Está en la página 1de 15

Tugas Individu

Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Lanjut


Dosen : Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS.

MAKALAH
ANALISIS RISIKO DI RUMAH SAKIT

SRI REZKIANI KAS


K012172040

KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis Risiko di Rumah
Sakit”. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen Dr. dr.
Syamsiar S. Russeng, MS. yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah
wawasan kepada para pembaca sekalian. Penulis juga menyadari bahwa di dalam penulisan
makalah ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengaharapkan masukan berupa kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan
penulis buat di masa yang akan dating.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

Wassalamualaikum, wr.wb.

Makassar, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Analisis Risiko di Rumah Sakit .................................................................. 3

B. Kapasitas Kerja ........................................................................................... 5

C. Beban Pekerja .............................................................................................. 11

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 11

A. Kesimpulan.................................................................................................. 11

B. Saram ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja


ditempat kerja tidak harus mahal. Namun, seperti perbaikan dalam
operasional atau penjualan, hal itu perlu dilakukan sebagai komitmen jangka
panjang oleh para pekerja, manajer dan perwakilan mereka. Hal ini tidak bisa
hanya ditangani dalam seminggu sebelum inspeksi pabrik atau kunjungan
oleh Pengawasan Ketenagakerjaan. Juga tidak bisa diabaikan begitu saja
karena resesi. Pencegahan gangguan kesehatan kerja yang terkait cedera, sakit
dan kematian adalah bagian kontinuitas dari hari-hari kegiatan usaha (ILO,
2013).
Selain membutuhkan perhatian yang terus menerus, tindakan efektif
pada keselamatan dan kesehatan kerja menuntut komitmen bersama dari
pekerja dan pengusaha. Pekerja dan pengusaha harus siap untuk menghormati
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja yang diakui dengan baik.
Mereka juga harus menjaga, mengikuti dan terus mengevaluasi kebijakan dan
praktek-praktek yang ditetapkan. Tingkat komitmen hanya dapat dibangun
jika pekerja, supervisor dan manajer bekerja sama untuk menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang mereka mengerti dan percaya
(ILO, 2013).
Menyadari hal tersebut maka pemerintah melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja dengan mewajibkan pengusaha untuk
melaksanakan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Namun, dalam usaha pencapaian program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di perusahaan mauun industri banyak dijumpai berbagai keadaan dan
masalah dan yang dapat menjadi hambatan terlaksananya program K3.
Masalah tersebut meliputi berbagai aspek sosial, ekonomi dan budaya,
komunikasi, informasi dan edukasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

1
aspek dalam pengelolaan program. Dengan tidak berjalannya program K3 di
perusahaan maka hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif berupa
meningkatnya kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Menurut data International Labor Organization (ILO) tercatat setiap
tahunnya lebih dari dua juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja
dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia.
Di Indonesia, PT Jamsostek melaporkan bahwa pada 2005, dari 8 juta peserta
Jamsostek terdapat sekitar 150 orang korban meninggal akibat kecelakaan
kerja, 95.418 kasus kecelakaan kerja sepanjang tahun 2004 dan 75.667 kasus
pada Januari sampai September 2005.
Survei nasional di 2.600 rumah sakit di USA rata-rata tiap rumah sakit
68 karyawan cedera dan 6 orang sakit. Cedera tersering adalah strain dan
sprain, luka tusuk, abrasi, contusino, lacerasi, cedera punggung, luka bakar
dan fraktur. Penyakit tersering adalah gangguan pernapasan, infeksi,
dermatitis dan hepatitis. Hasil identifikasi hazard RS ditemukan adanya gas
anestesi, ethylen oxyde dan cytotoxic drug. Risiko bahaya dalam kegiatan
rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain berasal dari sarana
kegiatan di poliklinik, bangsal, laboratorium, kamar rontgen, dapur, laundry,
ruang medical record, lift, generator-set, penyalur petir, alat-alat kedokteran,
pesawat uap atau bejana dengan tekanan, instalasi peralatan listrik, instalasi
proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya.

B. Tujuan

Berdasarkan latr belakang diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:

1. Bagaimana risiko bahaya potensi di rumah sakit?

2. Bagaimana beban kerja pekerja di rumah sakit?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Risiko di Rumah Sakit

Penyakit akibat kerja di sarana kesehatan umumnya berhubungan

dengan berbagai faktor biologis (kuman patogen; pyogenic, colli, baccilli,

stapphylococci, yang umumnya berasal dari pasien). Begitu besar risiko yang

akan dihadapi apabila masalah sanitasi termasuk pengelolaan limbah, kurang

mendapat perhatian yang serius. Tahun 1977 dari seluruh rumah sakit di AS

menunjukkan bahwa penderita yang dirawat 5%-10% menderita infeksi

nosokomial (Hospital Acquired Infection). Di AS insiden infeksi nosokomial

±5% dan CFR 1%, di U.K ± 9,2%, di Malaysia prevalensi ±12,7%, di Taiwan

insiden ±13,8%, di Jakarta ±41,1%, di Surabaya ±73,3% dan di Yogyakarta

±5,9%. Hari perawatan pasien yang menderita infeksi nosokomial tersebut

bertambah 5-10 hari, demikian pula angka kematian pasien menjadi lebih

tinggi yaitu sebesar 6% dibanding yang tidak terkena infeksi nosokomial

hanya sebesar 3%. Tenaga medis RS mempunyai risiko terkena infeksi 2-3

kali lebih besar daripada medis yang berpratik pribadi. Kerugian akibat

penambahan hari perawatan dan pengobatan tersebut mencapai lebih dari 2

milyar US (Hasyim, 2005).

Faktor kimia (bahan kimia dan obat-obatan antibiotika, cytostatika,

narkotika dan lain-lain, pemaparan dengan dosis kecil namun terus menerus

seperti anstiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati. Formaldehyde untuk

3
mensterilkan sarung tangan karet medis atau paramedis dikenal sebagai zat

yag bersifat karsinogenik), faktor ergonomi (cara duduk, mengangkat pasien

yang salah), faktor fisik yaitu pajanan dengan dosis kecil yang terus menerus

(kebisingan dan getaran diruang generator, pencahayaan yang kurang dikamar

operasi, laboratorium, ruang perawatan, suhu dan kelembabam tinggi diruang

boiler dan laundry, tekanan barometrik pada decompression chamber, radiasi

panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, dan lain-lain) serta

faktor psikososial (ketegangan dikamar bedah, penerima pasien gawat darurat

dan bangsal penyakit jiwa, shift kerja, hubungan kerja yang kurang harmonis,

dan lain-lain).

Bagian pemeliharaan terpajan dengan solvent, asbes, listrik, bising,

dan panas. Karyawan di bagian cleaning service terpajan deterjen,

desinfektan, tertusuk sisa jarum suntik dan lain-lain. Karyawan katering

sering mengalami tertusuk jari, luka bakar, terpeleset, keletihan, stres kerja,

dan lain-lain. Teknisi radiologi potensial terpajan radiasi dari sinar X dan

radioaktif isotop atau zat kimia lainnya. Perawat sering cedera punggung,

terpajan zat kimia beracun, radiasi, dan stres akibat shift kerja. Petugas di

ruang operasi mempunyai risiko masalah reproduksi atau gastroenterologi

Pajanan limbah gas anaestesi, risiko luka potong–tusuk, radiasi, dan lain-lain.

Rumah sakit merupakan penghasil sampah medis atau klinis terbesar,

yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, parasit, bahan

kimia beracun dan radioaktif. Hal ini dapat membahayakan dan menimbulkan

gangguan kesehatan baik bagi petugas, pasien maupun pengunjung rumah

4
sakit. Di samping itu, jika pengelolaannya tidak baik dapat menjadi sumber

pencemaran terhadap lingkungan yang pada gilirannya akan menjadi

ancaman terhadap kesehatan masyarakat yang lebih luas. Pengelolaan sampah

dan limbah rumah sakit merupakan bagian dari upaya penyehatan lingkungan,

bertujuan melindungi masyarakat akan bahaya pencemaran lingkungan yang

bersumber dari sampah atau limbah rumah sakit.

B. Kapasitas Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan di

rumah sakit merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu

kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan

beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka

bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan

produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan

masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja

yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya

belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa

30–40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia

gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini

tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas

yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja

yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non

kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam

5
melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut

masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat

teknis beroperasi 8-24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan

kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan

tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan

kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama

tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat

gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang

berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan.

Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat

mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja

(Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat

Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

C. Beban Kerja

Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing

jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu metode perhitungan

tenaga kesehatan adalah metode estimasi beban kerja yaitu suatu metode

penyusunan kebutuhan berdasarkan Indicator of Staff Needed (ISN). Metode

ISN ini adalah metode untuk menetapkan jumlah tenaga berdasarkan jenis

kegiatan dan volume pelayanan pada suatu unit atau institusi. Dengan metode

6
estimasi beban kerja setiap tenaga kesehatan mempunyai beban kerja efektif

sekitar 80% dari waktu kerja sebulan.

Terdapat 4 faktor utama yang mempengaruhi beban kerja setiap

tenaga kesehatan yaitu:

1. Tugas Pokok Tenaga Kesehatan

Tugas Pokok adalah tugas yang harus dikerjakan oleh seorang

tenaga kesehatan berdasarkan prosedur tetap yang ada pada puskesmas.

Rincian tugas pokok tenaga kesehatan di puskesmas sebagai berikut :

a. Tugas pokok tenaga dokter

Melakukan pelayanan umum, melakukan tindakan medik dan UGD,

kunjungan pada pasien rawat inap, menerima dan melakukan

rujukan, melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,

melakukan catatan medik, dan membuat rencana kerja tahunan.

b. Tugas pokok tenaga bidan

Melaksanakan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, melaksanakan

pelayanan KB, melaksanakan pertolongan persalinan normal

perawatan nifas (PNC), melaksanakan pelayanan kesehatan bayi dan

anak.

c. Tugas pokok perawat

Melaksanakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan, dan

melakukan kunjungan pembinaan individu/ keluarga/masyarakat.

d. Tugas pokok tenaga dokter gigi

7
Melakukan pelayanan/tindakan gigi dan mulut, melakukan

penambalan gigi, menerima dan melakukan rujukan, menerima

konsultasi pasien dan masyarakat, melaksanakan penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat dan anak sekolah,

membuat rencana kerja tahunan.

e. Tugas pokok perawat gigi

Membantu dokter gigi dalam melakukan praktek, melakukan

sterilisasi/desinfeksi alat, membantu dokter gigi dalam melakukan

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, mencatat register kunjungan

pasien.

f. Tugas pokok tenaga kesehatan masyarakat

Menyusun rencana program puskesmas, menyiapkan data/informasi

sebagai dasar pengambilan keputusan kepala puskesmas,

pengelolaan administrasi surat-menyurat, Menyusun rencana

kebutuhan sarana perlengkapan puskesmas, melakukan monitoring

dan evaluasi kegiatan program puskesmas dan tata usaha, koordinasi

pencatatan dan pelaporan bulanan dan tahunan.

g. Tugas pokok tenaga pelaksana sanitasi

Melakukan pengamatan penyakit, melakukan penyuluhan

epidemiologi dan imunisasi, menentukan identifikasi KLB/wabah,

melakukan pemberantasan terhadap penyakit menular langsung.

melakukan analisis dampak lingkungan, penyuluhan kesehatan

lingkungan.

8
h. Tugas pokok tenaga pelaksana farmasi

Menerima resep, meracik dan mempersiapkan obat sesuai

kebutuhan, Memberikan penjelasan kepada pasien tentang

pemakaian obat, Merencanakan kebutuhan obat dan vaksin,

membuat daftar permintaan obat kegudang farmasi, membuat

pencatatan dan pelaporan.

i. Tugas pokok tenaga pelaksana gizi

Melaksanakan pelayanan gizi, melatih kader gizi, menyusun standar

dietik dan informasi gizi, pemberian vitamin, membuat pencatatan

dan laporan, menghitung stok Yodiol, membuat laporan posyandu,

membuat jadwal puskesmas keliling.

j. Tugas pokok tenaga perkarya kesehatan

Membantu perawat dalam pelayanan kesehatan, mencatat registrasi

kunjungan pasien, menyelenggarakan perawatan kesehatan

masyarakat dengan kunjungan rumah, membina peran serta

masyarakat melalui dasa wisma, penyuluhan (di posyandu),

pencatatan dan pelaporan.

k. Tugas pokok tenaga administrasi umum

Mengagendakan surat masuk dan surat keluar, mengetik surat,

mengirim surat, pencatatan inventarisasi barang, melakukan

peremajaan data pegawai, barang dan perlengkapan lain, melakukan

kegiatan kearsipan, membuat laporan puskesmas.

l. Tugas pokok petugas loket

9
Mempersiapkan peralatan di loket, pelayanan pendaftaran/mengisi

kartu status pasien, menerima pembayaran retribusi/karcis,

menyusun kartu berobat kedalam kotak/rak, merekap kunjungan

pasien, menyetor hasil penerimaan pembayaran retribusi, membuat

laporan kunjungan pasien.

m. Tugas pokok petugas SP2TP

Melakukan kordinasi pengumpulan data laporan hasil kegiatan

bulanan puskesmas, melakukan validasi data hasil laporan bulanan

kegiatan program, melakukan pengumpulan dan analisa data

stratifikasi puskesmas, merekap dan mendokumentasikan laporan

hasil kegiatan bulanan puskesmas, melakukan visualisasi data hasil

laporan bulanan kegiatan program, mendokumentasikan semua

rencana dan hasil kegiatan puskesmas secara sistematis.

2. Tugas Tambahan

Tugas tambahan merupakan bagian dari pekerjaan dan dikerjakan

seperti halnya tugas utama. Namun akan menjadikan beban kerja

meningkat jika tugas tambahan lebih banyak sehingga menjadikan

tanggungan pekerjaan yang harus dikerjakan menjadi lebih besar. Dapat

juga terjadi sebaliknya yakni dengan tugas tambahan beban kerja

meningkat tetapi tetap sesuai dengan standar karena tingkat produktivitas

menjadi lebih optimal. Tugas tambahan tenaga kesehatan pada

puskesmas sebagai berikut:

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesehatan kerja adalah ilmu yang mendalami masalah hubungan dua

arah antara pekerjaan dan kesehatan. Kapasitas kerja merupakan status

kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima

diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban

kerja merupakan beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu

berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan

seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi

lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja, misalnya

panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan

trhadap pekerja. Beban - beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau

bersama sama menjadi gangguan atau penyakit akibat kerj

B. Saran

Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, perlu dilakukan pelaksanaan upaya Kesehatan sehingga dapat

mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Lebih

memperdalam lagi pengetahuan tentang Kesehatan melalui Pendidikan dan

Pelatihan terkait Kesehatan kerja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Hamzah. 2005. Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah


Sakit (Tinjauan Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi
Sarana Kesehatan). Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan; 8(2): 61-65.
International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja. Jakarta: ILO.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Situasi Kesehatan Kerja. Jakarta: InfoDatin.
Pratama, Khurnia. 2012. Identifikasi dan Analaisis Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Area Produksi di Rumah Sakit. [Skripsi] Depo:
Universitas Indonesia.

12

También podría gustarte