Está en la página 1de 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi


peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan
darah diastolic 90 mmhg atau lebih. Hipertensi biasanya
terjadi pada usia pertengahan atau lebih yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi yang mengakibatkan tingginya
tekanan darah.
Berat badan yang berlebihan akan meningkatkan beban
jantung untuk menggumpal darah keseluruh tubuh. Akibatnya
tekanan darah cenderung lebih tinggi. Disamping itu,
pembuluh darah pada usia lanjut lebih tebal dan kaku
sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila disertai
adanya plak didinding dalam arteri dapat menyebabkan
sumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke
bila terjadi pada otak, sehingga dapat menyebabkan lumpuh
atau kematian. Bila sumbatan terjadi dijantung,
menyebebkan serangan anginan atau infark yang juga dapat
menyebabkan kematian.
Konsumsi (garam atau natrium) yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah, selain itu rendahnya konsumsi
kalsium, magnesium dan kalium dapat pula meningkatkan
tekanan darah.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Dapat melakukan perawatan gangguan tidur dan dapat
memahami tentang penyakit hipertensi.
Tujuan Khusus :
1. Penyusun mampu mengkaji data kelayan
2. Penysun mampu menganalisa data yang diperoleh
3. Penysun dapat merumuskan doagnosa keperawatan
4. Penyusun dapat memprioritaskan masalah-masalah yang
terjadi dan yang mungkin terjadi.

1
5. Penyusun dapat menentukan tujuan tindakan keperawatan
6. Penyusun dapat menerapkan pelaksanaan tindakan
keperawatan
7. Penyusun dapat melakukan evaluasi tindakan keperawatan.

C. METODE PENULISAN
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini,
penulis menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi : Melakukan pengamatan terhadap kelayan dalam
melakukan kegiatan dan aktivitas.
2. Wawancara : Penulis mewancarai kelayan dan melakukan sesi
Tanya jawab serta menyesuaikan kemampuan kelayan dalam
menjawab semua pertanyaan yang di ajukan.
3. Studi Kasus : Penulis melakukan atau mempelajari kasus
yang akan di lakukan pengkajian.
4. Studi Kepustakaan : Penulis mempelajari kasus dengan
menggunakan berbagai teori atau literature yang diambil
dari buku dan kepustakaan.
5. Sumber Data
 Primer : Yang di peroleh dari kelayan itu
sendiri.
 Sekunder : Yang di peroleh dari orang terdekat,
team kesehatan lain, serta hasil pemeriksaan
fisik.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari
Asuhan Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini
dapat di bagi dalam lima bab yaitu:
 Bab I : Merupakan bab pendahuluan meliputi : latar
belakang Masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
 Bab II : Berisi tinjauan teori yang meliputi : konsep
dasar (masalah utama) yang terdiri dari:
pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan
konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri

2
dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
 Bab III : Berisi tinjauan kasus yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
 Bab IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Dimana semua yang ada dalam
pembahasan ini merupakan perbandingan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
 Bab V : Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Proses Menua (Ageing Proses)


1. Pengertian Proses Menua (Ageing Proses)
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Nogroho, Wahyudi 2000).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umunya dialami
pada semua makhluk hidup. Pada setiap individu memiliki
kecepatan yang berbeda dalam proses menua. Adakalanya
orang yang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangan-
kekurangan yang menyolok (Nogroho, Wahyudi 2000).

2. Teori-Teori Proses Menua


Teori Biologis
Teori biologis tentag penuaan dibagi menjadi teori
itrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang
berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam sel
sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa
perubahan yang terjadi di akibatkan pengaruh lingkungan.
Teori biologis dibagi dalam (Wahit Iqbal Mubarak, dkk
2006) :
a. Teori Genetic Clock
Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram
secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap
spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut teori
ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit.

4
b. Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan beruntun
dalam jangka waktu yang lama dalam transkipsi dan
translasi. Kesalahan tersebut menyebakan terbentuknya
enzim yang salah dan berakibat metabolisme yang salah
sehingga megurangi fungsional sel, walaupun dalam
batas-batas tertentu ksalahan dalam pembentukan RNA
dapat diperbaiki, namun kemampuan dalam memperbaiki
diri terbatas pada transkripsi yang tentu akan
menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim yang
dapat menimbulkan metabolit berbahaya, begitu juga
jika kesalahan terjadi pada translasi maka kesalahan
juga akan semakin banyak.
c. Teori Auto Immune
Teori menjelaskan bahwa dalam proses metabolisme
tubuh, suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehngga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak beregenerasi. Di dalam tubuh bersiap
merusak, dapat dinetralkan dalam tubuh oleh enzim atau
senyawa non enzim contohnya vitamin C betakarotin,
vitamin E.
e. Teori Pemakaian dan Rusak
Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
f. Teori ”immunology slow virus”
Sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya
usia dam masuknya virus ke dalam tubuh dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.

5
g. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yag biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
h. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,
kekakuan dan hilangnya fungsi.
i. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (activity theori)
 Teori aktivitas, menurut Havighusrt dan Albrecht
1953 berpendapat bahwa sangat penting bagi individu
usia lanjut untuk tetap beraktivitas dan mencapai
kepuasan hidup.
 Ketentuan akan meingkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini meyatakan bahwa
usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial.
 Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara
hidup dari lanjut usia.
 Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theori)
Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori
diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theori)

6
Tepri ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik
secara kuantitas maupun kualitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Tripple Loss), yakni :
 Kehilangan peran (Loos of role),
 Hambatan kontak sosial (restraction of Contacts and
relation Ships),
 Berkurangnya komitmen (to Social Mores and Values)

Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi
dan sosiologi salah satu teori yang ada. Teori tugas
perkembangan, menurut Hanghurst (1972) setiap individu
harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada
tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan
bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini
tergantung pada maturasi fisik, pengharapan kultural dan
masyarakat dan nilai serta aspirasi individu.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian
a. Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120
mmHg (Sharon, L.rogen, 1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih (Barbara
Hearrison, 1997).

b. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab
yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan cardia output atau peningkatan tekanan
perifer.

7
Namun ada beberapa factor yang mempemgaruhi terjadinya
hipertensi :
 Genetic : respon neurology terhadap stress atau
kelainan arteri atau transportnya
 Obesitas : terkait dengan kadar insulin yang tinggi
yang menyebabkan tekanan darah meningkat
 Stress lingkungan
 Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis
pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah (Arif
mansjoer, 2000)
Berdasarkan etiologinya hipertansi dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
 Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktifitas, susunan saraf simpatik, sisten
rennin angiatensin, obesitas, merokok, dan stress.
 Hipertensi sekunder
Dapat di akibatkan karena penyakit parenkim renal/
vakular renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu
pil, gangguan endokrin, dll.
(Arif Mansjoer,2000)
c. Manifetasi Klinis
manifestasi klinis pada kelayan dengan hipertensi
adalah meningkatkan tekanan darah >140/90 mmHg, sakit
kepala, epetaksis, pusing/migrant, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, mata berkunag-kunang, lemah dan
lelah, muka pucat dan suhu tubuh rendah. (Arif
mansjoer, 2000)

8
d. Patofisiologi

Obesitas Arterisklerosis

Pengumpulan Lemak Hilangnya elastisitas


pembuluh darah

Penyempitan Pembuluh Darah

Aliran darah ke jantung me

Peningkatan tekanan ketidakseimbangan suplai


Vaskuler serebral dan kebutuhan O2

Nyeri akut kelemasan umum


(sakit kepala)
Intolenransi aktivitas pola
hidup monoton
(Arif Manjoer 2000)

e. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi
menjadi dua jenis penatalaksanaan :
1. penatalaksanaan non farmakologis
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adostrogen dalam plasma.
b) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada
kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan
sesuai dengan kemampuan seperi berjalan, jogging,
bersepeda dan berenang.

9
2. penatalaksanaan farmakologis
secara garis besar terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan
obat anti hipertensi yaitu :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan
atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh
kelayan.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada
kelayan hipertensi seperti golongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemasan, nafas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis,
penyakit jantung koroner dan penyakit
serebravaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, murnius
stenosis valvular.takikardia, berbagai
distnenia, DJV/kongesti vena, ekstermitas
(perubahan warna kulit, suhu dingin,
pengisian kapiler mingkin lambat/
tertunda), kulit (pucat, sianosis dan
kemerahan)
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, atau marah kronik.

10
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
continu perhatian tangisan yang meledak.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau tidak.
e. Makanan/ cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan yang tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol, mual muntah, perubahan
berat badan dan riwayat pengggunaan
dierutik
Tanda : BB normal atau obesitas dan adanya edema,
kongesti vena, DJV, glikosuria.
f. Neurosensoris
Gejala : keluhan pusing, sakit kepala suboksipital,
episode kebas dan atau kelemahansatu sisi
tubuh, dan gangguan penglihatan (mis,
penglihatan kabur)
Tanda : Status mental (perubahan keterjagaan,
orientasi, pola/isi bicara, efek, proses
piker atau memori).Respon motorik (penurunan
kekuatan genggaman tangan dan atau ferleks
tendo dalam). Perubahan rentina optic.
g. Nyeri/ ketidak nyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai
dan nyeri abdomen/massa.
h. Pernafasan
Gejala : dipnea berkaitan dengan aktivitas/kerja,
fakipnnea, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum dan riwayat merokok.
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, episode
parastesi unirateral fransie, hipotesi
postural.

j. Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : factor-faktor resiko keluarga:
hipertensi,ateroskleris, penyakit jantung,

11
DM, penyakit ginjal. Faktor-faktor resiko
anelik, penggunaan pil KB atau hormon
lain.(Doengoes,2000)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
berhubungan dengan ansietas yang dialami kelayan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum
d. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi penyakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
3. Perencanaan
No Diagnosa Intervensi Rasional

1 Nyeri akut atau sakit  Menganjurkan  Panas dapat


kepala berhubungan kelayan melakukan meningkatkan
dengan peningkatan kompres hangat relaksasi otot
tekanan vascular pada daerah nyeri
serebral
 Menganjurkan  Mengurangi
kelaan melakukan ketegangan
masase pada daerah
nyeri
 Menganjurkan  Memberikan
kelayan melakukan rasa nyaman
teknik relaksasi
 Menganjurkan
 Memberikan
kelayan untuk
ketenangan
mendapatkan posisi
yang nyaman jika
nyerinya kambuh

Gangguan pemenuhan  Menganjurkan


2  Memberikan
kebutuhan istirahat kelayan melakukan
rasa nyaman
tidur berhubungan teknik relaksasi

dengan ansietas yang  Memberikan

12
dialami kelayan. kesempatan kepada  Memberikan
kelayan untuk ketenangan
melakukan
kebiasaan sebelum
tidur misalnya
menonton atau
mendengarkan musik
 Menciptakan
 Memberikan
lingkungan tetap
kenyamanan
nyaman
 Menganjurkan
berdoa sebelum
tidur  Memberikan
ketenangan

 Mengobservasi TTV
 Menganjurkan
Intoleransi aktivitas  Mengetahui TTV
kelayan untuk
berhubungan dengan
3 menghemat energi  Kelayan dapat
kelemahan umum
melakukan
aktifitas
sesuai dengan
 Memberi dorongan
kemampuannya
kepada kelayan
untuk melakukan  Kelayan dapat

aktifitas secara melakukan


aktifitas
bertahap
tanpa keluhan

 Mengkaji
pengetahuan
kelayan tentang  Menentukan
Kurangnya pengetahuan penyakitnya kebutuhan
mengenai kondisi informasi yang
4
penyakit berhubungan dibutuhkan
 Berikan HE tentang
dengan kurangnya kelayan
penyakitnya dan
pengetahuan
perawatannya

13
 Kelayan
mengerti
 Diskusikan dengan tentang

kelayan tentang penyakitnya

penatalaksanaan sehingga tau

yang paling mudah bagaimana

untuk kelayan penatalaksanaa

lakukan n nya
 Membantu
kelayan untuk
mengurangi
keluhan dengan
mudah.

3. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan pada asuhan keperawatan
dapat disesuaikan dengan perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan sesuai dengan diagnosa yang ada.

4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan yang
diberikan kepada kelayan dapat dibuat sesuai dengan
perkembangan dari kelayan. Evaluasi keperawatan
disusun berdasarkan pendekatan SOAP.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 18 Juli 2016


Nama pengkaji : H Abdul Muhid.,S.Kep
A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
Nama : Papuq ” M ”
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : 78 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
TB / BB : 143 cm / 45 cm
Penampilan : bersih, rapi, ciri-diri
bentuk tubuh pendek, kurus
Alamat : Dusun Kebon Orong
Oang yang dekat dihubungi : Junaidi
Hubungan dengan usila : Anak kandung
Alamat : Dusun Kebon Orong

2. Riwayat Keluarga
 Genogram

Keterangan :
/ : Perempuan/laki-laki meninggal
/ : Perempuan/laki-laki hidup
: Hubungan perkawinan
: Kelayan

15
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : tidak ada
Alamat pekerjaan : tidak ada
Berapa jarak dari rumah sakit : tidak ada
Alat transportasi : tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : buruh tukang kayu
Jarak dari rumah : sekitar 2-3 km
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kehidupan
: kebutuhan sehari-hari terpenuhi dari keluarga.
4. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : jalan-jalan
Keanggotaan organisasi : anggota pengajian
5. Deskripsi Kekhususan
Papuq ”M” aktif mengikuti pengajian dan selalu ke Masjid
tiap waktu sholat, selain itu kelayan juga sering mengisi
waktu luangnya dengan membaca Al Qur’an.
6. Status Kesehatan
Kelayan mengatakan pernah mengalami sakit kepala selama 1
tahun ini dan sudah 5 tahun menderita tekanan darah
tinggi tetapi tidak pernah mengeluhkan dampak dari
penyakit tekanan darah tinggi tersebut serta mengalami
gangguan tidur akhir-akhir ini.
7. Keluhan Utama
Kelayan mengatakan sering mengalami sakit kepala dan
pusing-pusing
 Paliative : kelayan merasakan sakit kepala
jika sudah lama beraktifitas
 Quality/Quantity : Kelayan mengatakan sakitnya
kadang-kadang seperti ditusuk2
 Region : Kelayan mengatakan sakitnya terasa
dikepala sampai keleher
 Severity scale : Kelayan mengatakan merasa tidak
nyaman jika sakitnya datang
 Timming : Kelayan mengatakan sakit kepalanya
kambuh jika terlalu lama melakukan sesuatu, kadang-
kadang sakinya juga tiba-tiba terasa pada malam hari
menjelang tidur.

16
8. Pemahaman dan penatalaksanaanya masalah kesehatan :
Kelayan mengatakan jika sakitnya kambuh, maka kelayan
mengolesi daerah yang sakit dengan balsem kemudian
meminum obat yang diberikan oleh pihak klinik. Sedangkan
untuk penyakit tekanan darah tingginya (hipertensi)
kelayan selalu minum obat yang diberikan perawat..Kelayan
mengatakan penyakit yang sekarang dideritanya adalah
penyakit yang sering diderita oleh orang tuanya dan
kelayan mengatakan selama tidak mengganggu aktivitasnya
penyakit tersebut tidak terlalu dipikirkan.
9. Aktivitas Hidup Sehari-hari
a. Indeks Katz
Skor A, yaitu kelayan mandiri dalam hal makan,
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
b. Oksigenasi
Kelayan mengatakan tidak pernah mengalami gangguan
dalam bernafas.
c. Cairan dan elektrolit
Kelayan mengatakan kadang-kadang minum air matang dan
air kran, kelayan meminum air yang dimasak ± 8 gelas /
hari.
d. Nutrisi
Kelayan makan masakan yang disiapkan anaknya dengan
menu yang berbeda. Makanan yang diberikan kadang-
kadang habis dan kadang-kadang tersisa, dan disimpan
untuk dimakan pada waktu makan berikutnya.
e. Eliminasi
Kelayan mengatakan buang air besar sebanyak 1
kali/hari pada pagi hari dengan konsistensi lembek,
buang air kecil 4-5 kali/hari dengan lancar, warna
kadang-kadang bening dan agak kekuningan.
f. Aktivitas
Dalam beraktivitas, kelayan dapat melaksanakan secara
mandiri, misalnya bersih-bersih wisma, kelayan
merupakan kelayan yang senang kebersihan, tidak bisa
melihat wisma kotor dan berantakan.

17
g. Istirahat dan tidur
Kelayan mengatakan tidak bisa istirahat jika
pekerjaannya belum selesai, pada siang hari kadang-
kadang kelayan istirahat pada pukul 14.00 – 15.30 dan
malam harinya istirahat pada pukul 22.00 setelah
nonton TV dan bangun pada pukul 05.00.
h. Personal Hygiene
Kelayan berpenampilan bersih, rapi, rambut selalu
disisir tetapi agak berminyak karena kelayan keramas
2x seminggu. Kelayan biasa mandi sebanyak 1 – 2 kali
sehari dan selalu menganti bajunya setelah mandi.
i. Seksual
Kelayan tidak pernah melakukan hubungan seksual tapi
kadang-kadang masih bisa bermesraan dengan istrinya
j. Rekreasi
Kelayan mengatakan sudah beberapa kali pergi ke Pantai
bersama anaknya
k. Psikologis
 Persepsi kelayan : kelayan mengatakan penyakitnya
merupakan penyakit yang biasanya diderita oleh orang
tua. Kelayan merasa bahagia tinggal bersama anaknya.
 Konsep diri : kelayan selalu menjawab pertanyaan
mahasiswa dengan panjang lebar.
 Emosi : kelayan mengatakan tidak pernah marah-marah,
selalu senang apalagi dengan anak kecil.
 Adaptasi : selalu bergaul dengan tetangga lainnya.
 Mekanisme pertahanan diri : kelayan lebih
mendekatkan diri dengan Allah SWT jika mengalami
masalah.
10. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : berpenampilan bersih, rapi, komunikasi
jelas orientasi baik.
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : E : 4, V : 5, M : 6
TTV : Nadi : 78 kali/menit,
RR : 22 kali/menit,
tensi : 180/120 mmHg

18
a. Kepala
Rambut hitam sedikit beruban, tampak mengkilat, kulit
kepala bersih, tidak ada kutu, tidak ada benjolan.
b. Mata, Telinga, Hidung
Sklera putih, konjungtiva merah, refleks pupil ada,
katarak (-). Telinga bersih, simetris, tidak ada
benjolan, pendengaran baik. Hidung bersih tidak ada
sekret, tidak ada polip/benda asing, tidak ada
peradangan mukosa hidung.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening / kelenjar
tiroid, vena jugularis (-).
d. Dada dan Punggung
Dada simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
Tidak ada suara tambahan pada paru (mengi/ronkhi).
Punggung agak bungkuk.
e. Abdomen dan Pinggang
Perut tampak simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, auskultasi bising usus tidak terdengar
jelas (± 10 kali/menit).
f. Ekstremitas Atas dan Bawah
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, kulit keriput.
g. Sistem Imune
Tidak terkaji dengan jelas tetapi kelayan mengatakan
jarang mengalami filek, batuk demam.
h. Genitalia
Kelayan tidak bersedia diperiksa, tetapi kelayan
mengatakan tidak ada kelainan pada alat kelaminnya
i. Sistem Persyarafan
Kelayan masih bisa tersenyum dan tertawa lebar
j. Sistem Pengecapan
Kelayan masih bisa membedakan rasa makanan, baik itu
manis, asam, asin dan pahit
k. Sistem Penciuman
Kelayan masih bisa membedakan aroma balsem dan minyak
kayu putih.

19
l. Tactil Respon
Kelayan masih bisa merespon ketika kita memegang
tangannya.
11. Status Kognitif, Afektif dan Sosial
a. SPSMQ (Short Portable Mental Questioner), jumlah
kesalahan 3 yang berarti kelayan masih memiliki
kerusakan fungsi itelektual ringan.
b. MMSE (Mini Mental State Exam); nilai yang didapatkan
21 yang berarti kelayan diindikasikan mengalami
kerusakan kognitif.
c. IDB (Inventaris Depresi Bock) ; nilai yang didapatkan
4, yang berarti tingkat depresi kelayan tidak ada.
d. APGAR keluarga :
12. Data Penunjang
 Laboratorium : -
 EKG : -
 CT Scan : -
 Radiologi : -
 Obat-obatan : Captopril dan Piroxicam
Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds : Reaksi Nyeri
 Paliative : kelayan imunologi
merasakan sakit jika sudah
lama beraktifitas Peningkatan
 Quality/Quantity : Kelayan tekanan
mengatakan sakitnya seperti vaskular
ditusuk-tusuk serebral
 Region : Kelayan
mengatakan sakitnya terasa Nyeri
dikepala sampai keleher
 Severity scale : Kelayan
mengatakan merasa tidak nyaman
jika sakitnya datang
 Timming : Kelayan
mengatakan sakitnya kambuh

20
jika terlalu lama
melakukan sesuatu, kadang-
kadang sakinya juga tiba-tiba
terasa pada malam hari
menjelang tidur.
Do :
 Kelayan terlihat meringis
 Kelayan memegang kepalanya
 Kelayan mengatakan tidak
nyaman
2 Ds : Proses menua Gangguan
 Kelayan mengeluh tidak bisa tidur
tidur ansietas
 Kelayan mengatakan gelisah
Do :
 Kantung air mata tampak hitam
 Kelayan tampak lemah
 Konjungtiva pucat
3 Ds : Keterbatasan Kurang
 Kelayan mengatakan penyakit paparan pengetah
yang dideritanya adalah uan
penyakit yang biasa diderita Keterbatasan
oleh orang tuanya. kognisi
 Kelayan mengatakan selama
sakitnya tidak sampai Kurang
mengganggu, maka tidak terlalu pengetahuan
dipkirkannya.
Do :
 Kelayan tampak bersemangat
saat dibertahu akan diberikan
informasi tentang penyakitnya.
 Kelayan bertanya-tanya tentang
penyakitnya.

21
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular serebral
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
berhubungan dengan ansietas yang dialami kelayan.
3) Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi penyakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

C. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Nyeri akut  Memahami  Menganjurkan kelayan Panas dapat
atau sakit penatalaksanaa melakukan kompres hangat meningkatkan
kepala n nyeri dengan pada daerah nyeri relaksasi otot
berhubungan kriteria hasil  Menganjurkan kelaan Mengurangi
dengan kelayan dapat melakukan masase pada ketegangan
peningkatan mendemonstrasi daerah nyeri
tekanan kan teknik  Menganjurkan kelayan Memberikan
vascular manajemen melakukan teknik rasa nyaman
serebral nyeri yang relaksasi
diajarkan.  Menganjurkan kelayan Memberikan
 Nyeri untuk mendapatkan posisi ketenangan
terkontrol yang nyaman jika
 Tidak nyerinya kambuh
mengeluh
nyeri

D. PELAKSANAAN
Hari/
No No.Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
tanggal
1 Nyeri akut  Menganjurkan kelayan  Kelayan kooperatif.
atau sakit melakukan kompres  Kelayan
kepala hangat pada daerah memperhatikan dengan
berhubungan nyeri seksama setiap
dengan  Menganjurkan kelaan penjelasan yang

22
peningkatan melakukan masase pada diberikan.
tekanan daerah nyeri  Kelayan aktif
vascular  Menganjurkan kelayan mengikuti percobaan
serebral melakukan teknik penggunaan teknik
relaksasi relaksasi yang
 Menganjurkan kelayan diajarkan.
untuk mendapatkan
posisi yang nyaman
jika nyerinya kambuh

E. EVALUASI
No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Nyeri akut atau sakit kepala S : Kelayan mengatakan
berhubungan dengan kepalanya masih nyeri
peningkatan tekanan vascular namun sekarang
serebral mengerti bagaimana
Ds : cara menangani jika
 Paliative : sakitnya kambuh.
kelayan merasakan sakit
jika sudah lama O: kelayan masih memegang
beraktifitas kepalanya
 Quality/Quantity : - k/u lemah
Kelayan mengatakan - N : 78x/mnt
sakitnya seperti ditusuk- - T : 180/120 mmhg
tusuk - Rr : 22x/mnt
 Region : Kelayan
mengatakan sakitnya terasa A: Masalah belum teratasi
dikepala sampai keleher
 Severity scale : Kelayan P : Inervensi dilanjutkan
mengatakan merasa tidak
nyaman jika sakitnya
datang
 Timming : Kelayan
mengatakan sakitnya kambuh
jika terlalu lama
melakukan sesuatu,
kadang-kadang sakinya juga
tiba-tiba terasa pada
malam hari menjelang
tidur.
Do :
 Kelayan terlihat meringis
 Kelayan memegang kepalanya

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep


dasar teori dengan kenyataan yang ditemukan dilahan praktek
berkaitan dengan asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa medis Hipertensi.

A. PENGKAJIAN
Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia
dengan hipertensi data yang perlu dikaji adalah nyeri,
aktivitas/istirahat, neurosensori, kardiovaskular,
makanan/cairan, hygiene, interaksi sosial, keamanan dan
integritas ego, sedangkan pada pengkajjian kasus
ditampilkan data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat
lingkungan hidup, riwayat rekreasi, sistem pendukung,
deskripsi kekhususan, , keluhan utama yang dirasakan
kelayan, aktivitas sehari-hari, tinjauan sistem, status
kognitif, afektif dan sosial kelayan.
Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data yang
menunjukkan masalah-masalah kesehatan kelayan, antara lain :
1. nyeri pada kepala sampai leher.
2. ganguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan
ansietas
3. kurangnya pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya
Di dalam konsep teori, tidak ditampilkan diagnosa
intoleransi aktivitas, karena pada kenyataannya hal
tersebut tidak di alami oleh kelayan, sehingga penulis
tidak mengangkat masalah tersebut karena nantinya sangat
menghambat proses pemberian asuhan keperawatan jika masalah
tersebut diangkat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan
keperawatannya, terdapat 4 diagnosa, sedangkan pada
tinjauan kasus penulis mengangkat 3 diagnosa yang ada di

24
teori. Dalam proses pengkajian penulis tidak menemukan
hambatan-hambatan.

C. PERANCANAAN
Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana
kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter untuk
pemberian terapi. Tidak semua perencanaan yang ada
diperencanaan teoritis dimasukkan dalam perencanaan kasus
karena disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan asuhan
keperawatan.

D. PELAKSANAAN
Pemberian tindakan keperawatan kepada kelayan
disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Fokus
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah health education
tentang bagaimana penanganan jika nyeri kepala sampai ke
leher dirasakan lagi. Tidak ada tindakan keperawatan yang
langsung menangani nyeri kelayan karena pada saat
pengkajian kelayan sedang tidak merasakan nyeri. Sedangkan
penanganan untuk masalah gangguan istirahat tidur, tindakan
difokuskan bagaimana menciptakan lingkungan yang nyaman dan
melatih tehnik relaksasi. Untuk masalah kurang pengetahuan,
tindakan di fokuskan pada health education tentang penyakit
hipertensi dan sedikit memberikan informasi tentang
hipertensi (tekanan darah tinggi).

E. EVALUASI
Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada kelayan dilakukan setelah 2 x 24
jam, tetapi eveluasi tindakan dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian
kriteria evaluasi, misalnya untuk diagnosa I kelayan mampu
mendemonstrasikan cara menangani keluhan nyeri yang berarti
sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.

25
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada
kelayan Papuq ” M ” penulis dapat menyimpulkan :
1. Dalam memberitahukan asuhan keperawatan pada lansia,
banyak diemukan hambatan-hambatan sehingga kita harus
benar-benar mengenal lansia itu agar kita bisa mencari
jalan keluar jika muncul hambatan terutama pada proses
pengkajian.
2. Dalam proses memberikan asuhan keperawatan asuhan
keperawatan pada lansia, kita harus sabar menghadapi
perubahan emosi yang setiap saat berubah-ubah.
3. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
khusus seperti kelayan dengan gangguan pendengaran
memiliki trik-trik tersebdiri agar komnikasi lancar.
Berbeda dengan lansia yang tidak mengalami gangguan
pendengaran, pelaksanaan asuhan keperawatan lebih mudah.

B. SARAN
1. Bagi Kelayan
Hendaknya kelayan tetap menjaga kesehatan, jangan terlalu
memaksakan diri untuk bekerja dan lebih aktif dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat.
2. Bagi Perawat
Hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan agar lebih peka
terhadap masalah-masalah yang dialami lansia serta
meningkatkan kerjasama.
3. Bagi Keluarga,
Lebih meningkatkan pelayanan terutama pelayanan kesehatan
agar kelayan menderita suatu penyakit lebih dini
ditangani.

26
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan


Pendokumentasian keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi 3. Jakarta : EGC.
Internet :
http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/hiprtensi-
re.html
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta
: EGC.
Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC.
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2.
Jakarta : EGC.

27

También podría gustarte