikan di
korsel.

Korea Selatan dan Komando PBB memulai patroli gabungan yang bertujuan
untuk menghentikan praktik pemancingan ilegal oleh kapal nelayan cina di lepas
pantai barat. Patroli bersama ini diluncurkan menyusul berbagai keluhan yang
dilaporkan oleh banyak nelayan Korea Selatan karena banyaknya penyimpangan
yang dilakukan kapal nelayan China di perairan itu. Bulan ini, nelayan Korsel
bahkan menggunakan tali untuk menyita dua kapal penangkap ikan China dan
menyerahkannya ke pihak berwenang. Angkatan Laut dan polisi air Korea Selatan
bergabung dengan Komando PBB untuk berpatroli di sekitar 60 km sepanjang
perairan di muara Sungai Han yang membentang hingga ke perairan antara Korsel
dan Korea Utara.

hingga saat ini persoalan sengketa illegal fishing antara china dan Korea
Selatan belum menemukan titik terang karena dari pihak China sendiri tidak ada
itikad baik untuk meminta maaf kepada pihak Korea Selatan.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://news.okezone.com/read/2016/06/10/18/1411780/korsel-patroli-di-
laut-kuning-halau-illegal-fishing-china

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160610164040-113-
137283/setop-pemancingan-ilegal-china-korsel-patroli-bersama-pbb

http://english.yonhapnews.co.kr/news/2017/11/22/0200000000AEN20171
122009800315.html

https://www.antaranews.com/berita/672437/249-tembakan-peringatan-
korsel-usir-nelayan-china

También podría gustarte