Está en la página 1de 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare secara epidemiologik biasanya didefinisiskan sebagai keluarnya
tinja yang lunak atau cair lima kali atau lebih dalam satu hari. Namun para
orangtua mungkin menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk
menggambarkannya, tergantung pada apakah konsistensi tinjanya lebih lunak,
cair, berdarah, atau berlendir, atau adanya muntah. Sangat penting untuk
mengetahui istilah ini apabila menanyakan apakah anak menderita diare. Bayi
yang mendapatkan ASI penuh biasanya mengeluarkan tinja beberapa kali tinja
yang lunak atau agak cair setiap hari. Untuk hal tersebut, lebih praktis
mendefinisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi tinja atau
konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya
(biasanya lunak, ini jadi lebih lunak lagi).
Diare cair akut adalah buang air besar lebih dari 5 kali dalam 24 jam
dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Penyebab
terbanyak diare pada usia 0-2 tahun adalah infeksi rotavirus.
Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang, dengan perkiraan 3,2 juta kematian tiap tahun pada balita.
Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 episod diare per
tahun, tetapi di beberapa tempat dapat lebih dari 9 episod per tahun. Sekitar
80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya.
Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini disebabkan karena
adanya kehilangan selera makan pada penderita diare sehingga dia makan
lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga
berkurang. Padahal kebutuhan sari makanannya meningkat akibat dari infeksi.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk
mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit

1
dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare
yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati
penyakit penyerta.Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,
efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan
rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian
cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya
frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral
karena infeksi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :


1. Mengetahui dan memahami lebih dalam tentang diare akut
2. Mengetahui cara mendiagnosis dan mengetahui macam-macam diare akut
3. Mengetahui penatalaksanan dari diare akut
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Definisi
Diare akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan
pengeluaran tinja yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin
disertai muntah dan panas. Diare akut menyebabkan dehidrasi, dan bila
masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang
terjadi disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare pada anak-anak
adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera,
Salmonella, E. coli, rotavirus (Behrman, 2009).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan, dan sekresi. Diare di sebabkan oleh
transfortasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di dunia terdapat
kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20%
dari seluruh kematian yang hidup di Negara berkembang berhubungan dengan
diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan gangguan lambung
dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon (colitis),atau kolon dan
usus (entrokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan
kronis. ( Dona L.Wong, 2008 )

2.1.2 Etiologi

Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut


1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,

3
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.(Behrman, 2009).
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

4
Bagan Penyebab penyakit diare

2.1.3 Patofisiologi

Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare


yaitu:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo,
2003).

5
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbuldiare (Poorwo, 2003).
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak.

6
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pada Diare akut dapat ditemukan gejala dan tanda-tanda sebagai berikut :
1. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekwensi lebih dari 5 kali sehari
2. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)
3. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas
4. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran,
rasa haus, turgor kulit abdomen.Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak
adanya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan
lidah.Jangan lupa menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:
a. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan < 5% berat badan):
1) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

7
2) Keadaan umum baik, sadar
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata
ada, mucosa muluut dan bibir basah
5) Turgor abdomen baik, bising usus normal
6) Akral hangat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus,
diare frekuen) (Ardhani, 2008).
b. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
2) Keadaan umum gelisah atau cengang
3) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit kering
4) Turgor kurang
5) Akral hangat
Pasien harus rawat inap(Ardhani, 2008).
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau
lebih tanda tambahan
2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma
3) Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mucosa mulut dan bibir sangat kering
4) Anak malas minum atau tidak bisa minum
5) Turgor kulit buruk
6) Akral dingin
Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah

8
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
oleh deplesi air yang isotonik.(Behrman, 2009).
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya
dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah
yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan
meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur.Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera
diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu
keadaan gagal ginjal akut.

2.1.5 Penatalaksaan

1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
REHIDRASI ORAL
Salah satu cara untuk mengatasi dehidrasi adalah dengan
memberikan minuman rehidrasi pada anak. Minuman rehidrasi dapat
membantu mencegah atau mengatasi dehidrasi. Pemberian cairan
pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral

9
(diminumkan) maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil
menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang
menderita diare. Oralit merupakan cairan rehidrasi oral (CRO) yang
mengandung elektrolit (Na, K, Cl, HCO3) dan glukosa telah terbukti
dapat mengganti cairan saluran secara efektif dan memberikan
dehidrasi. Saat ini telah banyak cairan rehidrasi oral di pasaran dengan
berbagai nama.
Pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam
serangkaian penanganan diare pada anak, terutama dalam hal
penentuan derajat dehidrasi. Kita mengenal 3 status dehidrasi pada
seorang anak yang mengalami diare, yaitu (1) tanpa dehidrasi ; (2)
dehidrasi ringan sedang ; (3) dehidrasi berat. Tetapi cairan yang
diberikan pun disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang ada.
Pada keadaan tanpa dehidrasi, secara klinis anak masih terlihat
aktif dan buang air kecil masih berlangsung normal. Pada keadaan ini
tidak perlu membatasi pemberian makanan dan minuman termasuk
susu formula. ASI diteruskan pemberiannya.
Untuk mencegah dehidrasi dapat diberikan CRO sebanyak 5-
10cc/kg BB setiap buang air besar dengan tinja cair. Pada bayi, oralit
dapat diberikan dengan cara berselang-selang dengan cairan yang
tidak mengandung kadar Na seperti air putih atau ASI.
Rehidrasi dengan menggunakan clear fluid (air putih, cairan
rumah tangga, sari buah, dsb) akan memberikan hasil tidak optimal.
Karena, kandungan natriumnya kurang. Sebaiknya, pemberian jus
buah dan coal dapat memperbesar keadaan diare, karena mengandung
osmolaritas tinggi di samping kadar Na yang rendah.

10
Dehidrasi Ringan-Sedang
Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, anak terlihat gelisah, rewel, sangat
haus, dan buang air kecil mulai berkurang. Mata agak cekung, tidak ada air mata,
turgor (kekenyalan kulit) menurun, dan mulut kering. Rehidrasi dilaksanakan
dengan memberikan CRO sebanyak 75ml/kg BB yang diberikan dalam 3-4jam.
Apabila telah tercapai rehidrasi dapat segera diberikan makan dan
minum, ASI diteruskan, pemberian CRO rumatan (5-10ml/kg BB) setiap buang
air besar cair. Minuman, seperti cola, gingerale, apple juice, dan minuman
olahraga sports drink umumnya mengandung kadar Na yang rendah sehingga
tidak dapat mengganti kehilangan elektrolit yang telah terjadi.
Makanan tidak perlu dibatasi, karena meneruskan pemberian makanan
(early feeding) akan mempercepat penyembuhan. Bila disertai muntah, CRO
dapat diberikan secara bertahap; 1 atau 2 sendok teh setiap 1 atau 2 menit dengan
peningkatan jumlah sesuai dengan kemajuan daya terima anak. Tindakan ini perlu
di bawah pengawasan, sehingga dapat dilaksanakan dalam suatu ruang observasi
yang dikenal dengan Ruang Upaya Rehidrasi Oral atau Ruang Rawat Sehari.
Pada akhir jam ke 3-4, pasien dapat dipulangkan untuk mendapat terapi
rumatannya di rumah, atau tetap diobservasi untuk mendapat terapi lebih lanjut
bila dehidrasi masih berlangsung. Suatu hal yang paling penting sebelum
memulangkan pasien adalah orangtua harus paham betul dalam menyiapkan dan
memberikan CRO dengan benar. Seorang anak tidak boleh hanya diberikan CRO
saja selama lebih dari 24 jam. Early feeding harus segera diberikan. Makanan
sehari-hari dapat dicapai secara bertahap dalam 24 jam. Memuaskan anak yang
menderita diare hanya akan memperpanjang durasi diarenya.

Dehidrasi Berat
Pada dehidrasi berat, selain tanda klinis pada dehidrasi ringan-sedang, juga
terlihat kesadaran anak menurun, lemas, malas minum, mata sangat cekung, mulut
sangat kering, pola napas yang sangat cepat dan dalam, denyut nadi cepat, dan
kekenyalan kulit sangat menurun. Pada keadaan ini, anak harus segera dirawat
untuk mendapat terapi rehidrasi parenteral (melalui infus).

11
Pemberian susu formula khusus pada bayi diare hanya pada kasus yang
terindikasi. Pemberian susu yang mengandung rendah atau bebas laktosa hanya
diberikan kepada anak yang secara klinis jelas memperlihatkan gejala intoleransi
laktosa (tidak dapat mencerna laktosa yang terdapat di dalam susu).
Sebagian besar diare pada anak terutama pada bayi disebabkan oleh virus, oleh
karena itu antibiotik pada bayi dengan diare hanya diberikan pada kasus tertentu
saja. Pemberian obat antidine yang banyak beredar saat ini meskipun dari
beberapa laporan memperlihatkan hasil yang baik dalam hal lama dan frekuensi
diare. Tetapi, hal ini belum dimasukkan ke dalam rekomendasi penanganan diare
pada anak. Secara singkat, pemahaman gejala dehidrasi dan penanganan yang
benar merupakan kunci keberhasilan anak dengan terapi diare.

CARA MEMBUAT CAIRAN REHIDRASI


1. Dibuat dengan bubuk sereal dan garam
Bahan yang terbaik adalah tepung beras. Namun anda bisa menggunakan
jagung pipil yang sudah dihaluskan, tepung terigu, sejenis gandum, atau
kentang matang yang dihaluskan
Cara membuatnya:
 Masukkan ½ sendok teh pérés garam ke dalam 1 liter air bersih dan
matang,
 Juga masukan 8 sendok teh penuh bubuk sereal.
 Didihkan selama 5 sampai 7 menit sampai menjadi bubur encer. Cepat
dinginkan dan mulai berikan kepada anak diare.
Perhatian: Cicipi minuman ini setiap kali sebelum diberikan kepada
penderita untuk meyakinkan minuman tidak basi. Pada cuaca panas,
minuman sereal seperti ini bisa basi dalam beberapa jam saja.

12
2. Dibuat dengan gula dan garam
Anda dapat menggunakan gula kasar, gula coklat atau gula putih,
atau sirop gula.
Cara membuatnya:
 Masukkan ½ sendok teh pérés garam ke dalam 1 liter air bersih dan
matang,
 Juga masukkan 8 sendok teh pérés gula. Aduk rata.
Perhatian: Sebelum menambahkan gula, cicipi dulu dan pastikan
minumannya tidak seasin air mata
Orang tua harus waspada dan mengetahui tanda-tanda jika diare si anak
memburuk. Bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan atau ke dokter jika
kondisinya tidak membaik dalam 3 hari atau buang air besar cair
bertambah sering, muntah berulang-ulang, makan atau minum sangat
sedikit, terdapat demam dan tinja anak berdarah.

REHIDRASI PARENTERAL
Rehidrasi parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan
atau tanpa syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya,
serta memperbaiki renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah
cairan yang banyak diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang
tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun
demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung glukosa untuk
mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat dipakai,
tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup.
Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan
sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.

13
Dehidrasi ringan.
- 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
- Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
Dehidrasi sedang.
- 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
- kemudian 125 ml / kg BB / hari.
Dehidrasi berat.
- Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set
1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus
set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau
minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3
tetes / kg BB / menit.
- Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus
set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit
atau 3 tetes / kg BB / menit.
- Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15– 25 kg.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus
set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.

2.Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.


Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan
keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui
pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja
lengkap (Hasan, 2007)

14
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas
melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum,
kreatinin dan BJ plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan
biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni
sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan
Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring
(Hasan, 2007)
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
a. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
b. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan
kadang-kadang darah.

3.Memberikan terapi simtomatik


Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk
diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang
waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat
dieliminasi.(Pusponegoro, 2004).

4. Memberikan terapi definitif.


Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b. V. parahaemolyticus, E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
c. A. aureus : Kloramfenikol
d. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan
Quinolonseperti Siprofloksasin
e. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
f. Helicobacter: Eritromisin
g. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
h. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol

15
i. Balantidiasis: Tetrasiklin
j. Candidiasis: Mycostatin
k. Virus: simtomatik dan support (Hasan, 2007)

b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
Manfaat Bubur Tempe Untuk Anak
Bubur tempe ternyata sangat bermanfaat untuk memperpendek
masa diare dan meningkatkan berat badan setelah diare. Bubur tempe yang
diproduksi oleh pabrik maupun dari tempe tradisional dapat mengurangi
gejala lebih baik dibandingkan dengan formula kedelai. Tempe lebih
mudah dicerna karena kandungan asam lemak bebas, peptida, dan asam
amino yang tinggi. Proses peragian tempe menghasilkan vitamin B.
Kecuali itu selama proses produksinya terjadi pengurangan jumlah
rafinose dan stakiose, sehingga keluhan kembung yang disebabkan kedua
zat tersebut telah berkurang.
Berdasarkan penelitian, Anak yang mendapat bahan makanan
campuran tempe-terigu berhenti diare setelah 2,39 ± 0,09 hari (rerata),
lebih cepat bila dibandingkan dengan anak yang mendapat bahan makanan
campuran beras-susu (rata-rata 2,94 ± 0,33 hari). Sebuah studi uji klinis
randomized controlled double-blind yang dilakukan oleh Soenarto et al
(1997) menunjukkan bahwa formula yang berbahan dasar tempe dapat
mempersingkat durasi diare akut serta mempercepat pertambahan berat
badan setelah menderita satu episode diare akut.
Resep Variasi Bubur Tempe :
- Bisa disajikan pada bayi mulai 7-9 bulan. Bahan utama adalah ubi,
tempe dan kangkung.

16
Bahan:
- 1 potong 30 gr ubi ungu atau ubi merah Kukus
- 1 potong 25 gr tempe kukus, potong dadu
- 1,5 sdm (20 gr) daun kankung muda, kukus
- 5 sdm (50 ml) sufor/ASI
Cara Membuat:
- Campurkan semua bahan, lalu diblender.
- Masukkan dalam wadah dan siap disuapkan pada bayi Anda.
Tips:
* Pilih ubi berukuran sedang karena teksturnya lebih baik
* Jangan simpan ubi dalam kulka karena dapat merusak rasa
* Ubi dapat digantikan dengan singkong, kentang atau labu kuning
* Kangkung bisa diganti dengan sayuran lain

- Selain untuk mempersingkat masa Diare pada bayi Tempe juga memiliki
beberapa manfaat yang lain nya seperti :
 Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna
sehingga baik untuk mengatasi diare
 Mengandung zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan sehingga
menurunkan tekanan darah.
 Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal
bebas, baik bagi penderita jantung.
 Penanggulangan anemia. Anemi ditandai dengan rendahnya kadar
hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu),
Seng (Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, di mana unsur-unsur
tersebut terkandung dalam tempe.
 Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung
senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R.
Oligosporus) merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan
kejadian infeksi.

17
 Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe
bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.
 Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker.
 Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi)
beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun
degeneratif.
 Mencegah timbulnya hipertensi.
 Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah
osteoporosis

- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya


susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang
atau tak jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
proses penyakit.

18
2.1.6 Pathway

Infeksi (Virus, Malabsorbsi Makanan Faktor


Bakteri, Parasit) makanan di usus beracun Psikologis

Reaksi inflamasi Tekanan Osmotik


Gangguan Rangsangan
motilitas usus saraf simpatik
Peningkatan sekresi Pergeseran cairan &
cairan dan elektrolit elektrolit ke rongga
usus
Hipermotilitas Hipomotilitas

Isi Rongga usus Sekresi air dan elektrokit Bakteri tumbuh

Diare

Kerusakan
Dehidrasi Defekasi sering Output> absorbsi <
mukosa usus

Tubuh kehilangan Pembentukan Iritasi kulit Dx: Defisit Nutrisi


cairan & elektrolit abses sekitar anus

Penurunan vol. Iritasi pada Dx: Nyeri Akut Dx: Resiko Gangguan
cairan ekstra sel mukosa usus integritas Jaringan
sekitar anus

Penurunan cairan infeksi


intertil

Dx: Gangguan Dx: Hipertermi


keseimbangan
cairan dan elektrolit
19
2.2 Konsep Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau
interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.
Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal.

1. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM,
diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.

2. Keluhan utama
Merupakan hal yang paling klien rasakan
Contoh : BAB lebih dari 3 x

3. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )


Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di
anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region,
radiaton, severity scala dan time.
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran 3-
5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14
hari (diare kronis).

20
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami diare.

6. Riwayat Imunisasi
Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti
imunisasi Polio, BCG, DPT, dll.

7. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima
pada apa yang dideritanya.

8. Lingkungan dan tempat tinggal


Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan
lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Antopometri
Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

2. Keadaan umum
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

21
3. Kepala
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih.

4. Mata
Cekung, kering, sangat cekung

5. Sistem pencernaan
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak
haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa
minum.

6. Sistem Pernafasan
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)

7. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .

8. Sistem integumen
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat
celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

9. Sistem perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.

22
10. Dampak hospitalisasi
Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive
respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2. Radiologi :
Mungkin ditemukan bronchopneumoni

2.2.2 Analisa Data

3 DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : (Gangguan Osmotik)
- Ibu Makanan / zat yang tidak dapat diserap
mengatakan oleh usus.
anak muntah
Gangguan
berapax/hr Tekanan osmotic dalam rongga usus
keseimbangan
- Ibu meningkat
cairan dan
mengatakan
elektrolit
anak frekuensi Terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
BAB anak dalam rongga usus.
meningkat

23
DO : Isi rongga usus berlebihan
· Ubun-ubun
cekung
· Berat badan Merangsang rongga usus yang
turun berlebihan
· Bising usus
meningkat
· Turgor kurang Diare
·

DS :
- Ibu
Gangguan keseimbangan asam
mengatakan
basa dan elektrolit
anak tidak
nafsu makan
Lambung / saluran pencernaan
- Ibu
meradang
mengatakan
anak hanya Defisit Nutrisi
Nafsu makan berkurang / tidak
terbaring lemas
ada
di tempat tidur
DO :
Intake nutrisi kurang
· Anoreksia
· Muntah
· Berat badan
turun

DS : Invasi kuman di usus


- Ibu mengatakan
badan anak terasa Multiplikasi dalam usus
Hipertermia
hangat
- Ibu mengatakan
anak rewel Peradangan Pengeluaran

24
DO : usus toksin
· Suhu lebih dari
380C Tanda dan Merangsang
· Cengeng radang hypotalamus

Peningkatan Peningkatan
Suhu tubuh Suhu tubuh

DS :
Gangguan absorpsi usus
- Ibu mengatakan
ada luka di anus
Frekuensi buang air besar
anak Resiko Gangguan
meningkat
integritas Jaringan
sekitar anus
DO :
Anus dan sekitarnya basah dan
· Frekuensi buang
lembab
air besar meningkat
· Lecet di sekitar
Anus dan sekitarnya lecet
anus
2.2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


output cairan yang berlebihan melalui diare sekunder terhadap
gangguan osmotic.
2. Defisti nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ditandai dengan berat badan turun
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
4. Resiko gangguan integritas jaringan ditandai dengan kelembapan

25
26
27
28
BAB III
KESIMPULAN

Diare seringkali muncul karena berbagai penyebab, termasuk diantaranya


infeksi, malabsorpsi, makanan dan psikologis. Karena berbagai panyebab inilah
maka akan timbul berbagai mekanisme yang akan menyebabkan diare.
Penanganan diare sangat penting agar tidak terjadi komplikasi yang serius,
dimana penangan yang utama adalah penggantian terapi cairan diikuti dengan
medikamentosa untuk mengobati penyebabnya
Pada prinsipnya dalam penanganan medikameentosa tidak boleh
diberikan obat anti diare, penggunaan antibiotikpun harus sesuai hasil
pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoxicilin dan
atau sesuai dengan hasil uji sensitivitas.Dapat juga digunakan obat antiparasit
seperti metronidazol.
Sedangkan pada penanganan cairan dan elektrolit pada diare cair akut
dapat menggunakan beberapa jenis cairan antara lain:
Peroral: cairan rumah tangga, oralit
Parenteral: ringer laktat, ringer asetat, larutan normal salin
Pemberian volume cairan disesuakan dengan derajat dehidrasinya, pada kasus
yang mengalami dehidrasi ringan kita dapat melakukan rehidrasi peroral dengan
cairan rumah tangga atau ASI semau anak. Serta diberikan oralit setiap kali BAB
dengan volume 50-100cc untuk usia dibawah 1th, dan 100-200cc untuk usia 1-
5tahun, dan untuk usia lebih dari 5tahun dapat diberikan cairan semaunya.
Sedangkan untuk diare cair akut dengan dehidrasi sedang dapat kita berikan oralit
75cc/kgBB untuk 3 jam pertama, setelah itu dilanjutkan pemberian cairan sesuai
umur seperti pada dehidrasi ringan. Sedangkan untuk dehidrassi berat, kita dapat
melakukan rehidrasi perenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100cc/kg BB. Dengan cara pemberian sebagai berikut:

29
 usia kurang dari 1 tahun, 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan
70cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
 Lebih dari 1 tahun: 30cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan
70cc/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5cc/kgBB selama proses
rehidrasi (Pusponegoro, 2004).

30
DAFTAR PUSTAKA

Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka


Cendekia Press: Jogjakarta
Behrman Richard et all, 2009, Nelson textbook of Pediatrics, Sanders:
Phyladelpia.
Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak: edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi &
Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11,
Infomedika: Jakarta.

31

También podría gustarte