Está en la página 1de 6

A.

DEFINISI
Demam Tifoid adalah penyakit sistematik yang disebabkan oleh
bakteri ditandai dengan demam insidious yang berlangsung lama, sakit
kepala, badan lemah, anoreksis, bradikardi relative, serta splenomegaly
(james Chin, 2006)
Demam Tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
salmonella typhy (S typhy) atau Salmonella paratyphi ( S paratyphi ) yang
masuk kedalam tubuh manusia. Dan merupakan kelompok penyakit yng
mudah menular dan dapat menyerang bnyak orang sehingga dapat
menimbulkn wabah (Djoko Widodo, 2006).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dri satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
Dari pendapat diatas maka disimpulkan demam tifoid adalah penyakit
infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Slmonella typhi (S. typhi)
atau Salmonella paratyphi). Yang masuk ke dalam tubuh manusia (saluran
pencernaan) dengan ditandai oleh demam insidius yang lama, sakit kepala,
badan lemah, anoreksia, bradikardi relatif, serta splenomegali, dan juga
merupakan kelompok penyakit yang mudah menular serta menyerang
banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit demam tifoid ini adalah Bakteri
Salmonella Typhi (S Typhi) dan Salmonella Parathyphi. (James Chin, MD,
2006).
Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi,
s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella
yang lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cendrung untuk menjadi
lebih berat dari pada bentuk infeksi salmonella yng lain. (Ashkenazi et al,
2002)
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan
sangat bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid.Spektrum
klinis demam tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang
ringan berupa panas disertai diare yang mudah disembuhkan sampai
dengan bentuk klinis yang berat baik berupa gejala sistemik panas tinggi,
gejala septik yang lain, ensefalopati atau timbul komplikasi gastrointestinal
berupa perforasi usus atau perdarahan.Hal ini mempersulit penegakan
diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja.
Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul
pada semua penderita demam tifoid.Demam dapat muncul secara tiba-
tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai
septisemia oleh karena Streptococcus atau Pneumococcus daripada S.
typhi.Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada
penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin
disebabkan oleh malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria dapat
timbul bersamaan pada satu penderita.Sakit kepala hebat yang menyertai
demam tinggi dapat menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S. typhi juga
dapat menembus sawar darah otak dan menyebabkan
meningitis.Manifestasi gejala mental kadang mendominasi gambaran klinis,
yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma.Nyeri perut kadang tak dapat
dibedakan dengan apendisitis.Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran
peritonitis akibat perforasi usus.
Masa tunas demam Tifoid berlangsung antara 10 -14 hari gejala –
gejala klinis yang timbul sangat bervriasi dari ringan samapai dengan berat.
a. Pada minggu I ditemukan gejala klinis dan keluhan
demam tifoid seperti :
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk, dan epistaksis Pada pemeriksaan fisik biasanya hnya
ditemukan peningkatan suhu tubuh, sifat
demam adalah meningkat perlahan – lahan, dan terutama pada
sore hari hingga malam hari.
b. Pada minggu ke II di temukan gejla –gejala yang lebih
jelas seperti :
Demam,bradikardi, lidah berselaput (kotor dibagian tengah tepi
dan ujung merah), hepatomegaly, splenomegali, meteorismus,
gangguan mental berupa : Salmonella, stuporkoma, delirium
atau psikosis (Djoko Widodo 2006)
D. PATOFISIOLOGI
Kuman S. typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air
yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian
lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan Limpoid plague poyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertropi.
Ditempat tersebut komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.
Kuman S. typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe
dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi masuk aliran darah
melalui ductus tharacicus. Kuman-kuman S. typhi lain mencapai hati melalui
sirkulasi portal dan usus.
( Juwono, Rachmat. 1996 )
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan darah negatif
tidak menyingkirkan demam typhoid. Biakan tinja positif menyokong
diagnosis klinis demam typhoid.
Peningkatan titer ufi widal empat kali lipat selama 2 – 3 minggu memastikan
diagnosis demam typhoid.
( Juwono, Rachmat. 1996 )

F. FOKUS INTERVENSI
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella
typosa/typhi. (Lynda Jual, 1998)
Tujuan : - pasien akan mencapai suhu tubuh yang normal.
- Pasien mengatakan badan tidak demam lagi.
- TTV dalam batas normal.
Intervensi : - kaji sejauh mana pengetahuan pasien tentang hipertermi.
- Jelaskan penyebab terjadinya hipertermi.
- Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermi
dan bantu pasien untuk melaksanakan upaya tersebut :
+ Beri kompres dingin.
+ Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
+ Ciptakan suasana yang tenang.
+ Ganti pakaian dan alat tenun jika basah.
2. Hipertermi b/d proses inflamasi dalam usus. (Lynda Jual, 1995)
Tujuan : pasien dapat mempertahankan suhu tubuhnya dibawah 38oC.
Intervensi : - kaji ulang vital sigh.
- Monitor input dan output.
- Berikan kompres dingin.
- Berikan obat sesuai dengan advis dokter.
3. Difreit volume cairan b/d tidak adekuat intake cairan. (Carpenito
Lynda Jual, 1995)
Tujuan : volume cairan dan elektrolit menjadi seimbang dan adekuat.
Intervensi : - monitor intake dan output cairan.
- Anjurkan pasien banyak minum.
- Monitor KU pasien.
- Monitor tetesan infus.
G.
H. PATHWAY

Salmorella typhi

Melalui makanan & minuman


yang terkontaminasi

Sistem gastro intersfinal

Respon mual Hiperfropi jaringan hipotalamus Perdarahan


+ muntah perkusi

Resiko defisit Menembus lamia propia Gangguan pengaturan Kelemahan


vol cairan suhu tubuh fisik
Masuk limfe

Hipertropi kelenjar
limfa masoteroid

Masuk aliran darah

Mengeluarkan endotoksin

Proses inflamasi usus

Gangguan rasa nyeri

(Juwono, 1999)
-
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. 1995. Diagnosa Keperawatan. Gramedia. Jakarta.

Doengoes. E Marilynn. 2000. Rencana asuhan Keperawatan. Buku Kedokteran


Jakarta.

Juwono, Rahmat. 1996. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.

También podría gustarte