Está en la página 1de 1

C.

Pertanyaan Christologis

Pergeseran paradigma dianalisa sejauh ini adalah pertanyaan Christologis. Terlibat dalam
pergeseran paradigma pertama adalah sentral atribut iman Kristen Yesus Kristus dalam
hubungannya dengan gereja.

Pergeseran paradigma teosentris berputar didalam masalah Kristologis. Hal ini tidak secara
kebetulan bahwa protagonist dari perspektif teosentric mendasar pada pergeseran paradigma
Kristologi dan direvisi atau ditafsirkan kembali dalam konteks pluralism agama. Revisionis
seperti Kristologis diperlukan karena beberapa alasan yaitu kesadaran baru diperoleh,
ketidakterpisahan manusia antara konten dan konteks, relativitas setiap pengalaman misteri ilahi,
kekhasan dan kontingensi peristiwa historis Yesus dari Nazaret.

Sementara itu dua perdebatan Kristological muncul dalam teologi agama-agama. Yang pertama
bahwa asumsi yang dibuat oleh teolog semakin banyak bahwa Christocentrim dan Teosentrisme
saling bertentangan. Untuk menegaskan posisi ini merupakan pilihan yang teologis dan
kristologis. Pengamatan kedua berkaitan dengan jenis kristologi yang mendasari kristosentris dan
paradigm teosentris. Dalam hal perbedaan sering dibuat antara kristologi tinggi dan rendah, jelas
bahwa model inklusif atau kristosentris dari teologi agama-agama adalah konsonan dengan
kristologi tinggi dimana identitas pribadi Yesus Kristus sebagai Anak Allah jelas diakui.

Kedua paradigma dalam hal ini sepenuhnya koheren dengan diri mereka sendiri. Implikasinya
sebagai tradisi Kristen bahwa salah satunya dasar yang memadai dimana keunikan tunggal Yesus
Kristus dapat didasarkan adalah identitas pribadinya sebagai Anak Allah yang menjadi manusia.
Kongkret nya maka pilihan antara krstosentris dan paradigm teosentris dalam teologi agama-
agama tergantung pada pilihan yang dibuat antara kristologi tinggi dan rendah yang masih
ditingkat fungsional. Pilihan seperti itu memiliki konsekuensi berat.

Hal ini tidak mengherankan bagi beberapa penulis telah menolak dilemma Hick antara dua
paradigm dan menunjukan fakta yang tidak dapat dipertahankan. Buku Gavin D’costa yang
berjudul Theology dan Pluralism pantas disebutkan secara khusus dalam hal ini. D’costa
menunjukkan bahwa sikap kontasik untuk tiga posisi yaitu Ekslusivisme, Inklusivism, dan
Pluralism.

D’costa menyimpulkan dan menegaskan validitas pendekatan terbuka model Kristologi dan
menunjukan tugas kedepan untuk melakukan keadilan penuh untuk dua aksioma Kristen yang
paling penting yaitu keselamatan yang dating melalui Allah dalam Kristus dan kehendak
keselamatan Allah yang benar-benar universal. Dengan mempertahankan dua aksioma dalam
ketegangan ini paradigm inklusif dapat dicirikan oleh keterbukaan dan komitmen. Terbuka untuk
mengekspolari berbagai cara yang Allah berikan kepada semua anak-anak Nya dan keterbukaan
yang akan mengakibatkan ekspolari, transformasi, dan keutuhan kekristenan yang begitu banyak
bentuk yang berbeda dari gereja yang kita kenal sekarang.

También podría gustarte