Está en la página 1de 13

MAKALAH

TENTANG

ASKEP KKP PADA ANAK

Di susun oleh :

 ETI KURNIATI
 FAISYAL RAHMAN

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI D-IV GAWAT DARURAT
KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2014-2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “ASKEP KKP
PADA ANAK” .Selawat berserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik secara langsung
maupun tidak langsung .
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama di
Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan dengan
berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan
masyarakat. Menurut survai kesehatan tahun 1986 angka keadaan gizi buruk pada balita
1,72% dan gizi kurang sebanyak 11,4.
Penderita gizi buruk palik banyak dijumpai ialah tipe maramus. Arif di. Rs dr. sutomo
Surabaya mendapatkan 47% dan di. Rs. Dr. pirngadi medan sebanyak 42%. Hal ini dapat
dipahami karena maramus sering berhubungan dengan kepadatan penduduk dan higine yang
kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun serta terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia.

B. Tujuan

 Tujuan umum
Penulis berharap agar kita semua,khusunya para pembaca dapat memahami tentang masalah
kekurangan kalori dan protein pada anak.

 Tujuan khusus
Menjelaskan pengertian kurang kalori dan protein.
Menjelaskan etiologi kurang kalori dan protein.
Menjelaskan patofisiologi kurang kalori dan protei
BAB II
PEMBAHASAN

1. Defenisi
Kurang kalori dan protein ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori
atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan anergi atau defisiensi atau deficit energi
dan protein.
Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut
anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang
dengan kebutuhan kalori,maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).
Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni:
1. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan.
2. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan.
3. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak mencapai 60 % dari berat badan.
Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 kkp saja yakni kkp ringan atau gizi
kurang dan gizi berat(gizi buruk) atau lebih sering disebut maramus(kwashiorkor). Anak
atau penderita maramus ini tampak sangat kurus,berat badan kurang dari 60% dari berat
badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap orang
tua,apatis terhadap sekitarnya,rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit kkp pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis: oedema atau
honger oedema(ho) atau juga disebut penyakit kurang makan,kelaparan,atau busung
lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein ( Ratna
Indrawati, 1994)
Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang
biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah,)

2. Etiologi

Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena


Diet yang tidak cukup
Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orang tua-anak
terganggu,karena kelainan metabolic, atau malformasi congenital
Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
makanan penggantinya atau sering diare
Diare yang kronik
Malabsorbsi protein
Sindrom nefrotik
Infeksi menahun
Luka bakar
Penyakit hati

3. Patofisiologi

kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan makanan, tubuh
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi,
kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan,karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk
memepertahankan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah terjadi
kekurangan.
Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilakan
asam amino yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
lemak di pecah menjadi asam lemak,gliserol,dan ketan bodies. Otot dapat
memepergunakan asam lemak dan keton bodies,sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

4. Manifestasi klinis

Badan kurus kering tampak seperti orang tua


Abdomen dapat kembung dan datar. BB menurun
Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni
Suhu biasanya normal,nadi melambat
Kulit keriput (turgor kulit jelek)
Ubun-ubuncekung pada bayi
Jaringan subkutan hilang
Malaise
Apatis
Kelapara

5. Komplikasi

Infeksi
Kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung
Melabsorbsi
Gangguan metabolic
Penyakit ginjal menahun
Gangguan saraf pusat
Gangguan asupan vitamin dan mineral
Anemia gizi

6. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi: albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, hb,
ht, dan ransferin.

 Pemeriksaan radiologis

1. Penatalaksanaan
2. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
proteinnya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
3. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
4. Penatalaksanaan setiap masalah akut seperti masalah diare berat
5. Pengkajian riwayat status social ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antrometri, kaji menivestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan,
kaji tanda-tanda vital.
Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan
awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

Upaya pengobatan,meliputi:
Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
Pencegahan jika terjadi ancaman perkembangan renjatan septic
Pengobatan infeksi
Pemberian makan
Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain seperti kekurangan vitamin, anemia berat
dan payah jantun
 ANATOMI FISILOGI

Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan


Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai,
terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari
kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

 TANDA DAN GEJALA

Penurunan ukuran antropometri


Perubahan rambut
Gambaran wajah seperti orang tua
Tanda-tanda gangguan system pernapasan
Perut tampak membuncit, hati teraba membesar, bising usus meningkat bula terjadi diare
Edema tungkai
Kulit kering
BAB III
ASKEP TEORITIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

 Identitas klien
 Identitas penanggung

2. Riwayat kesehatan :

 Riwayat kesehatan dahulu


Apakah dulu si anak memiliki gangguan nutrisi,

 Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
yang semakin lama semakin menurun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain
yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

 Riwayat keluarga

Meliputi pengkajian keluarga,lingkungan rumah dan komunitas,pendidikan dan pekerjaan


anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepi keluarga tentang penyakit keluarga dan lain-lain.

 Pengkajian fisik

Pengkajian dilakukan dengan pemeriksaan heade to too yang meliputi: keadaan umum dan
stetus kesadaran,tanda-tanda vital,area kepala dan wajah,dada,abdomen,ekstremitas dan
genitor-urinaria.

 Focus pengkajian pada anak dengan Meramik-Kwashiorkor adalah pengukuran


antopometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau
makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak
bertambah.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
3. Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan tubuh
C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

 Pada Kwashiorkor

1. Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan pasien tidak mau
makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan tidak bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan, BB bertambah ½ kg
per 3 hari.

Intervensi :
a. Mengukur dan mencatat BB pasein
b. Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c. Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d. Memberikan makanan tinggi TKTP
e. Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f. Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )

Rasional:
a. BB menggambarkan status gizi pasien
b. Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c. Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d. Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah.
e. Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan.
f. Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.


Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya tanpa dibantu orang lain.

Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d. Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.

Rasional :
a. Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam keterbatasan / sesuai
kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d. Sebagai support mental bagi pasien.
Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya
tanpa bantuan orang lain.
3. Potensial terjadinya komplikasi b.d rendahnya daya tahan tubuh

Tujuan :
a. Mencegah komplikasi
Intervensi :
a. Memberikan makanan cukup gizi (TKTP)
b. Menjaga personal hygiene pasien
c. Memberikan penkes tentang pentingnya gizi untuk kesehatan.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
Rasional :
a. Makanan yang cukup gizi mempengaruhi daya tahan tubuh.
b. Personal hygiene mempengaruhi status kesehatan pasien.
c. Pendidikan gizi menentukan status gizi dan status kesehatan pasien.
d. Mengganti/ memenuhi zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral.

Evaluasi :
Komplkasi dapat tehindar atau tidak terjadi.
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.

Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kriteria pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa dibantu orang lain.
Intervensi :
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
b. Membantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Melatih dan membimbing pasien dalam ,merubah posisi.
d. Membantu pasien melakukan gerakan-gerakan ringan.

Rasional :
a. Aktivitas menggambarkan kekuatan fisik pasien.
b. Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c. Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas pasien.
d. Sebagai support mental bagi pasien.

Evaluasi
Kebutuhan aktivitas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Anak menderita defisiensi protein dan kalori/marasmic kwashiorkor
2. Perlu pengawasan khusus untuk mengembalikan anak ke kondisi normal
3. Perlu keseimbangan gizi untuk tumbuh kembang anak
4. Perlu dilakukan edukasi pada keluarga penderita agar memperhatikan gizi
5. Perlu diberikan penyuluhan untuk mengurangi kasus serupa
DAFTAR PUSTAKA

Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing,Fourth
Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………


DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN :

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………
B. TUJUAN …………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….

BAB III ASKEP TEORITIS :

A. PENGKAJIAN ……………………………………………………………………
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN …………………………………………………
C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN…..

BAB IV PENUTUP :

KESIMPILAN DAN SARAN ……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….

También podría gustarte