Está en la página 1de 69

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi penuh dengan persaingan yang ketat,

apalagi menghadapi era Asean Community 2015 diperlukan kesiapan

dari semua sektor, maka diperlukan peningkatan mutu dari segala

bidang yang salah satu nya adalah bidang kesehatan. Dalam

peningkatan mutu layanan rumah sakit menuju pada kualitas layanan

global yang diakui secara internasional,yaitu harus di dukung dengan

peningkatan mutu pelayanan rekam medis melaluisistem pengelolaan

manajemen informasi kesehatan yang baik dan benar. Oleh karena itu

pelayanan rekam medis mempunyai konstribusi yang sangat besar

dalam menentukan mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit

(Azhar, 2010).

Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah

sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Rumah sakit sebagaisalah satu

fasilitas pelayana kesehaan mempunyai kewajiban memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan pokok

sasarannya. Rumah sakit dituntut oleh masyarakat untuk selalu

meningkatkan mutu yang komprehensif dan berkesinambungan.

1
Dalam menunjang peningkatan mutu tersebut dibutuhkan informasi

yang baik oleh rumah sakit. Salah satu sumber informasi yang baik

adalah informasi yang berasal dari data rekam medis. Rumah sakit

juga mempunyai kewajiban administrasi untuk membuat dan

memelihara rekam medis pasiennya.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan, peningkatan dan

pemantapan manajemen rumah sakit dalam hal ini penyediaan

sumber daya yang handal dan trampil sehingga produktifitas kerja

dapat dilakukan secara maksimal, serta sejalan pula dengan

permasalahan yang ada berupa: perubahan sosial budaya

masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi khususnya di bidang

kedokteran, dan juga adanya keterbatasan sumber daya.

Efisiensi pengelolaan rumah sakit sangat bergantung pada

informasi. Beberapa ahli mengemukakan bahwa informasi adalah

bahan mentah (the raw material) dari manajemen. Perencanaan,

Pemecahan masalah, pengendalian dan pengawasan yang efektif

hanya dapat dilaksanakan bila piminanan RS mempunyai informasi

yang akurat, tepat, lengkap, relevan dan aktual dalam format yang

tepat sesuai kebutuhan. Untuk meyakinkan bahwa informasi yang

penting dan memadai dapat dikumpulkan, diolah dan disebarluaskan

secara teratur dan terpadu, maka perlu dibentuk suatu mekanisme

komunikasi formal, melalui Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS).

2
SIMRS dapat dijadikan pimpinan rumah sakit sebagai tolak ukur

dalam pengambilan keputusan dari perencanaan operasional,

perencanaan taktikal dan perencanaan strategis untuk kepentingan

pelayanan rumah sakit yang bermutu dan efisien (Sabraguna, 2008).

Sistem informasi di RS saat ini pada umumnya adalah sub

bagian PPL yaitu unit pengumpul dan pengolah data menjadi informasi

bagi kepentingan Depertemen Kesehatan maupun institusi lainnya.

Sistem yang sedang berjalan memiliki berbagai masalah diantaranya:

1)Dilakukan secara manual dan atau computer, 2) Operasionalnya

kurang efisien (formulir-formulir), 3) Data kurang lengkap, akurat, tepat

waktu, relevan, 4) Pencacatan data banyak duplikasi dan belum

terorganisir dengan baik informasi umumnya untuk kepentingan

Menteri Kesehatan , 5) data tentang keuangan dan sumber daya

lainnya sangat kurang, 6) pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Berdasarkan keadaan tersebut diatas, dirasakan perlu adanya

penyempurnaan SIMRS agar pemanfaatan sarana, prasarana, fasilitas

dan sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dapat

didayagunakan secara optimal efektif dan efisien. Dengan adanya

sistem informasi manajemen berbasis komputer akan memberikan

informasi akan memberikan informasi tentang kemampuan

pruduksinya yang potensial, besarnya potensi yang dapat dicapai,

fator penghambat produksi yang paling kritis serta alternatiff

3
pemecahan masalah untuk meningkatkan produkktifitas kerja

(Sadarmayanti, 2005).

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau saat ini telah

menerapkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berbasis

komputer. Sehingga dengan adanya SIMRS maka para staf rekam

medis dibagi dalam berbagai kelompok kerja yang terdiri dari empat

orang dan ini sudah terjadi pembagian tugas yang jelas oleh rekam

medis sehingga dalam pengisian data mengenai rekam medis ini dapat

dilaksanakan dengan baik. Pada ruang rekam medis ini sudah

dilengkapi dengan peralatan kmputer yang canggih yang dapat

mendukung penyajian informasi tentang pasien dengan cepat dan

tepat sehingga dalam memberikan pelayanan terhadap pasien lebih

efisien.

Menurut keterangan dari kelompok kerja pada unit rekam medik

sebelumadanya computer ini dalam memberikan keadaan pasien

memakan waktu yang lama dan menggunakan banyak staf dan

menyajikan informasi yang akurat bagi yang membutuhkan informasi

tersebut. Sebelum adanya komputerisasi diruang rekam medik ini tidak

ada rotasi pekerjaan staf yang ada di ruang rekam medik ini kurang

semngat melaksanakan tugasnya sehingga produktifitas kernya turun

dan otomatis akan berdampak pelayanan kepada pasien. Pembagian

kerja di ruang mekam medik ini cendrung sulit merata karena karena

belum ada system yang mengatur pembagian kerja sesuai Standard

4
Operating Procedure (SOP) dan para staf kurang memahami apa itu

SOP.

Dengan adanya SIMRS yang telah diterapkan RSUD Kota

BauBau akan membawa dampak perubahan pola pikir dan cara

pandang pasien atau masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan

yang menginginkan adanya kemudahan dan kecepatan dalam

memperoleh informasi. Dengan diterapkannya SIMRS dapat

meningkatkan produktifitas kerja dimana harus dimulai dengan

memusatkanperhatian kepada sekelompok masalah yang berkaitan,

termasuk tekhnologi, strukturorganisasi, budaya organisasi, perubahan

sifat pekerjaan dan pekerja, kebutuhan akanpelayanan pasien yang

lebih baik. Proses peningkatan produktivitas kerja member

kesempatan terbaik untuk membangun pengalaman yang terus

berkembang. Jadi,untuk membuat peningkatan yang berarti dalam

produktivitas aparatur harus berusahamencapai tingkat terbaik, upaya

tersebut seharusnya menjadi aspek manajemen rutinyang

berkesinambungan.

Staf Ruang Rekam Medik di RSUD Kota BauBau harus memiliki

motivasi kerja yang baik dalam menjalankan kegiatan SIMRS.

Motivasi merupakan cara yang digunakan untuk merangsang pegawai

untuk mengeluarkan dan mengembangkan kemampuannya agar dapat

menjalankan tugasnya dengan baik. Pentingnya motivasi bagi

aparatur, karena terdapat beberapa hal yang menyebabkan,

5
menyalurkan dan mendukung perilaku aparatur supaya mau bekerja

untuk mencapai suatu tujuan dalam hal ini produktifitas kerja yang

baik.

Untuk mencapai suatu produktifitas kerja yang baik harus

diperlukan kealitas sumebr daya manusia yang kompeten. Kualitas

sumber daya manusia dalam hal ini kemampuan tenaga medik

mempengaruhi pelayanan di Rumah Sakit Pemerintah maupun swasta.

Kualitias sumber daya manusia yang baik akan meningkatkan

produktifitas kerja. Produktivitas kerja bukan semata-mata ditujukan

untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan

kualitas untuk kerja juga penting di perhatikan. Sebagaimana di

ungkapkan bahwa produktivitas individu dapat dinilai dan apa yang

dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya, untuk mencapai

produktifitas kerja yang baik dibutuhkan motivasi untuk bekerja dari

pegawai rekam medik yang ada di RSUD Kota Baubau yang di

tunjanag dengan kemampuan dan keterampilan pegawai tersebut.

Pengetahuan dan keterampilan pegawai dalam menjalankan SIMRS

sangat diperlukan sehingga kecepatan informasi untuk pasien dapat

diberikan dan tidak melalaui proses yang lama ketika sebelum

menggunakan SIMRS secara elektronik.

Sedangkan survai awal yang dilakukan diperoleh data bahwa

upah yang diterima staf masih rendah sementara kerja sangat banyak,

kondisi kerja yang tidak member kenyamanan bekerja pada staf

6
karena kondisi ruangan yang sempit sementara banyak orang yang

sering dating untuk meminta data rekam medik. Menurut teori

Herzberg faktor yang mempengaruhi motivasi kerja sehingga

produktifitas kerja baik adalah upah, kemanan kerja, kondisi kerja,

pengembangan karir, supervise dan lain-lain.

Berdasarkan keadaan dan masalah tersebut, diatas dirasakan

perlu adanya penyempurnaan SIMRS agar pemanfaatan sarana,

prasarana, fasilitas dan sumber daya manusia yang ada di rumah sakit

dapat di dayagunakan secara optimal, efektif dan efisien. Dengan

adanya sistem informasi manajemen berbasis komputer akan

memberikan informasi tentang kemampuan produksi yang potensial,

besarnya potensi yang dapat dicapai, faktor penghambat produksi

yang paling kritis serta alternatif pemecahan masalah untuk

meningkatkan produktivitas kerja.

1.2 Rumusan Maskalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam proposal

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran produktifitas kerja sataf di ruang rekam

dalam pelaksanaan kegiatan Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau di

tinjau dari aspek motivasi kerja?

2. Bagaimana gambaran produktifitas kerja sataf di ruang rekam

dalam pelaksanaan kegiatan Sistem Informasi Manajemen Rumah

7
Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau di

tinjau dari aspek kemampuan kerja dalam hal ini pengetahuan?

3. Bagaimana gambaran produktifitas kerja sataf di ruang rekam

dalam pelaksanaan kegiatan Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit (SIMRS) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau di

tinjau dari aspek kemampuan kerja dalam hal ini keterampilan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari

dan mengetahuigambaran Produktivitas Kerja Staf Diruang

Rekam Medis Dalam Pelaksanaan Kegiatan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Baubau.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui Bagaimana gambaran produktifitas kerja

sataf di ruang rekam dalam pelaksanaan kegiatan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Baubau di tinjau dari aspek

motivasi kerja?

2. Untuk mengetahui gambaran produktifitas kerja sataf di

ruang rekam medis dalam pelaksanaan kegiatan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah

8
Sakit Umum Daerah Kota Baubau di tinjau dari aspek

kemampuan kerja dalam hal ini pengetahuan?

3. Untuk mengetahui gambaran produktifitas kerja sataf di

ruang rekam dalam pelaksanaan kegiatan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Baubau di tinjau dari aspek

kemampuan kerja dalam hal ini keterampilan?.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya

untuk dijadikan sebagai masukan dalam pembuatan skripsi

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Institusional

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi Bahan masukan

terhadap Dmenajemn Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Baubau untuk meningkatkan pelaksanaan sistem informasi

manajemen rumah sakit sehingga produktivitas kerja staf yang

diharapkan dapat tercapai secara maksimal

1.4.3 Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam

memperluas wawasan dan pengetahuan tentang motivasi kerja

pegawai.

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Produktivitas Kerja

2.1.1 Definisi Produktivias Kerja

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai pengaruh

antara hasil nyatamaupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan

masukan yang sebenarnya.Produktivitas adalah ukuran efisiensi

produktif. Suatu perbandingan antara hasilkeluaran dan

masukan atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan

masukantenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam

kesatuan fisik bentuk dan nilai.Produktivitas juga diartikan

sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barangbarangatau

jasa-jasa. Dimana produktifitas mengutarakann cara

pemanfaatan secarabaik terhadap sumber-sumber dalam

memproduksi barang-barang (Sinungan, 2005).

International Labour Organization (ILO) yang dikutip oleh

Malayu S.P Hasibuan (2005:127) mengungkapkan bahwa secara

lebih sederhana maksud dari produktivitas kerja adalah

perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan

dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi

berlangsung. Sumber-sumber itu dapat berupa:

a. Tanah

b. Bahan baku dan bahan pembantu

10
c. Pabrik

d. Tenaga kerja manusia

Menurut Sinugan mendefinisikan produksi sebagai

"perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu

di bagi masukan sebagai periode tertentu". Dengan demikian

produktivitas dapat dipahami sebagai berikut:

1. Perbandingan ukuran hanya bagi manusia dan hasil

2. Perbedaan antara kumulan jumlah pengeluaran dan

masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan unit umum.

Faktor manusia (tenaga kerja) daam meningkatkan

produktivitas dapat dilihat:

a. Kuantitas: jumlah manusia merupakan potensi yang sangat

mempengaruhi meningkatnya produktivitas kerja

b. Tingkat keahlian: keterampilan secara optimal dalam

melaksanakan suatu pekerjaan. Artinya penguasaan

terhadap suatu bidang

c. Latar belakang kebudayaan dan pendidikan : manusia yang

memperoleh pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki

wawasan yang lebih luas dan memiliki nilai-nilai yang lebih

unggul seperti: efiiensi, efekivitas, dedikasi, loyalitas dan

lain-lain.

d. Minat : minat yang tinggi terhadap suatu pekerjan sangat

mempengaruhi terhadap produktivitas kerja karena itu

11
menjadi suatu keharusan atau memberikan pekerjaan

kepada orang yang benar-benar tertarik terhadap pekerjaan.

e. Struktur pekerjaan, keahlian dan umur dari angkatan kerja:

struktur hendaknyaa disesuaikan dengan kebutuhan

organisasi, tujuan, keahlian, dan umur dari angkatan kerja.

Dan yang paling penting struktur pekerjaan disusun dengan

memberi kesempatan dengan seluas-luasnya bagi

seseorang.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Wirawan (2009), pada hakekatnya produktivitas

kerja akan banyak yang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu:

a. Faktor teknis yaitu : faktor yang berhubungan dengan

pemakaian penerapan fasilitas produksi secara lebih baik,

penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan

atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis.

b. Faktor manusia yaitu : faktor yang mempunyai pengaruh

terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia di dalam

menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung

jawabnya. Di sini ada dua hal pokok yang menentukan yaitu:

kemampuan kerja (ability) dari pekerja tersebut dan motivasi

kerja yang merupakan pendorong ke arah kemajuan dan

peningkatan kerja atas seseorang.

12
2.2 Tinjauan Umum Tentang Rekam Medis

2.2.1 Pengertian Rekam Medis

Berikut ini beberapa pengertian Rekam Medis dari

berbagai sumber :

1. Menurut Permenkes 269/MENKES/PER/2008, Bab 1 pasal 1

sebagai berikut : ”Rekam Medis adalah berkas yang berisikan

catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan

kepada pasien.”

2. Menurut Undang – Undang no 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran pada Pasal 46 ayat (1) sebagai berikut : “Rekam

Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan,

dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.”

2.2.2 Kegunaan Rekam Medis

Adapun kegunaan dari rekam medis dapat dilihat dari

beberapa aspek yang disingkat dengan ALFRED PH MP,

sebagai berikut (Sabraguna, 2008) :

1. Administration : suatu berkas mempunyai nilai administrasi

karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan

wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan

paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

13
2. Legal Affairs : suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

legal atau hukum karena isinya menyangkut masalah

adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan

dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan

bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

3. Financial : suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

uang karena isinya mengandung data atau informasi yang

dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.

4. Research : suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

penelitian karena isinya menyangkut data atau informasi

yang dapat digunakan sebagai bahan pendukung

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan.

5. Education : suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

pendidikan karena isinya menyangkut data atau informasi

tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan

medis yang diberikan kepada pasien sebagai bahan atau

referensi pengajaran.

6. Documentation : suatu berkas rekam medis mempunyai

nilai dokumentasi karena isinya menyangkut sumber

ingatan yang harus didokumnetasikan dan dipakai sebagai

bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.

14
7. Public Health : suatu berkas rekam medis dapat digunakan

sebagai bahan untuk memprediksi atau mengidentifikasi

penyebaran penyakit yang ada sekarang dan masa yang

akan datang serta untuk meningkatkan derajat kesehatan

nasional atau dunia.

8. Marketing Planning: suatu berkas rekam medis dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan

pengembangan pemasaran dengan mempromosikan

pelayanan yang ada.

Dengan melihat beberapa aspek tersebut di atas,

rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas,

karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan

tenaga pemberi pelayanan kesehatan saja. Kegunaan

rekam medis menurut Edna K. Huffman adalah sebagai

berikut:

1. Dalam manajemen pelayanan pasien yaitu :

a. Rekam medis digunakan sebagai bukti tertulis atas

segala tindakan pelayanan, perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien

berkunjung / dirawat pada institusi pelayanan

kesehatan.

b. Rekam medis digunakan sebagai alat komunikasi

antara dokter dan tenaga profesi lainnya yang ikut

15
ambil bagian di dalam memberikan pelayanan,

pengobatan dan perawatan kepada pasien.

c. Rekam medis digunakan untuk memberikan

informasi bagi tenaga kesehatan profesional dalam

memberikan asuhan kesehatan selanjutnya.

2. Dalam evaluasi mutu pelayanan

Rekam medis digunakan sebagai bahan penilaian

kecukupan dan kesesuaian pelayanan.

3. Dalam pembayaran kembali biaya kesehatan

Rekam medis digunakan sebagai dasar untuk

mendukung klaim asuransi dari fasilitas pelayanan

kesehatan dan pasien.

4. Dalam perlindungan hukum

Rekam medis digunakan untuk membantu dalam

penyediaan data untuk melindungi kepentingan hukum

pasien, dokter dan sarana perawatan kesehatan.

5. Dalam bidang pendidikan

Rekam medis digunakan untuk penyediaan

bahan studi kasus yang aktual untuk pendidikan

kesehatan profesional.

6. Dalam penelitian

16
Rekam medis digunakan untuk penyediaan data

dalam memperluas pengetahuan.

7. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat

Rekam medis digunakan untuk mengidentifikasi

kejadian penyakit sehingga dapat dirumuskan rencana

dalam meningkatkan derajat kesehatan pada suatu

negara maupun dunia.

8. Dalam perencanaan dan pemasaran

Rekam medis digunakan untuk mengidentifikasi

data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dan

mempromosikan fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh

karena itu, nilai kelengkapan dan keakuratan rekam

medis haruslah selalu diperhatikan karena kegunaannya

mempunyai peranan yang sangat luas baik bagi internal

rumah sakit maupun eksternal terkait.

2.2.3 Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya

tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu

sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak

akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana

yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan

17
salah satu faktor yang menentukan dalam upaya pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

2.2.4 Isi Rekam Medis

Dalam Permenkes 269/MENKES/PER/2008, bab II

pasal 3 disebutkan isi rekam medis untuk rawat jalan dan

rawat inap pada SarYanKes sekurang-kurangnya memuat

identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis, hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang medis, diagnosis, rencana

penatalaksanaan, pengobatan dan tindakan, untuk pasien gigi

dilengkapi dengan odontogram klinis. Untuk rawat inap

ditambah persetujuan medis bila diperlukan, pengobatan,

ringkasan pulang, nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi

atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan

kesehatan.

2.2.5 Bentuk Pelayanan Rekam Medis

Ada beberapa macam bentuk pelayanan rekam medis

yaitu sebagai berikut :7

1. Pelayanan rekam medis berbasis kertas

Rekam medis manual (paper based document) adalah

rekam medis berisi lembar administrasi dan medis yang

diolah ditata / assembling dan disimpan secara manual.

18
2. Pelayanan rekam medis manual dan registrasi

komputerisasi

Rekam medis berbasis komputerisasi, namun masih

terbatas pada sistem pendaftaran (admision), data pasien

masuk (transfer) dan pasien keluar termasuk meninggal

(discharge). Pengolahan masih terbatas pada sistem

registrasi secara komputerisasi. Sedangkan lembar

administrasi dan medis yang diolah secara manual.

3. Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan terbatas

Pelayanan rekam medis yang diolah menjadi

informasi dan penglolahannya secara komputerisasi yang

berjalan dalam satu sistem secara otomatis di unit kerja

manajemen informasi kesehatan.

4. Pelayanan Sistem Informasi Terpadu

Computerized Patient Record (CPR), yang disusun

dengan mengambil dokumen langsung dari sistem image

dan struktur sistem dokumen yang telah berubah.

5. Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan Electronik

(WAN)

Sistem pendokumentasian telah berubah dari

Electronic Medical Record (EMR) menjadi Electronic

Patient Record sampai dengan tingkat yang paling akhir

19
dari pengembangan Health Information System yakni EHR

(Electronic Health Record) – Rekam Kesehatan Elektronik.

2.3 Tinjauan Umum Tentang Sistem Informsi Manajemen Rumah

Sakit

2.3.1 Sistem Informasi

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari produser-

produser yang saling berhubungan berkumpul bersama-sama

untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu

sasaran tertentu atau kumpulan dari elemen yang berinteraksi

untuk mencapai suatu tujuan. Sistem terbentuk dari bagian atau

elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Secara

umum elemen membentuk sistem, yaitu :

1. Masukan (input) :

Segala sesuatu yang masuk kedalam sistem yang

selanjutnya menjadi bahan untuk diproses

2. Proses

Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem yang berfungsi mengubah masukan menjadi

keluaran.

3. Keluaran (output)

Merupakan hasil dari pemprosesan. Pada sistem

informasi, keluaran biasanya suatu informasi, saran,

cetakan, dan laporan. Informasi adalah data yang diolah

20
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi

penerimanya. Informasi yang merupakan sumber daya

strategis bagi organisasi atau suatu entitas yang mendukung

kelangsungan hidup bagi organisasi. Oleh karena itu

informasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kelangsungan organisasi (Armen, 2013).

Kebutuhan informasi saat ini sangat meningkat,

seiring dengankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Informasi yang dibutuhkan tidak dilihat dari jumlah informasi

yang dihasilkan, tetapi kualitas dari informasi (quality of

information) tersebut. Kualitas informasi ditentukan oleh

beberapa hal yaitu :

a. Ketersediaan (availability)

Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah

tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat

diperoleh bagi orang yang hendak memanfaatkannya.

b. Mudah dipahami (comprehensibility)

Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat

keputusan, baik itu informasi yang menyangkut pekerjaan

rutin maupun keputusankeptusan yang bersifat strategis.

21
c. Relevan

Dalam konteks organisisasi, informasi yang

diperlukan adalah yang benar-benar relevan dengan

permasalahan, misi dan tujuan organisasi.

d. Bermanfaat

Sebagai konsekwensi dari syarat relevansi,

informasi juga harus bermanfaat bagi organisasi.

e. Tepat waktu

Informasi harus tersedia tepat pada waktunya.

Syarat ini terutama sangat penting pada saat organisasi

membutuhkan informasi ketika manajer hendak membuat

keputusan-keputusan yang krusial.

f. Keandalan (reliability)

Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber

yang dapat diandalkan kebenaraannya. Pengolah data

atau pemberi informasi harus dapat menjamin tingkat

kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikannya.

g. Akurat

Syarat ini mengharuskan bahwa informasi bersih

dari kesalahan dan kekeliruan. Ini juga berarti bahwa

informasi harus jelas dan secara akurat mencerminkan

makna yang terkandung dari data pendukungnya.

22
h. Konsisten

Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di

dalam penyajiannya karena konsistensi merupakan syarat

penting bagi dasar pengambilan keputusan.

i. Kelengkapan

Atribut ini berkaitan dengan kelengkapan isi

informasi. Dalam hal ini, isi tidak menyangkut hanya

volume tetapi juga kesesuaian dengan harapan si

pemakai. Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam

suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan

pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat

manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan

menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan

yang diperlukan.

Usaha untuk memperoleh suatu informasi harus

melalui suatu proses transformasi dengan membuat data

menjadi bermakna. Dengan demikian untuk memperoleh

suatu informasi diperlukan sumber daya input, yang

diproses menjadi sumber daya output. Proses pengolahan

informasi memerlukan alat pengolah informasi, yaitu

hardware, software, dan brainware.

23
2.3.2 Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen adalah sebuah

sistem/mesin yang terpadu (integral) untuk mengumpulkan,

memproses, menyimpan, menyajikan dan mendistribusikan

informasi guna mendukung fungsi operasi, pengawasan,

manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah

organisasi.

Sistem informasi manajemen (SIM) digambarkan

sebagai sebuah bangunan piramida, lapisan dasarnya

merupakan informasi untuk pengolahan transaksi, lapisan

berikutnya terdiri dari sumber-sumber dalam mendukung

operasi manajemen sehari-hari, lapisan ketiga terdiri sumber

daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan

pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen dan

lapisan puncak terdiri dari sumber informasi untuk mendukung

perencanaan dan perumusan kebijakan oleh tingkat manajemen

puncak (Wijayanti, 2010).

2.3.3 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Manajemen rumah sakit adalah serangkaian kegiatan

manajemen mulai dari tahap perencanaan sampai tahap

evaluasi yang berorientasi pada aspek input (pelanggan, dokter,

sarana, prasarana, peralatan), proses (pelayanan medik) dan

output (kepuasan pasien) (Siagian, 2006).

24
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

merupakan himpunan atau kegiatan dan prosedur yang

terorganisasikan dan saling berkaitan serta saling

ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam

usaha menyajikan info yang akurat, tepat waktu. Selain itu

sistem ini berguna menunjang proses fungsi-fungsi manajemen

dan pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Sistem tersebut, saat ini ditujukan

untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi dari

penampilan kerja rumah sakit antara lain adalah jaminan mutu

pelayanan rumah sakit yang bersangkutan, pengendalian

keuangan dan perbaikan hasil kerja rumah sakit tersebut, kajian

dalam penggunaan dan penaksiran permintaan pelayanan

kesehatan rumah sakit oleh masyarakat, perencanaan dan

evaluasi program rumah sakit, penyempurnaan laporan rumah

sakit serta untuk kepentingan pendidikan dan penelitian

(Sabraguna, 2008).

Bagi suatu orgnisasi, merupakan sumber daya yang

berharga. Berbagai kegiatan operasional dan pengambilan

keputusan tergantung pada informasi yang tersedia. Dukungan

informasi yang memadai dapat mengurangi ketidakpastian dan

resiko pengambilan keputusan yang salah arah.

25
Sistem informasi manajemen di rumah sakit sudah

merupakan kebutuhan untuk membantu pmpinan di rumah sakit

dalam menjalankan fungsi manajemennya. Dengan adanya

pengembangan sistem informasi manajemen dirasakan sebagai

langkah awal dalam pembenahan system manajemen rumah

sakit yang sangat bermnfaat, khususnya dalam akurasi dan

kecepatan informasi keuangan dan medis, teknis serta

mengurangi kebocoran.Sistem informasi manajemen rumah

sakit sebagai salah satu alat manajemen mempunai tujuan

sebagai berikut :

1. identifikasi masalah

2. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

3. meningkatkan kecepatan dan ketepatan pengambilan

keputusan

4. meningkatkan fungsi perencanaan,pemantauan,

pengendalian dan evaluasi organisasi

5. Mengukur, mengendalikan, menganalisa penggunaan

sumber daya dan produktivitas serta memperkirakan

kebutuhan yang akan datang guna meningkatkan efisiensi

dan efektivitas

6. Meningkatkan komunikasi ke dalam maupun ke luar

organisasi

26
7. Penyusunan laporan baik untuk kepentigan internal maupun

eksternal

8. Riset dan Pendidikan

Sistem informasi manajemen juga merupakan alat untuk

mebantu pimpinanan dalam merubah pendekatan terhadap

tugas-tugasnya melalui (Sabraguna, 2008):

1. Transparansi : dengan mengunakan table/chart yang mudah

dibaca, hubungan antar unit menjadi jelas sehingga menjadi

masalah yang perlu di intervensi dapat diidenttifikasi dengan

mudah.

2. Ketepaan: alat ini mendorong para manajer untuk

menggunakan data kuantitatif dalam kegiatan manajemen

sehari-hari. Hal ini merupakan elemen penting dalam

kegiatan pengendalian dan pengukuran pelayanan.

3. Bertanggung jawab : sistem informasi manajemen

memotivasi kepala unit/bidang untuk lebih bertanggung

jawab terhadap unitnya masing-masing, mereka dilibatkan

dalam proses manajemen dan beranggung jawab dan

bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya.

27
2.3.4 Kategori sistem informasi manajemen rumah sakit

Sistem informasi mnajemen rumah sakit pada umumnya

dibagi dalam dua kategori yaitu:

1. Sistem informasi administrasi dan keuangan, meliputi:

informasi tentang penunjang operasional administratif,

perencanaan manajemen, alokasi sumber daya, dan

pengendlian kegiatan-kegiatan.

2. Sistem informasi medis klinis, meliputi: informasi untuk

menunjang kegiatan pelayanan dan asuhan pasien.

2.3.5 Komponen Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Adapun komponen dari sistem informasi manajemen

rumah sakit:

1. Piranti keras (hardware)

Terdiri dari barang-brang yang dapat dilihat, dipegang, yaitu

antara lain: formulir, lat tulis/hitung tangan maupun mesin,

saluran komunikasi dan perangkat pengolahan data

(komputer).

2. Piranti lunak (software)

Terdiri dari uraian tugas dan jabatan, sistem (metode) dan

prosedur-prosedur kerja, pengumpulan data,maupun

program-program yang membuat perangkat computer

bekerja.

28
3. Piranti pikiran (brainware)

Komponen ini terdiri dari manusia yang merancang

menjalakan serta memelihara sistem.

1.3.6 Kegiatan Sistem Manajemen Informasi Rumah Sakit

Adapun kegiatan yang dilakukan pada sistem informasi

manajemen rumah sakit diruang rekam medis (Sabraguna,

2008):

1. kelompok kerja penerimaan pasien rawat jalan dan rawat

inap.

Kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Pengelola loket penerimaan pasien rawat jalan

b. Pelaksana pembuatan dan penyimpan KIUP

c. Pelaksana pelayanan penerimaan pemeliharaan pasien

rawat jalan lama ulangan

d. Pengelola penerimaan pasien rawat inap

e. Pelakssana pelayanan peneriamaan pemeliharaan

pemulangan pasien rawat inap

2. kelompok kerja pengumpul/penyusun dan pemantau rekam

medis.

Kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Pelaksana sensus harian, pasien rawat jalan pada IRJ

dan IGD

29
b. Pelaksana sensus harian pasien rawat jalan

c. Pelaksana sensus harian rawat inap, analisa

pengembalian/pemantau alur berkas rekam medis rawat

jalan dan rawat inap

d. Pelaksana peneliti (analisa) kwantitas dan kualitas rekam

medis

e. Pelaksana penyususnan/perakaitan rekam medis sien

rawa inap

3. Kelompok kerja pengolahan data rekam medis

Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Pelakssana koding (klasifikasi) penyakit pasien rawat

jalan

b. Pelaksana pembuatan kartu indeks pasien rawat jalan

(PPKIRJ)

c. Pelaksana koding (klasifikasi) pnyakit pasien rawat inap

d. Pelaksana pengisian kartu indeks asien rawat inap

e. Merekapitulasi diagnosa pasien rawa inap, rawat jalan

dan IGD

4. Kelompok kerja penyimpanan /pelayanan berkas rekam

medis

Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Pelaksana penyimpanan/pengeluaran berkas rekam

medis

30
b. Pelaksana pelacakan/penyimpanan berkas rekam medis

c. Pelaksana registrasi, expedisi dan rekapitulasi berks

rekam medis pasien rawat jalan ulangan

d. Peginput master bagi yang belum dan dan transaksi atas

seluruh rekam medis yang dikeluarkan

e. Membuat buku peminjaman berkas rekam medis

5. Kelompok kerja publikasi data

Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Pelaksana statistika dan publikasi data

b. Pelaksana penyususn analisa data morbiditas dan

mortalitas rumah sakit

c. Pelaksana medico legal

d. Meneliti hasil visum yang dibuat oleh dokter

e. Pengawas kegiatan statistik

2.4 Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

2.4.1 Defenisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah bagian dari integral dari keseluruhan

sistem kesehatan yang dikembangkan melalui rencana

pembangunan kesehatan. Sehingga pembangunan rumah sakit

tidak lepas dari pembangunan kesehatan, yakni harus sesuai

dengan garis-garis besar haluan negara, Sistem Kesehatan

Nasional dan Repelita dibidang kesehatan serta peraturan

perundang-undangan (Alamsyah, 2011).

31
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat (UU No. 44, 2009).

Organisasi kesehatan dunia (WHO), menjelaskan

mengenai rumah sakit dan peranannya, bahwa rumah sakit

adalah bagian integral dari organisasi sosial dan kesehatan yang

fungsinya adalah untuk menyediakan pelayanan kesehatan

paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarakat, serta

pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau

keluarga di rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat

pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian

bio-medik (Azwar, 2013).

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya

mempercepat derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan terus-menerus

berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Peran tersebut pada

dewasa ini semakin dituntut akibat adanya perubahan-

perubahan epidemiologik penyakit, perubahan struktur

organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

perubahan sosio-ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih

32
efektif, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka

(Hartono, 2010).

2.4.2 Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang–Undang RI No 44 tahun 2009

tentang rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit mempunyai

fungsi sebagai:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.4.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke

dalam berbagai kelompok sesuai tujuannya. Berikut ini sistem

pengelompokan rumah sakit yang paling umum digunakan saat

ini:

33
a. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Akses Pemerintah pada

Rumah Sakit Tertentu.

Rumah sakit terbagi menjadi rumah sakit pemerintah

(community hospital) dan non pemerintah (non community

hospital).

b. Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan

Rumah sakit di bawah kepemilikan kelembagaan atau institusi

dibagi dalam 4 kelompok

1) Pemerintah non federal

2) Non pemerintah nirlaba

3) Rumah sakit yang dimiliki investor

4) Rumah sakit milik pemerintah daerah

c. Klasifikasi Berdasarkan Lama Tinggal

Rumah sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit jangka

pendek dan rumah sakit jangka panjang. Menginap di rumah

sakit dikatakan singkat bila rata-rata tinggal kurang dari 30

hari, sementara rata-rata nasional berada di bawah tujuh hari.

Sedangkan dikatakan lama bila tinggal lebih dari 30 hari.

d. Klasifikasi Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur

Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan

berdasarkan kapasitas tempat tidur: 6 sampai 24 tempat tidur,

25 sampai 49, 50 sampai 99, 100 sampai 199, 200 sampai

299, 300 sampai 399, 400 sampai 499, dan 500 atau lebih.

34
Kategori ini biasanya dikombinasikan dengan pengelompokan

lain misalnya Rumah Sakit Daerah, atau Rumah Sakit

Pendidikan dan Non Pendidikan.

e. Klasifikasi Berdasarkan Akreditasi

Rumah sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit yang

diakreditasi dan yang tidak diakreditasi. Akreditasi merupakan

bukti standar kualitas minimum dari berbagai aspek sudah

terpenuhi. Akreditasi juga merupakan tanda pembeda atas

kualitas pelayanan terhadap pasien yang diberikan oleh

rumah sakit.

f. Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

Rumah sakit berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas

dua jenis, yaitu rumah sakit pendidikan dan rumah sakit non

pendidikan. Rumah sakit pendidikan berpartisipasi dalam

pendidikan para dokter melalui program residensi. Untuk

menjadi rumah sakit pendidikan sepenuhnya, rumah sakit

harus menawarkan dalam batas minimum residensi berikut

ini: kedokteran, pembedahan, kebidanan, dan anak (Azwar,

2013).

2.4.4 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah

diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit A, B, C, dan kelas D.

35
Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan,

ketenagaan, fisik dan peralatan.

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan spesialistik luas dan

subspesialistik.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik

terbatas.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik dasar.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar

(Aitama, 2010).

36
2.5 Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang di Teliti

2.5.1 Motivasi Kerja

1. Pengertian

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh

untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

yang berhubungan dengan lingkungan kerja. (Mangkunegara,

2006).

2. Indikator Motivasi Kerja

Menurut Ishak dan Hendri (2009), manfaat motivasi yang

utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga

produktifitas kerja meningkat. Orang yang termotivasi dalam

bekerja adalah sebagai berikut;

a. Bekerja sesuai dengan standar. Artinya pekerjaan dapat

diselesaikan dengan tepat, dan diselesaikan sesuai standar

yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan.

b. Senang bekerja, yaitu senang melakukan pekerjaannya.

Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang

mendorongnya akan membuat orang senang

mengerjakannya.

c. Merasa berharga, artinya orang yang merasa berharga atau

dihargai karena hal ini terjadi bahwa pekerjaannya itu betul-

betul berharga bagi orang yang termotivasi.

37
d. Bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang

begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang

mereka tetapkan.

e. Sedikit pengawasan.

f. Semangat juang yang tinggi.

3. Prinsip-Prinsip Dalam Motivasi Kerja Pegawai

Beberapa prinsip dalam motivasi kerja pegawai menurut

(Mangkunegara, 2006) antara lain:

a. Prinsip Partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan

kesempatan untuk berpartisipasi dalam menentukan tujuan

yang akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip Komunikasi

Usaha mencapai tugas dengan informasi yang jelas

pegawai akan mudah dimotivasi kerjanya.

c. Prinsip Mengakui Adil Pada Bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai)

mempunyai andil dalam usaha mencapai tujuan. Dengan

pengakuan tersebut pegawai akan dimotivasi kerjanya.

d. Prinsip Pendelegasian Wewenang

Pemimpin akan memberikan otoritas wewenang pada

pegawai bahwa untuk sewaktu-waktu dapat mengambil

keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukan, akan

38
membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi

untuk tujuan yang dihadapkan oleh pemimpin.

e. Prinsip Perhatian

Pemimpin memberikan perhatian apa yang diinginkan

pegawai bawahanya, dan bawahan akan termotivasi kerja

sesuai dengan harapan pemimpin.

4. Tehnik Untuk Meningkatkan Motivasi Kerja

Menurut Thomson dan Strickland yang dikutip oleh

Saudi (2007) Pendekatan yang berhasil untuk meningkatkan

motivasi kerja adalah pendekatan yang sangat berorientasi

pada manusia yang dilakukan pada setiap kesempatan

melalui berbagai cara dan dipratekkan oleh semua orang

disetiap tingkat organisasi. Pendekatan tersebut terdiridari :

a. Menjunjung harga diri pegawai.

b. Mengadakan pelatihan yang lengkap bagi pegawai.

c. Mendorong untuk berinisiatif dan kreatif dalam

melaksanakan tugas.

d. Menetapkan target yang layak dan jelas.

e. Menggunakan pahala dan hukuman sebagai alat untuk

mendorong berprestasi.

f. Membebaniatasan dengan tanggung jawab atas

pengembangan bawahannya.

39
g. Memberi kesempatan pada pegawai untuk berprestasi lebih

tinggi.

Menurut (Sedarmayanti,2005) ada beberapa cara yang

digunakan untuk memotivasi kerja seorang pegawai antara

lain:

a. Memotivasi dengan kekerasan (motivatingbyforce), cara

memotivasi menggunakan ancaman hukuman atau

kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang

harus dilakukan.

b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticemen),

yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi

hadiah agar melakukan sesuatu sesuai dengan harapan

yang memberikan motivasi.

c. Memotivasi dengan identifikasi (motivasi by identification),

yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran

sehinga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan

yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai

tujuan.

2.5.2 Kemampuan Kerja

Kemampuan menunjukkan potensi orang untuk

melaksanakan tugas atau pekerjan. Kemampuan berhubungan

erat dengan kemampuan fisik dan kemampuan mental yang

40
dimiliki orang untuk melaksnakan pekerjaan dan bukan ingin

dilaksanakan.

Kemampuan adalah manifestasi dari pengetahuan dan

kemahiran. Lowler dan Foster menyebutkan kemampuan

adalah karakeristik individual seperti intelegensia, manual skil

yang merupakan kekuatan potensial seseorang untuk berbuat

dan bersifat relatif stabil (Ruky, 2007).

Kemampuan perekam medis dapat diartikan sebagai

pengetahuan dan keterampilan staf rekam medis untuk

melakukan pekerjaan rekam medis. Pengetahuan tentang rekam

medis berhubungan dengan segala sesuatu yang diketahui oleh

staf rekam medis mengenai tugas, fungsi rekam medis,

sedangkan keterampilan tentang rekam medis adalah

berhubungan dengan bagaimana staf rekam medis

mengerjakan rekam medis secara benar (Wirawan, 2010).

41
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Kualitas sumber daya manusia dalam hal ini kemampuan

tenaga medik mempengaruhi pelayanan di Rumah Sakit Pemerintah

maupun swasta. Kualitias sumber daya manusia yang baik akan

meningkatkan produktifitas kerja. Produktivitas kerja bukan semata-

mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya,

melainkan kualitas untuk kerja juga penting di perhatikan.

Sebagaimana di ungkapkan bahwa produktivitas individu dapat dinilai

dan apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya, untuk

mencapai produktifitas kerja yang baik dibutuhkan motivasi untuk

bekerja dari pegawai rekam medik yang ada di RSUD Kota Baubau

yang di tunjanag dengan kemampuan dan keterampilan pegawai

tersebut.

Adapun kerangka konseptual studi Produktivitas kerja Staf

Diruang Rekam Medis Dalam Pelaksanaan Kegiatan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau

dapat di gambarkan sebagai berikut ;

42
Motivasi Kerja

Produktifitas
Kerja
Kemampuan Kerja;
 Pengetahuan
 Keterampilan

Gambar 1. Kerangka konsep Studi Produktivitas Kerja


3.2 Defenisi Konseptual

Penelitian ini akan melihat bagaima gambaran produktifias kerja

staf di ruang rekam medik RSUD Kota BauBau dengan melihat

motivasi kerja dan kemampuan kerja dalam hal ini pengetahuan dan

keterampilan staf :

A. Motivasi kerja adalah, sesuatu dorongan atau semangat yang

berasal dari internal dan eksternal untuk melaksanakan tugas

kegiatan sistem informasi manajemen rumah sakit diruang rekam

medis.

B. Pengetahuan adalahhasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya).

C. Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dengan

cara belajar atau mengikuti kurus atau pelatihan.

D. Produktivitas kerja adalah output dibandingkan dengan input

dimana, output adalah hasil kerja yang dicapai staf rekam medis

43
dari pekerjaan yang harus dilaksanakan dan input adalah

pekerjaan yang harus diselesaikan.

44
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

melalui teknik in-depth interview (wawancara mendalam) dan

observasi.

Peneliti menggunakan desain penelitian ini dengan maksud

untuk mendeskripsikan peristiwa atau pengalaman informan dengan

mengutamakan pandangan dan informasi yang diberikan. Dalam hal

ini, peneliti dapat menjabarkan informasi yang diperoleh dari informan

dan memberikan makna dibaliknya melalui analisis. (Susanto, 2006).

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan

Februari- Maret 2016.

4.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Baubau Sulawesi Tenggara.

4.3 Informan Penelitian

4.3.1 Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Ruangan

Rekam medik Rumah Sakit Umum daerah kota BauBau.

45
4.3.2 Informan Biasa

Informan biasa dalam penelitian ini adalah staf petugas

Rekam Medik Rumah Sakit Umum daerah Kota BauBau.

Informan yang akan diwawancarai, misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang yang diharapkan (Sugiyono, 2011).

Pemilihan sampel/informan menggunakan teknik purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu dalam penentuan informan yang akan

diwawancarai, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu

tentang yang harapkan (Sugiyono, 2011).

4.4 Teknik Penentuan Informan

Untuk menetapkan informan keabsahan data diperoleh

sehingga validitas data tetap terjaga pada penelitian ini digunakan

strategi sebagai berikut::

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber ialah memberikan pertanyaan yang sama

pada orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda untuk

menjawab permasalahan yang sama. Yaitu dilakukan untuk

melihat akurasi informasi yang diperoleh yaitu dengan

membandingkan (Cross check) informasi yang diperoleh dari

informan kunci, informan biasa, dan data sekunder atau hasil

observasi.

46
4.5 Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi,

variabel yang akan di observasi dalam penelitian ini adalah jumlah

staf rekam medik, kondisi ruang rekam medik dan arsip rekam

medic di Rumah Sakit umum Daerah Kota BauBau..

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

mendalam atau in-depth interview dimana dalam pelaksanaannya

lebih bebas. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak

yang diajak wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti

dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

4.6 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam

dengan para informan. Dalam hal ini peneliti menggunakan

pedoman wawancara mendalam dan hal-hal yang perlu ditanyakan

langsung kepada para informan yang dilengkapi dengan tape

recorder dan alat tulis menulis yang telah disusun berdasarkan

tujuan penelitian yang ingin dicapai.

47
2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan kinerja staf rekam

medic di Rumah sakit umum daerah Kota BauBau.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan penyajian data produktifias kerja staf di ruang

rekam medik RSUD Kota BauBau yaitu semua data yang telah

dikumpulkan dilakukan analisis deskriptif kualitatif (gambaran umum)

dan sistesis atas data`ang diperoleh dengan wawancara mendalam.

4.8 Penyajian Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan yang

sudah ditulis dalam catatan lapangan dan dokumentasi disajikan

dalam bentuk dianalisis isi (content analysis) atau naskah yang

disertai penjelasan sesuai pedoman yang ada. Kemudian dibuatkan

matrix data, dari matrix ini kemudian dilakukan pengelompokan

data/informasi.

48
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota


BauBau
1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Kota BauBau
Sejarah RSUD Kota Baubau bermula dari pendirian rumah sakit ini

pada zaman kolonial Belanda yang berlokasi di pusat kota Baubau tepat

di depan Pelabuhan Baubau. Setelah kemerdekaan dan pembentukan

Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 1959, rumah sakit tersebut

kemudian menjadi Rumah Sakit Kabupaten Buton. Pada tahun 1978

Rumah Sakit Kabupaten Buton ditetapkan sebagai Rumah Sakit Type D,

dan selanjutnya sesuai Keputusan Menteri Kesehatan tahun 1997

ditetapkan sebagai Rumah Sakit Type C.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Baubau, maka RSUD Kabupaten

Buton diserahkan kepada Pemerintah Kota Baubau dan berubah nama

menjadi RSUD Kota Baubau. Hal tersebut sejalan dengan penyerahan

aset-aset Pemerintah Kabupaten Buton yang ada di wilayah administratif

Kota Baubau kepada Pemerintah Kota Baubau, termasuk seluruh SDM

yang ada di RSUD Kabupaten Buton tersebut.Pada bulan Agustus tahun

2008 rumah sakit pindah di Palagimata dan beroperasi secara penuh

dengan status kepemilikin oleh Pemerintah Kota Baubau (Profil Rumah

Sakit Umum Palagimata Kota BauBau, 2014).

49
2. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau secara geografis

terletak di Kecamatan Murhum bagian utara diantara 5º47’-5º48’

Lintang Selatan dan 122º59’-122º60’ Bujur Timur, berlokasi di Jalan

Drs. H. La ode Manarfa No.20 Kelurahan Baadia,Kecamatan

Murhum, Kota Baubau, dengan luas tanah 6000 m² dan luas

bangunan 2071,10 m². Dengan lokasi yang sangat strategis dan

dikelilingi oleh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, sosial dan

budaya sehingga sangat potensial untuk pengembangan di masa

mendatang.

RSUD Kota Baubau merupakan rumah sakit rujukan bagi

fasilitas kesehatan yang menjadi milik Pemerintah Kota Baubau

untuk itu keadaan geografis dan demografi RSUD Kota Baubau

digambarkan dari keadaan geografis dan demografi Kota Baubau.

3. Visi, Misi dan Moto Rumah Sakit Umum Daerah Kota BauBau

a. Visi

Menjadikan RSUD Kota Bau-Bau sebagai rumah sakit

yang berkualitas di Kota Bau-Bau dan sekitarnya dengan

mewujudkan pelayanan prima yang professional sesuai

kemampuan sumber daya manusia serta kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi.

50
b. Misi

1) Menyelenggarakan relokasi Rumah Sakit yang representatif

untuk mewujudkan pelayanan prima.

2) Menyempurnakan pengorganisasian yang lebih terarah dan

spesifik.

3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang handal

sebagai ujung tombak pelayanan yang lebih professional,

4) Mempersiapkan Rumah Sakit sebagai badan layanan umum

dan sebagai pusat rujukan kedua di Sulawesi Tenggara

dengan meningkatkan statusnya dari tipe C ke tipe B non

pendidikan.

c. Moto

Moto Rumah Sakit Umum Daerah Kota BauBau yaitu Senyum,

Sapa, Santun.

51
d. Tenaga Sumber Daya Rumah Sakit Umum Kota BauBau

Table 5.1
Distribusi Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota BauBau Tahun 2015
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah No Kualifikasi Pendidikan Jumlah
Tenaga Kesehatan 30 S1 Analis 1
1 Dokter Umum 3 31 Radografer 7
2 Dokter Spesialis Bedah 1 32 D3 Refraksionis Optisien 1
3 Dokter Spesialis Penyakit 2 33 D3 Rekam Medis 4
Dalam 29 D3Teknik Elktromedik 3
4 Dokter Spesialis Kes.Anak 2 30 D3 Analis Kesehatan 5
5 Dokter Spesialis Olagin 4 31 Analis Kesehatan 4
6 Dokter Spesialis Radilogi 1 Jumlah 218
7 Dokter Spesialis Mata 1 Tenaga Non Kesehatan
8 Dokter Spesialis THT 1 32 Sarjana Ekonomi/Akutansi 2
9 Dokter Spesialis Anastesi 1 33 Sarjana Adminitrasi 1
10 Dokter Gigi 4 34 Sarjana Administrasi Publik 1
11 S1 Keperawatan (Ners) 12 35 Sarjana Hukum 2
12 D3 Keperawatan 71 36 Sarjana Komputer 1
13 D3 Anastesi 3 37 SMA 5
14 Pembantu 23 38 SMEA 1
Keperawatan/SPK/SPPM 39 STM 1
15 S2 Kebidanan 1
Jumlah 11
16 S1 Kebidanan/D4 Kebianan 1
Jumlah Seluruhnya 229
17 D3 Kebidanan 15
18 D1 Kebidanan 5 Sumber : Data Base Rumah Sakit Umum
19 Tenaga Perawt 3 Daerah Kota BauBau Tahun 2016
Lainnya/Perawt Gigi
20 Apoteker 6
21 S1Farmasi 5
22 Asisten Apoteker 2
23 S2 Kesehatan Masyarakat 1
24 S1 Kesehatan Masyarakat 8
25 D3 Sanitarian 3
26 D1 Sanitarian 1
27 D3/Gizi 5
28 S1 Fisio Terapis 1
29 D3 Fisio Terapis 7

52
5.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Baubau yang berlangsung selama 2 bulan

yaitu mulai dari tanggal 16 Januari sampai tanggal 16 Maret 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

untuk memperoleh gambaran produktifitas kerja staf rekam medik

yang terdiri dari motivasi kerja dan kemampuan kerja seperti

pengetahuan dan keterampilan. yang dilakukan di Instalasi Rekam

Medik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau tahun 2016.

Peneliti menggunakan teknik in-depth interview (wawancara

mendalam), observasi dan telaah dokumen dalam memperoleh

informasi yang dibutuhkan sesuai dengan pedoman wawancara yang

telah dibuat. Informan dalam penelitian ini ada 5 orang yang terdiri dari

4 informan biasa dan 1 informan kunci. Adapun karakteristik informan

yang terlibat dalam penelitian gambaran produktifitas kerja staf rekam

medic di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau adalah sebagai

berikut :

53
Tabel 5.1
Karakteristik Informan Menurut Umur, Jenis Kelamin, Jabatan, dan
Pendidikan Terakhir Di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Baubau Tahun 2016
Kode Umur Jenis Pendidikan
No Jabatan
Informan (Tahun) Kelamin Terakhir
Kepala Instalasi
1 NL 45 Perempuan S1
Rekam
2 SR 26 Perempuan Staf Rekam Medik D3
3 MNR 25 Perempuan Staf Rekam Medik D3
4 SA 24 Perempuan Staf Rekam Medik D3
5 DR 26 Perempuan Staf Rekam Medik S1
Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen

maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

a. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk

membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang

berhubungan dengan lingkungan kerja misalanya dalam

meningkatkan motivasi kerja pegawai lembaga atau instansi

tertentu memberikan insentif atau penghargaan kepada pegawai.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth interview)

tentang bagaimana pengaruh imbalan/gaji terhadap kegiatan staf

rekam medik dalam menjalankan tugasnya:

“YA. memepengaruhi tapi tidak mudah. Walaupun


terlambat menerima gaji, gaji Tidak mempengaruhi gaji
untuk melaksanakan kegiatan sistem informasi manajemen
direkam medis” (SR, 26 Thn).

54
Informasi juga senada yang diungkapakan Informan biasa

sebagai berikut :

“Ya, saya kira gaji merupakan sesuatu yang erat


kaitannta dengan motivasi kerja meskipun kadang
terlambat terimanya karena kita ini masih pegawai tidak
tetap, sebarapapun besar gajinya saya harus menjalnkan
tugas saya” (SA, 24 Tahun).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap dua informan biasa

bahwa gaji yang diberikan menajemen Rumah Sakit mempengaruhi

kinerka dalam menjalankan tugas di ruang rekam medik meskipun

kadang-kadang gaji yang di terima terlambat di bayarkan namun

tidak mengurangi semangat dalam bekerja staf rekam medik di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau.

Semntara pandangan pegawai terhadap situasi kerja dan

fasilitas yang tersedia dalam melaksanakan kegiatan system

informasi menajemnen di Ruang Rekam Medik di peroleh dari

informan biasa (DR), (MNR) dan informan kunci (NL) :

“Untuk kondisi atau lingkungan kerja saat ini sudah


cukup bagus ya, baik hubungan baik sama teman kerja di
ruang rekam medik maupun di luar rekam medik. Kalau
untuk fasilitas yang ada saat ini sudah cukup memadai
dalam menjalankan tugas karena sudah di lengkapi
komputer dan ruangannya juga cukup luas dalam
menjalankan tugas rekam medik’ (DR, 34 Thn).

“Iya, sudah sangat membantu tugas kami disini”


(MNR, 25 Thn).

55
Hal ini juga di ungkapkan informan kunci sebagai berikut:

“kondisi dan lingkungan kerja saat menurut saya


sudah cukup baik de dari pada tahun-tahun sebelumnya
dengan pengadaan alat-alat yang baru guna menunjang
kinerja staf kami dalam merekap data-data pasien yang
berkunjung di Rumah Sakit” (NL, 45 Thn).

Berdasrkan wawancara diketahui bahwa kondisi kerja sudah

cukup baik dilihat dari hubungan antar pegawai dan pegawai

lainnya di luar rekam medik. Sementara fasilitas yang tersedia

untuk kegiatan rekam medik. sudah cukup baik dan memadai

dengan pengadaan alat-alat baru guna menunjang kinerja staf

rekam medik.

Sementara penjelasan mengenai pengakuan dan

penghargaan yang terima staf melaksanakan sistemn informasi

menajemen di ruang rekam medik di peroleh dari infoman biasa

dan informan kunci sebagai berikut :

“Pengakuannya baik, kalau penghargaan cukup di


hargai “ (MNR, 25 Thn)
“Istilahnya pimpinan menyerahkan tanggung jawab
apa semaksimal saya bisa kerjakan, saya kerjakan”(DR, 34
Thn)

Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan informan

kunci sebagai berikut :

“untuk pengakuan ya harus ada apabila kinerjanya


baik kalau kinerjanya buruk pasti di tegur, setiap staf di
ruang rekam medik ya pasti di hargai dengan kinerja yang
telah di berikan” (NL, 45 Thn).

Berdasarkan hasil wawancara diatas tentang pengakuan dan

penghargaan dalam menajalankan kinerja di ruang rekam medik di

56
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau dilihat dari segi

pengakuan yang diberikan tentu ada sementara penghargan yang

diberikan cukup dengan saling menghargai kinerja bukan dalam

bentuk barang penghargaan yang diberikan.

Penjelasan mengenai perkembangan karir yang diberikan

pihak Rumah Sakit terhadap staf rekam medik di peroleh dari

informan kunci dan Informan biasa :

“Perkembangan karir pasti ada untuk staf yang PNS,


sementara dalam menajalankan tugasnya baik staf PNS
atau Non PNS harus dikerjakan tugasnya masing yang
merupakan tanggung jawabnya” (NL, 45 Thn).

Selain dari informan kunci di peroleh juga dari informan biasa

“jika berbicara mengenai perkembangan karir pasti


mau ya, tapi itukan sesuai nanti keputusan menajemen
Rumah Sakit jika kerja saya baik insha allah di
pertimbangakan jika tetap disini tetap tugas saya akan
kerjakan dengan baik” (DR, 34 Thn).

Berdasarkan wawancara di atas mengenai perkembanagn

karir yang diberikan pihak Rumah Sakit kepada staf rekam medik

informasi yang diperoleh dari informan kunci dan informan biasa

sangat berkaitan dimana bahawa perkembangan karir pasti ada

apalagi staf yang sudah PNS.

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah mencakup ingatan akan hal-hal yang

pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan yang meliputi fakta,

57
faedah, prinsip dan metode yang diketahui. Pengetahuan disimpan

dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan

mengingat (Recall) atau mengenal kembali (recognitioin).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth interview)

tentang pengetahuan staf rekam medik dalam membuat print out

registrasi pasien rawat jalan baru dan lama di peroleh dari infroman

biasa :

“Untuk pembuatan print out registrasi pasein rawat


jalan maupun rawat inap telah di data base komputer
rekam medik nanti nanti print out ini di isi dengan data-data
pasien yang rawat jalan maupun rawat inap (MNR, 25 Thn)

Informasi yang serupa juga di peroleh dari informan biasa:

“Untuk registrasi print outnya telah ada di sesuaikan


dengan data-data kependudukan pasien mislanya
namanya, jenis kelamin, umur dan registarsi tersebut telah
ada di database kompueter (SA, 24 Thn).

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pembuatan print

out registrasi pasien rawat jalan maupun rawat inap di sesuaikan

dengan data data kependudukan yang telah ada dan di dalamnya

telah ada diagnose penyakit yang di derita yang telah tersimpan di

data base komputer jadi staf rekam medik tinggal memprint out

saja.

Sementara penjelasan menganai pengetahuan staf rekam

medik tentang cara bagaimana membuat print out KIUP di peroleh

dari informan biasa:

58
“Pembuatan/penyimpananPrin-out KIUP sesuai
program yang telah ada di komputer. Semntara untuk
menyusun dan menyimpan KIUP sesuai dengan huruf
abjad agar mudah di cari nanti (SR, 26 Thn).

Informasi cara pembuatan print out KIUP diperoleh juga dari

informan biasa :

“Pembuatan KIUP sesuai dengan program yang ada di


komputer dan penyusnan sesuai abjad (MNR, 25 thn).

Berdasarkan hasil wawancara mengenai cara membuat print

out KIUP sudah ada program di komputer dan di sesuaikan saja

kemudian dalam menyimpan data-data pasien di susun berdarkan

abjad agar mudah di cari bila kedepannya di butuhkan untuk

keperluan pasien.

Penjelasan mengenai cara untuk menerima atau meneliti

pasien rawat inap/jalan sesuai dengan aturan yang berlaku di

Rumah Sakit di peroleh dari informan biasa:

“sepengetahuan saya untuk menerima pasien rawat


jalan ataupun rawat inap tanpa ada perjanjian pasien yang
ingi berobat tinggal dating di Rmuah sakit dan mendaftar di
Loket di cek berkas-berkas yang diperlukan (SR, 26 Thn).

Informasi juga di peroleh dari informan biasa mengenai cara

menerima pasien rawat jalan/rawat inap:

“pasien baik rawat jalan/rawat inap yang dating berobat


mendaftar di loket di periksa berkas-berkas seperti: rujukan,
askes atau jaminan kesehatan kemudian di catat rekam medis,
nomor pasien , poliklinik yang di rujuk” (DR, 34 Thn).

Berdasarkan hasil wawancara mengenai cara menerima dan

meneliti pasien rawat jalan/inap di Rumah Sakit Umum Daerah

59
Kota Baubau sudah ada SOP dimana pasien harus mendaftar dulu

di loket kemudain di periksa berkas-berkasnya dan di catat rekam

mediknya.

Penjelasan mengenai cara untuk menganalisa keelengkapan

isi sensus harian pasien rawat jalan/inap di peroleh dari infroman

biasa:

“menganalisa sensus harian pasien sangat penting,


hal-hal yang perlu dilakukan yaitu menganalisis data
pasien rawat jalan maupun rawat inap dimana perawat dan
bidan sangat dibutuhkan dalam kelengkapan isi sensus
harian pasien’ (DR, 34 Thn).

Informasi juga diperoleh dari informan biasa tentang cara

menganalisis sensus harian pasien:

“ dalam menganlisa sensus harian harus data-data


pasien harus lengkap sehingga mudah di analis sesuai
dengan SOP yang berlaku”

Berdasarkan hasil wawancara diatas terhadap dua

informan mengenani cara menganalisis isi sensus harian pasien

rawat jalan dan rawat inap dimana pernyataan dari kedua informan

ini tidak jauh berbeda dimana untuk menganalisis isi sensus harian

pasien data-data pasien harus lengkap.

c. Keterampilan

Keterampilan merupakan kemampuan seorang staf rekam

medic dalam membuat laporan atau menyusun data-data pasien

secara lengkap dan benar.

60
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth interview)

tentang keterampilan staf rekam medik dalam membuat print out

registrasi pasien rawat jalan baru dan lama di peroleh dari infroman

biasa :

“dalam membuat print out registrasi pasien baru dan


lama telah ada contohnya tinggal kita ikuti saja sesuai yang
ada di database komputer” (SR, 26 Thn).

Informasi yang sama juga diperoleh dari informan biasa yang

mengatakan”

“Print out registrasi pasien rawat jalan dibuat di


sesuaikan dengan format yang telah ada sesuai prosedur
rekam medik” (DR, 34 Thn).

Penjelasan mengenai keterampialn staf rekam medik dalam

membuat print out KIUP di peroleh dari informan biasa :

“Untuk KIUP itu formatnya sudah ada di komputer


namun untuk print outnya harus di print secara berkala
sesuai SOP yang ada Rumah Sakit dan Rekam medi.”( DR,
34 Thn).

Informasi serupa juga di peroleh dari informan kunci dimana

di jelaskan bawhwa:

“KIUP formatnya telah ada di data komputer rekam


medik dan diisi sesuai dengan data pasien untuk print
outnya harus di print sesuai dengan SOP yang berlaku
utnuk mengantisipasi komputer bermasalah dan hasil print
out di bukakan dan nanti bias di gunakan sebagai indeks
pasien” (NL, 45 Thn).

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas bahwa

keterampilan petugas dalam membuat print out KIUP tinggal

61
mengikuti format yang ada dalam database komputer kemudian di

print out sebagai arsip jika suatu saat di butuhkan sebagai indeks

pasien.

Penjelsan mengenai keterampilan staf rekam medik untuk

menganalisa keelengkapan isi sensus harian di peroleh dari

informan biasa:

“Keterampilan kami yaitu sesuai pengarahan dan


standar kompeten yang ada” (SR, 26 Thn).
Informasi serupa juga di peroleh dari informan kunci dimana

di jelaskan bawhwa:

“Untuk mneganalisa sensus harian sesuai dengan


pedoman pelayanan rekam medik “ (MNR, 25 Thn).
Berdasarkan infromasi yang dijelaskan informan biasa

tentang keterampilan dalam menganalisa isi sensus harian di ruang

rekam medik harus sesuai dengan pengarahan dan kompoten

masing-masing yang merujuk pada pedoman pelayanan rekam

medic yang berlaku secara nasional.

Penjelasan mengenai keterampilan staf untuk menyatakan

bahwa sensus harian itu salah dan harus dikembalikan dan untuk

diperbaiki di peroleh dari informan biasa:

“Melalui pemeriksaan dan sesuai prosedur yang ada.


Kalau tidak rekap dikembalikan keruangan” (SR, 26 Thn).
Informasi serupa juga di peroleh dari informasi biasa yang

menjelaskan bahwa:

62
“apabila sensus harian salah dan telah di periksa maka
harus di kembalikan untuk di perbaiki sesuai dengan prosedur
yang ada” (DR, 34 Thn).
Berdarakan hasil wawancara diatas sudah cukup jelas dari

dua informan yang memberikan informasi bahwa apabila sensus

harian salah harus di kembalikan dan di perbaiki sesuai dengan

ketentuan yang ada di Rumah Sakit.

Penjelasan mengenai penanganan apabila ada data pasien

yang tidak lengkap di jelaskan oleh informan biasa:

“Kalau ada data pasien yang tidak lengkap


dikembalikan dimana yang harus dilengkapi. misalnya ada
data pasien yang tidak lengkap diruang perawatan maka
berkas dikembalikan diruang perawatan untuk dilegkapi”
(MNR, 25 Thn).

Informasi yang sama juga di peroleh dari informan biasa

yangmentakan :

“Dikembalikan keruang perawatan”

Berdasarkan dari hasil wawancara mengenai apabila data

pasien tidak lengkap harus di kembalikan untuk di lengkapi

misalnya pasien dari ruang perawatan maka data tersebut harus di

kembalikan ke ruang perwatan.

d. Produktifitas Kerja

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai pengaruh

antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan

masukan yang sebenarnya.

63
Berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth interview)

tentang kegiatan yang dilakukan staf rekam medik setiap hari

peroleh dari infroman biasa :

“saya bagian pelaporan, indeks penyakit rawat inap,


morbiditas rawat inap, laporan bulanan tahunan, SIMRS,
SIMRS Online dan kalau ada penelitian saya diruang
penelitian”(DR, 34 Thn).
“Pengontrolan laporan sensus harian rawat inap dan s
cxpenginputan berkas rawat jalan” (SR, 26 Thn).

Informasi kegitan yang di lakukan di rekam medik di peroleh

juga dari informan kunci :

“Kegiatan diruang rekan medis itukan di mulai dari


penerimaan sampai penyimpanan dan itu sudah ada orang-
orangnya. Kita hanya mengkoordinasi 4 orang yang
bekerja. Kita hanya mengkoordinir semua kegiatan yang
ada. Mulai dari penerimaan pasien,analisi, pengkodingan
semua sudah ada orangnya. Selain itu juga mengambil
kebijakan misalnya dalan pengkodingan tidak ada
orangnya itu nanti saya tentukan siapa yang bisa ganti
untuk mencegah agar pekerjaan tidak menumpuk.” (NL, 45
Thn).
Berdarakna dari hasil wawancara mengenai kegiatan yang

dilakukan setiap hari di ruang rekam medik setiap staf memiliki

tugas masing-masing namun di koordinasi kepala ruangan rekam

medik.

Penjelasan mengenai suasana kerja yang dirasakan staf

rekam medik di peroleh dari informan biasa:

“Susana kerja disini saya rasa sangat baik, kami


saling menghormati pokoknya suasananya nyaman” (MNR,
25)
“Susanan kerja yang saya rasakan selam ini baik”
(SA, 24 thn).

64
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa Susana kerja

yang di rasakan staf rekam medik sudah cukup baik dengan saling

menghargai dan menjalankan tugas masing-masing.

Penjelsan mengenai kontribusi staf rekam medik yang

diberikan di peroleh dari informan biasa :

“pasti ada kontribusi, namnya juga kita kerja pasti


adasuatu manfaat bagi rekam medik, selama saya kerja
disini kurang lebih 5 tahun kontribusi saya yaitu
mngerjakan tugas dengan baik sesui dengan tanggung
jawab saya” (DR, 34 thn).
Informasi di peroleh juga senada dengan penjelasn informan

biasa MNR:

“kalau untuk kontribusi yang saya berikan dengan


kerja yang baik sesuai tugas masing-masing yang
diberikan”(MNR, 25 Thn).
Berdasrkan hasil wawancara mengenai kontribusi yang

diberikan staf rekam medik menyatakan bahwa kontribusi yang

diberikan pasti ada sesuai dengan tugas dan tanggung jawab

masing-masing staf rekam medik.

Penjelasan mengenai motivasi yang diberikan atasan untuk

meingkatkan kinerja di peroleh dari informan biasa:

“Motivasinya berupa jasa. Selain dari jasa yaitu waktu


yang berupa kedisiplinan. Biasanya masuk jam 7.30 sudah
harus ada di tempat.” (26 thn).
“Bentuk motivasinya yaitu berupa semangat. Agar kita
kerjanya lebih bertanggung jawab dan professional.” (SA,
24 Thun).

65
Informasi juga di peroleh dari informan kunci tentang

motivasi yang di berikan kepada stafnya:

“Kalau dia bekerja tepat waktu kita kasih apresiasi.


Kalau ada pelatihan oarang-oranf yang bekerja itu kita
kasih pelatihan. Tapi kalau tidak kasih target kita kasih
teguran” (NL, 45 Thn).

Berdasarkan informasi dari wawancara mengenai motivasi

yang diberikan atsan kepada staf rekam medic bahwa informasi

dari informan biasa dan informan kunci berkaitan bahwa dalam

memotivasi berupa kedisipilan dan bekerja tepat waktu dan apabila

kerjanya baik di apresiasi sehingga dapat meningkatkan

produktifitas kerja staf rekam medik.

Penjelasan mengenai kendala dalam menjalankan tugas

rekam medic di peroleh dari informan biasa:

“Biasa-biasa n saja. sejauh ini tidak ada kendala


ataupun masalah” (SA, 24 Thn).
“Insyaallah tidak. Kalau kendala berhubungan dengan
instalasi lain. bukan dari saya sendiri. Kalau berhubungan
dengan keterlambatan laporan nantinya berimbas juga
saya menginput laporan” (DR, 34 Thn).

“Sejauh ini kendalanya tidak ada karena jaringannya


sudah mulai bagus. Jadi tidak ada” (MNR, 25 Thn).
Informasi tentang kendala juga di peroleh dari informan kunci

yang menjelaskan bahwa:

“Sejauh ini tidak ada kendala. karena semua mau


mengikut.” (NL, 45 Thn).

66
Berdasarkan hasil wawancara mengenai kendala yang di

temui dalam menjalankan rekam medik yang diperoleh dari

informan biasa menyatakan dalam menjalankan tugas tidak ada

kendala hal ini sejalan yang di jelaskan informan kunci bahwa

dalam menjalankan tugas rekam medic tidak ada kendala karena

semua mau ngikut.

5.3 Pembahasan

a. Motivasi Kerja

Motivasi kerja pada penelitian ini adalah sesuatu yang dapat

menimbulkan semangat bagi tenaga perawat, seperti Insentif (imbalan

tambahan), dukungan rekan kerja terhadap setiap pelaksanaan tugas,

kondisi di ruang perawatan dan penghargaan atas prestasi kerja yang

telah dicapai

DAFTAR PUSTAKA

67
Aditama, Tjandra Yoga. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit.
Cetaka Ketiga. Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta
Alamsyah Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Cetakan
Kedua. Muha Medika: Yogjakarta
Armen A. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Informasi Rumah Sakit. Cetakan
Pertama. Gosyen Publishing: Yogyakarta.
Azwar, A., 2013, Pengantar Administrasi Kesehatan:Jilid 3. Jakarta :
Binarupa Askara.
Azhar, Z,.2014. Menajeman Sumber Daya Rumah Sakit. Andi:Yogyakarta.
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik. 2006. Pedoman

Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Di

Indonesia Rrevisi II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Gaol, Chr. Jimmy L. 2008. Sistem Informasi Manajemen Pemahaman Dan

Aplikasi. Jakarta:Grasindo

Hartono Bambang. 2010. Manajemen Pemasaran untuk Rumah Sakit.


Cetakan Pertama. Rineka Cipta: Jakarta.
Ishak A dan Hendri T, 2009, Manajemen Motivasi, grafindo, Jakarta.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif

dan Kuantitatif). Jakarta : Gaung Persada Press

Kementrian Kesehatan. 2008. Permenkes No 269/Menkes/Per/XII/2008

tentang Rekam Medis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia

Laudon, Kenneth C. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:

Salemba Empat

Mangkunegara, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,


PT.Remaja Rasdakarya, Bandung.

68
Sabarguna ,2008. Isistem Informasi Menajemn Rumah Sakit, Sagung
Seto. Jakarta.

Siagian P,S. 2006 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Edisi

Revisi, Bumi Aksara:Jakarta.

Sinungan, 2005,Manajemen Sumber Daya Manusia (Dasar dan Kunci


Keberhasilan), CV. Haji Masagung, Jakarta.
Ruky,A.S,2007,Sistem Manajemen Kerja,Gramedia Pustaka

Utama,Jakarta

Saudi. 2007, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, BPFE,


Yogyakarta.
Sedarmayanti, S, 2005. SDM dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju

Bandung.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&O. Alfabeta.

Bandung

Susanto,M. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta: Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit.
Yusriani dan Fairus. 2012. Modul Analisis Kualitatif. UMI Makassar

Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi,


dan Penelitian. Salemba Empat, Jakarta.
Wijayanti, Irene. 2012. Sisitim Informasi Menjemen. Nuha
Medika:Yogyakarta

69

También podría gustarte