Está en la página 1de 10

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN INFEKSI BAKTERI (KUSTA)

Disusun Oleh :

1. Nabela Pradina .P. (1611027)


2. Reka Dwi Intan .P. (1611029)
3. Shella Elselina .P. (1611030)
4. Via Arantika (1611031)

Pendidikan Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun 2018

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan
dan pemahaman dalam mata kuliah KMB 3, materi yang kami bahas mengenai Varisela.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKES.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ulfa M.Kep.,Ns selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah KMB 3. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Blitar, 29 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kusta termasuk penyakit tertua. Kata kusta berasal dari bahasa India kustha, dikenal
sejak 1400 tahun sebelum masehi. Kata kusta disebut dalam kitab injil, terjemahan dari
bahasa Hebrew zaraath yang sebenarnya mencakup beberpa penyakit kulit lainya. Ternyata
bahwa berbagai diskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur, apabila dibandingkan dengan
kusta yang kita kenal sekarang. (Kosasih dan Sri Linuwih, 2010)
Nama lain kusta adalah ’the great imitor’[pemalsu yang ulung]karena manifestasi
penyakitnya menyerupai penyakit kulit atau penyakit saraf lain, misalnya penyakit jamur.
Dalam target global WHO pada eradikasi kusta tahun [EKT] 2000 diharapkan
prevalensi penyakit kusta kurang dari 1 per 10.000 penduduk. (Widoyono. 2011)

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi penyakit Kusta


2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari penyakit Kusta

3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari penyakit Kusta

4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Kusta

5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit Kusta

6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Kusta

7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Kusta

i
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI FISIOLOGI KULIT


Sistem integument merupakan bagian dari tubuh manusia, khususnya organ yang
menutupi permukaan atau bagian luar tubuh manusia yang sering disebut kulit. Kulit
merupakan organ yang paling besar pada tubuh manusia dan terletak paling luar sehingga
mudah mengalami trauma atau terkontaminasi oleh mikroorganisme serta mudah dilihat
individu maupun orang lain. Kulit merupakan jalinan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar
yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang
dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Secara mikroskopis, struktur kulit
terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis.
1. Lapisan epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan paling atas dari kulit serta tidak mengandung pembuluh
darah dan saraf. Tebalnya di kulit biasa 0, 3 mm, Ditelapak tangan dan kaki tebalnya 1.5 mm.
Waktu yang diperlukan dari lapisan yang paling bawah menjadi paling luar 30 hari.
Bagian-bagian lapisan epidermis:
a. Stratum corneum
Adalah lapisan tanduk yang berada paling luar, terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang
mati dan tidak berinti dan mengandung zat keratin.
b. Stratum lucidum
Adalah lapisan yang terdapat langsung dibawah laisan korneum, merupakan lapisan
selgepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut
eleidin.
c. Stratum Granulosum
Merupakan lapisan epidermis yang mempunyai fungsi penting dalam pembentukan
protein dan ikatan kimia stratum korneum. selnya gepeng,berinti dan protoplasma berbutir
besar.
d. Stratum Spinosum
Adalah lapisan yang mengalami prose mitosis. Protoplasmanya jernih karena
mengandung glikogen dan inti selnya di tengah-tengah. Sel bentuk dan besarnya berbeda
karena proses mitosis.

ii
e. Stratum basale
Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus
(kolumnar) yang berbaris seperti pagar (palisade). Didalam lapisan ini terdapat melanosit,
sel pembentuk melanin (melanosit) merupakan sel-sel berwarna muda mengandung
pigmen-pigmen melanosom.

2. Lapisan dermis
Adalah lapisan kulit di bawah epidermis yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Pars Papilaris (Stratum Papilar)
Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis. Bagian ini berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah yang menyokong dan member nutrisi pada epidermis. Lapisan
papila hampir tidak mengandung jaringan ikat, memiliki serabut kolagen yang tipis.
Lapisan ini dikenal dengan lapisan subepitel karena dibawah lapisan epitel epidermis.
Lapisan ini disebut juga lapisan papila karena terdapat papila (kecil, seperti jari-jari)
yang berikatan dengan epidermis. Kebanyakan papila mengandung kapiler untuk
memberi nutrisi pada epidermis. Papila dengan serabut dobel ditelapak tangan dan
kaki membentuk sidik jari.
b. Pars Retikularis (Stratum Retikularis),
Lapisan retikuler terdiri dari jaringan ikat, memiliki serabut kolagen yang kasar
dan berkas serabut yang saling bersilangan membentuk seperti jaring. Garis-garis
serabut tersebut membentuk Cleavage yang penting dalam proses pembedahan.
Sayatan bedah yang memotong garis cleavage lebih sulit sembuh daripada yang
paralel dengan garis ini. Lapisan reticular sangat banyak mengandung pembuluh
darah, syaraf, ujung-ujung syaraf bebas, sel-sel adiposa(lemak), kelenjar minyak dan
akar rambut, reseptor untuk tekanan dalam. Bagian terbawah lapisan ini mengandung
serabut otot polos (khususnya didada dan putting susu genital) dan folikel rambut.
Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit, histiosit, sel mast, dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. di samping
itu, di dalam lapisan dermis juga terdapat akar rambut dan kelenjar keringat.
 Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu:
1. Kelenjar ekrin, yang berukuran kecil, terletak di bagian dangkal dermis dengan
secret yang encer. Kelenjat ini langsung bermuara di permukaan kulit. kelenjat ini
terdapat di seluruh permukaan kulit, terbanyak pada bagian dahi, tangan, kaki, dan
aksila.
iii
2. Kelenjar apokrin, yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.
kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenargi, terdapat di aksila, aerola
mammae, pubis, labia minora dan saluran telinga luar.
Manusia memiliki dua jenis rambut, yaitu:
a. Rambut lanugo, denagn ciri pendek, tidak berpigmen, halus, dan akarnya di dalam
dermis. Contohnya, rambut yang ada di pipi, rambut yang ada pada tubuh bayi (biasnya
akan hilang setelah lahir).
b. Rambut terminal, dengan cirri lebih panjang, lebih kasar, berpigmen, berkumpul di
daerah tertentu, dan akarnya di dalam subkutis. rambut ini memiliki siklus pertumbuhan
yang lebih cepat, kurang lebih 1 cm per bulan (mis, rambut kepala).

3. Lapisan subkutis
Lapisan hypodermis atau lapisan subkutan terdiri dari jaringan adipose, banyak
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat gulungan kelenjar
keringat dan dasar dari folikel rambut. Tidak seperti epidermis dan dermis, batas dermis
dengan lapisan ini tidak jelas.Pada bagian yang banyak bergerak jaringan hipodermis
kurang, pada bagian yan melapisi otot atau tulang mengandung anyaman serabut yang
kuat. Pada area tertentu yng berfungsi sebagai bantalan (payudara dan tumit) terdapat
lapisan sel-sel lemak yang tipis. Distribusi lemak pada lapisan ini banyak berperan dalam
pembentukan bentuk tubuh terutama pada wanita.

 Fungi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi diantaranya dalah:
1. Menutupi dan melindungi organ-organ dibawahnya
2. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda asing yang dapat
membahayakan tubuh. Fungsi ini merupakan fungsi perlindungan pasif. Selain fungsi
perlindungan pasif, lapisan dermis berperan dalam proses menyiapkan limfosit yang
di produksi oleh sumsum tulang sebelum benar-benar dipakai untuk menyerang
berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Peran kulit dalam hal ini merupakan
peran aktif dalam perlindungan tubuh.
3. Pengaturan suhu. Kulit, jaringan sub kutan dan lemak merupakan penyekat panas dari
tubuh. Lemak menyalurkan panas sepertiga kecepatan jaringan lain atau dalam kata
lain lemak menghambat pengeluaran panas dari tubuh. . Kecepatan aliran darah ke
kulit menyebabkan konduksi panas sangat efisien. Konduksi panas ke kulit diatur oleh
iv
sistem syaraf simpatis. Syaraf simpatis mengatur kecepatan lairan darah dengan
menstimulasi vaso konstriksi dan vaso dilatasi.
4. Ekskresi: Melalui perspirasi/berkeringat, membuang sejumah kecil urea.
5. Sintesis: Konversi 7-dehydrocholesterol menjadi Vit D3(cholecalciferol) dengan
bantuan sinar U.V. Kekurangan UV dan Vit D mengakibatkan absorpsi Ca dari
intestinal ke darah menurun.
6. Sensori persepsi: mengandung reseptor terhadap panas, dingin, nyeri, sentuhan /raba,
tekanan. Juga mengandung ujung-ujung syaraf bebas yang berfungsi sebagai
homeostatis.

2.2 DEFINISI
 Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
(Depkes RI, 1998)
 Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium
leprae. (Mansjoer Arif, 2000)
 Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra
yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata,
otot, tulang, dan testis ( djuanda, 4.1997 )
 Kusta adalah penykit menular pada umunya mempengaruhi ulit dan saraf perifer,
tetapi mempunyai cakupan maifestasi klinis yang luas ( COC, 2003)
 Morbus Hansen (lepra atau morbus Hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan
oleh infeksi mycobacterium leprae (Kapita Selekta Kedokteran UI, 2000)
 Penyakit Morbus Hansen adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan
oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya (Departeman Kesehatan, Dit. Jen PPM & PL, 2002)

v
2.3 ETIOLOGI

vi

También podría gustarte