Está en la página 1de 40

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….3

1. Latar Belakang……………………………………………....3
2. Ruang Lingkup………………………………………………4
3. Tujuan Penulisan…………………………………………….4
4. Metode Penulisan……………………………………………4
5. Sistematika Penulisan………………………………………..5

BAB II TINJAUAN TEORITIS……………………………………….6

1. Pengertian……………………………………………………6
2. Anatomi dan Fisiologi……………………………………….6
3. Klasifikasi……………………………………………………8
4. Etiologi………………………………………………………9
5. Patofisiologi………………………………………………….9
6. Factor predisposisi……………………………………………10
7. Pemeriksaan penunjang………………………………………11
8. Penatalaksanaan………………………………………………11
9. Konsep dasar asuhan keperawatan…………………………...12
10. Analisa data…………………………………………………..16
11. Diagnose keperawatan……………………………………….17
12. Perencanaan………………………………………………….18
13. Implementasi…………………………………………………19
14. Evaluasi………………………………………………………19

BAB III TINJAUA KASUS………………………………………………20

1. Pengakajian…………………………………………………..20
2. Pemeriksaan fisik…………………………………………….22
3. Pola aktivitas………………………………………………….24
4. Pemeriksaan penunjang………………………………………26
5. Analisa data…………………………………………………..27
6. Diagnose keperawatan……………………………………….28
7. Perencanaan…………………………………………………..29
8. Implementasi…………………………………………………31
9. Evaluasi……………………………………………………....33

1
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………39

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………….40
2. Saran…………………………………………………...............40

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan


penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI
menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan
cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat,
mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana
penanggulangan hipertensi.

Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian,
dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit
jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas
2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden
komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-
laki (48%).

Demikian pernyataan Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of


Hipertension (InaSH) Dr. Adre Mayza, Sp.S(K) saat Pers Conference The 3rd Scientific
Meeting on Hypertension, Sabtu, 28 Februari 2009, Hotel Ritz Carlton Jakarta. Prevalensi
hipertensi yang tinggi terdapat baik pada populasi laki-laki maupun perempuan, di perkotaan
ataupun di pedesaan, dimana semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya atau
bertambahnya usia kemungkinan terkena hipertensi juga menjadi lebih besar. Dr. Adre Mayza
mengatakan, untuk menanggulangi masalah hipertensi yang semakin meningkat, Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (InaSH) yang terdiri dari para dokter spesialis mengadakan pertemuan
rutin tahunan untuk membuat Konsensus (berupa buku saku) Penanggulangan Hipertensi dan
meningkatkan kemampuan dokter umum dalam penanggulangan hipertensi. Pertemuan kali ini
merupakan ketiga kalinya yang dihadiri oleh sekitar 1700 orang dari seluruh Indonesia. Tema
pertemuan ini adalah “Menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit
kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup sebagai sasaran utama pengelolaan
hipertensi”, tambah Dr. Adre Mayza. Menurut Dr. Adre Mayza, InaSH telah bekerjasama
dengan Departemen Kesehatan RI untuk membangun sistem penanggulangan hipertensi yang
terintegrasi secara holistik dari berbagai tingkat pelayanan dan berbagai bidang spesialisasi.
Selain itu, InaSH juga akan membuat pelatihan bagi dokter umum dalam mendiagnosis
hipertensi yang benar, membuat laporan, melakukan penelitian-penelitian dalam skala kecil
maupun besar yang akan menjadi kredit poin untuk meningkatkan karir atau melanjutkan
pendidikan.

Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat bahwa hipertensi
masih memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan keikutsertaan klien dan
keluarga sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk
itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap
klien dengan “hipertensi” yang tersusun sebagai karya tulis/makalah dengan judul “Asuhan
keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di
Ruangan Melati YARSI Daerah Kabupaten Tasikmalaya”.

3
1. B. Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada klien
Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI
tasikmalaya meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi, dan evaluasi.

1. C. Tujuan Penulisan
2. 1. Tujuan umum

Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual

1. 2. Tujuan khusus

Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa


mampu:

1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem


kardiovaskular: hipertensi
2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan
masalah yang diprioritaskan.
4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah
diprioritaskan.
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada
klien hipertensi.
6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan studi
kasus/ penerapan di lapangan.
1. D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang
memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui
proses keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan
informasi dengan cara:

1. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk
mendapatkan data subjektif dari klien.

1. Studi Dokumentasi

Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan,
catatan dokter, dan tim kesehatan lain.

1. Studi Kepustakaan

4
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit
maupun konsep asuhan keperawatan.

1. Observasi

Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati langsung
perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serat mencatat hal-hal penting
termasuk pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan fisik meliputi:

 Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka,
ada tidaknya hematom, dan lain-lain.
 Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada masa
atau tidak.
 Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan
menggunakan reflek hammer.
 Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan dengan
menggunakan stetoskop.

1. E. Sistematika Penulisan

Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 5 Bab, yang terdiri dari:

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari definisi, anatomi
dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan konsep
dasar asuhan keperawatan.

Bab III : Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari
pengakajian, dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Bab IV : Pembahasan, yaitu berisi tentang kesenjanagn dari hasil yang didapatkan di
lapangan dengan teori yang ada, meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan keperawatan
pada klien Ny. U dengan gangguansistem kardiovaskular : hipertensi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. A. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan
darah diastolik 90 mmHg atau lebih.

1. B. Anatomi dan Fisiologi hipertensi


2. 1. Anatomi
1. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paru-
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

1. Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

6
 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
“vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:

 Aktivitas memompa jantung berkurang


 Arteri mengalami pelebaran
 Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.


Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi
ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis).

Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

 Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
 Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
 Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.

1. Arteriol

7
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat

1. Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol
ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.

1. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan

1. Vena dan venul

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.

1. 2. Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)

1. C. Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis

Klasifikasi Hipertensi hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Systole (mmHg) Dan/atau Diastole(mmHg)


Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 >=160 Atau >=100
Hipertensi sistol >=140 Atau <90
terisolasi

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian,


gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.

8
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:

 Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg


 Sakit kepala
 Epistaksis
 Pusing / migrain
 Rasa berat ditengkuk
 Sukar tidur
 Mata berkunang kunang
 Lemah dan lelah
 Muka pucat
 Suhu tubuh rendah

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

1. D. Etiologi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan
darah meningkat.
o Stress Lingkungan.

Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh
darah

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga


hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na. Peningkatan Na dan Ca intraseluler
dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti: obesitas, alkohol, merokok serta
polisitemia.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

9
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

1. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab


spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal. Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromusitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.

1. F. Faktor Predisposisi
2. Factor yang tidak dapat diubah

 Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.

1. Factor yang dapat diubah

10
 Hipertensi, Dm, hiperurisemia, merokok, pnyalahgunaan alcohol dan obat, kontrasepsi
oral, Ht meningakat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.

1. G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laborat
1. i. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2. ii. BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
3. iii. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
4. iv. Urinalisa : darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.

1. H. Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan Non Farmakologis


o Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
o Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
o Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin
angitensin.

11
1. I. Konsep dasar asuhan keperawatan
2. 1. Proses keperawatan

Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal
ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan
dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

1) Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no.
medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.

b) Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari
keluhan utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:

P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.

Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.

Q = Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.

R = region; yaitu lokasi keluhan utama.

Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala

S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau
tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.

12
T = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit
jantung, stroke, dan lain-lain.

e) Aspek psikologis

Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang
labil.

f) Aspek Sosial

Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih
bisa melakukan aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.

g) Aspek spiritual

Pada aspek ini, ditemukan adanya keterbatasan melakukan aktivitas keagamaan.

1. 2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi:

1. Keadaan umum

 Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-XII
)gangguan penlihatan, gangguan ingatan
 Mengkaji tanda-tanda vital

Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi,
susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan
kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya
melebihi batas normal.

Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut:

13
Umur Suhu Nadi Pernafasan TD
18th/lebih 37,0oC 70-75x/mnt 15-20x/mnt 120/80 mmHg
65th /lebih 36,0oC 70-75x/mnt 15-20x/mnt 140/90 mmHg

GCS (glaslow coma scale):

Respon membuka:

 Spontan 4
 Berdasarkan perintah verbal 3
 Berdasarka rangsangan nyeri 2
 Tidak member respon 1

Respon motorik:

 Menurut perintah 6
 Melikalisir rangsangan nyeri 5
 Menarik/berlawanan rangsangan nyeri 4
 Fleksi abnormal (terhadap nyeri) 3
 Ekstensi (terhadap nyeri) 2
 Tidak member respon 1

Respon verbal:

 Orientasi baik 5
 Konversi kacau (bicara bingung) 4
 Kata-kata kacau (tidak sesuai) 3
 Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2
 Tidak memberikan respon 1

NILAI:

15 : Compos mentis

12-14 : Somnolen

8-11 : Soporus

3-7 : Coma

1. System pengindraan (penglihatan)

Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan
yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah
yang pernah dikenali dengan baik.

14
1. System penciuman

Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.

1. System pernafasan

Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)

1. System kardiovaskular

Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.

1. System pencernaan

Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.

1. System urinaria

Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.

1. System persarafan

 Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)


 Nevrus II Optic (penglihatan)
 Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)
 Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)
 Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)
 Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
 Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
 Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
 Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)
 Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
 Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
 Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)

1. System musculoskeletal

Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan
untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.

1. System integument

Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.

1. J. Analisa data

No. Data focus Etiologi Masalah

15
1. DS: Medulla Peningkatan
tekanan darah
– Riwayat Saraf simpatis
hipertensi
Ganglia simpatis
– Ateroskelosis
Tekanan darah
– Penyakit jantung
koroner/katup dan Kontriksi
penyakit serebrovaskular
Peningkatan tekanan darah
– Epsodepalpitasi

– Perpirasi

DO:

– Kenaikan TD
2. DS: Peningkatan CO Intoleransi
aktivitas
– Kelemahan Peningkatan afterload

– Letih Frekuensi jantung meningkat

– Nafas pendek Kelelahan

– Gaya hidup Tachipnea


monoton
Aktivitas terhambat
DO:

– Frekuensi jantung
meningkat

– Perubahan irama
jantung

– Takipnea
3. DS: Saraf simpatis Gangguan rasa
nyaman:
– Keluhan Ach nyeri(sakit) kepala
pusing/pening, berdenyut
Saraf pasca ganglion
– Sakit kepala
suboksipital Aorepinefrine

– Gangguan Konriksi
penglihatan
Sakit kepala

16
DO:

– Perubahan
keterjagaan

– Afek

– Orientasi

– Proses piker
4. DS: Ginjal/rennin Potensial
perubahan perfusi
– Gangguan ginjal Angiotention I jaringan
(infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit gnjal Angiotension II
sebelumnnya)
Aldosteron
DO:
Retersi Na dan
– Gangguan pola H2O
eliminasi
Intravascular

Perubahan perfusi jaringan

1. K. Diagnosa keperawatan
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
1. L. Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

17
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :

o Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter


:frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD,
dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,pusig atau
pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress,
aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).
o Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan
perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).
o Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang
ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada kerja
jantung).
o Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen).
o Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti jadwal
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).

Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :

o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan


o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
o Batasi aktivitas.
o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.

18
o Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
o Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.

Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-
nilai laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :

o Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.


o Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
o Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
o Amati adanya hipotensi mendadak.
o Ukur masukan dan pengeluaran.
o Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
o Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

1. M. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang
muncul.

1. N. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau
respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan
pasien.

BAB III

19
TINJAUAN KASUS

1. A. Pengkajian
2. a. Identitas klien

Nama : Ny. U

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Alamat : kecamatan singkil – Manado

Tempat /Ruangan : Poli lansia / Puskesmas kombos

Dx. Medis : hipertensi

Tanggal masuk : 08 April 2006 jam 12.00 WIB

Tanggal pengkajian : 08 April 2006 jam 14.00 WIB

1. b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. E

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Kombos timur - Manado

Hubungan dengan klien : anak

1. c. Keluhan utama

Pusing / sakit kepala

20
1. d. Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa
saat kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu.
Kemudian sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan
mengguanakan air dingin. Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga
klien dibawa ke UGD YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada
saat dikaji jam 10.00 WIB keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bias
tidur karena sakit kepala yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama
dirawat klien agak terbatas memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian
oleh keluarga.

1. e. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia
klien 55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat
pengukur tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan
darahnya 170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak
teratur.

1. f. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan
di keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma
dan lain-lain.

1. g. Aspek psikologis

keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.

1. h. Aspek social

Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya selama
di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang
menjenguknya,

1. i. Aspek spiritual

Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit.

1. B. Pemeriksaan fisik
2. a. Pemeriksaan umum

– Keadaan umum : lemah

21
– Kesadaran : compos mentis

Nilai GCS : 15

Respon membuka :4

Respon motorik :6

Repon verbal :5

– TD : 180/100 mmHg

– R : 25x/menit

– N : 85x/menit

– S : 36oC

1. b. System pengindraan

1) Sistem penglihatan

Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan
cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.

Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.

2) System pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.

3) System penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan
tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.

4) System pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

22
5) System integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.

6) System pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal,
jumlah gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26,
mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.

7) System pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor
pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8) System kardiovaskuler

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis,
tidak ada bunyi tambahan.

9) System perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra
pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.

10) System persarafan

N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih

N2 (optikus) : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan,

N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena
cahaya)

N4 (trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.

23
N5 (trigeminus) : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup
secara simetris

N6 (abdusen) : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.

N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.

N8 (cochlealis) : pendengaran baik.

N9 (glosopharingeus) : ada reflek menelan.

N10 (vagus) : kemampuan menelan baik.

N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.

N12 (hipoglosus) : pergerakan lidah normal.

11) System musculoskeletal

Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada
luka.

1. C. Kebiasaan sehari-hari

ADL(Activity Daily
No. Sebelum Masuk RS Di RS
Living)
1. Nutrisi 3x/hari Kalori

1. Makan Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, Diet rendah garam


tempe, dll) 1.500 kall/hari
– Frekuensi
Tidak Ada
– Jenis
6-7 gls/hari
– Porsi/Jumlah
± 1.500 – 1.750 ml/hari
– Makanan
pantangan

1. Minum

– Frekuensi

24
– Jumlah
2. Eliminasi 1-2 x/hari 1 x/hari

1. BAB Lembek Lembek

– Frekuensi 1
/2 -1 cc/kg berat badan/jam Tidak tentu

– Konsistensi ± 900 – 1.000 ml/hari ± 900 – 1.000


ml/hari
1. BAK Jernih
Jernih
– Frekuensi Tidak
Ya
– Jumlah urine
output

– Warna

– Terpasang kateter
3. Istirahat Tidur 21.00 – 05.00 WIB 21.00 – 05.00 WIB

– Waktu Tidur : 12.00 – 13.00 WIB 11.30 – 13.30 WIB


Malam
± 8 jam ± 8 jam
Siang
± 1 jam ± 2 jam
– Lama Tidur :
Malam Tidak Tidak

Siang

– Masalah tidur
4. Personal Hygiene 2x sehari 2x sehari

1. Mandi Ya Ya

– Frekuensi Sendiri Sendiri

– Penggunaan 2x sehari Tidak


Sabun
Ya Tidak
– Cara
Sendiri –
1. Oral Hygiene
2x Seminggu Belum cuci rambut
– Frekuensi
Ya –

25
– Penggunaan pasta Sendiri –
gigi
Tidak tentu Tidak tentu
– Cara melakukan
sendiri –
1. Pemeliharaan
Rambut

– Frekuensi

– Penggunaan
shampoo

– Cara melakukan

1. Pemeliharaan
Kuku

– Frekuensi

– Cara melakukan
5. Aktivitas Klien mengatakan mulai Klien melakukan
beraktivitas pada jam 05.30 – aktivitasnya Sendiri
16.30 WIB sebagai Petani

1. D. Pemeriksaan penunjang
2. a. Laboratorium 08-04-2011

Hb = 11,5 gr/dl (13,5 – 18 gr/dl)

L = 5.900/mm3 (4.500 – 10.000/mm3)

T = 155.000/mm3 (150.000 – 400.000/mm3)

Ht = 30 % (40 – 48 %)

GD puasa = 105 mg/dl (75 – 105 mg/dl)

Kalium = 4,05 (3,5 – 5,1 mmol/l)

Natrium = 146 (135 – 148 mmol/l)

1. b. Terapi 08-04-2011

Clorotiazid 2×1

26
Ctm 3×1

Antasida doen 3×1

Pct 3×1

B1 3×1

1. E. Analisa data

No. Data fokus Etiologi masalah


1. DS: Medulla Peningkatan TD

– Keluarga klien Saraf simpatis


mengatakan klien
mempunyai riwayat Ganglia simpatis
hipertensi
Tekanan darah
DO:
Kontriksi
– TD klien
meningkat Peningkatan tekanan darah
2. DS: Saraf simpatis Sakit kepala

– Keluarga klien Ach


mengatakan klien merasa
sakit kepala yang sangat Saraf pasca ganglion
hebat
Aorepinefrine
DO:
Konriksi
– Klien meringis
sampai menangis Sakit kepala
menahan sakit kepala
yang dirasakan

– TD: 170/100
mmHg

– ADL klien sedikit


terhambat

3. DS: Peningkatan tekanan vaskular Gangguan pola


serebral istirahat
– Keluarga klien
mengatakan klien tidak

27
tidur semalaman dan terus Saraf simpatis
merasakan sakit kepala
nya. Tidak mampu mengatasi nyeri

DO: Gangguan pola istirahat

– TD: 170/100 insomnia


mmHg

– Mata klien tampak


cekung
4. DS: Tidak ada makanan masuk ke Nyeri
lambung abdomenalis
– Keluarga klien
mengatakan klien merasa Tidak ada proses pencernaan
sakit perut karena klien
tidak makan apapun dan Peningakatan asam lambung
hanya minum saja sejak
sakit kepala dirasakan. Peningkatan peristaltik usus

DO: Nyeri abdomenalis

– Peristaltik usus
12x/menit

– Terpasang infus

1. F. Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah


2. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung
3. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
5. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. G. Perencanaan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Peningakatan Setelah 1. Pantau TD klien
TD dilakukan
berhubunagn tindakan
dengan keperawatan
penurunan selama 1×24
curah jantung jam TD klien
dapat kembali
normal

28
1. Adanya
DS: pucat, dingin,
kulit lembab,
– Keluar Tupan: dan masa
ga klien pengisian
mengatakan Berpartisipasi kapiler
klien dalam lambat
mempunyai aktivitas yang mungkin
riwayat menurunkan berkaitan
hipertensi TD/beban dengan
kerja jantung vasokontriksi
DO: atau
mencerminka
TD klien n
meningkat Tupen: deskompensa
si / penurunan
– Kelua 1. Amati warna kulit, CO.
rga klien kelembaban , suhu, dan masa
mengatakan pengisian.
sakit kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang

1. Membantu
untuk
menurunkan
rangsangan
simpatis;
meningkatka
n relaksasi.

1. Berikan lingkungan tenang,


nyaman, kurangi aktivitas/

29
keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.

1. Pertahankan pembatasan
aktivitas, spt. Istirahat di
tempat tidur/kursi; jadwal 1. Menurunkan
periode istirahat tanpa stresss dan
gangguan; bantu klien ketegangan
melakukan aktivitas perawatan yang
diri sesuai kebutuhan. mempengaru
hi tekanan
darah dan
perjalanan
1. Lakukan tindakan- tindakan penyakit
yang nyaman seperti pijatan hipertensi
punggung dan leher,
meninggikan kepla tempat
tidur

1. Kolaborasi dalam pemberian


tiazid, mis. Klorotiazid (diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hidroD
IURIL)
2. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang
keterlibatan/ bidang masalah
vascular

1. Mengurangi
ketidaknyam
anan dan
dapat
menurunkan
rangsangan
simpatis.

30
1. Tiazid
mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunkan
TD pada
pasien
dengan
fungsi ginjal
relative
normal.

2. Nyeri/ sakit Setelah 1. Mempertahankan tirah baring


kepala dilakukan selama fase akut
berhubungan tindakan
dengan keperawatan
peningkatan selama 1×24 1. Tindakan
vascular jam dengan 1. Berikan tindakan yang
serebral criteria: nonfarmakologis untuk menurunkan
menghilangkan sakit kepala, tekanan
DS: mis. Kompres dingin pada dahi vascular
pijat punggung bdan leher, serebral dan
– Keluar Tupan: redupkan lampu kamar, teknik yang
ga klien relaksasi, dan aktivitas di memperlamb
mengatakan Klen dapat waktu senggang at/ memblok
klien merasa kembali respon
sakit kepala beraktifitas simpatis
yang sangat dengan norm efektif dalam
hebat al 1. Kolaborasi dalam pemberian menghilangk
analgesic an sakit
DO: 2. Meminimalkan kepala dan
stimulasi/meningakatkan komplikasiny
– Klien Tupen: relaksasi a.
meringis
sampai – Kelua
menangis rga klien
menahan sakit mengatakan
sakit kepala
yang

31
kepala yang dirasakan
dirasakan klien
berkurang.
– TD:
170/100
mmHg

– ADL
klien sedikit
terhambat
1. Menurunkan/
mengontrol
nyeri dan
menurunkan
rangsang
system saraf
simpatis

3. Insomnia Setelah 1. Batasi jumlah pengunjung dan


berhubungan dilakukan lamanya tinggal
dengan tindakan
ketidakmampu keperawatan
an mengatasi selam 1×24
nyeri jam, dengan 1. Kolaborasi dalam pemberian
criteria: antihistamin 1. Vasodilatasi
DS: pada system
saraf simpatis
– Keluar
ga klien Tupan: 1. Membacakan aya suci al-quran
mengatakan sebelum waktu tidur
klien tidak Tidak 2. Agar klien dapat istirahat
tidur mengalami
semalaman lagi gangguan 1. Memberikan
dan terus pola aktifitas ketenangan
merasakan batin pada
sakit kepala klien dan
nya. memperkuat
Tupen: keimanan
DO: klien sebagai
– Kelua umat islam.
– TD: rga klien
170/100 mengatakan
mmHg klien tidak
terbangun
Mata klien lagi pada
tampak malam hari.
cekung

32
4. Nyeri Setelah klien 1. Kolaborasi dalam Pemberian
abdomenalis diberikan antasida dan antimual
berhubungan tindakan 1. Merangsang
dengan tidak keperawatan peristaltic
terpenuhinya selama 1×24 usus sehingga
kebutuhan jam, dengan 1. Memberikan ko,pres hangat di gerakan
nutrisi. criteria: nagian perut klien peristaltiknya
kembali
DS: normal

– Keluar Tupan:
ga klien
mengatakan Nutrisi 1. Berikan makanan sesuai 1. Memenuhi
klien merasa terpenuhu dengan diet yang disarankan kebutuhan
sakit perut sehingga 2. Menirmalkan kadar asam nutrisi klien
karena klien metabolism lambung sehingga dapat
tidak makan tubuh mengurangi kembung dan
apapun dan kembali mual
hanya minum normal
saja sejak sakit
kepala
dirasakan.
Tupen:
DO:
– Kelua
– Peristal rga klien
tik usus mengatakan
12x/menit klien sudah
mau makan
Terpasang kembali
infuse sesuai diet
yang
disarankan

1. H. Implementasi

No. Hari/tgl/jam Dx Implementasi Paraf


1. Senin, I T = mengakaji TTV,

08-04-2011 TD:170/100 mmHg

07.30 WIB R = klien kooperatif


T = mengamati warna kulit (sedikit
pucat), kelembaban(berkeringat
sehingga lembab), dan suhu (36oC)

R = klien kooperatif

33
08.00 WIB III T = memberikan kompres hangat di perut
klien

R = klien mau dikompres


T = memberikan antasida dan antimual ½
jam sebelum makan

R = klien mau minum obat


08.30 WIB T = menyajikan dan memberikan makana
rendah garam

R = klien mau makan


08.45 WIB I T = memberikan obat oral klorotiazid 2×1

R = klien mau minum obat


II T = memberikan obat oral pct 3×1

R = klien mau minum obat


IV T = memberikan obat oral Ctm 3×1

R = klien mau minum obat


11.30 WIB I T = meninggikan kepala tempat tidur dan
menganjurkan klien untuk ROM

R = klien kooperatif dan mau melakukan apa


yang disuruh

I T = melakukan pijitan di punggung dan


leher klien

R = klien mau dipijit dan merasa nyaman


sampai tertidur
12.00 WIB III T = menyajikan dan membari makanan
rendah garam dan menyajikan obat sesuai
resep

R = klien kooperatif
13.00 WIB I T = mengaji TTV klien

TD: 150/95 mmHg

R = klien kooperatif
16.00 WIB I T = menyarankan pada klien untuk
membatasi jumlah pengunjung dan lamanya
tinggal

R = klien kooperatif

34
18.30 WIB I T = mengkaji TTV klien

TD: 140/90 mmHg

R = klien kooperatif
20.00 WIB IV T = menganjurkan keluarga untuk
membacakan ayat suci al-qur’an kepada
klien

R = keluarga kooperatif
2. Selasa, I T = mengkaji TTV klien

09-04-2011 TD: 140/80 mmHg

07.30 WIB R = klien kooperatif


III T = menyaajikan dan memberikan makanan
rendah garam dan menyiapkan obat sesuai
resep

R = klien kooperatif
10.00 WIB I T = memberikan penyuluhan kepada klien
dan keluarga sebelum pulang

R + klien dan keluarga kooperatif

1. I. Evaluasi

No. Hari/tgl/jam Dx Catatan perkembangan Paraf


1. Selasa, I S : keluarga klien mengatakan TD klien
sudah normal
09-04-2011
O : TD: 140/90 mmHg
10.30 WIB
A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


II S : keluarga klien mengatakan klien tidak
mengeluj sakit kepala lagi

O : TD: 140/90 mmHg

A : masalah teratasi

35
P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


III S : keluarga klien mengatakan kliem tidak
lagi susah tidur

O : TD: 140/90 mmHg

Mata klien tidak cekumg.

A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


IV S :keluarga klien mengatakan klien tidak
mengeluh sakit perut lagi

O : perut tidak kembung

Peristaltic usus 8x/menit]

A : masalah teratasi

P:–

I:–

E : terapi cukup berhasil dank lien pulang.

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Poli Lansia puskesmas kombos Manado
pada tanggal 8-9 April 2006 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara
teori dan kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan
sebagai berikut:

36
1. A. Pengkajian

Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head
tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien,
peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif
dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa,
disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan, dokter, maupun
petugas kesehatan yang lainya yang bekerja di poli lansia puskesmas kombos

1. B. Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah


sebagai berikut:

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan


afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan penulis
antara lain:

1. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri


2. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. C. Perencanaan

Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.

1. D. Implementasi

Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran


keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan,

37
CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang menentukan diagnosa
menurut medis.

1. E. Evaluasi

Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan,
hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di lapangan.

PENUTUP

1. A. Kesimpulan

Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan gangguan
sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh kesimpulan
bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi
dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu
koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf ruangan, demi
peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.

38
1. B. Saran
2. Untuk Klien dan Keluarga

 Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke
arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress,
jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status
kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
 Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat
status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada
keluarga klien sendiri.

1. Untuk Siswa

 Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan klien.
 Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual

1. Untuk Rumah Sakit

 Diharapkan adanya penambahan personil perawat di Ruangan Melati demi


meningakatkan kinerja dan pelayanan yang lebih maksimal.
 Diharapkan pemeriksaan laboratorium pada klien hipertensi dapat lebih dilengakapi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit
Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi
, Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

www.google.com

http://www.wikipedia.com

40

También podría gustarte